Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa hari atau pekan menjelang akhir hayatnya, konon Rasulullah SAW sempat
berwasiat pada sahabatnya (baca umatnya). Diantara wasiat yang dimaksudkan, menurut
sebagian muhaddist ialah hadits berikut :

) ‫ لن تضلو اما تمسكتم بهم كتب هللا و سنة رسو له( رواه ما لك‬،‫تركت فيكم امرين‬

“Aku tinggalkan untukmu dua hal. Kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh dengan
keduanya: Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya”.(H.R. Malik)

Selain membedakan derajat hadits dari Al-Qur’an, hadis pendek diatas juga mengisyaratkan
tentang eratnya pertalian Kitab Allah disatu pihak dan Sunnah Rasul-Nya dipihak lain.
Kenyataannya memang menunjukkan bahwa kolongan langit ini, tak seorang muslim pun yang
dapat mengamalkan Al-Qur’an tanpa merujuk pada hadis, dan juga tidak aka nada orang yang
membicarakan hadits tanpa menyinggung Al-Qur’an.

Kalau boleh diumpamakan, hubungan Al-Qur’an dengan hadits ibarat pertalian dua kalimat
syahadat yang bersifat talazum (saling tergantung) atau laksana keterkaitan Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) dalam sebuah organisasi. Namun demikian, rincian
mengenai keterkaitan diantara keduanya 

B. Rumusan Masalah

1. Apa fungsi hadits terhadap al-Qur’an?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN

AL-Qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup,sumber hukum,dan ajaran islam,tidak


dapat dipisahkan antara satu dengan lainya.Al-qur’an sebagai sumber pertama memuat
ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global,sedangkan hadist sebagai sumber ajaran kedua
tampil untuk menjelaskan(Bayyan),Keumuman Isi Al-Qur’an itu.Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt. Dalam Al-qur’an Surah An-nahl Ayat 44.

Allah Swt Menurunkan Adz-dzikr,Yaitu Al-Qur’an bagi umat manusia agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia,maka Allah Swt memerintahkan Rasulullah SAW Untuk
menjelaskannya.

Hadist sebagai penjelas atau bayyan Al-quran itu memiliki bermacam-macam


fungsi.Imam Mailiki Bin Annas menyebutkan 5 Macam Fungsi ,Yaitu Sebagai Bayyan At-
Taqrir,Bayyan At-tafsir,Bayyan At-tafsil,Bayyan At-bast dan bayyan An-Naskh.

Dalam Arrisalah,Ia menambhakan dengan Bayyan Al-Isyarah.Imam Ahmad Bin Hanbal


Menyebutkan 4 Fungsi,Yaitu Bayyan Attakqid,At-tafsir,Bayyan At-Tasyri’,dan Bayyan An-
Naskh.

1. Bayyan At-Taqrir
Bayyan At-taqrir disebut juga Bayyan At-Taqkid dan bayyan Al-Istbat. Yang
dimaksud dengan bayyan ialah menetapkan dan memperkuat apa yang elah
diterangkan dalam Al-quran.Maka Fungsi Hadist dalam Hal Ini untuk
memperkokoh isis kandungan Al-Quran.Sebagai contoh Adalah Hadist yang
diriwayatkan Muslim dari Ibnu Ummar sebagai Berikut:
Artinya : Apabila kalian melihat(ru’yah)Bulan maka berpuasalah,juga apabila
melihat (ru’yah)itu maka berbukalah (HR.Muslim).
Hadist Ini Mentaqrir Ayat Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 185.
Contoh lain,hadist Riwayat Bukhori dari Abu Huroiroh Sebagai Berikut:

2
Artinya: Rasulullah SAW. Bersabda,”Tidak diterima Sholat Seseorang yang
berhadas sebelum ia berwudhu”.(Hr.Bukhori & Abu Huroiroh).
Hadist ini mentaqrir Ayat Al-quran surah Al-maidah ayat 6 mengenai Keharusan
berwudhu ketika hendak mendirikan sholat,ayat tersebut berbunyi:
‫ ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم‬c‫وس‬
ِ ‫حُوا بِ ُر ُء‬c‫ق َوا ْم َس‬c ِ cِ‫ ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬c‫صاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال‬
‫تُ ُم‬c‫ ِط أَوْ اَل َم ْس‬cِ‫ ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائ‬c‫ض ٰى أَوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر أَوْ َجا َء أَ َح‬ َ ْ‫إِلَى ْال َك ْعبَ ْي ِن ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر‬
ٍ ‫ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ ۚ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر‬
‫ج‬ َ ‫النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬
َ‫َو ٰلَ ِك ْن ي ُِري ُد لِيُطَه َِّر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur"

