Anda di halaman 1dari 21

HADIST MAUDHU

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Ulumul Hadist
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Semester : 1 (satu )
Dosen Pengampu : Fenty setiawati, S.Ag., M.A.

Di Susun Oleh : KELOMPOK III


 DIVAL DARMAWAN
 AI SITI NAJARIAH
 SAYIDATUL MUSYAROFAH
 ACEP AHMAD RUHIAT

POGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ‘ULUM
SUKABUMI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Biamillahirrahmannirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya
diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan berjudul “HADIST
MAUDHU”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekukarangan di dalamnya. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Sukabumi, Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Hadist Maudhu............................................................................3
B. Sebab-sebab munculnya hadist maudhu.......................................................4
C. Kriteria Hadist Maudhu..............................................................................10
D. Kedudukan Hadist Maudhu dalam Islam....................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
Kesimpulan............................................................................................................16
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................17

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al Qur’an telah disepakati
oleh ulama tokoh-tokoh umat Islam. Setiap gerak dan aktivitas umat, harus
dilakukan berdasarkan petunjuk yang ada dalam al Qu’an dan dan hadits.
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw menjadi
sumber ajaran, panutan dan nilai yang sangat berharga bagi umat Islam.
Dari penelitian yang dilakukan para ulama hadis, ternyata ada hadist-
hadist yang tidak layak untuk dijadikan sumber ajaran karena
keberadaannya tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan, hadis itulah yang
disebat maudhu (palsu).
Hadis-hadis semacam itu dapat menimbulkan dampak negatif
diantaranya: Menimbulkan dan mempertajam perpecahan dikalangan
ummat Islam, mencemarkan pribadi Nabi saw, mengaburkan pemahaman
terhadap Islam serta melemahkan jiwa dan semangat keislaman.
Begitu pula jika ada permasalahan yang yang muncul di tengah tengah
masyarakat, tentu haruslah diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Cara penyelesaian dan jalan keluar yang terbaik adalah dengan
berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadits.
Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar
berasal dari Rasulullah saw, dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu
(palsu) yang sengaja dibuat-buat oleh orangorang tertentu dengan tujuan
dan motif yang beragam, dan disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh
sebagian orang dengan tujuan yang beragam pula.
Meyakini dan mengamalkan hadis maudhu merupakan kekeliruan
yang besar, karena meskipun ada hadis maudlu yang isinya baik, tetapi
kebanyakan hadis palsu itu bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam,
lagi pula pembuatan hadis maudlu merupakan perbuatan dusta kepada
Nabi Muhammad saw.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian hadist maudhu ?
2. Apa Sebab-sebab munculnya hadist maudhu ?
3. Apa Kriteria kepalsuan hadist ?
4. Apa Kedudukan hadist maudhu dalam Islam ?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian hadist maudhu
2. Mengetahui sebab-sebab hadist maudhu
3. Menetahui kriteria kepalsuan hadist
4. Mengetahui kedudukan hadist maudhu dalam Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist Maudhu
Apabila dilihat dari segi Bahasa kata Maudhu merupakan bentuk
isim maf’ul dari kata ‫يع‬AA‫ع يض‬AA‫ وض‬kata ‫ وضع‬memiliki beberapa makna,
antara lain :
(menggugurkan ) :‫اإلسقاط‬
(Meninggalkan ) : ‫الترك‬
(memalsukan dan mengada-ngadakan ) : ‫اإلفتراء واإلختالف‬
Adapun penertian Maudhu menurut istilah ulama Hadist yaitu :
“sesuatu yang dinisbabkan kepada Rasulullah SAW dengan cara mengada-
ngada dan dusta yaitu yang tidak pernah beliau sabdakan beliau kerjakan
maupun beliau taqrirkan.”
Para ahli hadist mendefinisikan bahwa hadist maudhu adalah
hadist yang diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan
kemudian dikatakan bahwa itu hadist Rasulullah SAW.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hadist
maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi
Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-
buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya
hadis maudhu adalah hadist yang diada-ada atau dibuat-buat.
Hadis semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa
terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadist, tindakan demikian adalah
merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang pelakunya
diancam dengan neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada
masyarakat umum kecuali hanya sebatas memberikan penjelasan dan
contoh bahwa hadist tersebut adalah maudhu’ (palsu).
Contoh hadist Maudhu
‫الحاَل ِل‬
َ ‫ب‬ َ ‫اٍنً هللا يُحبُّ اَن يَ َر عَب َدهُ تَ ِعبًا فِي‬
ِ َ‫طل‬
Artinya “sesungguhnya Allah suka melihat hambanya yang lelah dalam
mencari Rezeki yang halal “.

