Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada


Rasul Allah (Nabi Muhammad SAW). Al-quran dijadikan sebagai pedoman
hidup umat islam dalam menata dan melaksanakan kehidupan dunia dan
akhirat. Prinsip kita menjadikan AlQur’an sebagai pedoman hidup bukan
hanya pada tahu dan paham tentang isi dari kandungan namun juga pada
pengetahuan dan pemahaman cara mengkaji Al-Qur’an tersebut. Dalam
pembahsan Al-Qur’an ini banyak sekali yang harus dikupas secara mendalam
salah satunya yaitu Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an.Nasikh ini
merupakan mengangkat hukum syara’ dengan dalil hukum syara’. Yang
memberikan kesan Nasikh hanya terjadi pada hukum-hukum yang
berhubungan dengan furu’ ibadah yang muamalat dengan orang-orang yang
megakui Nasikh.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Nasikh Dan Mansukh
2. Bagaimana Kontroversi Tentang Nasikh Mansukh
3. Apa Saja Naskh Dalam Al Qur’an
4. Bagaimana Naskh Al Qur’an Dengan As Sunnah
5. Apa Urgensi Hikmah Nasikh Mansukh
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Nasikh Mansukh
2. Untuk Mengetahui Kontroversi Tentang Nasikh Mansukh
3. Untuk Mengetahui Naskh Dalam Al Qur’an
4. Untuk Mengetahui Naskh Al Qur’an Dengan As Sunnah
5. Untuk Mengetahui Urgensi Hikmah Nasikh Mansukh

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasikh Mansukh
Kata Nasikh dan Mansukh merupakan bentuk perubahan dari kata Nasikh,
masdar dari kata kerja nasikh. Ia bisa berarti menghilankan (al-izalah),
sebagai terdapat dalam Q.S AL-HAJJ ayat 52.

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi
sebelum engkau (Muhammad), mela-inkan apabila dia mempunyai suatu
keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu.
Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu, dan Allah akan
menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.

1. Menggantkan (al-tabdil) sebagai terdapat dalam Q.S AN NAHL ayat 101.

َ‫َواِ َذا بَ َّد ْلنَٓا ٰايَةً َّم َكانَ ٰايَ ٍة ۙ َّوهّٰللا ُ اَ ْعلَ ُم بِ َما يُن َِّز ُل قَالُ ْٓوا اِنَّ َمٓا اَ ْنتَ ُم ْفت ۗ ٍَر بَلْ اَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬

Artinya :
Dan apabila Kami mengganti suatu ayat dengan ayat yang lain, dan Allah lebih
mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata, “Sesungguhnya engkau
(Muhammad) hanya mengada-ada saja.” Sebenarnya kebanyakan mereka tidak
mengetahui.

2. Pengalihan (al-tahwil). Sebagai yang berlaku dalam ilmu faraid


(pembagian harta warisan).
3. Mengutip atau memindahkan (al-naql), seperti kalimat Nisakhtu al-kitab,
berarti saya mengutip isi buku, dalam ayat al-quran surat al-jasiyah 29;

2
ِّ ‫ق َعلَ ْي ُك ْم بِ ْال َح‬
َ‫ق ۗاِنَّا ُكنَّا نَ ْستَ ْن ِس ُخ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬ ُ ‫ٰه َذا ِك ٰتبُنَا يَ ْن ِط‬

Artinya :

(Allah berfirman), “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu


dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa
yang telah kamu kerjakan.”

Dari definisi yang telah disebutkan, disini jelas bahwa nasikh makna yang banyak,
akan tetapi diantara makna-makna tersebut yang paling mendekati kebenaran
adalah bermakna al-izalah (menghilangkan).

Sedangkan pengertian menurut istilah adalah:

(mengangkat atau menghapuskan) sesuatu dan menetapkan yang lain pada


tempanya). Dalam kalimat lainnya ialah mengangkat (menghilankan) hukum
shara’ dengan dalil hukumnya shara’ yang lain. Disebukan kata hukum disini
menunjukkan prinsip bahwa segala “ sesuatu hukum asalnya adalah boleh” tidak
termasuk yang di nasikh.

Kata Nasikh ( menghapus) maksudnaya adalah Allah ( yang menghapus itu.).