2. Bayyan At-tafsir
Yang dimaksud dengan bayyan At-tafsir adalah memberikan perincian dan
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-quran yang masih Mujmal,memberikan
Taqid(Persyaratan) terhadap ayat-ayat Al-quran yang masih mutlak,dan
memberikan takhsis(penuentuan Khusus) terhadap ayat-ayat Al-quran yang masih
umum.Contoh Ayat-ayat Al-quran yang masih mujmal adalah perintah
mengerjakan sholat,puasa,zakat disyariatkan jual beli,pernikahan,Qiyas,Khudud
dsb.Ayat –ayat Al-quran tentang masalah tersebut masih bersifat mujmal,baik
mengenai cara mengerjakan,sebab-sebab,syarat-syarat, ataupun halangan-
halangannya.oleh karena itu,Rasulullah SAW.Melalui Hadistnya Menafsirkan dan
menjelaskan seperti disebutkan dalam Hadist riwayat Bukhori Muslim Artinya:
Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku sholat.(Hr.Bukhori Muslim).

3
Hadist ini menerangkan tata cara mengerjakan sholat,sebagaimana firman Allah
Swt dalam Surah Al-Baqarah Ayat 43.
Contoh Hadis yang men-taqid-kan ayat-ayat Al-quran yang bersifat mutlak,adlah
sabda Rasulullah SAW berikut ini
Artinya: Rasulullah Saw didatangi seseorang yang membawa pencuri,maka beliau
memotong tangan pencuri tersebut dan pergelangan tangan.”
Hadist ini Mentaqid Al-quran surah Al-maidah ayat 38.
ِ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا أَ ْي ِديَهُ َما َج َزا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
a. Tafsil al-mujmal,
Memerinci kandungan ayat al-quran yang masih bersifat global. Banyak sekali
hal-hal yang berkenaan dengan ibadah dan hukum yang di dalam al-quran
masih bersifat global. Misalnya, al-quran hanya menyinggung bahwa shalat
itu wajib akan tetapi detail-detail mengenai waktu pelaksanaan, rukun-rukun
dan jumlah bilangan shalat menyinggung : “Dirikanlah shalat dan tunaikan
zakat” ( QS. Al-baqarah : 43,83,1109)
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬

Arti: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'.
Bila kita hanya berpegang pada ayat yang masih bersifat global ini, maka bias
jadi tata cara shalat setiap orang menjadi berbeda satu sama lain. Bias jadi satu
orang mengerjakan satu ruku dalam shalat dengan cara seperti yang saat ini
kita lihat.
b. Takhsis al-am
Hadi yang fungsinya mengkhususkan kandungan ayat-ayat al-quran yang
masih bersifat umum. Misalnya ketika al-quran menjelaskan mengenai aturan
warisan, secara sepintas, hal-hal yang berkenan dengan bagian ahli waris