3
Riwayat hadist tersebut diketahui sebagai hadist maudhu. Al –
Hafizh Al-Iraqi mengungkapkan bahwa dalam sanadnya terdapat
Muhammad bin Sahl Al-Aththar Ad-Daruquthni menyatakan bahwa Al-
Aththaradalah pemalsu hadist.

B. Sebab-sebab munculnya hadist maudhu


1. Sebab Politik
Yaitu seperti munculnya peristiwa terbunuhnya Ustman Ibn Affan
sehingga timbullah perpecahan di kalangan ummat Islam. Perpecahan
tersebut berlanjut dengan lahirnya kelompok-kelompok pendukung
masing-masing pihak, seperti kelompok pendukung ‘Ali Ibn Abi
Thalib, pendukung Mu’awiyah Ibn Abi Sofyan, dan kelompok
Khawarij, yang muncul setelah terjadinya Perang Shiffin, yaitu antara
kelompok ‘Ali dan kelompok Mu’awiyah.
Perpecahan yang berkaitan politik ini mendorong masing-masing
kelompok berusaha untuk memenangkan kelompoknya dan
menjatuhkan kelompok lawan. Dalam upaya mendukung kelompok
mereka masing-masing serta menarik perhatian ummat agar berpihak
kepada mereka, maka mereka, dalam melakukan kampanye politik,
mereka mencarilah argumen-argumen dari Alquran dan Hadis. Akan
tetapi, jika mereka tidak menemukan argumen yang mereka butuhkan
di dalam kedua sumber tersebut, maka mereka mulai menciptakan
Hadis-Hadis maudhu yang kemudian disandarkan kepada Nabi SAW.
Perpecahan politik ini merupakan sebab utama (penyebab
langsung) terjadinya pemalsuan Hadis. Dari tiga kelompok di atas,
maka kelompok Syi’ahlah yang pertama melakukan pemalsuan hadist.
2. Usaha dari Musuh Islam (Kaum Zindiq)
Kaum Zindik adalah kelompok yang membenci Islam, baik sebagai
agama maupun sebagai kedaulatan atau pemerintahan. Menyadari akan
ketidakmampuan mereka dalam berkonfrontasi dengan ummat Islam
melalui tindakan merusak agama dan menyesat ummat dengan cara

