Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HADIS MAUDHU’

Disusun guna memenuhi tugas Ulumul Hadis

Dosen Pengampu: H. Syamsul Huda, Lc., MA.

Disusun oleh:

1. Maulana Hakim Cahyono 2201036055


2. Silviana Nur Fadia 2201036073
3. Zulfikar Dava Amartya 2201036064

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan sumber penting dalam agama Islam sebagai sumber hukum
kedua setelah Al-Qur'an. Hadis memuat ajaran dan tuntunan praktis yang
diambil dari ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Namun, di
tengah keberagaman hadis yang ada, terdapat pula hadis-hadis maudhu' yang
diduga palsu atau tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
Hadis maudhu' merupakan fenomena yang sering muncul dalam tradisi
literatur hadis. Hadis-hadis ini dikategorikan sebagai palsu karena tidak memiliki
dasar yang kuat dalam sanad (rantai perawi) atau matan (isi hadis) yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip agama yang sebenarnya. Hadis maudhu'
dapat merujuk pada hadis yang dibuat-buat oleh individu dengan tujuan tertentu
atau hadis yang keliru diatribusikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pentingnya pemahaman yang tepat terhadap hadis maudhu' tidak dapat
diremehkan. Dampak dari penyebaran hadis palsu ini dapat merusak
pemahaman agama yang autentik, menyebabkan kesalahpahaman dalam praktik
keagamaan, dan mengganggu keharmonisan umat Muslim. Oleh karena itu,
diperlukan analisis mendalam terhadap hadis maudhu' untuk memahami
metode penyebarannya serta dampak yang ditimbulkannya dalam studi hadis.
Melalui makalah ini, akan dilakukan kajian terhadap fenomena hadis maudhu',
dimulai dari sejarahnya yang menyoroti pentingnya penelitian dalam bidang ini.
Selanjutnya, akan diulas pengertian dari hadis maudhu', Penyebab adanya hadis
maudhu’, motivasi adanya hadis maudhu’. Terakhir, usaha dari ulama’-ulama’
dalam memerangi adanya hadis maudhu’ tersebut.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang hadis maudhu', kita dapat
melindungi diri kita dari kesalahpahaman dalam agama, serta mencegah
penyebaran pemikiran sesat yang dapat mengganggu kehidupan beragama umat
Muslim.

2|H a d i s M a u d h u ’
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari hadis maudhu’?
2. Apa yang dimaksud hadis maudhu’?
3. Apa penyebab adanya hadis maudhu’?
4. Apa motivasi adanya hadis maudhu’?
5. Bagaimana usaha ulama’ dalam memerangi hadis maudhu’?

3|H a d i s M a u d h u ’
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hadis Maudhu’


Umat Islam telah sepakat bahwa hukum membuat dan meriwayatkan hadits
maudhu’ dengan sengaja adalah haram secara mutkaq, bagi mereka yang sudah
mengetahui hadits itu palsu. Adapun bagi mereka yang meriwayatkan dengan
tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan
sesudah meriwayatkan atau membacanya), tidak ada dosa atasnya.
Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka
mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, tidak ada dosa atasnya.
Akan tetapi, sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang
dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu, hendaklah segera dia
tinggalkannya, kalau tetap dia amalkan, sedangkan dari jalan atau sanad lain
tidak ada sama sekali, hukumnya tidak boleh.
Sehingga hukum hadis maudhu’ itu adalah batal, haram meriwayatkannya,
kecuali terpaksa atau mengerjakan hadis itu kepada ahli ilmu pengetahuan. Dan
berdasarkan data sejarah yang ada, pemalsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh
orang- orang islam tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non islam.
Masuknya secara masal penganut agama lain kedalam islam, yang merupakan
dari keberhasilan dakwah islamiyah keseluruh pelosok dunia, secara tidak
langsung menjadi faktor munculnya hadits-hadits palsu. Kita tidak bisa
menafikan bahwa masuknya mereka keislam,disamping ada yang benar-benar
ikhlas, ada juga segolongan mereka yang mennganut agama islam hanya karena
terpaksa tnduk pada kekuasaan islam pada waktu itu. Golongan ini kita kenal
dengan kaum Munafik.
Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadis palsu, antara lain :
1. Pertentangan politik
Perpecahan umat islam diakibatkan oleh politik terjadi pada masa
khalifah Ali bin Abi Thalib, dan ini akibatnya besar sekali pada perpecahan
golongan dan kemunculan hadis palsu. Demi untuk mengalahkan
kelompok lain mereka rela untuk membuat dalil-dalil palsu. yang pertama

