Anda di halaman 1dari 7

RESUME PESIKOLOGI SOSIAL

PERSEPSI SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial


Dosen Pengampu : Shafa Alistiana Irbathy, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Arif Yusuf Bachtiar
Azizah Anindita Jati
Izzatun Nisa’ish Sholihah
Nanang Utomo
Yoga Ardiansyah

JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KLATEN
2021/2022

2
PERSEPSI SOSIAL

A. Pengertian
Ada kecenderungan umum pada seseorang ketika bertemu dengan orang
lain yang belum dikenalnya untuk memberi penilaian atau untuk mengetahui
seperti apa orang yang dijumpainya itu. Kecenderungan untuk memberi suatu cap
tertentu pada seseorang masih juga terlihat pada masa-masa seperti sekarang, di
mana hubungan antar individu terasa semakin merenggang. Fenomena seperti ini
menarik perhatian para ahli untuk mempelajari.
Pesepsi sosial menurut Alizamar & Couto adalah suatu proses untuk
mengetahui, menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain. Sedangkan Irwanto
dkk mendefinisikan persepsi sosial sebagai penilaian tentang aspek fisik (physical
appearance) dan ciri-ciri perilaku orang lain (Monalisa, 2017)
Selain itu persepsi sosial menurut Baron & Byrne adalah suatu proses
yang digunakan untuk mencoba memahami orang lain. Robbins melengkapi
bahwa persepsi sosial adalah proses dalam diri seseorang yang menunjukkan
organisasi dan interpretasi terhadap kesan-kesan inderawi, dalam usaha untuk
memberi makna terhadap orang lain sebagai objek persepsi. Persepsi sosial
menurut Watson, dkk merupakan suatu proses untuk menilai dan membentuk
kesan tentang karakteristik orang lain (Johana, 2017)
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat dipahami dan
disimpulkan bahawa persepsi sosial merupakan aktifitas mempersepsikan orang
lain dan suatu proses pemahaman terhadap orang lain atau menyimpulkan tentang
orang lain. Namun pemahaman yang diperoleh dari persepsi sosisal tidak selalu
sesuai dengan kenyataannya

3
B. Persepsi Sosial Sebagai Proses
Persepsi sosial sebagai suatu proses dijelaskan oleh Sarwono & Meinarno
(2015) sebagai proses yang berlangsung untuk mengetahui dan mengevaluasi
orang lain. Proses membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang dibentuk
berdasar pada informasi yang tersedia di lingkungan.
Adanya suatu persepsi sosial tentu mengalami proses dalam
pembentukannya, dimana proses pembentukan persepsi sosial dimulai dari
pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang
ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang
dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh.
Dari informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-
penyimpulan tentang apa kirakira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang
lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-
penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal. Dengan menggunakan informasi-
informasi dari tingkah laku nonverbal dan verbal, kemudian terbentuk kesan-
kesan tentang orang lain

C. Komunikasi Verbal dan Nonverbal


Komunikasi verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran,
perasaan, dan maksud dari manusia. Sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa
dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tertentu, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. Bahasa verbal menggunakan bahasa yang dimana kata-kata yang
merepresentasikan berbagai aspek realitas individual manusia (Mulyana, 2012).
Komunikasi non verbal menurut Mulyana & Rakhmat (2006) adalah
proses komunikasi yang menggunakan pesan nonverbal, yaitu meliputi semua
pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita
pergunakan. Pesan ini meliputi seluruh aspek nonverbal dalam perilaku kita

4
antara lain ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara
berpakaian dan lain sebagainya.
Faturochman (2006) mengungkapkan sama pentingnya isi suatu
perkataan, isyarat nonverbal sering menghapuskan arti dari semua yang telah
disampaikan melalui perkataan. Apabila lawan bicara memandang ke arah lain
bukan kearah lawan bicaranya, orang akan berpendapat bahwa ia kurang
memperhatikan, sehingga apa yang dikatakannya memiliki arti lebih rendah
daripada bila dia melakukan pembicaraan dengan disertai kontak mata. Contoh
lain yang menunjukkan arti penting isyarat non-verbal adalah wajah yang
murung. Tanpa berbicara sepatahpun orang lain akan menduga bahwa orang
tersebut sedang sedih.
Menurut keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal
adalah segala sesuatu pesan yang diucapkan atau ditulis.Komunikasi nonverbal
adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan melalui ekpresi dan gerakan
anggota tubuh.
D. Memahami Sebab Tingkah Laku Orang Lain
Dayakisni dan Hudaniah menyatakan atribusi adalah proses yang kita
lakukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas
perilaku orang lain ataupun diri sendiri. Selanjutnya Kelley mengungkapkan
bahwa perilaku individu dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal atau oleh kedua faktor tersebut secara bersama-sama. Menurut Weiner,
perilaku tidak hanya berasal dari faktor internal atau eksternal saja tapi individu
juga ingin mengetahui apakah faktor penyebab yang mempengaruhi tingkah laku
tersebut menetap atau hanya sementara dan apakah faktor-faktor itu dapat
dikendalikan atau tidak (Isfandiarti, 2012).
Weiner (Isfandiarti, 2012) mengungkapkan ada tiga dimensi yang dapat
diidentifikasikan berkaitan dengan atribusi ini yaitu
a. Tempat Sebab-Akibat (Locus)

5
Masalah pokok dalam atribusi adalah menentukan apakah suatu tindakan
tertentu merupakan kesimpulan dari individu yang disebabkan oleh keadaan
internal atau kekuatan eksternal. Atribusi internal mencakup keadaan hati,
sikap, ciri kepribadian, kemampuan, kesehatan, keinginan dan sebagainya
sedangkan atribusi eksternal mencakup semua penyebab di luar diri individu
seperti tekanan orang lain, uang, sifat situasi sosial, cuaca dan lain-lain.
b. Stabilitas atau Instabilitas (Stability)
Miles dan Carey berpendapat bahwa penyebab internal seperti kepribadian
cenderung stabil dan bertahan lama. Sebaliknya faktor internal lainnya dapat
berubah-ubah seperti motif, kesehatan dan kelelahan.
c. Kemampuan Mengendalikan (Controlability)
Menurut Baron dan Byrne, faktor internal juga dapat dikontrol, indivudu
dapat dan mampu jika mau belajar mengendalikannya. Faktor penyebab
internal tidak bisa dikendalikan seperti penyakit kronis atau cacat tubuh.

KESIMPULAN
Pesepsi Sosial adalah suatu proses untuk mengetahui, menginterpretasi
dan mengevaluasi orang lain,penilaian dari asfek fisik dan ciri ciri prilaku orang
lain. Adanya suatu persepsi sosial tentu mengalami proses dalam
pembentukannya, Proses membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang
dibentuk berdasar pada informasi yang tersedia di lingkungan. pembentukan
persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau
tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain dan mencari jawaban atas
pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas perilaku orang lain ataupun diri
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

6
Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Yogyakarta

Isfandiarti, F. (2012). Atribusi Kausal Pada Wanita Pelaku Pembunuhan. Journal of


Social and Industrial Psychology. 1 (2)

Johana, D. E. (2017). Persepsi Sosial Pria Transgender Terhadap Pekerja Seks


Komersial. Jurnal Sains Psikologi. Jilid 6, No. 1

Monalisa. (2017). Kontribusi Persepsi Sosial Terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa.


Jurnal Edukasi. Vol. 3, No. 2

Mulyana, D. & Rakhmat, J. (2006). Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya

Mulyana, D. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya

Sarwono , S. W. & Meinarno, E. A. (2015). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba


Humanika

Anda mungkin juga menyukai