4
membuat Hadist-Hadist maudhu dalam bidang-bidang akidah, ibadah,
hukum, dan sebagainya. Di antara mereka adalah Muhammad Ibn
Sa’id al-Syami yang mati di salib karena terbukti sebagai zindik. Dia
meriwayatkan Hadis, yang menurutnya berasal dari Anas dari Nabi
SAW yang mengatakan:
‫أنا خاتم النبيين ال نبي بعدي إال أن يشاء هللا‬
“Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi sesudahku
kecuali apabila dikehendaki Allah”.
Diterangi oleh Al-Hakim, bahwa dia membuat pengecualian ini
adalah untuk mengajak manusia mengakui kenabiannya. Tokoh
pemalsu Hadis lain yang berasal dari kelompok Zindik adalah ‘Abd al-
Karim ibn Abu al-‘Auja’. Dia mengakui sendiri perbuatannya
memalsukan Hadis sebanyak 4.000 Hadis yang berhubungan dengan
penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal. Pengakuan
tersebut diikrarkannya di hadapan Muhammad ibn Sulaiman, wali kota
Basrah, ketika Ibn Abu al-Auja sudah berada di tiang gantung untuk
dibunuh. Menurut Hammad Ibn Zaid, bahwa Hadis yang dimaudhukan
oleh kaum Zindik berjumlah sekitar 12.000 Hadis. Dalam riwayat lain
disebutkan berjumlah 14.000 Hadis.
3. Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, atau
Pemimpin
Mereka yang fanatik terhadap bahasa Persia, membuat Hadis yang
mendukung keutamaan bahasa Persia, dan sebaliknya, bagi mereka
yang fanatik terhadap bahasa Arab. akan membuat Hadis yang
menunjukkan keutamaan bahasa Arab dan mengutuk bahasa Persia.
Contohnya, para pendukung bahasa Persia menciptakan Hadis yang
menyatakan kemulian bahasa Persia di antaranya adalah sebagai
berikut:
‫إن كالم الذين حول العرش بالفارسية‬
“Sesungguhnya pembicaraan orang-orang di sekitar ‘arasy
adalah dengan bahasa Persia”

5
Sementara dari pihak lawannya juga muncul Hadis maudhu yang
sifatnya menantang dan menjatuhkan kelompok tadi di antaranya
sebagai berikut:
‫أبغض الكالم إلى هللا الفارسية‬
“Perkataan yang paling dibenci oleh Allah adalah bahasa Persia.
Demikian juga kefanatikan terhadap seorang imam akan
mendorong mereka untuk memalsukan Hadis yang menyanjung imam
tersebut dan menjelekkan imam yang lain, seperti:
‫ون في‬XX‫ ويك‬,‫تي من إبليس‬XX‫ر على أم‬XX‫د ابن إدريس أض‬XX‫يكون في أمتي رجل يقال له محم‬
‫أمتي رجل يقال له أبو حنيفة هو سراج أمتي‬
“Adalah di kalangan ummatku seorang laki-laki yang bernama
Muhammad ibn Idris, dia lebih merusak terhadap ummatku dari pada
iblis. Dan ada lagi dari kalangan ummatku seorang laki-laki bernama
Abu Hanifah. Dia adalah pelita bagi ummatku.”
4. Pembuat Cerita atau Kisah-Kisah
Para pembuat cerita dan ahli kisah melakukan pamalsuan Hadis
dalam rangka menarik simpati orang banyak, atau agar para pendengar
kisahnya kagum terhadap kisah yang mereka sampaikan, ataupun juga
dalam rangka untuk mendapatkan imbalan rizki. Umumnya Hadis-
Hadis yang mereka ciptakan cenderung bersifat berlebihan atau tidak
masuk akal. Di antara contohnya adalah mengenai balasan yang akan
diterima seseoarang yang mengucapakan kalimat la ilaha illa Allah”,
sebagaimana dinyatakan:
‫ة‬XX‫ف لغ‬XX‫بعون أل‬X‫ان س‬XX‫ل لس‬XX‫من قال ال إله إال هللا خلق هللا طا ئرا له سبعون ألف لسان لك‬
‫يستغفرون له‬
“Siapa yang mengucapkan la ilaha illa Allah, Allah akan
menciptakan seekor burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah,
dan masing-masing lidah menguasai tujuh puluh ribu bahasa yang
akan memintakan ampunan baginya.