4|H a d i s M a u d h u ’
yang paling banyak membuat hadits Maudhu’ adalah golongan Syiah dan
Rafidhah.
Diantara hadits-hadits yang dibuat golongan syiah adalah:

“ Barang siapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin
melihat Nuh tentang ketaqwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang
kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin melihat
Isa tentang ibadahnya, hendaklah melihat Ali.
2. Usaha kaum zindiq
Kaum zindiq merupakan golongan kaum yang sangat membenci
Islam, baik islam sebagai agama atau sebagadai dasar
Negara/pemerintahan. Dan mereka dapat melampiaskan kebencian
mereka melalui konfrontasi dan pemalsuan baik alquran maupun hadis.
Hammad bin zaid mengatakan “hadis yang dibuat kaum zindiq ini
berjumlah 12.000 hadis.”
3. Fanatik terhadap bangsa, suku, negeri, bahasa dan pimpinan
Mereka membuat hadis palsu karena didorong oleh sikap ego dan
fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau
yang lain. Golongan yang fanatik terhadap madzab abu hanifah pernah
memuat hadis palsu “dikemudian hari akan ada seorang umatku yang
bernama abu hanifah bin nu’man, ia ibarat obor bagi umatku.”
4. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat
Mereka membuat hadis palsu dengan tujuan agar mendapatkan
simpatik dari para pendengarnya dan agar mereka kagum melihat
kemampuannya. Hadis yang mereka katakana terlalu berlebihan dan tidak
masuk akal.
5. Perselisihan Madzab Dan Ilmu Kalam
Munculnya hadis palsu dalam masalah fiqh dan ilmu kalam ini berasal
dari para pengikut madzab, mereka berani melakukan pemalsuan hadis

5|H a d i s M a u d h u ’
karena didorong sifat fanatik dan inging menguatkan madzabnya masing-
masing.

6. Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan


Banyak diantara ulama’ yang membuat hadis palsu dengan tujuan
mereka bisa lebih dekat dengan Allah SWT, serta menjunjung tinggi
agamanya. Nuh bin abi maryam telah membuat hadis berkenaan dengan
fadhilah membaca surat-surat tertentu dalam al quran.
7. Menjilat penguasa
Ada juga yang membuat hadis palsu dengan tujuan agar diberi hadiah
atau simpatik dari pimpinan, seperti Ghiyas bin ibrahim merupakan tokoh
yang banyak ditulis sebagai pemalsu hadis tentang perlombaan.
Dari beberapa motif membuat hadis palsu diatas, kiranya dapat dikelompokkan
menjadi empat yakni :
1. Dengan kesengajaan merusak agama
2. Tidak sengaja merusak agama
3. Dengan keyakinan bahwa membuat hadis palsu diperbolehkan
4. Dirinya tidak tahu jika dirinya membuat hadis palsu
B. Pengertian Hadis Maudhu’

Al Maudhu’ adalah isim maf’ul dari wadha-a, ya dha-u wadh-an, yang


mempunyai arti Al isqath (meletakkan atau menyimpan), al ikhtira’ wal ikhtilaq
(mengada-ada atau membuat-buat) dan al tarku (ditinggal).
Sedangkan pengertian hadis maudu’ menurut istilah adalah :

“Hadis yang disandarkan kepada rasulullah SAW. Secara dibuat-buat dan dusta,
padahal beliau tidak mengatakan berbuat ataupun menetapkannya”.

Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis maudhu’


ialah :

6|H a d i s M a u d h u ’
“Hadis yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan
kepada rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak.”

Jadi hadis maudhu’ adalah bukan hadis yang bersumber dari rasul atau
dengan kata lain bukan hadis rasul, akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan
seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan sutau alasan kemudian
dinisbatkan kepada rasul.
C. Penyebab Adanya Hadis Maudhu’

Penyebab adanya hadis maudhu' dapat bervariasi dan melibatkan faktor-


faktor berikut:

