(INTERPERSONAL)
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah DK3014 Psikologi Persepsi
Disusun oleh:
Rizandi Gemal Parnadi
Adriandi
Siska Fatimah
Cherie Noven Winata
Yuni Bella Pertiwi
Clairine Chrestella
10210001
10212018
10212094
12012006
13412053
13412091
Daftar Isi..........................................................................................................................................2
Pengertian Persepsi Sosial...............................................................................................................3
Persepsi
sosial
merupakan
suatu
proses
seseorang
untuk
mengetahui,
Aronson, 1975).
Persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami
orang lain (Brehm dan Kassin, 1989).
Kesimpulannya, persepsi sosial adalah sebuah aktivtas dalam mempersepsikan orang lain.
Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam
upaya manusia memahami orang lain dengan elemen sebagai berikut:
1. Person, yaitu orang yang menilai orang lain
2. Situasional, yaitu urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk
menilai sesuatu.
3. Behavior, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh orang lain.
1. Proses Kealaman atau Proses Fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat
indera manusia.
2. Proses Fisiologis, yaitu proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor
melalui saraf-saraf sensoris.
3. Proses Psikologik, yaitu proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang
diterima reseptor.
4. Proses Persepsi, yaitu tanggapan dan perilaku
Sesuai dengan teori tersebut, proses persepsi juga melalui tahapan-tahapan tersebut. Dimulai dari
ditangkapnya tanda dan tingkah laku nonverbal yang dilakukan orang lain, orang menggunakan
informasi tersebut sebagai bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain. Dari informasiinformasi nonverbal kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang
dipikirkan dan dirasakan orang lain. Lalu, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulanpenyimpulan dari tanda-tanda nonverbal. Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah
laku nonverbal dan verbal, orang memberikan respon persepsi berupa kesan tentang oranglain
tersebut.
Dalam proses persepsi sosial, dikenal dengan istilah atribusi. Atribusi merupakan proses
mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain dan sekaligus memeroleh pengetahuan tentang
sifat-sifat serta disposisi-disposisi yang menetap pada orang lain. Atribusi merupakan langkah
pertama dalam membentuk kesan dalam persepsi sosial. Setelah mengenali penyebab, kesan
tersebut tidak dikenali secara sendriri-sendiri, namun diperbandingkan satu sama lain untuk
mendapatkan kesan yang menyeluruh tentang orang lain.
Objek tidak bereaksi kepada kita dan kita juga tidak memberikan reaksi emosional kepada
objek tersebut.
Objek relatif tetap
Persepsi Jarak
Contoh:
1. Rel kereta api makin jauh nampak semakin mengecil,padahal tidak
2. Tiang listrik yg berjajar makin jauh tampak tidak sama tinggi.
Persepsi Gerak
Contoh: Pada saat kita duduk di dalam mobil dan bersebelahan dgn mobil lain terkadang
suka terasa bingung, kita yang mundur atau mobil sebelah yg maju.
Persepsi Total
Pada persepsi total baru akan bisa tampak jelas kalau dilihat secara keseluruhan.
objek
tersebut
dengan
beragam
perbedaan.
Sejumlah
faktor
yang
memengaruhinya adanya keragaman persepsi interpersonal ini menurut Robbins adalah sebagai
berikut:
1. Pelaku yang mempersepsi
2. Objek yang dipersepsikan
3. Situasi tempat persepsi tersebut dilakukan
5
Faktor-faktor ini juga dapat dibedakan menjadi suatu faktor internal (fungsional) dan faktor
eksternal (struktural). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu yang melakukan
persepsi. Dalam hal ini, sumber hasil persepsi terbentuk dapat berasal dari segi fisiologis dan
psikologis. Gangguan pada kedua aspek tersebut akan memengaruhi hasil persepsi yang
dikeluarkan. Gangguan pada aspek psikologis yang dimaksud dapat berupa pengalaman,
perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan motivasi.
Selain faktor internal, terdapat faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi keragaman
persepsi sosial yaitu objek yang dipersepsikan dan situasi saat persepsi tersebut dilakukan. Ciri
yang terdapat dalam diri objek (dalam hal ini orang lain) akan memberikan pengaruh yang besar
dalam pembentukan persepsi sosial, contohnya keunikan, kekontrasan, ukuran, dan intensitas
yang terdapat dalam diri objek.
Dalam faktor situasi, perbedaan persepsi interpersonal dapat dilihat pada seleksi, kesamaan, dan
organisasi perseptual yang timbul. Seleksi dapat diartikan sebagai pemusatan perhatian pada
objek-objek tertentu. Contohnya, seorang individu akan cenderung lebih memusatkan
perhatiannya pada objek-objek yang disukainya daripada objek-objek yang kurang atau tidak
disukainya. Kesamaan dalam hal ini adalah suatu kecenderungan untuk mengklasifikasikan
orang-orang ke dalam suatu kategori yang hampir sama. Misalnya mengkategorikan orang
berdasarkan budayanya. Organisasi perseptual adalah persepsi yang melihat orang lain sebagai
objek persepsi yang bersifat logis, teratur, dan runtut.
