Anda di halaman 1dari 19

HADIS MAUDHU’

oleh: Dr. Rohmansyah, S.Th.I., M.hum


Pembahasan
 Pengertian hadis maudhu’ secara bahasa dan
istilah
 Bentuk-bentuk hadis maudhu‘
 Identifikasi hadis maudhu’
 Sebab-sebab kemunculan hadis maudhu’
 Motivasi orang membuat hadis maudhu’
 Kitab-kitab hadis maudhu’
 Usaha para ulama untuk membendung hadis
maudhu’ (palsu)
A. Pengertian Hadis Maudhu’

 Secara etimologi hadis maudhu’ adalah bentuk


isim maf’ul yang berasal dari kata wadha’a,
misalnya: wadha’a asy-Syai’a artinya meletakan
sesuatu atau merendahkannya.
 Secara terminologi hadis maudhu’ adalah
kebohongan yang dibuat-buat dengan baik yang
dinisbatkan atau disandarkan kepada Rasulullah
SAW.
 Hadis maudhu’ tingkatannya adalah hadis dha’if
yang paling buruk dan jelek (paling rendah
dibandingkan hadis dha’if).
 Hukum meriwayatkan, para ulama sepakat haram
meriwayatkan hadis maudhu’ bagi seseorang
yang mengetahui keadaannya dari berbagai
makna (masalah hukum, kisah-kisah, targhib, dll)
kecuali dengan menjelaskan kemaudhu’annya.
Karena hadis Nabi SAW:
)‫من حدث عني بحديث يرى أنه كذب فهو أحد الكاذبين (رواه مسلم‬
B. Bentuk-bentuk hadis maudhu’
1. Seseorang mengatakan sesuatu yang keluar dari
dirinya sendiri, kemudian ia meriwayatkannya
dengan menghubungkan atau menyandarkannya
kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Seseorang mengambil perkataan dari ahli fiqh atau
selainnya, kemudian menghubungkannya atau
menyandarkannya kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Seseorang melakukan kesalahan dalam meriwayatkan
suatu hadis dengan tidak ada unsur kesengajaan
mendustakan kepada Nabi Muhammadiyah, sehingga
riwayatnya itu menjadi maudhu’.
 Misalnya yang terjadi pada Habib bin Musa al-
Zahid dalam hadis:
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( من كثرت‬- : ‫ عن جابر قال‬
)‫صالته بالليل حسن وجهه بالنهار (رواه إبن ماجه‬
4. Seseorang melakukan kesalahan dalam
memberikan hukum maudhu’ terhadap suatu hadis
secara terbatas, tetapi sebenarnya riwayat itu shahih
dari selain Nabi Muhammad SAW, adakalanya dari
sahabat, tabi’in atau dari orang-orang yang datang
setelahnya, sehingga orang yang melakukannya
memperoleh teguran salah atau keliru dalam
menganggap hadis itu marfu’.
 Namun, jika seseorang memasukan riwayat yang
demikian ke dalam klasifikasi hadis maudhu’,
maka dia adalah salah, sebab ada perbedaan
antara hadis maudhu’ dengan hadis mauquf.
 Point keempat ini disebutkan oleh Abu Hafs
Badar al-Mauhili dalam kitabnya “Ma’rifatu al-
Wuqufi ‘Alaa al-Mauqufi” yang isinya tentang
orang-orang yang membuat hadis maudhu’,
dimana bagian sanadnya shahih selain dari Nabi
Muhammad SAW.
C. Identifikasi hadis maudhu’

1. Adanya pengakuan yang jelas dari orang yang


membuatnya, bahwa hadis yang diriwayatkannya
itu maudhu’. Seperti pengakuan Abu Ismah Nuh bin
Abi Maryam, bahwa ia meriwayatkan hadis
maudhu’ tentang keutamaan-keutamaan surat-surat
al-Qur’an dari Ibnu Abbbas.
2. Susunan lafadznya sangat buruk. Ini dapat
dirasakan oleh ahli bahasa Arab, bahwa lafadz yang
seperti itu tidak mungkin keluar dari orang yang
fasiih lisannya apalagi Nabi Muhammad SAW.
3. Makna hadis itu rusak, yakni irrasional baik
secara dharuri maupun istidlal, sehingga sama
sekali tidak bisa dita’wil, seperti adanya hadis
yang mengumpulkan dua hal yang bertentangan
dan tidak mungkin bisa dikompromikan, atau
hadis yang meniadakan Zat Allah yang Maha
Pencipta, atau yang menerangkan qidamnya
alam (keberadaan Alam tak bemula). Contoh-
contoh yang seperti itu berdasarkan
pertimbangan irrasional yang tidak mungkin
datang dari syara’.
 Oleh karena itu Imam Ibnu al-Jauzi mengatakan, bahwa
setiap hadis yang irrasional dan bertentangan denga dasar-
dasar agama adalah maudhu’.
4. Hadis itu bertentangan dengan realita dan inderawi.
5. Hadis itu bertentangan dengan al-Qur’an, sunnah, mutawatir,
ijma, dan tidak bisa dita’wil.
6. Hadis itu mengandung ancaman siksaan yang sangat berat
terhadap perbuatan dosa kecil atau ringan, atau mengandung
janji pahala yang sangat besar terhadap amalan yang ringan.
Namun semua itu tergantung pada adanya indikasi hadis
yang diriwayatkan yang menunjukan kemaudhu’annya.
D. Sebab kemunculan hadis
maudhu’
1. Umat Islam terpecah belah menjadi beberapa
golongan akibat persoalan politik dan fitnah,
seperti munculya Khawarij dan Syi’ah dan
jumhur.
2. Timbulnya perkara-perkara bid’ah karena
pengaruh hawa nafsu yang membius mereka,
sehingga mereka tidak segan-segan membuat
hadis-hadis maudhu’ untuk membela mazhab
mereka.
E. Motivasi orang-orang membuat
hadis maudhu’
1. Membela mazhabnya atau alirannya; umat Islam
menjadi terpecah belah akibat persoalan politik
dan fitnah sehingga mereka berkelompok2,
seperti Khawarij dan Syi’ah. Masing-masing
diantara mereka membuat hadis maudhu’ untuk
menguatkan dan membela mazhabnya.
Misalnya:
‫ من شك فيه كفر‬,‫ علي خير البشر‬
2. Untuk mencela Islam; mereka adalah orang-
orang zindiq (‫لزنادقة‬VV‫)ا‬yang tidak mampu membuat
penipuan terhadap umat Islam secara terang-
terangan, maka mereka sengaja membuat cara
yang kotor ini, lalu membuat sejumlah hadis
maudhu’ dengan niat tasywih Islam dan mencela
Islam. Di antara mereka adalah Muhammad bin
Sa’id asy-Syami yang dikenal dengan orang-
orang Zindiq, kemudia ia meriwayatkan dari
Humaid dari Annas secara marfu’, yaitu:
‫أنا خاتم النبيين ال نبي بعدي إال أن يشاء هللا‬
3. Untuk mendekatkan diri (orang-orang yang
lemah imannya) kepada para penguasa, dengan
membuat hadis-hadis maudhu’ yang cocok
dengan program dan tujuan mereka. Misalnya
Kisah ghiyas bin Ibrahim an-Nakha’I al-Kufi
bersama Amirul Mukminin al-Mahdi, ketika ia
memasukinya pada saat sedang bermain dengan
Hammam, lalu menyebutkan hadis dengan
sanadnya kepada Nabi Muhammad SAW
bahwasanya beliau bersabda:
ٍ ‫صل أو ُخ‬
“ ‫ف أو حافر أو َجنَاح‬ ْ َ‫سبَق إال في ن‬
َ ‫ "ال‬
 Kemudian ia menambah kalimat ‫جنَاح‬ َ ‫ أو‬karena
al-Mahdi. Hal tersebut diketahui al-Mahdi dan
beliau memerintahkannya untuk menyembelih
Hammam dan ia berkata:”Aku telah
membawanya”.
4. Mencari pekerjaan dan rizki, sebagaimana yang
dilakukan oleh sebagian ahli al-Kisah (tukang-
tukang cerita), mereka menceritakan sesuatu cerita
kepada orang-orang yang bisa menghibur dan
menakjubkan sehingga orang yang mendengar
menyukainya, seperti Abu Sa’id al-Mada’ini.
5. mencari popularitas (agar terkenal), dengan cara
mendatangkan hadis-hadis gharib yang didapatkan
dari guru-guru mereka, lalu memutarbalikan
sanadnya agar dianggap asing dan disukai oleh
orang-orang. Seperti Ibnu Abi Dahyah dan
Hammad an-Nashibi.
F. Kitab-kitab hadis maudhu’
 Abu Faraj Ibnu al-Jauzi, al-Madhu’t.
 As-Suyuthi, Al-La’ali al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-
Maudhu’ah al-Mukhtashar li Kitab al-Jauzi.
 Al-Hafidz al-Husain bin Ibrahim al-Jauzaqani, Al-
Bathil.
 Ali bin Muhammad bin Iraq al-Kanany, Tanzih asy-
Syari’ah al-Marfu’ah An al-Ahadits asy-Syani’ah al-
Maudhu’ah.
 Muhamma bin Thahir al-Fathani al-Hindi, Tadzkirah
al-Maudhu’at al-Kubra wa Tadzkirah al-Maudhu’at
ash-Shughra
 Ali bin Sulthan al-Qari, Al-Hibatu ats-Tsaniyyah
wa al-Asraru al-Marfu’ah dan kitab al-Mashnu’.
 Al-Qadhi Muhammad bin asy-Syaukani, Al-
Fawa’idu al-Majnu’ah.
 Abu Al-Mahasin Muhammad bin Khalil al-
Qauqaji, Al-Lu’lu’u al-Marsu’.
 As-Sakhawi, Al-Maqashid al-Hasanah.
 Al-Hafidz al-Juni, Kasyfu al-Kafa’ wa al-Munzilu
al-Albas fi Maa Yaduru min al-Ahadits ‘ala al-
Sinati a-Nas.
G. Usaha para membendung hadis
maudhu’
1. Mengisnadkan hadis.
2. Memeriksa benar tidaknya hadis yang diterima.
3. Mengkritik perowi dan menerangkan keadaan
mereka tentang kebenaran ataupun kedustaan
mereka.
4. Membuat kaidah-kaidah umum untuk
membedakan derajat-derajat hadis.
5. Menetapkan kriteria hadis-hadis maudhu’.

Anda mungkin juga menyukai