Anda di halaman 1dari 13

RESUME PSIKOLOGI SOSIAL

INTERAKSI SOSIAL
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
Dosen Pengampu: Shafa Alistiana Irbathy M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh:
Abdulloh
Achmad Alifudin
Dewi Fathimah Putri A.S
Khoirul Anam H
Nunu Nugroho
Uwla D

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2021/2022

1
INTERAKSI SOSIAL

A. PENGERTIAN
Dalam lingkup masyarakat, manusia hidup tidak lepas dari suatu
hubungan sosial. Manusia disini tidak dapat hidup sendiri, meraka saling
membutuhkan, saling berkaitan, saling mempengaruhi satu sama lain, saling
bergantung, tidak dapat juga hidup tanpa kehadiran manusia lain, sehingga hal
ini dapat menimbulkan suatu tindakan yaitu interaksi sosial.
Interaksi sosial menurut Walgito adalah suatu hubungan yang saling
mempengaruhi dan saling timbal balik antara individu satu dengan individu
lainnya. Pengertian interaksi sosial berdasarkan Gillin dan Gillin merupakan
suatu hubungan sosial yang menyangkut antar orang perorangan, antar
kelompok dengan kelompok, maupun antar orang perorangan terhadap
kelompok (Fatnar& Anam, 2014).
Soekantoberpendapatbahwa interaksi sosial adalah hubungan antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok yang saling timbal balik (Muslim, 2013).
Selain itu Ahmadi menjelaskan memiliki pandangan interaksi sosial
merupakan hubungan antar dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi
satu sama lainnya dan saling mengubah perilaku antar individu tersebut
(Nashrillah, 2017).
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas dari para
ahli, dapat kita simpulkan bahwa pengertian interaksi sosial adalah suatu
hubungan timbal balik antar individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi
untuk tercapainya perubahan yang lebih baik.

B. SYARAT-SYARATINTERAKSI SOSIAL
Agar terjadi atau tercipta sebuah interaksi sosial dalam lingkup
masyarakat, menurut Gillin & Gillin (Anwar & Adang, 2013) ada syarat-
syarat yang menentukannya, yaitu:

2
1. Kontak sosial adalah hubungan antar dua pihak yang saling menimbulkan
aksi-reaksi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Contoh :
kontak sosial secara langsung (primer) yaitu dua orang saling menyapa,
saling bersentuhan/ bersalaman, bertatap muka. Sementara itu kontak
sosial secara tidak langsung (sekunder) berinteraksi dengan melalui
perantara misalkan telepon, surat, media sosial.
Kontak sosial dapat terbentuk dalam tiga hal yaitu kontak sosial antar
orang perorangan, kontak sosial antar orang dengan kelompok, dan antar
kelompok dengan kelompok.
2. Komunikasi adalah proses menyampaikan dan menerima, menafsirkan
pesan dari satu pihak ke pihak lain sebagai upaya mempengaruhi agar
sama-sama memahami dan memberi tanggapan.Contoh : wujud
pembicaraan di publik baik secara langsung maupun melalui sebuah
media, gerakan fisik.
Ada 3 unsur penting dalam komunikasi menurut Syam yaitu:
a. Sumber informasi (source) : orang atau instuisi yang mempunyai
bahan pemberitaan untuk disebarkan kepada masyarakat luas.
b. Saluran (channel) : berupa saluran media massa.
c. Penerima informasi (receiver) : individu atau kelompok masyarakat
yang menjadi sasaran menerima informasi.

C. CIRI–CIRI INTERAKSI SOSIAL


Menurut Dewi (Faishal dkk, 2014) sebuah interaksi sosial memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Pelaku, jumlah lebih dari satu orang
b. Komunikasi antar pelaku
c. Adanya tujuan dan maksud yang ingin dicapai
d. Dimensi waktu, masa lampau, masa kini, masa mendatang.

3
D. BENTUK–BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Muslim (2013) dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu :
1. Asosiatif adalah proses interaksi yang mengarah pada bentuk penyatuan,
memperkuatseta menjalin hubungan solidaritas, seperti :
a. Kerjasama : suatu usaha (bekerjasama) yang dilakukan masyarakat
untuk mencapai tujuan bersama, antara lain seperti : bargaining,
kooptasi, koalisi, dan joint venture
b. Akomodasi : proses penyesuaian antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dalam upaya
mencegah , mengatasi kekacauan. Bentuk proses akomodasi :
coercion, kompromi, mediasi, abritration, adjudication, stalemate,
toleransi, dan consiliation
c. Asimilasi : suatu proses usaha dalam mengurangi perbedaan antar
orang atau kelompok di masyarakat demi menyamakan tindakan, sikap
untuk mencapai tujuan bersama. Contoh : perubahan gaya berpakaian,
pemakaian baju koko di Indonesia, penggunaan bahasa Inggris
d. Akulturasi : proses sosial yang muncul jika ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang budaya tertentu dihadapkan pada unsur
kebudayaan asing, perpaduan dua atau lebih budaya yang berbedatanpa
menghilangkan ciri budaya lamanya. Contoh : masjid menara kudus,
rumah dengan gaya arsitektur China, Jepang dan lain-lain
2. Disosiatif adalah proses interaksi yang mengarah pada pemisahan, dan
terbagi kedalam tiga bentuk :
a. Persaingan/kompetisi : proses perjuangan seseorang atau suatu
kelompok sosial dengan tujuan memperoleh kemenangan tanpa
menimbulkan ancaman dari pihak lawan. Contoh : pesaingan dalam
bidang ekonomi, persaingan dalam suatu kedudukan, kompetisi sepak
bola di piala dunia, kompetisi bulutangkis
b. Kontravensi : bentuk interaksi sosial disosiatif berupa sikap menentang
atau konflik baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Contoh :

4
Tindakan penghasutan dan provokasi yang terjadi di daerah konflik,
seorang teman yang berkhianat dan menyebarkan rahasia kita
c. Konflik : bentuk interaksi sosial disosiatif antar perorangan atau
kelompok yang terjadi karena perbedaan paham dan kepentingan
mendasar, sehingga menimbulkan suatu jurang pemisah diantara yang
bertikaian. Contoh : peperangan antar negara, tawuran antar pelajar.

E. FUNGSI INTERAKSI SOSIAL


Menurut Putra (2017) beberapa fungsi dari interaksi sosial sebagai berikut :
1. Menjalankan kehidupan sosial dengan mengambil hal positif
2. Menjalin tali silaturahmi denganteman dan keluarga
3. Melakukan kerja samadengan orang lain
4. Menjalin hubungan usahadengan orang lain
5. Mendiskusikan persoalan

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL


1. Faktor Imitasi
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya beberapa faktor
pendorong. Salah satunya pengertian imitasi menurut Gerugan (Marbun &
Azmi, 2019) adalah meniru perilaku dan tindakan orang lain dengan persis
yang ditirukan orang lain.
a. Tahap-tahap Imitasi
Sherly (2009) berpendapat bahwa perilaku imitasi biasanya disebabkan
oleh adanya minat, perbuatan, perhatian, ataupun sikap mengagumi
pihak lain. Faktor-faktor tersebut berkembang menjadi imitasi yang
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
 Atensi (Attention)
Yang pertama adalah memberi atensi atau perhatian. Maksudnya,
untuk bisa melakukan tindakan imitasi, seseorang didorong dengan
memerhatikan model atau objek tiruannya terlebih

5
dahulukemudiansetelahitubarudapat melakukan perilaku yang
sama dari objek yang diimitasi
 Retensi (Retention)
Setelah aktivitas model diamati, subjek melakukan proses retensi
dengan menyimpan memori mengenai model yang dilihat,
kemudian disimpan dalam ingatannya. Namun, sebenarnya tidak
semua informasi dari model akan disimpan olehnya. Biasanya,
yang disimpan adalah informasi yang menarik perhatian dan minat
subjek
 Pembentukan Perilaku
Hal-hal yang telah dipelajari dan disimpan dalam memori oleh
subjek dari model yang diimitasi kemudian akan diterjemahkan
melalui tindakan atau perilaku
 Motivasi (Motivation)
Tahap terakhir yaitu tahap penerimaan dorongan yang dapat
berfungsi sebagai penguatan. Penguatan dapat digunakan sebagai
motivator untuk merangsang dan mempertahankan perilaku agar
diwujudkan secara aktual dalam kehidupan

b. Contoh Imitasi
Untuk lebih memahami apa itu imitasi, berikut beberapa contoh imitasi
positif dan negatif yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari.
Contoh Imitasi Positif :
 Meniru gaya pakaian artis idola
 Meniru gaya menyanyi dari penyanyi lain
 Meniru kebiasaan belajar dari siswa lain agar mendapat nilai akhir
yang lebih baik
 Meniru taktik permainan bola basket dari klub basket terkenal
 Seorang ibu meniru ibu lainnya yang sukses dalam mendidik anak-
anaknya