Seperti firmannya dalam surah al-baqarah 106 :

‫ت بِخَ ي ٍْر ِّم ْنهَٓا اَوْ ِم ْثلِهَا ۗ اَلَ ْم تَ ْعلَ ْم اَ َّن هّٰللا َ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬
ِ ْ‫َما نَ ْن َس ْخ ِم ْن ٰايَ ٍة اَوْ نُ ْن ِسهَا نَأ‬
Artinya :
“Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti
dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tahu
bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesutu.?”

Mansukh hukum yang diangkat atau yang dihapus. Maka ayat mawarith (warisan)
atau hukum yang terkandung di dalamnya misalnya adalah pnghapusan (Nasikh)
hukum wasiat kepada kedua orang tua atau kerabat sebagaimana akan dijelaskan.

3
B. Kontroversi tentang Nasikh dan Mansukh

Menurut jumhur ulama, naskh adalah suatu hal yang dapat diterima oleh akal dan
benar-benar terjadi pada hukum syara’. Argumen jumhur ulama adalah sebagai
berikut :

1. Perbuatan-perbuatan Allah SWT tidak terikat dengan tujuan. Menjadi


hak Allah untuk memerintahkan sesuatu pada suatu waktu dan
menghapusnya dengan larangan pada waktu yang lain. Dia Yang Maha
Mengetahui kemaslahatan hamba-hamba-Nya.
2. Nash-nash al-quran dan As-Sunnah menujukkan boleh dan terjadinya
naskh antara lain :

‫َواِ َذا بَ َّد ْلنَٓا ٰايَةً َّم َكانَ ٰايَ ٍة‬

Artinya :

Dan apabila Kami mengganti suatu ayat dengan ayat yang lain.

( Q.S AN-NAHL 101 ).

ِ ْ‫َما نَ ْن َس ْخ ِم ْن ٰايَ ٍة اَوْ نُ ْن ِسهَا نَأ‬


‫ت بِ َخي ٍْر ِّم ْنهَٓا اَوْ ِم ْثلِهَا‬

Artinya :

“Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti
dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya”.

( Q.S AL-BAQARAH 106 ).

“ Diriwayatkan dari ibn ‘Abbas RA, ‘Umar berkata: “ yang paling qari’ diantara
kami adalah Ubay, dan yang paling Qadhi’ adalah ‘Ali, walaupun demikian kami
meninggalkan sebagian perkataan ubay, karena dia berkata: “Aku tidak akan
meninggalkan sedikitpun apa yang aku dengar dari Rasulullah SAW, padahal
Allah ‘Azza wa jalla berfirman: “ Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau
kami jadikan (manusia) lua kepadanya...” (H.R Bukhari).

4
Menurut Abu Muslim al-Ashfahani naskh dapat akal tapi tidak boleh terjadi
menurut saya. Naskh dalam Al-Qur’an tidak boleh terjadi karena hukum Allah
SWT tidak ada yang batil untuk selamanya,sebagaimana firman Allah SWT.

‫اَّل يَأْتِ ْي ِه ْالبَا ِط ُل ِم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َواَل ِم ْن خَ ْلفِ ٖه ۗتَ ْن ِز ْي ٌل ِّم ْن َح ِكي ٍْم َح ِم ْي ٍد‬

Artinya :
yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang
(pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang
Mahabijaksana, Maha Terpuji.

( Q.S Fushilat 42 ).

Para ulama yyang menerima naskh berbeda-beda juga dalam kadar


penerimaan. Ada yang terlalu mudah menetapkan naskh bagi ayat-ayat yang
kelihatannya bertentangan tanpa berusaha memastikan bahwa itu memang bersifat
hakiki sehingga tidak bisa dikompromikan sama sekali.

C. Macam-macam Nasikh dalam al-quran

Menurut al-zarkashi, dari segi tilawah (bacaan) dan hukumnya.