1. Motivasi Politik atau Sosial


Salah satu penyebab utama adanya hadis maudhu' adalah motif
politik atau sosial. Individu atau kelompok tertentu dapat
menciptakan atau menyebarkan hadis palsu dengan tujuan
memperoleh keuntungan politik atau untuk mempengaruhi opini
publik dalam hal-hal sosial tertentu. Hadis-hadis palsu ini dapat
digunakan sebagai alat untuk mendukung agenda politik atau
mempengaruhi perilaku masyarakat.
2. Keinginan untuk Menguatkan Pendapat atau Pemahaman Pribadi
Beberapa orang mungkin menciptakan hadis palsu untuk
mendukung atau memperkuat pendapat atau pemahaman pribadi
mereka tentang agama. Mereka mungkin ingin memperoleh pengikut
atau meyakinkan orang lain atas pandangan mereka dengan merujuk
pada hadis palsu yang mereka ciptakan.
3. Kekeliruan dan Ketidaktaatan dalam Mentrasfer Hadis
Dalam rantai perawi hadis, terdapat risiko kesalahan manusia yang
terjadi selama proses mentrasfer hadis dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Kesalahan ini bisa disebabkan oleh kelalaian, lupa, atau
ketidaktahuan tentang keaslian hadis. Akibatnya, hadis palsu dapat
masuk ke dalam koleksi hadis secara tidak sengaja.
4. Pengaruh dari Aliran Sesat atau Sekte Keagamaan
Beberapa aliran sesat atau sekte keagamaan mungkin memiliki

7|H a d i s M a u d h u ’
kepentingan dalam menyebarkan ajaran yang bertentangan dengan
Islam. Dalam rangka mencapai tujuan mereka, mereka dapat
menciptakan hadis palsu yang mendukung keyakinan atau praktik
mereka. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengikut atau
meyakinkan orang lain atas kebenaran pemahaman mereka.
5. Ketidaktahuan atau Kurangnya Pendidikan tentang Ilmu Hadis
Ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman tentang ilmu hadis juga
dapat menyebabkan penyebaran hadis maudhu'. Beberapa individu
mungkin tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang metode
kritis dan kaidah dalam mengevaluasi keaslian hadis. Akibatnya,
mereka mungkin dengan mudah menerima dan menyebarkan hadis
palsu tanpa melakukan verifikasi yang memadai.
Penting untuk diingat bahwa penyebab hadis maudhu' tidak selalu tunggal
dan dapat saling terkait. Dalam beberapa kasus, lebih dari satu faktor dapat
berperan dalam penyebaran hadis palsu. Oleh karena itu, penting untuk
melakukan penelitian dan analisis yang cermat untuk mengidentifikasi hadis
maudhu' dan mencegah penyebaran serta dampak negatifnya dalam pemahaman
agama dan praktik keagamaan.

D. Motivasi Adanya Hadis Maudhu’

Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya "Fajrul Islam" mengatakan: "Mungkin
pemalsuan hadits sudah terjadi semenjak Rasulullah Saw masih hidup. Hadits yang
mengatakan barang siapa yang berbohong terhadap saya dengan sengaja, maka
ambillah tempat duduknya di neraka; menurut perkiraan yang kuat karena
disinyalir adanya suatu hal yang disandarkan kepada Rasul saw dengan cara
dusta."

Asumsi ini tidak beralasan karena data historis menunjukkan bahwa


sepanjang hayat Rasulullah saw tidak pernah ada seorang dari kaum Muslimin
apalagi dari sahabat yang memalsukan satu kalimatpun atas nama beliau. Hadits
ini diucapkan oleh Rasulullah saw sebagai suatu preventif untuk menjaga
kemurnian Islam di masa yang akan datang, karena bukan tidak mungkin di
belakang hari setelah beliau wafat terjadi pemalsuan hadits. Hal ini sama saja
dengan hadits-hadits tentang larangan berbuat bid'ah yang cukup banyak

8|H a d i s M a u d h u ’
jumlahnya. Hal ini tidak menunjukkan bahwa pada zaman Rasulullah saw sudah
terjadi bid'ah, karena ajaran Islam ma sib mengalir dari langit.

Sesudah tahun 40 H (660 M) barulah mulai timbul pemalsuan hadits


bersamaan dengan timbulnya perpecaban politik di kalangan Umat Islam yang
mulai memuncak. setelah peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman Ibn 'Affan.
Karena fitnah dari golongan yang dendam kepada Islam, Umat Islam pecah
menjadi tiga golongan.