6
 Seorang siswa meniru perilaku gurunya yang amat disiplin dalam
membagi waktu
 Mencontoh pembangunan tata kota dari negara lain
Contoh Imitasi Negatif :
 Meniru kebiasaan minum minuman keras dan pergaulan bebas
antara pemuda dan pemudi
 Meniru hasil karya orang lain, baik dalam bentuk mencontek,
membajak hak cipta, atau menjiplak (plagiat)
 Meniru kebiasaan kebut-kebutan di jalan sehingga mengganggu
kenyamanan pengguna jalan yang lain
 Meniru kebiasaan merokok
 Meniru gaya berpakaian yang bertentangan dengan norma atau
kaidah yang berlaku
 Menggunakan handphone ketika sedang belajar di dalam kelas

2. Faktor Sugesti
Faktor sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya
sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya diterima tanpa ada
daya kritik. Gerungan mendefinisikan sugesti sebagai proses dimana
seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman
tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Mahmudah, 2010).
Menurut Ahmadi (Mahmudah, 2010), sugesti dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dalam
individu yang bersangkutan
b. Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Dalam
kehidupan sosial,peranan hetero-sugesti lebih dominan dibanding
peranan auto-sugesti
Fadli (2011) mengungkapkan bahwa pada umumnya sugesti
berasal dari hal-hal berikut ini :

7
a. Orang yang berwibawa,karismatik, atau punya pengaruh terhadap yang
disugesti, misalnya orang tua, atau ulama
b. Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang di sugesti,
misalnya pejabat negara atau direktur perusahaan
c. Kelompok mayoritas terhadap minoritas
d. Reklame atau iklan di media masa
Selain itu masih menurut Fadli (2011) terjadinya sugesti bukan
hanya karena faktor pemberi sugesti tapi karena beberapa faktor yang ada
didiri orang yang diberi sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Sugesti karena hambatan berfikir. Makin kurang kemampuan orang
mengkritisi sesuatu atau seseorang, makin mudah orang itu menerima
sugesti dari pihak lain.
b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (dissosiasi). Dissosiasi
terjadi ketika orang sedang merasa kebingungan karena dihadapkan
pada berbagai persoalan.
c. Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang dalam
keadaan ragu pada umumnya akan mudah tersugesti atau akan mudah
menerima pendapan atau saran orang lain.

3. Faktor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain, baik secara fisik maupun non fisik.
Proses identifikasi pada kenyataannya seringkali, untuk pertama kali
berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya). Kedua, bersifat
irasional, yaitu berdasarkan perasaan–perasaan atau kecenderungan-
kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional. Ketiga,
identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma ,cita-cita dan
pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. Hal ini
merupakan efek lanjut dari aktivitas identifikasi yang dilakukan seseorang
(Mahmudah, 2010).

8
G. ADAPTASI
Adaptasi merupakan proses penyesuaian individu, kelompok terhadap
norma-norma, perubahan agar dapat disesuaikan dengan kondisi yang
diciptakan. Proses adaptasi adalah suatu proses yang mempengaruhi kesehatan
secara positif. Proses adaptasi menyangkut semua interaksi manusia dengan
lingkungannya. Adaptasi didefinisikan sebagai fleksibilitas perubahan dalam
tingkah laku yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan memenuhi
tuntutan yang timbul dari lingkungan (Atweter, 1983). Perubahan tingkah
laku tersebut bertujuan untuk mendapatkan relasi yang harmonis dengan
lingkungannya.
Soekanto (2009) mengemukakan tentang adaptasi dalam beberapa
batasan adaptasi sosial antara lain :
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan
3. Proses perubahan-perubahan menyesuaikan dengan situasi yang berubah
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkansumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan dan sistem
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah.
Dari beberapa batasan-batasan diatas adaptasi bisa juga disebut dengan
penyesuaian. penyesuaian terhadap individu, kelompok maupun di lembaga-
lembaga sosial.
Adaptasi melalui beberapa tahapan. Guritno (Martin & Nakayama,
2003) mengungkapkan dalam buku Intercultural Communication in Context,
disebutkan bahwa terdapat sejumlah model yang dapat menerangkan proses
adaptasi seseorang, salah satunya yang sering digunakan adalah U-Curve
Theory. Teori ini berdasarkan riset penelitian yang dilakukan oleh ahli
sosiologi dari Norwegia, Sverre yang menginterview pelajar/mahasiswa asal
Norwegia yang belajar di A.S. Model ini telah digunakan kepada banyak