4
sudah dijelaskan detail dalam ayat tersebut. Namun ayat tersebut masih
bersifat umum dalam hubungannya dengan siapa yang berhak mendapat
warisan, menurut aya ittu tanpa kecuali semua ahli waris dapat warisan
padahal para nabi tidaklah dapat warisan.
‫َت‬ ْ ‫ان‬cc‫ك ۚ َواِ ْن َك‬ َ ْ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬
َ ‫ َر‬c َ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت‬ ِ ْ‫يُو‬
ٓ ٗ َ‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد و ََّو ِرث‬
‫ه‬cc َ ‫اح َدةً فَلَهَا النِّصْ فُ ۗ وَاِل َبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر‬ ِ ‫َو‬
‫ا ُؤ ُك ۚ ْم اَل‬cۤ cَ‫ا ُؤ ُك ْم َواَ ْبن‬cۤ cَ‫ٓا اَوْ َدي ٍْن ۗ ٰاب‬ccَ‫ص ْي بِه‬
ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ِ ‫ث ۚ فَا ِ ْن َكانَ لَ ٗ ٓه اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ُ ُ‫اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
‫ا َح ِك ْي ًما‬cc‫انَ َعلِ ْي ًم‬cc‫ةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َك‬cc‫ْض‬
َ ‫ا ۗ فَ ِري‬ccً‫ربُ لَ ُك ْم نَ ْفع‬cc
َ ‫ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق‬ccَ‫ت‬Allah mensyariatkan
(mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu,
(yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari
dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia
(anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta
yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal)
mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga.
Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah
(dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (QS. An-Nisā`: 11)
c. Taqyid al-mutlaq
Untuk point ini hadis berfungsi membatasi penjelasan ayat-ayat al-quran yang
masih belum ada batasannya (mutlaq). Misalnya mengenai kasus potong
tangan bagi pencuri. Ayat al-quran (QS. Al-maidah : 38) hanya menyebutkan
pencuri laki.laki dan pencuri perempuan , maka potonglah tangan keduannya
dalam ayat itu tidaklah dijelaskan sampai mana batasan tangan yang harus
dipotong. Sebab dari jari-jari tangan sampai ketiak atau dari jari-jari sampai
siku atau dari jari-jari sampai pergelangan semua juga bias disebut tangan.

5
Akan tetapi nabi menjelaskan bahwa yang dimaksud sampai pergelangan
tangan
(nabi pernah dihadirkan seorang pencuri, maka nabi memotongnya sebatas
pergelangan tangannya)

3. Bayyan At-tasyri’
Bayyan At-tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaranajaran yang tidak
didapati dalam Al-quran.Bayyan ini disebut juga dengan bayyan zaid ‘Ala Al-
kitab al-karim.Hadist Rasulullah SAW dalam segala bentuknya(Baik yang
Qouli,Fi’li,Maupun Taqriri) berusha menunjukan suatu kepastian hukum terhadap
berbagai persoalan yang tidak terdapat dalam Al-quran Beliau berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para sahabat atau yang tidak
diketahuinya, dengan meberikan bimbingan dan menjelaskan peroalannya.
Banyak hadist Rasulullah SAW yang termasuk dalam kelompok ini,diantaranya
adlah hadist tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita
bersaudara(abtara istri dengan bibiknya),hukum syuf’ah,hukum merajam pezina
wanita yang masih perawan,dan hukum hak waris seorang anak.
Artinya: “Rasulullah Saw telah mewajibkan Zakat Fitrah kepada Umat islam pada
bulan Ramadhan 1 Sha’ Kurma atau gandum untuk setiap orang,baik merdeka
maupun hamba,laki-laki atau perempuan.”
Hadist ini Mentasyri’kan ayat Al-quran surah an-nisa ayat 11.
HADIST YANG TERMASUK BAYAN At-tasyri’ ini,wajib diamalkan
sebagaimana halnya dengan hadist-hadist lainya.Ibnu Al-qayyim bahwa hadist-
hadist Rasulullah Saw yang berupa tambahan terhadap Al-quran ,harus ditaati dan
tidak boleh menolak atau mengingkarinya.ini bukanlah sikap(Rasulullah Saw)
mendahului Al-quran,melainkan semata-mata karena perintahnya.
Ketiga bayyan yang telah diuraikan diatas telah disepakati oleh ulama,namun
untuk bayyan yang ketiga masih sedikit dipersoalkan.sementara itu,untuk bayyan
lainya seperti bayyan An-Naskh terjadi perbedaan pendapat.ada yang mengakui
dan menerima fungsi tersebut ada pula yang menolaknya.