1. Golongan Khowarij yang menentang Ali dan Muawiyah.


2. Golongan Syi'ah yang setia kepada Ali bin Abi Thalib.
3. Golongan Jumhur yaitu golongan Pemerintah yang tidak memihak kepada
Khawarij dan Syi'ah, tetapi sebagian dari mereka ini ada yang memihak Ali,
sebagian mengikuti Mu'awiyah dan yang lain netral.
E. Usaha Ulama’ dalam Memerangi Hadis Maudhu’

Usaha ulama' dalam memerangi hadis maudhu' telah menjadi upaya penting
dalam menjaga integritas dan keaslian ajaran Islam. Berikut adalah beberapa
upaya yang dilakukan oleh ulama' dalam memerangi hadis maudhu':

1. Pengkajian Ilmiah
Ulama' telah melibatkan diri dalam pengkajian ilmiah terhadap hadis
untuk membedakan antara hadis sahih (terpercaya) dan hadis maudhu'
(palsu). Mereka menggunakan metode kritis dan alat analisis hadis untuk
memverifikasi keaslian hadis berdasarkan sanad (rantai perawi) dan matan
(isi hadis). Pengkajian ini melibatkan pembandingan dengan sumber-
sumber teks hadis yang sahih serta penelitian literatur hadis.
2. Penyusunan Kitab Khusus
Ulama' telah menyusun kitab-kitab khusus yang membahas hadis
maudhu'. Kitab-kitab tersebut memuat daftar hadis-hadis palsu yang telah
dikenal dan diperiksa keasliannya. Contohnya adalah "Al-Mawdu'at" karya
Ibn al-Jawzi dan "Tamyiz al-Sahih min al-Kadhib" karya Ibn Hajar. Kitab-
kitab ini menjadi rujukan bagi para peneliti dan pengkaji hadis untuk
mengidentifikasi hadis-hadis palsu.
3. Kritik Terhadap Perawi

9|H a d i s M a u d h u ’
Ulama' melakukan penelitian mendalam terhadap perawi-perawi hadis
untuk menilai kehandalan mereka. Mereka menelusuri reputasi dan
keandalan perawi serta memeriksa konsistensi riwayat hadis yang mereka
laporkan. Dengan demikian, ulama' dapat memilah hadis-hadis yang
berasal dari perawi-perawi yang tidak dapat dipercaya atau memiliki
reputasi yang meragukan.
4. Peringatan dan Pelarangan
Ulama' memberikan peringatan dan pelarangan terhadap hadis-hadis
maudhu'. Mereka menyampaikan pemahaman yang benar tentang hadis
palsu kepada umat Muslim, sehingga mereka dapat menghindari kesalahan
dalam memahami dan mengamalkan agama. Ulama' juga aktif dalam
menyebarkan informasi tentang hadis-hadis palsu melalui khutbah,
ceramah, literatur, dan media sosial.
5. Pendidikan dan Penyuluhan
Ulama' memainkan peran penting dalam pendidikan dan penyuluhan
umat Muslim tentang hadis maudhu'. Mereka menyampaikan pentingnya
pendekatan ilmiah dalam memahami hadis serta membagikan kaidah-
kaidah dalam menilai keaslian hadis. Ini membantu umat Muslim untuk
mengembangkan kemampuan kritis dalam membedakan antara hadis sahih
dan hadis maudhu'.
6. Kolaborasi dengan Lembaga Ilmiah
Ulama' bekerja sama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan institusi
pendidikan untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu hadis.
Mereka berpartisipasi dalam seminar, konferensi, dan lokakarya yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memerangi hadis
maudhu'. Kolaborasi ini memungkinkan adanya pertukaran pengetahuan
dan pengalaman antara ulama' dan akademisi dalam bidang hadis.
Upaya ulama' dalam memerangi hadis maudhu' tidak hanya penting untuk
memastikan keabsahan ajaran agama, tetapi juga untuk melindungi umat Muslim
dari kesalahpahaman dan penyebaran pemikiran sesat. Dengan mengandalkan
metode ilmiah dan kritis, serta penyebaran informasi yang akurat, ulama'
berperan dalam menjaga keberlanjutan keaslian hadis sebagai sumber hukum
dan pedoman dalam kehidupan umat Islam.

