Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

HADIST MAUDHUI

1. Pengertian Hadist Maudhu’


ُ َ‫النب ْي َف َذل َك ْاْل‬
ُ ‫وض‬
‫وع‬ َّ ‫وع ♦♦♦ َع َلى‬ ْ َ‫امل ْخ َت َل ُق ْاْل‬
ُ ‫ص ُن‬ ُ ُ َْ َ
‫والك ِذب‬
ِ ِ
Syaikh Baiquniyah mengemukakan sekilas bait nadhom yang menerangkan tentang
hadist maudhui. Secara bahasa, kata maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a yang
berarti al-isqath (menggugurkan), al-tark (meninggalkan), al-iftira’ wa al-ikhtilaq (mengada-
ada atau membuat-buat). Sedangkan secara istilah, hadist maudhu’ adalah sesuatu yang
diciptakan dan dibuat-buat lalu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara dusta. Hal senada
dikemukakan oleh Syaik Imam al-Nawawi yang berpendapat bahwa hadistt maudhu’ adalah
hadistt yang diciptakan dan dibuat-buat.
Definisi hadist maudhu’ lainnya adalah sepertu yang dikemukakan oleh Shubhi al-
Shalih yang menyatakan bahwa Hadist maudhu’ adalah suatu berita yang diciptakan oleh para
pembohong dan kemudian mereka sandarkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya mengada-
ada atas nama beliau.

2. Dasar Munculnya Hadist Maudhu’


Latar belakang munculnya hadist maudhu’ menurut Ahmad Amin, yaitu
hadist maudhu’ telah ada sejak masa Rasulullah SAW. Dasarnya adalah munculnya hadist:
َّ ‫َم ْن َك َّذ َب َع َل َّي َف ْل َي َت َب َّو ْاء َم ْق َع َد ُه م َن‬
‫النا ِر‬ ِ
”Barang siapa dengan sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menempati tempat
duduknya di neraka.”
Ulama Hadist lain berpendapat, bahwa munculnya hadist maudhu’ untuk pertama
kalinya setelah tahun 40 H, pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ketika terjadi pertikaian
politik.

3. Faktor-faktor Penyebab Pemalsuan Hadist


Adapun faktor-faktor penyebab kemunculan hadist-hadist palsu (al-maudhu’) antara
lain adalah :
a. Pertentangan Politik
Perpecahan politik di kalangan umat muslim yang dimulai semenjak masa Ali bin
Abi Thalib (35-40 H) berdampak negatif terhadap keberadaan hadist Nabi
dengan dibuatnya hadist-hadist palsu untuk mendukung faksi masing-masing golongan.
b. Usaha Kaum Zindiq
Kaum zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai agama maupun
sebagai dasar pemerintahan. Mereka melakukan pemalsuan hadist dengan tujuan
menghancurkan agama Islam dari dalam.
c. Ashbiyah
Yakni fanatik kebangsaan, kekabilahan, kebahasaan, dan keimanan.
d. Mempengaruhi Kaum Awam dengan Kisah dan Nasihat
Kelompok yang melakukan pemalsuan hadist ini bertujuan untuk memperoleh
simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya.
e. Perselisihan dalam Fiqih dan Ilmu Kalam
Munculnya hadist-hadist palsu dalam masalah-masalah fiqih dan ilmu kalam ini
berasal dari para pengikut Madzhab yang didorong sikap fanatik serta ingin menguatkan
madzhabnya masing-masing.
f. Membangkitkan Gairah Beribadah, Tanpa Mengerti Apa yang Dilakukan
Banyak di antara ulama yang membuat hadist palsu dengan asumsi bahwa usahanya
itu merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjunjung tinggi agama-
Nya.
g. Menjilat Penguasa
Pembuatan hadist ini terjadi pada masa Bani Abbasiyah. Para pembuat hadist yang
sebagiannya ulama al-sa’ (jahat) itu berusaha mencari muka kepada para penguasa dengan
harapan bisa memperoleh fasilitas dari mereka.