6
ً‫اح َدة‬
ِ ‫َت َو‬ ْ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما تَ َركَ ۚ َواِ ْن َكان‬ َ ْ‫ن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬cِ ‫ظ ااْل ُ ْنثَيَ ْي‬ َّ ِ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم ل‬
ِّ ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َح‬ ِ ْ‫يُو‬
ٓ ٗ َ‫ ٌد َّو َو ِرث‬cَ‫ك ِا ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َول‬
‫وهُ فَاِل ُ ِّم ِه‬cٰ َ‫ه اَب‬c َ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر‬ ِ ‫فَلَهَا النِّصْ فُ ۗ وَاِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َو‬
‫ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم‬cَ‫ا ُؤ ُك ۚ ْم اَل ت‬cَۤ ‫ا ُؤ ُك ْم َواَ ْبن‬cۤ َ‫ٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ ٰاب‬cَ‫ ْي بِه‬c‫ص‬ ِ ‫ ِد َو‬c‫ ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع‬c‫الس‬
ِ ْ‫يَّ ٍة يُّو‬c‫ص‬ ُّ ‫ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه‬c‫ث ۚ فَا ِ ْن َكانَ لَ ٗ ٓه اِ ْخ‬
ُ ُ‫الثُّل‬
‫ضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬ َ ‫اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي‬
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya
lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika
dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta
yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai
anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh
kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang
meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya
atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu,
kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya
bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana. (QS. An-Nisā`: 11)

4. Bayyan An-Naskh
Bayyan An-naskh ,kata An-naskh dari segi bahasa memiliki bermacam-macam
arti yaitu Al-itbal(membatalkan) atau al-izalah (menghilangkan),atau at-tahwil
( memindahkan), atau at-taghir (mengubah).para ulama’ mengartikan bayyan an-
naskh ini melalui pendekatan bahasa, sehingga terjadi perbedaan pendapat
diantara mereka dalam mengartikannya.hal inipun terjadi pada kalngan ulama’
Muta’akhirin dengan ulama’ Mutaqaddimin.
Menurut Ulama mutaqaddimin yang disebutbayyan an-naskh adalah adanyan dalil
syara’( yang dapat enghapuskan ketentuan yang telah ada)karena datangnya
kemudian.

7
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa ketentuan yang datang kemudian dapat
menghapuskan ketentuan yang datang terdahulu.hadist sebagai ketentuan yang
datang kemudian dari Al-quran,dalam hal ini, dapat menghapus ketentuan dan isi
kandungan al-quran demikianlah menurut ulama yang menganggap adanya fungsi
bayyan an-naskh.imam hanafi membatasi fungsi bayyan ini hanya terhadap
hadist-hadist yang muttawatir dan mashur,sedangkan terhadap hadist ahad,ia
menolaknya.
Salah satu contoh hadist yang biasa diajukan oleh para ulama’ ialah
Artinya” tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
Hadist ini menurut mereka menasakh isi Al-quran surah al-baqarah ayat 180.

َ‫ُوف ۖ َحقًّا َعلَى ْٱل ُمتَّقِين‬


ِ ‫صيَّةُ لِ ْل ٰ َولِ َد ْي ِن َوٱأْل َ ْق َربِينَ بِ ْٱل َم ْعر‬
ِ ‫ك خَ ْيرًا ْٱل َو‬ ُ ْ‫ض َر أَ َح َد ُك ُم ْٱل َمو‬
َ ‫ت إِن تَ َر‬ َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َح‬
َ ِ‫ُكت‬
“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara
kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib
kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. AlBaqarah : 180)

BAB III

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari tulisan ini, ada tiga kesimpulan yang ingin disampaikan :

Pertama, antara Hadist dan al-Qur’an, jelas ada pertalaian hubungan yang erat, dan karena satu
sama lain tidak dapat dipisahkan kedatipun antara keduanya bisa dibedakan dari berbagai
aspeknya.

Kedua, kewajiban mengamalkan hadist disamping al-qur’an, bukan semata-mata karena


diperintakan oleh al-Qur’an dan Hadits itu sendiri, melainkan juga disebabkan kebutuhan umat
islam kepadanya sangat besar.

Ketiga, kedudukan al-Qur’an sebagai salah satu alat pengukur (instrument) bagi kebenaran
makna suatu Hadits, agaknya begitu penting dan karenanya perlu mendapat perhatian serius.

DAFTAR PUSTAKA

9
 Mudasir, Ilmu Hadist,Bandung 1999
 Dr. Zarkaesih, 2012. Studi Hadits. Pekanbaru: Aswaja Pressindo
 Sattar Abdul,Ilmu Hadist,Semarang 2018,PUSTAKA RIZKY PUTRA

10

Anda mungkin juga menyukai