Sedangkan menurut ahli komunikasi interpersonal, Kelley (dalam Taylor, et. al., 1994), ada dua
faktor penting yang memengaruhi persepsi interpersonal, yaitu faktor fisik dan psikologis, dan
faktor latar belakang kepribadian. Faktor fisik dan psikologis dapat dilihat dari penampilan fisik
termasuk ekspresi wajah, kontak mata, dan postur tubuh. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya
perasaan, suasana hati, emosi, dan informasi nonverbal. Sedangkan untuk faktor latar belakang
kepribadian akan dipengaruhi oleh hal-hal diluar penampilan fisik seperti sifat, motif, serta
kecenderungan atau minat seorang individu.
Berdasarkan eksperimen-eksperimen lain tentang persepsi interpersonal yang dikutip dari
Feldman (1985), Brehm & Kassin (1993), dan Baron & Bryne (1994), persepsi interpersonal
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor keunikan, kekontrasan, ekspresi wajah (kontak
mata), penampilan atau daya tarik fisik (physical attraction), faktor kedekatan, faktor kemiripan
6
atau kesamaan sifat pribadi, dan faktor keuntungan atau penilaian timbal balik (reciprocal
judgement).
Faktor daya tarik fisik diketahui dapat memengaruhi pendapat orang lain dengan lebih efektif
dan dapat menciptakan perbedaan pada perlakuan yang diterima. Sehingga beberapa perusahaan
atau instansi diketahui memanfaatkan hal ini dalam menjalin hubungan masyarakat. Dalam hal
ini juga, orang-orang secara umum diketahui akan lebih memusatkan perhatiannya pada objekobjek yang disukai daripada objek yang tidak atau kurang disukainya.
Faktor kesamaan seperti kesamaan demografis, sikap, sifat khas, dan kesamaan daya tarik fisik
juga memengaruhi banyak dalam persepsi. Pada umumnya apabila seseorang memberi penilaian
baik terhadap individu lain, maka individu lain tersebut cenderung memberi penilaian yang sama
pada orang yang menilainya. Hal inilah yang muncul dalam persahabatan.
Selain daya tarik fisik dan kesamaan, ada juga faktor kedekatan. Dalam faktor ini, orang-orang
cenderung lebih senang terhadap orang lain yang berada dekat pada mereka seperti tinggal di
tempat yang berdekatan. Bahkan orang-orang dalam suatu kompleks pemukiman yang sama
diklasifikasikan sebagai orang yang memiliki ciri-ciri yang sama karena adanya hubungan yang
dekat antara mereka.
Faktor lain seperti faktor keunikan dapat menyebabkan orang lain merasa tertarik sehingga
memusatkan perhatiannya lebih pada orang yang dianggap unik tersebut. Persepsi akan lebih
mudah dilakukan pada orang yang unik atau orang yang memiliki ciri yang berbeda dari orangorang lain pada umumnya atau pada lingkungannya. Contohnya orang yang berkulit putih
bersinar akan tampak lebih menonjol pada lingkungan umumnya di Indonesia karena mayoritas
penduduk Indonesia berkulit sawo matang atau coklat. Demikian juga halnya dengan intensitas
dan ukuran. Sebagai contoh, bertemu Angelina Jolie akan menimbulkan kesan yang lebih
mendalam dibandingkan bertemu dengan wanita lain pada umumnya.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, tentu saja karakter kepribadian seseorang yang
mempersepsikan sesuatu juga berpengaruh terhadap persepsi yang dihasilkan. Karakter
kepribadian dalam hal ini dapat berupa konsep diri, nilai dan sikap, pengalaman masa lampau,
harapan dan cita-cita. Seorang individu dengan konsep diri yang tinggi akan cenderung menilai
orang lain dari sudut pandang yang positif dibandingkan dengan orang yang memiliki konsep
7
diri rendah yang disebut sebagai leniency effect (Basson dan Maslow, 1957). Nilai dan sikap
seseorang juga sangat memengaruhi pembentukan persepsi sosial. Contohnya perbedaan persepsi
yang dibentuk apabila orang yang mempersepsikan memiliki nilai dan sikap otoriter dengan
orang yang memiliki nilai dan sikap liberal. Pengalaman masa lalu dan harapan juga dapat
memberi suatu penanaman nilai yang mengarah ke aspek tertentu.
Bias persepsi dapat terjadi terutama kesan yang timbul secara langsung melalui penilaian sesaat.