10 | H a d i s M a u d h u ’
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadis merupakan sumber penting dalam agama Islam sebagai sumber hukum
kedua setelah Al-Qur'an. Hadis memuat ajaran dan tuntunan praktis yang diambil
dari ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Namun, di tengah
keberagaman hadis yang ada, terdapat pula hadis-hadis maudhu' yang diduga palsu
atau tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

Hadis maudhu' merupakan fenomena yang sering muncul dalam tradisi literatur
hadis. Hadis-hadis ini dikategorikan sebagai palsu karena tidak memiliki dasar yang
kuat dalam sanad (rantai perawi) atau matan (isi hadis) yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip agama yang sebenarnya. Hadis maudhu' dapat merujuk pada hadis
yang dibuat-buat oleh individu dengan tujuan tertentu atau hadis yang keliru
diatribusikan kepada Nabi Muhammad SAW. Masuknya secara masal penganut
agama lain kedalam islam, yang merupakan dari keberhasilan dakwah islamiyah
keseluruh pelosok dunia, secara tidak langsung menjadi faktor munculnya hadits-
hadits palsu. Kita tidak bisa menafikan bahwa masuknya mereka keislam,disamping
ada yang benar-benar ikhlas, ada juga segolongan mereka yang mennganut agama
islam hanya karena terpaksa tnduk pada kekuasaan islam pada waktu itu. Golongan
ini kita kenal dengan kaum Munafik.

Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadis palsu, antara lain :

1.Pertentangan politik

2.Usaha kaum zindiq

3.Fanatik terhadap bangsa, suku, negeri, bahasa dan pimpinan

4.Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat

11 | H a d i s M a u d h u ’
5.Perselisihan Madzab Dan Ilmu Kalam

6.Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan

7.Menjilat penguasa

B. Daftar Pustaka

Abu Ghuddah, Abdul Fatah. Lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa Ulum Al-
Hadits. Hal. 41.

Abu Rayah, Mahmud. Adlwa’ ‘Ala Sunnah Al Muhammadiyah, Dar Al-Ma’arif,


Mekah. Hal. 119.

Al Khatib, Ajjaj. Op.Cit. Hal. 141.

Al Suyuthi, Jalal Al Din Abd. Rahman Bin Abi Bakar. Al Laily Al Mausu’ah Fi
Hadis Al Maudhu’at, Almaktabah Al Islamiyah: Mesir. Juz II. Hal. 276.

Al Thahan, Mahmud. (1981). Taisir Musthalah Hadis. Dar Alquranul Karim:


Beirut Hal. 70.

Al-Ahdal, Husayn ibn Muhammad. (2018). Mabā diʾ Taḥ qīq al-Ḥ adīth al-
Mawḍ ū ʿ: Dirā sah Naqdīyah Naqdiyah lil-Istilā hā t wa-al-Mafhū m wa-al-Mawḍ ū ʿā t.
Maktabah al-Matbū ʿā t al-Islā miyah.
Al-Khatib al-Baghdadi, A. ibn 'A. (2017). Al-Kifayah fi 'Ilm al-Riwayah.
Beirut: Dar al-Furqan.
Al-Khatib al-Baghdadi, Abu Bakr Ahmad ibn 'Ali. (2017). Al-Kifayah fi 'Ilm
al-Riwayah. Maktabah al-Furqan.
Al-Zarkashi, B. M. (2015). Al-Ijazah fi 'Ulum al-Hadith. Beirut: Dar al-Kutub
al-'Ilmiyyah.

Amin, Ahmad. (1968). Fajrullslam. Bulan Bintang: Jakarta. Hal. 271.

Ash-Shiddiqy, M. Hasbi. (1987). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta:


Bulan Bintang. Hal. 246.

As-Salih, Subhi. (1997). ‘Ulum Al-Hadits Wa Mustalahahuh. Dar Al-Ilm Al-


Malayin. Hal. 263.

12 | H a d i s M a u d h u ’
Drs. Munzier Suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya. (1993). Ilmu
Hadits. Raja Grapindo Persada. Jakarta: 191.

Ghazali, A. H. M. (2018). Mawdu'at: Falsification of Hadith and Historical


Repercussions. Beirut: Garnet Publishing.

Muhammad, Sayid Bin Alwi Almaliki. Kaidah-Kaidah Dasar Ilmu Hadits.


Apollo: Surabaya. Hal. 46.

Mustafa, A. R. (2019). Fabricated Hadith and Its Impact on Contemporary


Islamic Thought. Journal of Islamic Studies and Culture, 7(1), 30-43.
Mustafa, Abdul-Rahman. (2015). Fabricated Hadith: Its Impact and Danger.
International Journal of Islamic Thought, 8(1), 12-18.

Suparta, Munzier. (2001). Ilmu Hadis, Rajawali Perss. Jakarta: 176.

13 | H a d i s M a u d h u ’

Anda mungkin juga menyukai