1. Nasikh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus, yaitu bacaan dan tulisan
pun tidak ada lagi termasuk hukum ajarannya telah terhapus dan diganti
dengan hukum yang baru.
2. Nasikh hukumnya tanpa menasakh bacaannya,
Yaitu tulisan dan bacaannya tetap ada dan boleh dibaca sedangkan isi
hukumnya sudah dihapus atau tidak boleh. Misalnya pada surat al-baqarah
ayatang dicintai 240 tentang istri-istri yang dicerai suaminya harus
ber’iddah selama satu tahun dan masih berhak mendapatkan nafkah dan
tempat tinggal selama ‘iddah satu tahun.

َ ‫اج ۚ فَا ِ ْن خَ َرجْ نَ فَاَل ُجن‬


‫َاح‬ ِ ‫َوالَّ ِذ ْينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُوْ نَ اَ ْز َواج ًۖا َّو‬
ٍ ‫صيَّةً اِّل َ ْز َوا ِج ِه ْم َّمتَاعًا اِلَى ْال َحوْ ِل َغ ْي َر اِ ْخ َر‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ‫َعلَ ْي ُكم في ما فَع ْلنَ ف ٓي اَ ْنفُسه َّن م ْن م ْعرُوْ ۗ ٍ هّٰللا‬
ِ ‫ف َو ُ ع‬ َّ ِ ِ ِ ْ ِ َ َ ْ ِ ْ

5
Artinya :
Dan orang-orang yang akan mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri,
hendaklah membuat wasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) nafkah sampai setahun
tanpa mengeluarkannya (dari rumah). Tetapi jika mereka keluar (sendiri), maka
tidak ada dosa bagimu (mengenai apa) yang mereka lakukan terhadap diri mereka
sendiri dalam hal-hal yang baik. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

( Q.S AL BAQARAH 240)

Ketentuan hukum ayat tersebut dihapus oleh ayat 234 surat al-baqarah,
sehingga keharusan ‘iddah satu tahun tidak berlaku lagi.

‫َوالَّ ِذ ْينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُوْ نَ اَ ْز َواجًا يَّتَ َربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن اَرْ بَ َعةَ اَ ْشه ٍُر َّو َع ْشرًا ۚ فَا ِ َذا بَلَ ْغنَ اَ َجلَه َُّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم‬
‫ف َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ِ ۗ ْ‫فِ ْي َما فَ َع ْلنَ فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬

Artinya :

Dan orang-orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-istri


hendaklah mereka (istri-istri) menunggu empat bulan sepuluh hari. Kemudian
apabila telah sampai (akhir) idah mereka, maka tidak ada dosa bagimu mengenai
apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka menurut cara yang patut. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S AL BAQARAH : 234 )

3. Menasikh bacaan ayat tanpa menasikh hukumnya.


Yaitu tulisan ayatnya sudah dihapus sedangkan hukumnya masih tetap
berlaku.sebagaimana hadits umar bin khathab dan ubay bin ka’ab.

4. Nasikh dengan pengganti dan tanpa pengganti :


Secara umum, bahwa adanya nasikh ini menunjukkan bahwa syariat islam
merupakan syariat paling sempurna yang menasikh syariat-syariat yang
datang sebelumnya. Karena syariat islam berlaku untuk semua dituasi dan
kondisi, maka adanya nasikh berfungsi untuk menjaga kemaslahatan umat.

6
5. Nisakh tanpa pengganti.
Terkadang ada nasikh terhadap suatu hukum tidak ditentukan hukum
lain sebagai penggantinya, selain bahwa ketentuan hukumnya sudah
berubah.
Misalnya penghapusan keharusan bersedekah sebelum menghadap
rasulullah sebagaimana diperintahkan dalam firman Allah :
‫طه ۗ ُر فَا ْن لَّم تَج ُدوْ ا فَا َّن هّٰللا‬
َ ِ ِ ْ ِ َ ْ َ‫ص َدقَةً ٰۗذلِكَ َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم َوا‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نَا َج ْيتُ ُم ال َّرسُوْ َل فَقَ ِّد ُموْ ا بَ ْينَ يَ َديْ نَجْ ٰوى ُك ْم‬
‫َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan


khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang
miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik
bagimu dan lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang akan
disedekahkan) maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

( Q.S AL-MUJADALAH: 12 ).