6
5. Perbedaan Pendapat dalam Masalah Fiqh atau Ilmu Kalam
Perbuatan ini umumnya muncul dari para pengikut suatu mazhab,
baik dalam bidang Fiqh atau Ilmu Kalam. Mereka menciptakan Hadis-
Hadis maudhu dalam rangka mendukung atau menguatkan pendapat,
hasil ijtihad dan pendirian para imam mereka. Di antaranya adalah
Hadis-Hadis buatan yang mendukung pendirian mazhab tentang cara
pelaksanaan ibadah shalat, seperti mengangkat tangan ketika ruku’,
menyaringkan bacaan “bismillah”.
ketika membaca Al-Fatihah dalam bidang fiqh, atau mengenai sifat
makhluk bagi Alquran dalam bidang Ilmu Kalam, dan lain-lain.
Umpamanya:
‫ألمضمضة واإلستنشاق للجنب ثال ثا فريضة – أمني جبريل عند الكعبة فجهّرب (بسم هللا‬
‫الرحمن الرحيم) – من قال‬:
‫القرآن مخلوق فقد كفر‬
“Berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung masing-masing
tiga kali, adalah wajib bagi orang yang berjunub.
“Jibril telah mengimaniku (ketika shalat) di Ka’bah, maka dia
menjiharkan (membaca dengan keras), Bismillahirrahmanirrahim”.
“Siapa yang mengatakan Alquran adalah makhluk, maka dia telah
menjadi kafir.
6. Semangat yang Berlebihan dalam Beribadah tanpa didasari Ilmu
Pengetahuan
Di kalangan orang-orang Zuhud atau para ahli ibadah ada yang
beranggapan bahwa membuat Hadis-Hadis yang bersifat mendorong
agar giat beribadah (targhib), atau yang bersifat mengancam agar tidak
melakukan tindakan yang tidak benar (tarhib), dalam rangka
bertaqarrub kepada Allah, adalah diperbolehkan. Mereka ini, apabila
diperingatkan akan ancaman Rasulullah SAW bahwa tindakan
berdusta atas nama Rasul akan menyebabkan pelakunya masuk neraka,
maka mereka akan menjawab bahwa mereka berdusta bukan untuk
keburukan, melainkan untuk kebaikan.

7
Atas dasar motivasi di atas, mereka banyak membuat Hadis-Hadis
Mawdhu’, terutama yang berhubungan dengan keutamaan surat-surat
yang terdapat di dalam Alquran. Abu ‘Ishmah Nuh ibn Abi Maryam,
salah seorang pemalsu Hadis dari kelompok ini, mengaku bahwa dia
telah memalsukan Hadis dengan alasan untuk menarik minat ummat
kembali kepada Alquran, karena dia melihat telah banyak orang yang
berpaling dari Alquran, tetapi sebaliknya, mereka sibuk dengan Fiqh
Abu Hanifah dan Maghazi Ibn Ishaq. Salah satu contoh Hadis
Maudhu’ semacam ini adalah:
‫من قرأ يس في ليلة أصبح مغفو ًرا له و قرأ ال ّدخان ليلة اصبح مغفورًا له‬
“Siapa yang membaca suarat Yasin pada malam hari, maka pada
pagi harinya dia telah diampuni dari segala dosanya; dan siapa yang
membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam hari, pada subuhnya dia
telah diampuni dari dosa-dosanya.
Kemudian contoh bunyi Hadis:
ٍ ‫َم ْن َعيَّ َر َأخوهُ بِ َذ ْن‬
ْ ‫ لَ ْم يَ ُم‬,‫ب‬
ُ‫ت َحتَّى يَ ْع َملَه‬
‫ َم ْن‬- ‫لم‬AA‫ه وس‬AA‫لى هللا علي‬AA‫ ص‬- ِ ‫و ُل هَّللَا‬A‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫َوع َْن ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَ ٍل‬
ٍ ‫َعيَّ َر َأخَاهُ بِ َذ ْن‬
ْ ‫ لَ ْم يَ ُم‬,‫ب‬
- ُ‫ت َحتَّى يَ ْع َملَه‬
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Siapa
yang mencela saudaranya atas suatu perbuatan dosa, maka ia akan
melakukan perbuatan itu sebelum ia mati.
Status atau Kualitas Hadits:
‫رواه الترمذي وقال غريب ليس إسناده بالمتصل وأورده ابن الجوزي في الموضوع وقال أبو‬
)1/278 :‫داود وغيره فيه محمد بن الحسن بن أبي يزيد كذاب (أسنى المطالب‬
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, ia berkata: “Hadits gharib.
Sanadnya tidak bersambung (hadits dha’if).
Imam Ibnu al-Jauzi memuat hadits ini dalam kitab al-Maudhu’at
(kumpulan hadits maudhu).
Abu Daud dan lainnya berkata, “Dalam sanadnya ada Muhammad
bin al-Hasan bin Abi Yazid, ia seorang pendusta”.