4. Cara Mengetahui Hadist Maudhu’


Ada beberapa cara untuk mengetahui hadist maudhu’ antara lain :
a. Tanda-tanda pada Sanad
Tanda-tanda ke-maudhu’-an hadist yang terdapat pada sanad, antara lain sebagai
berikut:
1) atas dasar pengakuan para pembuat hadist palsu, sebagaimana pengakuan Abu Ismah
Nuh bin Abi Maryam bahwa dia telah membuat hadist tentang fadilah membaca Al-
Qur’an, surat demi surat, Goyas bin Ibrahim, dan lain-lain.
2) Bahwa perawi tidak mungkin bertemu dengan orang yang diakuinya sebagai gurunya.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan Ma’mun ibn Ahmad al-Harawi yang telah
mengaku mendengar hadist dari Hisyam ibn Hammar, padahal sebenarnya mereka
tidak pernah bertemu.
3) Perawi itu terkenal seorang pendusta dan hadistnya tidak diriwayatkan oleh orang
yang dapat dipercaya.
4) Keadaan perawi-perawi sendiri serta adanya dorongan membuat hadist. Dapat juga
diketahui bahwa hadist itu maudhu’ dengan memperhatikan keadaan-
keadaan qarinah yang mengelilingi perawi kala ia meriwayatkan hadist tersebut.
b. Tanda-tanda pada Matan
Adapun dari segi matan, hadist maudhu’ dapat diketahui melalui ciri-ciri berikut:
1) aknanya rusak. Ibnu Hajar menerangkan bahasa kejelasan lafal ini dititikberatkan pada
kerusakan arti sebab periwayatan hadist tidak harus bi al-lafzhi, tetapi ada yang bi al-
ma’na.
2) Terdapat kerancuan pada lafadz yang diriwayatkan. Artinya, apabila pada lafadz
tersebut dibaca oleh seorang ahli bahasa, ia akan segera mengetahui bahwa hadist
tersebut adalah palsu dan bukan berasal dari Nabi SAW.
3) Matannya bertentangan dengan Al-Qur’an atau hadist yang lebih kuat atau ijma’.
Seperti Contoh hadist dibawah ini yang menyalahi firman Allah SWT dalam Qs. Al-
An’am [6]: 164.
َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ُ َ َ
‫الزنا َليدخل الجنة ِإلى سبع ٍة أبن ٍاء‬ِ ‫ولد‬
”Anak hasil zina tidak masuk ke surga hingga tujuh keturunan.
Sebenarnya hukum yang dikehendaki hadist itu diambil dari At-Taurat.
4) Matannya menyebutkan janji sangat besar atas perbuatan yang kecil atau ancaman
yang sangat besar atas perkara kecil.
5) atan hadist tersebut mendukung mazhab perawinya, sementara perawi tersebut
terkenal sebagai seorang yang sangat fanatic terhadap mazhabnya.
6) Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal di masa Nabi SAW.
7) Menerangkan urusan yang menurut seharusnya, kalau ada, dinukilkan oleh orang
ramai.

5. Upaya Penyelamatan
Langkah yang dapat mengantisipasi problema hadist maudhu’ antara lain:
a. Memelihara sanad hadist.
b. Menerangkan keadaan para perawi.
c. Mengetahui tokoh-tokoh yang melakukan pemalsuan hadist.
d. Studi kritik rawi, yang lebih konsentrasi sifat kejujuran dan kebohongan.
e. Meningkatkan kesungguhan dalam meneliti hadist.
f. Mengetahui kriteria-kriteria hadist maudhu’.
g. Menyelidiki dan membasmi kebohongan yang dilakukan terhadap hadist.
h. Membuat kaidah-kaidah untuk menentukan hadist maudhu’ maupun membuat kitab
khusus yang memuat hadist-hadist maudhu’ seperti kitab Al-Maudhu’ Al-Kubra karya
Abu Al-Fari Abdul Rahman bin Al-Jauzi.

6. Contoh Hadist Maudhu’ dan Pembahasannya


Seperti yang terdapat dalam buku Studi Hadist karya Dr. Idri, hadist yang dinilai palsu
dari segi matan misalnya, hadist yang bertentangan dengan ijma’ yang dinyatakan dari Abu
Umamah dari Nabi berikut:
َ َ ْ َ َّ َ ُ ََ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ َُ َ ْ َ
‫ َل ُيك َت ُب َعلى ْاب ِن ا َد َم‬: ‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم َي ُق ْو ُل‬ ِ ‫عن ا ِبى اما مة قا َل س ِمعت َرسول‬
‫هللا صلى‬
ً َ َ ُ َ َ َ َ ََ ُ ً ْ ُ َ َ َ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ٌ ْ َ
)‫(ح َّتى ِاذا َبل َغ أش َّد ُه َو َبل َغ ا ْرَب ِع ْي َن َس َنة‬ ‫ ثم تَل‬, ‫ذنب ار ب ِعين سنة ِاذا كا ن مس ِلما‬
“Dari Abu Umamah katanya, saya ,mendengar Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah ditulis dosa
anak Adam selama empat puluh tahun jika ia beragama Islam, kemudian Nabi membaca (ayat),
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun.”
Hadist diatas oleh Ibn al-Jawzi dinyatakan palsu dari segi matannya. Ketika
menilai hadist di atas, ia menyatakan:
“Hadist ini dipalsukan atas nama Rasulullah. Pembuatnya telah mengada-ada dan hadist ini
bertentangan dengan ijma’ umat Islam. Sungguh aneh orang yang menghinakan syariah itu.”
Dengan adanya contoh hadist maudhu’ diatas, diharapkan kita bisa mengetahui
penilaian suatu hadist dikatakan palsu adalah salah satunya dari segi matan hadistnya yang
bertentangan dengan ijma’

Anda mungkin juga menyukai