Ketentuan ini di Nisakh dengan firman-Nya :

‫َاب هّٰللا ُ َعلَ ْي ُك ْم‬ ٍ ۗ ‫صد َٰق‬


َ ‫ت فَا ِ ْذ لَ ْم تَ ْف َعلُوْ ا َوت‬
‫هّٰللا‬
َ ‫َو َرسُوْ لَهٗ ۗ َو ُ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ࣖ َءاَ ْشفَ ْقتُ ْم اَ ْن تُقَ ِّد ُموْ ا بَ ْينَ يَ َديْ نَجْ ٰوى ُك ْم‬
‫هّٰللا‬
َ ‫فَاَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا‬

Artinya :

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak
melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah
salat, dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

( Q.S AL-MUJADALAH :13 ).

6. Nasikh dengan pengganti seimbang


Nasikh disamping menghapuskan suatu ketentuan juga menentukan
hukum baru sebagai penggantinya. Penggantinya itu sering seimbang atau

7
sama dengan ketentuan yang dihapusnya. Misalnya Nasikh dari sholat
menghadap ke bayt al-muqaddas yang beralih menghadap ke bayt al-
haram (ka’bah).
7. Nasikh dengan pengganti yang lebih berat, misalnya penghapusan
hukuman penahan dirumah ( terhadap wanita yang berzina).
ٰ
ِ ْ‫َولّتِ ْي يَأْتِ ْينَ ْالفَا ِح َشةَ ِم ْن نِّ َس ۤا ِٕٕىِ§ ُك ْم فَا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َعلَ ْي ِه َّن اَرْ بَ َعةً ِّم ْن ُك ْم ۚ فَا ِ ْن َش ِه ُدوْ ا فَا َ ْم ِس ُكوْ ه َُّن فِى ْالبُيُو‬
‫ت‬
‫ت اَوْ يَجْ َع َل هّٰللا ُ لَه َُّن َسبِ ْياًل‬ ُ ْ‫َح ٰتّى يَتَ َو ٰفّىه َُّن ْال َمو‬

Artinya :

Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji di antara perempuan-


perempuan kamu, hendaklah terhadap mereka ada empat orang saksi di antara
kamu (yang menyaksikannya). Apabila mereka telah memberi kesaksian,
maka kurunglah mereka (perempuan itu) dalam rumah sampai mereka
menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan (yang lain) kepadanya.

( Q.S AN-NISA : 15 ).

D. Nasikh al-quran dengan as-sunnah :

Disamping naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, para ulama juga membahas


naskh Al-Qur’an dengan As-Sunnah, naskh As-Sunnah dengan Al-Qur’an dan
naskh As-Sunnah dengan As-Sunnah. Untuk naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
tidak perlu dibahas lagi pada pasal ini, karena sudah dibahas sebelumnya. Yang
perlu dibahas adalah tiga macam naskh yang lainnya.

1. Naskh Al-Qur’an dengan As-Sunnah

Dalam hal ini dibagi dalam dua kategori, pertama naskh Al-Qur’an
dengan hadits ahad, dan kedua, naskh Al-Qur’an dengan hadits mutawatir.
Untuk yang pertama, jumhur ulama berpendapat Al-Qur’an tidak boleh
dinaskh oleh hadits ahad, karena kedudukannya tidak seimbang. Al-
Qur’an bersifat mutawatir, menunjukkan yakin, sedangkan hadits ahad,
zhanni, tidak boleh menghapus sesuatu yang yakin dengan yang zhanni.

8
Kedua, naskh Al-Qur’an dengan hadits mutawatir, dalam hal ini para
ulama berbeda pendapat. Imam malik, Abu Hanifah dan Ahmad dalam
suatu riwayat sbagaiman dinyatakan oleh Allah SWT :

‫ق ع َِن ْالهَ ٰوى‬


ُ ‫اِ ْن هُ َو اِاَّل َوحْ ٌي يُّوْ ٰحىۙ َو َما يَ ْن ِط‬

Artinya :
dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya.
Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
( Q.S An-Najm 3-4 )

Dan juga berdasarkan fiman Allah SWT :

َ‫اس َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ ‫الزب ۗ ُِر َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ ِ ‫بِ ْالبَي ِّٰن‬
ُّ ‫ت َو‬

Artinya :
(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan
kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau
menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar
mereka memikirkan. ( Q.S An-Nahl 44 ).