8
7. Mendekatkan diri Kepada Para Penguasa
Di antara pemalsu Hadis tersebut, ada yang sengaja membuat
Hadis untuk mendapatkan simpati atau penghargaan dari pada
Khalifah atau pejabat pemerintahan yang sedang berkuasa ketika itu.
Umpamanya, adalah Ghayats ibn Ibrahim, yang ketika memasuki
istana Khalifah Al-Mahdi, dilihatnya Al-Mahdi sedang melaga burung
merpati, maka Ghayats berkata, Nabi bersabda:
)‫ فزاد فيه ( أو جناح‬, ‫ال سبق إالّ في نصل أو خف أو حافر‬
“Tidak ada perlombaan kecuali dalam memanah, balapan unta,
pacuan kuda, maka Ghayats menambahkan, (atau burung merpati).”
Dalam hal ini, Ghayats telah menambahkan kata janah terhadap
Hadis yang datang dari Nabi SAW tersebut. Menyadari akan perbuatan
Ghayats tersebut, Al-Mahdi akhirnya memerintahkan untuk
menyembelih merpati tersebut, setelah terlebih dahulu memberi
Ghayats hadiah sejumlah 10.000 dirham.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa ada di antara para pemalsu
hadits tersebut yang dengan sengaja menciptakan hadits maudhu
dengan keyakinan bahwa tindakannya itu diperbolehkan, dan ada pula
yang tidak tahu tentang status pekerjaannya itu. Ada di antara mereka
yang mempunyai tujuan negatif dan ada yang memandang tujuannya
tersebut sebagai positif. 
Akan tetapi, apa pun alasan dan motif mereka, perbuatan
memalsuka Hadis tersebut adalah tercela dan tidak dapat diterima,
karena bertengtangan dengan sabda Rasul SAW yang mencela
perbuatan bohong atas nama Nabi.
8. Faktor Kebodohan
Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun
kurang memahami agama, mereka membuat at hadist-hadis maudlu
(palsu) dengan tujuan menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan
cara membuat hadis yang berisi dorongan-dorongan untuk
meningkatkan amal dengan menyebutkan kelebihan dan keutamaan

9
dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar melalui hadist targhib
yang mereka buat sendiri. Biasanya hadis palsu semacam ini
menjanjikan pahala yang sangat besar kepada perbuatan kecil. Mereka
juga membuat hadis maudhu (palsu) yang berisi dorongan untuk
meninggalkan perbuatan yang dipandangnya tidak baik dengan cara
membuat hadis maudhu yang memberikan ancaman besar terhadap
perbutan salah yang sepele.Diantaranya hadis palsu itu :
‫افضل االيام يوم عرفة اذا وافق يوم اجلمعة وهو افضل من سبعني حجة يف غري مجعة‬
Artinya: “Seutama-utama hari adalah hari wukuf di Arafah, apabila
(hari wukuf di arafah) bertepatan dengan hari jum’at, maka hari itu
lebih utama daripada tujuh puluh haji yang tidak bertepatan dengan
hari jum’at.” Menurut al Qur’an yang dimaksud haji akbar adalah
ibadah haji itu sendiri ( Al Qur’an Surah Attaubah : 3) dengan
pengertian bahwa ibadah umrah disebut dengan haji kecil. Hadis
maudhu itu dibuat oleh muballig /guru agama yang ingin memberi
nilai lebih kepada ibadah haji yang wukufnya bertepatan dengan hari
jum’at.
C. Kriteria Hadist Maudhu
 Indikasi ke-maudhu’ an hadist adakalanya berkaitan dengan rawi/ sanad
dan mungkin pula berkaitan dengan matan.
a. Ciri yang berkaitan dengan rawi / sanad:
1. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain
yang periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya,
Ketika saad ibn Dharif mendapati anaknya pulang sekolah sedang
menangis dan mengatakan bahwa dia dipukul gurunya, maka Saad
ibn Dharif berkata : Bahwa Nabi saw bersabda:
‫معلموا صبيانكم شراركم اقلهم رمحة لليتيم واغلظهم على املسكن‬
Artinya: "Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu,
merekka paling sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling
kasar terhadap orang miskin."

10
Al Hafdz Ibnu Hibban mengatakan bakwa Saad ibn Dharif adalah
seorang pendusta/ pemalsu hadits. ( Mustahafa Zahri, Kunci
memahami Musthalahul Hadits : 101)
2. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut. Maisarah
ibn Abdirrabih al Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadis
maudhu tentang keutamaan Al qur’an.., dan ia juga mengaku
membuat hadis maudhu tentang keutamman Ali ibn Abi Tahalib
sebanyak 70 buah hadis. (Musthafa Zahri, : 100).
3. Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang
memalsukan hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku
meriwayatkan hadist dari seorang guru yang tidak pernah bertemu
dengannya. Karena menurut kenyataan sejarah guru tersebut
dinyatakannya wafat sebelum ia sendiri lahir. Misalnya, Ma’mun
ibn Ahmad al Harawi mengaku mendengar hadis dari Hisyam ibn
Hammar. Al hafiz ibn Hibban menanyakan kapan Ma’mun datang
ke Syam? Ma’mun menjawab: tahun 250. Maka ibnu Hibban
mengatakan banwa Hisyam ibn Ammar wafat tahun 254. Ma’mun
menjawab bahwa itu Hisyam ibn Ammar yang lain.( Musthafa
Zahri, : 100).
b. Ciri-ciri yang berkaitan dengan Matan
Kepalsuan suatu hadis dapat dilihat juga pada matan berikut ciri-
cirinya:
1. Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya.
2. Berkaitan dengan kerusakan ma.na tersebut, Ibnu Jauzi berkata:
Saya sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadis. Dari
sejumlah hadis palsu, ada yang mengatakan: “ Siapa yang salat,
ia mendapatkan 70 buah gedung, pada setiap gedung ada
70.000 kamar, pada setiap kamar ada 70 000 tempat tidur, pada
setiap tempat tidur ada 70 000 bidadari. Perkataaan ini adalah
rekayasa yang tak terpuji. ( Nuruddin : 323)

11
3. Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata
menurut ahli hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan
tidak terdapat dalam kitab-kitab hadis. Misalnya perkataan
yang berbunyi:
‫ق ان ان‬AA‫ا ف‬AA‫ل من‬AA‫ق وعلي ك‬A‫ا ف‬AA‫اهلل اخذ امليثاق علي كل مؤمن ان يبغض على من‬
‫يبغض كل مؤمن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mengambil Janji kepada
setiap orang mukmin untuk membenci kepada setiap munafik,
dan kepada setiap munafik untuk membenci kepada setiap
mukmin”
4. Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya.
Hadisnya menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan, seperti ketentuan akal, tidak dapat ditakwil, ditolak
oleh perasaan, kejadian empiris dan fakta sejarah. Misalnya
perkataan yang berbunyi:
‫اذا عطشس الرجل عند احلديث فهودليل صدقه‬
Artinya “Jika seseorang bersin ketika membacakan suatu hadis,
maka itu menandakan bahwa pembicaraanya benar”
5. Hadisnya bertentangan dengn petunjuk Al-Quran yang pasti.
Misalnya:
‫ولد الزنا اليدخل اجلنة ايل سيعة ابناء‬
Artinya: “ Anak zina tidak masuk syurga hingga tujuh turunan”
Hadis tersebut bertentangan dengan ayat al Qur’an :

Artinya: “dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa


orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan
akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan."(QS Al An’am :164).
 Musthafa Assiba’i memuat tujuh macam ciri Hadis palsu yaitu:
1. Susunan Gramatikanya sangat jelek.
2. Maknanya sangat bertentangan dengan akal sehat.