Sementara itu, bias konfirmasi juga dapat terjadi karena individu yang dipersepsi itu mempunyai
kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan, walaupun kadarnya berbeda seperti halnya pada
individu yang memersepsi. Individu yang dipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap individu yang
memersepsi (Walgito, 1994), misalnya menganggap jujur atau adil terhadap seseorang padahal
sesungguhnya tidak demikian. Hal ini tampaknya diakui juga oleh Brehm & Kassin (1993) bahwa
walaupun stimulus person yang diobservasi adalah sama tetapi dalam situasi atau keadaan sosial yang
melatarbelakangi perilaku person itu berbeda, maka hasil persepsi juga dapat berbeda. Sebaliknya
pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman, atau keadaan pribadi seseorang
yang memersepsi juga akan berpengaruh besar terhadap apa yang dipersepsinya. Bila seseorang atas
dasar pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang dipersepsinya
sangat menyenangkan, maka hasil persepsinya akan lain hasilnya kalau terjadi pengalaman yang
sebaliknya.
Selanjutnya, faktor personal seperti karakteristik pribadi, pengalaman, hubungan personal
sebelumnya, motif-motif; serta faktor situasional sangat berperan dalam persepsi interpersonal. Oleh
karena itu, dalam persepsi interpersonal dapat terjadi kekeliruan persepsi (Taylor, et al., 1994)
yang dapat bersumber dari faktor personal pada diri penanggap. Masalah lainnya adalah kesulitan
menemukan kriteria untuk menentukan siapa yang melakukan kekeliruan persepsi dalam suatu
interaksi sosial. Namun demikian, Beck (dalam Brehm & Kassin, 1993) menegaskan bahwa
petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal diharapkan memudahkan persepsi interpersonal sekaligus
menghindari terjadinya bias atau kekeliruan persepsi karena adanya faktor-faktor personal.
Terdapat beberapa bias dalam persepsi sosial, dua diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Hallo Effect
Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu
kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini
cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik.
Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam menilai orangorang
yang
bersangkutan.
Bila
kita
sangat
terkesan
oleh
seseorang,
karena
kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan
awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya.
Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh
kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai hukum keprimaan (law of
primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering
mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan
lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan
sebagainya).
2. Forked Tail Effect (negative hallo)
Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya
berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk. Contoh forked tail effect yaitu supervisor yang
menganggap kinerja karyawannya buruk hanya karena ada atribut yang lupa dipakai oleh
karyawan.
b. Pembentukan Kesan
Pembentukan kesan adalah proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi persepsi
yang relatif menetap. Pengetahuan tentang orang-orang tertentu dan kaitannya dengan atribut
tertentu sering diistilahkan sebagai prototype. Hasil prototype memunculkan adanya stereotype,
yaitu pemberian atribut tertentu pada sekelompok orang tertentu. Contoh stereotype misalnya :
orang Indonesia ramah, orang Amerika individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotype sulit diabaikan begitu saja. Stereotype akan
membatasi persepsi dan komunikasi, stereotype juga bisa dimanfaatkan untuk membina
hubungan yang lebih lanjut. Pada konsep kepribadian implicit, stereotype juga akan
memunculkan illusory correlation, yaitu mengaitkan secara berlebihan antara satu karakteristik
dengan karakteristik yang lain secara general.
10
Pembentukan kesan adalah faktor penting dalam persepsi sosial.. Dalam pembentukan kesan
terhadap oranglain, ada kecenderungan untuk secepatnya mengkategorika orang tersebut ke
dalam suatu cirri tertentu. Penilaian yang cepat ini (snap jugdment) memiliki arti penting dalam
proses pembentukan kesan selanjutnya.
c. Teori Atribusi
Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain.
Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya,
kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor seperti usia, gaya pakaian, dan daya
tarik
dapat
memberikan
isyarat
mengenai
sifat-sifat
utama
mereka.
Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si
pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan
oleh faktor internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya
kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal faktor internal-lah yang
membangkitkan perilakunya.
Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak
lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri
kekurangannya, atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak
lengkap itu sebagai lengkap.
Referensi
Astuti, Rini. 2012. Sistem Komunikasi Interpersonal. http://newmediacom.blogspot.co.id/
2012/10/sistem-komunikasi-interpersonal.html. Diakses 22 November 2015.
Idris, Nurhamidah. 2014. Psikologi Umum. http://myislamicpsych.blogspot.co.id/2014/10/
persepsi-sosial-psikologi-umum-ii.html. Diakses 22 November 2014.
Pardede, Vivie Andriany. 2013. Memahami Orang Lain. http://vivieandrianypardede.
blogspot.co.id/2014/01/persepsi-sosial.html. Diakses 22 November 2015.
11