Menurut mereka, naskh termasuk dalam bagian al-bayan seperti yang disebutkan
dalam ayat diatas.

Imam Syafi’i, ahli zhahir, dan Imam Ahmad dalam riwayat lain, tidak
membolehkan naskh Al-Qur’an dengan As-Sunnah karena naskh Al-Qur’an hanya
boleh dengan Al-Qur’an juga sebagaimana ditegaskan dalam ayat:

ِ ْ‫َما نَ ْن َس ْخ ِم ْن ٰايَ ٍة اَوْ نُ ْن ِسهَا نَأ‬


‫ت بِ َخي ٍْر ِّم ْنهَٓا اَوْ ِم ْثلِهَا‬

Artinya :

“Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti
dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya”.

( Q.S AL-BAQARAH 106 ).

9
2. Naskh As-Sunnah dengan Al-Qur’an
Jumhur ulama membolehkan naskh as-sunnah dengan Al-Qur’an.
Shalat menghadap Baitul Maqdis ditetapkan dengan as-sunnah, lalu
dinaskh dengan Al-Qur’an :

‫ْث َما‬ ْ ‫ك َش‬


ُ ‫ط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ۗ َو َحي‬ َ َّ‫ك فِى ال َّس َم ۤا ۚ ِء فَلَنُ َولِّيَن‬
ٰ ْ‫ك قِ ْبلَةً تَر‬
َ َ‫ضىهَا ۖ فَ َو ِّل َوجْ ه‬ َ ُّ‫قَ ْد ن َٰرى تَقَل‬
َ ‫ب َوجْ ِه‬
ْ ‫ُك ْنتُ ْم فَ َولُّوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َش‬
‫ط َر ٗه‬

Artinya :
Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka
akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau
berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.
(Q.S AL-BAQARAH : 144)

3. Naskh As-Sunnah dengan As-Sunnah


Ada empat macam Nasakh as-Sunnah dengan as-Sunnah. a. Naskh
mutawatir dengan mutawatir, b. Naskh ahad dengan ahad; c. Naskh ahad
dengan mutawatir; dan d. Naskh mutawatir dengan ahad. Tiga bentuk
pertama dibolehkan. Sedangkan bentuk keempat, jumhur ulama tidak
membolehkannya.

10
E. Urgensi Dan Hikmah Nasikh Mansukh
Kajian tentang nasikh mansukh sangat penting sekali dalam kajian islam,
terutama dalam bidang fiqih karena menyangkut ketetapan hukum. Lebih-
lebih lagi menyelesaikan kasus ayat-ayat yang terdapat pertentangan satu sama
lain, dan tidak ada cara menyelesaikannya kecuali dengan meneliti kronologi
turunnya, sehingga dapat ditentukan mana yang nasikh dan mana yang
mansukh. Penafsiran Ibn ‘Abbas tentang makna al-hikmah pada ( Q.S Al-
baqarah 269 ). Yang artinya.
”Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa
diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak.”

Adanya nasikh mansukh ini juga memberikan keuntungan kepada umat islam.
Jika pengganti hukum yang dihapus ternyata lebih berat daripada yang diganti
akan memberikan tambahan pahala kepada umat yang menjalankannya. Jika
pengganti lebih ringan akan memberikan kemudahan dan keringanan kepada
umat.

11
BAB lll

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata Nasikh dan Mansukh merupakan bentuk perubahan dari kata Nasikh, masdar
dari kata kerja nasikh. Ia bisa berarti menghilankan (al-izalah), sebagai terdapat
dalam Q.S AL-HAJJ ayat 52. Sedangkan pengertian menurut istilah adalah:
(mengangkat atau menghapuskan) sesuatu dan menetapkan yang lain pada
tempanya). Dalam kalimat lainnya ialah mengangkat (menghilankan) hukum
shara’ dengan dalil hukumnya shara’ yang lain. Disebukan kata hukum disini
menunjukkan prinsip bahwa segala “ sesuatu hukum asalnya adalah boleh” tidak
termasuk yang di nasikh.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai