“Aku katakan kepada Rasul, sesungguhnya isteri-isterimu masuk kepada mereka itu orang
yang baik-baik dan orang yaang jahat, maka bagaimana sekiranya Engkau perintahkan
kepada mereka agar bertabir, maka turunlah ayat hijab (Q.S. Al Ahzab: 53).
َٔۡ ََوإِ َذا َسأ َ ۡلتُ ُموه َُّن َم ٰتَعٗ ا ف
ٖ ۚ لُوه َُّن ِمن َو َرٓا ِء ِح َجtَس
اب
Artinya: Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir.
b. Berbentuk pernyataan. Adapun dalam bentuk pernyataan terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Berhubungan pada masa lalu. Seperti dalam (QS. Al-Kahf: 83)
ْ ُلُونَكَ عَن ِذي ۡٱلقَ ۡرن َۡي ۖ ِن قُ ۡل َسأ َ ۡتلtَس
وا َعلَ ۡي ُكم ِّم ۡنهُ ِذ ۡكرًا َٔۡ ََوي
Artinya: Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain.
Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".
2) Berhubungan pada masa yang sedang berlangsung. Seperti dalam (QS. Al- Isra: 85)
وح قُ ِل ٱلرُّ و ُح ِم ۡن أَمۡ ِر َربِّي َو َمٓا أُوتِيتُم ِّمنَ ۡٱل ِع ۡل ِم إِاَّل قَلِياٗل
ِ ۖ ُّلُونَكَ َع ِن ٱلرtَس
َٔۡ ََوي
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.
3) Berhubungan pada masa yang akan datang. Seperti dalam (QS. Al-A’raf: 187)
لُونَكَ َع ِن ٱلسَّا َع ِة أَيَّانَ ُم ۡر َس ٰىهَ ۖاtَس
َٔۡ َي
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?
2. Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/wahyu. Terkadang
wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab (Muhammad Ali Ash-
shaabuuniy, 1998:52) misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:
ۢص َم ُد لَمۡ يَلِ ۡد َولَمۡ يُولَ ۡد َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ُد
َّ قُ ۡل ه َُو ٱهَّلل ُ أَ َح ٌد ٱهَّلل ُ ٱل
Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia Tiada beranak dan tiada pula di peranakkan. Dan tiada
seoarangpun yang setara dengan dia.
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-
orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di
madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain dalam Q.S. Al-Baqarah: 238, yang berbunyi:
َوا هَّلِل ِ ٰقَنِتِين
ْ ى َوقُو ُمtٰ َصلَ ٰو ِة ۡٱل ُو ۡسط ِ صلَ ٰ َو
َّ ت َوٱل ْ ُٰ َحفِظ
َّ وا َعلَى ٱل
Artinya: “peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharah) shalat wustha. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.
Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab berikut:
1) Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu hari yang
sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh para sahabat. Maka turunnlah
ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad, bukhari, abu daud).
2) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu yang sangat
panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf saja yang mengikutinya.
Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang.
Maka turunlah ayat tersebut diatas (HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu jarir).
3) Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada orang-orang yang suka
bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat mereka shalat. Maka turunlah
ayat tersebut yang memerintahkan supaya diam pada waktu sedang shalat (HR. Bukhari
muslim, tirmidhi, abu daud, nasa’i dan ibnu majah).
4) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-cakap di waktu
shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan dulu keperluannya (di waktu
sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang sedang memerintahkan supaya khusyuk ketika
shalat.
b. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh: Q.S. Ad-
dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:
ۡ
ٖ فَ ۡٱرتَقِ ۡب يَ ۡو َم تَأتِي ٱل َّس َمٓا ُء بِ ُد َخ
)10( ٖان ُّمبِين
Artinya: maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.
ِ وا ۡٱل َع َذا
)15( َب قَلِياًل ۚ إِنَّ ُكمۡ عَٓائِ ُدون ْ ُاشف
ِ إِنَّا َك
Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.
ٓ ٰ يَ ۡو َم ن َۡب ِطشُ ۡٱلبَ ۡط َشةَ ۡٱل ُك ۡب َر
)16( َى إِنَّا ُمنتَقِ ُمون
Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras.
Sesungguhnya kami memberi balasan”.
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw. Beliau berdo’a supaya mereka mendapatkan
kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman nabi yusuf. Alhasil mereka
menderita kekurangan, sampai-sampai merekapun makan tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-
dukhan/44: 10). Kemudian mereka menghadap nabi saw untuk meminta bantuan. Maka
rasulullah saw berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun turun, maka turunnlah ayat
selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh kemewahan
merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka turunlah ayat ini (QS.
Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di
waktu perang badar.
Contoh lain Terkadang ada satu peristiwa tapi ayat yang turun banyak. Semisal hadis
yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan Hakim dari Ummu Salamah, ia berkata: “Wahai
Rasulullah, saya tidak mendengar Allah menyebutkan sesuatu kepada kaum wanita tentang
hijrah”, maka Allah menurunkan ayat 195 dari surat Ali ‘Imrān
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Dahlan dkk. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Jalaluddin as-Suyuthi. 2008. Asbabun Nuzul. Alih Bahasa oleh Tim Abdul Hayyie, Sebab-sebab
Turunnya al-Qur’an. Jakarta: Gema insani.
Manna’ Khalil Al-Qattan. 2001. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa.
Muhammad Ali Ash-shaabuuniy. 1998. At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, Alih Bahasa oleh.
Qamaruddin Shaleh dan. M. D. Dahlan, Dkk. 2004. Asbabun Nuzul. Bandung: Diponegoro.
Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan. 1992. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: PT Bulan Bintang.