NIM : 2007015126
ِإ َّ
اك ْم
ُ ول َف َق ِّد ُم وا َب نْي َ يَ َد ْي جَنْ َو
َ الر ُسَّ اج ْي تُ ُم
َ َآم نُ وا َذ ا ن َ يَا َأيُّ َه ا ال ذ
َ ِين
ِإ ِإ َ ص َد قَ ةً ۚ ٰذَ ل
ٌ ِك َخ ْي ٌر لَ ُك ْم َو َأطْ َه ُر ۚ فَ ْن مَلْ جَتِ ُد وا فَ َّن اللَّ هَ َغ ُف
ٌور َر ِح يم َ
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan
khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada
orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik
bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan
disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
ٍ َص َد ق
ات ۚ فَ ِإ ْذ مَلْ َت ْف َع لُ وا اك ْم
ُ َأن ُت َق ِّد ُم وا َب نْي َ يَ َد ْي جَنْ َو ْ َأَأش َف ْق تُ ْم
ْ
َ
َالز َك اةَ َو َأطِيعُ وا اللَّ ه َّ وا ُالص اَل ةَ َو آت
َّ ِيم وا ُ اب اللَّ هُ َع لَ ْي ُك ْم فَ َأق َ ََو ت
َ َُو َر ُس ولَ هُ ۚ َو اللَّ هُ َخ بِريٌ مِب َ ا َت ْع َم ل
ون
“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan
sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika
kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu
maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
2. Nasakh Al-Quran dengan Sunah. Contoh Surat Al-Baqarah ayat 44
dinaskh dengan hadis tentang perubahan arah kiblat
Corak Tafsir :
1. Corak Sufi, yaitu tafsir yang ditulis oleh para sufi atau ahli tasawuf
yang pada umumnya diungkapkan dengan bahasa mistik. Corak ini
ada 2 macam, yaitu :
a. Tasawuf teoritis, yakni tasawuf yang didasarkan atas hasil
pembahasan dan studi yang mendalam.
b. Tasawuf praktis, yakni tasawuf yang dihasilkan oleh praktik gaya
hidup sengsara, zuhud dalam rangka melaksanakan
melaksanakan ketaatan kepada Allah.
2. Corak Falsafi, adalah cara penafsiran ayat-ayat al-Quran dengan
menggunakan teori-teori filsafat. Penafsiran ini berupaya
mengompromikan atau mencari titik temu antara filsafat dan agama
serta berusaha menyingkirkan segala pertentangan diantara
keduanya.
3. Corak al-Adab al-Ijtimai’, ialah tafsir yang menekankan
pembahasannya pada masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak al-Adab al-Ijtima’i
termasuk tafsir bil-ra’yi. Namun ada juga sebagian ulama yang
mengategorikannya tafsir campuran karena prsentase atsar dan akat
sebagai sumber penafsiran dilihatnya seimbang.
Contoh kitab-kitabnya :
1. Tafsir al-Munir karya Syeikh Nawawi al-Bantani
2. Tafsir Marah Labid Li Kasyaf Ma’na al-Qur’anul Majid karya
Syeikh Nawawi bin Umar al-Jawi.
3. Tafsir Quran karya Syeikh Ahmad Sorkati as-Sudani.
4. Tafsir al-Burhan karya Syeikh Dr. Abdul Karim Amrullah
Kitab-kitab nya :
a. Tafsir Jami’ al-Bayan (Ibnu Jarir at-Tabari).
b. Tafsir al-Bustan (Abul Lais as-Samarqandi).
c. Tafsir Ma’limut Tanzil (al-Bagawi).
d. Tafsir al-Qur’anul ‘Azim (al-Hafid Ibnu Kasir).
e. Tafsir Asbabun Nuzul (al-Wahidi).
f. Tafsir an-Naskh wal Mansukh (Abu Ja’far an-Nahas).
Kelebihan :
a. Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami al-Quran.
b. Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-
pesannya.
c. Mengikat mufasir dalam bingkai teks ayat-ayat sehingga
membatasinya terjerumus dalam subjektivitas berlebihan.
Kekurangan :
a. Terjerumusnya sang mufasir dalam uraian kebahasaan dan
kesusastraan yang bertele-tele sehingga pesan pokok al-Quran
menjadi kabur dicelah uraian itu.
b. Seringkali konteks turunnya ayat (uraian asbabun nuzul/sisi
kronologis turunnya ayat-ayat hukum yang dipahami dan uraian
nasikh/mansukh) hampir dapat dikatakan terabaikan sama sekali,
sehingga ayat-ayat tersebut bagaikan turun bukan dalam satu
masa.
c. Bercampur dengan riwayat yang tidak sahih bahkan isra’iliyat.
d. Sering mencatat nama-nama mufasir yang terkenal/terkemuka
tanpa ada bukti yang benar.
e. Mudah dimasuki orang-orang kafir zindiq yang memasuki al-
Quran.
f. Adanya riwayat da’if dan mungkar dari riwayat yang didapat dari
Rasulullah, sahabat, dan tabi’in.
g. Pertentangan riwayat satu sama lain.
Kekurangan :
1. Sulit menghindarkan diri dari subjektivitas mufasirnya.
2. Dalam hal-hal tertentu cenderung dipaksakan.
3. Para sahabat dan tabi’in tidak mau berkata sesuatu tentang al-
Quran dengan pendapat mereka.
4. Pada tafsir ini tidak bisa dinilai mutlak pada kebenarannya.