12
3. Menyalahi Al qur’an yang telah jelas maksudnya.
4. Menyalahi kebenaran sejarah yang telah terkenal di zaman Nabi saw.
5. Bersesuaian dengan pendapat orang yang meriwayatkannya, sedang orang
tersebut terkenal sangat fanatic terhadap mazhabnya.
6. Mengandung suatu perkara yang seharusnya perkara tersebut diberitakan oleh
orang banyak, tetapi ternyata diberitakan oleh seorang saja.
7. Mengandung berita tentang perberian pahala yang besat untuk perbuatan
kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadapsuatu perbuatan yang tidak
berarti ( Syuhudi Ismail : 178).
 Menurut Hasbi Ashshddiqy, ciri Hadis palsu apabila:
1. Maknanya berlawanan dngan hal-hal yang mudah dipahami.
2. Berlawanan dengan ketentuan umum dan akhlak atau menyalahi kenyataan.
3. Berlawanan denga ilmu kedokteran.
4. Menyalahi peraturan- peaturan akal terhadap Allah.
5. Menyalahi ketentuan Allah dalam menjadikan alam.
6. Mengandung dongengan- dongengan yang tidak dibenarkan akal.
7. Menyalahi keterangan Al Qur’an yang terang tegas.
8. Menyalahi kaedah umum.
9. Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi saw.
10. Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang sangat
fanatic mazhabnya.
11. Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh orang
banyak.
12. Menerangkan pahala yang sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil atau
siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti: (Hasbi
Ashshiddiqy, pokok-pokok ilmu Dirayah Hadis: .369-374)
 Mustahafa Zahri dalam buku “Kunci Memahami Musthalah Hadits”
memberikan ciri hadis maudhu berikut:
1. Berlawanan dengan pendapat akal sehat. Misalnya:
‫من اختذ ديكا ابيض مل يقربه شيطان‬
Artinya: “Siapa yang memelihara ayam putih niscaya tidak disekati syaithan”.
2. Berlawanan dengan al Qur’an, contohnya: Artinya: ”Umur Dunia itu 7000 tahun,
dan sekarang sudah pada ribuan yang ketujuh”. Hadis tersebut bertentangan
dengan ayat Al Qur’an surah Al A’raf 187

13
3. Berlawanan dengan sunnah / Hadis Mutawatir. Contohnya:
‫اذا حد ثتم حبديث يوافق احلق فخذوا به حدثت به ام مل احدث‬
Artinya:” Jika diriwayatkan kepada kamu tentang suatu hadis yang sesuai dengan
kebenaran, maka ambillah dia, baik aku ada mengatakannya ataupun tidak”
Perkataan diatas bertentangan dengan hadis yang berbunyi:

ِ َّ‫ فَليَتَبَوَّأ َمق َع َدهُ ِمنَ الن‬A‫ي ُمتَ َع ِّم ًدا‬


‫ار رواه البخارى‬ َّ َ‫ب َعل‬
َ ‫َو َمن َك َذ‬
Artinya: “Siapa yang berdusta terhadapku dengan sengaja maka hendaklah dia
menempati tempatnya di neraka”.
4. Berlawanan dengan ijma yang disepakati para sahabat/ulama. Contohnya
‫ال يد خل النار كل من يسمى حممد او امحد‬
Artinya: “Setiap yang bernama Muhammad atau Ahmad tidak akan masuk
neraka” Hadis ini adalah maudhu, karena bertentangan dengan sunnah
Rasulullah. Karena keselamatan dari nereka tidak tergantung dengan nama saja,
tetapi tergantung kepada iman dan amal shaleh serta rahmat Allah SWT.
D. Kedudukan Hadist Maudhu dalam Islam
Hadist Maudhu haram diriwayatkan oleh siapapun kecuali dengan menjelaskan
kepalsuannya. Demikian pula Hadist ini tidak bisa dijadikan sebagai sumber
dalam hukum Islam.
‫من حدث عين حبديث يرى أنه كذب فهو أح االكذبني‬
“barang siapa meriwayatkan Hadist dariku dan dia tahu bahwa yang diriwayatkan
itu adalah Hadist palsu maka dia termasuk dari pemalsu (pendusta) 1.
Bilamana bagi mereka yang meriwayatkan dengan niatan untuk
memberitahukan kepada orang bahwa Hadist ini palsu tidak ada dosa atasnya 2.
Lebih lanjut bagi umat yang sama sekali tidak tahu setelah itu
meriwayatkannya atau mereka mengamalkan hadith palsu tersebut karena tidak
ketahuannya, tidak ada dosa baginya. Namun apabila ia sudah mendapatkan
penjelasan bahwa riwayat atau hadith yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah
hadith palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya, jika tetap dia amalkan
sedangkan dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali hukumnya tidak boleh.
Dalam kategori hadith menurut ulama muhaditsin “hadith maudhu’”
termasuk hadith yang paling buruk kualitasnya, karena merupakan hadith palsu
yang sama sekali tidak pernah dikatakan, diperbuat maupun ditetapkan oleh Nabi

1
HR.Muslim dalam Muqaddimah kitab shahihnya, juz 1, hal.7
2
Zeid B.Smeer,ulumul Hadist (malang:UIN-Malang Press,2008) hal 78

14
Muhammad Saw. Hadith maudhu’ ini juga haram diriwayatkan oleh siapapun
kecuali dengan menjelaskan kepalsuannya. Demikian pula hadith ini tidak bisa
dijadikan sebagai sumber dalam hukum Islam.

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Hadist maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada
Nabi Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di
buat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau berbohong.
Tegasnya hadis maudhu adalah hadist yang diada-ada atau dibuat-buat.
Hadis semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa
terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadist, tindakan demikian adalah
merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang pelakunya
diancam dengan neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada
masyarakat umum kecuali hanya sebatas memberikan penjelasan dan
contoh bahwa hadist tersebut adalah maudhu’ (palsu).
 Sebab-sebab munculnya hadist maudhu
1. Sebab Politik
2. Usaha dari musuh Islam (kaum zindiq)
3. Sikap panatik buta terhadap bangsa, suku, bahasa, Negeri, atau
pemimpin
4. Pembuat cerita atau kisah-kisah
5. Perbedaan pendapat dalam masalah fiqih atau ilmu kalam
6. Semangat yang berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu
pengetahuan
7. Mendekatkan diri pada penguasa
8. Faktor kebodohan
 Kriteria Hadist Maudhu
1. Ciri yang berkaitan dengan Rawi / sanad
2. Ciri yang berkaitan dengan matan
 Kedudukan Hadist Maudhu dalam Islam

16
Hadist Maudhu haram diriwayatkan oleh siapapun kecuali dengan menjelaskan
kepalsuannya. Demikian pula Hadist ini tidak bisa dijadikan sebagai sumber
dalam hukum Islam.
DAFTAR PUSAKA

Abu Ghuddah, Syaikh ‘Abdul Fattah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wa ‘Ulum al-
Hadits (Halb, Syria: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, Cet.ke- I, tahun 1404 H)
Al-Khatib, Muhammad ’Ijaj, Usul al-Hadith, ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu (Beirut: Dar al-
Fikr, 1421 H/2001 M)
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,
1987)
Azami, Muhammad Musthafa, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992)

17

Anda mungkin juga menyukai