9
kelompok migran atau perantau yang berbeda-beda. Disebutkan bahwa
terdapat 4 tahapan dalam adaptasi budaya,yaitu :
1. Honeymoon
Tahap ini adalah rasa dimana seseorang masih memiliki semangat dan rasa
penasaran yang tinggi serta mengebu-gebu dengan suasana baru yang akan
di jalani. Individu tersebut mungkin tetap akan merasa asing, kangen
rumah dan merasa sendiri namun masih terlena dengan keramahan
penduduk lokal terhadap orang asing
2. Frustation Fase
Tahap dimana rasa semangat dan perasaan yang mengebu-gebu tersebut
berubah menjadi rasa frustasi, jengkel dan tidak mampu berbuat apa-apa
karena realita yang sebenarnya tidak sesuai dengan ekpektasi yang dimiliki
pada awal tahapan
3. Readjustment
Tahap ini adalah tahap penyesuaian kembali, di mana seseorang akan
mulai untuk mengembangkan berbagai macam cara untuk bisa beradaptasi
dengan keadaan yang ada
4. Resolution Fase
Seiring dengan waktu, seseorang kemudian akan sampai pada 4
kemungkinan. Pertama, full participation: dia akan mencapai titik
nyaman dan berhasil membina hubungan serta menerima kebudayaan yang
baru tersebut. Kedua, accomodation: bisa menerima tapi dengan beberapa
catatan dalam hal-hal tertentu tidak bisa ditolerir. Ketiga, fight: tidak
merasa nyaman namun berusaha menjalani sampai dia kembali ke daerah
asalnya dengan segala daya upaya. Keempat, flight: Dimana para migran
secara fisik ataupun psikologi menghindari kontak untuk lari dari situasi
yang membuat dia frustasi

10
KESIMPULAN

Pengertian interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antar


individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok yang saling mempengaruhi untuk tercapainya perubahan yang lebih
baik.Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.
Ada beberapa ciri-ciri, bentuk-bentuk dan fungsi interaksi sosial seperti
yang telah dijelaskan diatas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi
sosial diantaranya : faktor imitasi, faktor, sugesti, dan faktor identifikasi. Suatu
adaptasi akan muncul Ketika antara individu satu dengan lainnya telah melakukan
interaksi sosial. Beberapa tahap adaptasi yaitu honeymoon, frustration fase,
readjustment dan resolution fase.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar & Adang. (2013). Sosiologi Untuk Universitas. Bandung : PT. Refika
Aditama

Atwater, E. (1983). Psychology of Adjustment : Personal Growth In A Changing


World. New Jersey : Prentice Hall Inc.

Fadli, K. (2011). Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial. https://www.e-


jurnal.com/2013/12/faktor-faktor-terjadinya-interaksi.html. (diakses pada
hari Jumat, 5 November 2021 pukul 09.00 WIB)

Faishal, YBA., Ismanto, H. S. & Yulianti, P. D. (2014). Meningkatkan Interaksi


Sosial Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Media Puzzle Pada
Siswa Kelas X SMA N 1 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Empati-
Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol 1, No 1

Fatnar, V. N. & Anam, C. (2014). Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja


Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama
Keluarga. EMPATHY, Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 2 No. 2

Mahmudah, S. (2010). Psikologi Sosial Sebuah Pengantar. Malang : UIN Malang


Press

Marbun, F. H. & Azmi, A. (2019). Perilaku Imitasi Komunitas Penggemar K-Pop


di Kota Padang. Journal Of Civic Education. Vol. 2, No. 4

Martin, J. N. & Nakayama, T. K. (2003). Intercultural Communication in


Contexts. New York : Mc Graw Hill

Muslim, A. (2013). Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal


Diskursus Islam. Vol. 1 No. 3

Nashrillah. (2017). Peranan Interaksi Dalam Komunikasi Menurut Islam. Jurnal


Warta. Edisi: 52

12
Putra, M. (2017). Interaksi Sosial. https://www.sayanda.com/interaksi-sosial/
(diakses hari Rabu, 3 November 2021 pukul 05.30 WIB)

Sherly, Y. B. (2019). Hubungan antara Celebrity Worship dengan Perilaku Imitasi


pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan), Surabaya : Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press

13

Anda mungkin juga menyukai