Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial. Konsep

tentang sikap diri telah melahirkan berbagai macam pengertian di antara para ahli

psikologi. Pembahasan berkaitan dengan psikologi sosial hampir selalu

menyertakan unsur sikap baik setiap individu atau kelompok sebagai salah satu

bagian pembahasannya. Sikap pada awalnya diartikan sebagai unsur untuk

munculnya suatu tindakan dan cenderung merupakan tingkah laku. Secord and

Backman (1696) mendefinisikan sikap hampir setengah abad yang lalu. Meski

begitu, ini diterima secara luas sampai saat ini.

2.1.1 Sikap

“Attitudes are certain regularities of an individual’s feelings, thoughts and

predispositions to act to some aspects of her/his environment’.” (Secord and

Backman, 1969 dalam L. Kolman, P. Rymesova, Czech University of Life

Sciences, Prague, Czech Republic)

Menurut Secord and Backman sikap adalah keteaturan tertentu dalam hal

perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dari kutipan definisi

tersebut sikap memiliki tiga komponen, yaitu afektif, kognitif, dan perilaku.

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap

suatu objek sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap dan komponen perilaku
17

menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam

diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.1.2 Unsur-Unsur Sikap

Sikap mengandung unsur-unsur yaitu:

a. Adanya objek, tanpa adanya objek sikap tidak akan terbentuk. Pada penelitian

ini objek yang disajikan adalah angkutan kota.

b. Bentuk sikap berupa pandangan, perasaan, kecenderungan untuk bertindak

(respon terhadap objek). Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat respon

mahasiswa terhadap angkutan kota.

c. Tanpa adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau adanya objek, begitu

pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian diatas unsur yang terdapat dalam sikap ini

merupakan hal yang mempengaruhi sikap itu sendiri, karena unsur merupakan

hal terpenting dalam pembentuk sikap, baik itu sikap positif atau negatif.

2.1.3 Struktur Sikap

Menurut Secord and Backman (dalam L. Kolman, P Rymesova) struktur

sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu :

2. Komponen Kognitif: Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

3. Komponen Afektif: Komponen afektif menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.

17
18

4. Komponen Prilaku/Konatif: Komponen prilaku atau konatif dalam struktur

sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu jalinan atau suatu kesatuan dari

berbagai komponen yang bersifat evaluasi. Langkah pertama adalah keyakinan,

pengetahuan, dan pengamatan. Kedua, perasaan atau feeling. Ketiga,

kecenderungan individu untuk melakukan atau bertindak. Ketiga komponen

tersebut saling berkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Ketiganya merupakan suatu sistem yang menetap pada diri individu yang dapat

menjelmakan suatu penilaian positif atau negatif. Penilaian tersebut disertai dengan

perasaan tertentu yang mengarah pada kecenderungan yang setuju (pro) dan tidak

setuju (kontra).

Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat, dengan mengetahui kognisi

atau perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu maka akan dapat

diketahui pula kecenderungan perilakunya, namun dalam kenyataannya tidak selalu

suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap dan ketiga

komponen dari sikap menyangkut kecenderungan berperilaku. Pada mulanya secara

sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya, tetapi

lambat laun disadari banyak kejadian dimana perilaku tidak didasarkan pada sikap.

18
19

2.1.4 Bentuk Sikap

Selanjutnya sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan

sikap negatif, yaitu:

1. Sikap positif

Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memperhatikan

hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif

daripada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan,

harapan daripada keputusasaan. Sesuatu yang indah dan membawa seseorang

untuk selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk menyatakan

sikap yang positif, seseorang tidak hanya mengekspresikannya hanya melalui

wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara individu berbicara, berjumpa

dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah.

2. Sikap negatif

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada

kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram,

sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat sesuatu yang

menunjukkan ketidakramahan, ketidakmenenangkan, dan tidak memiliki

kepercayaan diri.

2.1.5 Fungsi Sikap

Menurut Katz dalam Dr. Saifuddin Azwar, M.A. (2016) ada empat fungsi sikap

yaitu:

1. Fungsi instrumental, fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat

19
20

Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk

memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang

tidak diinginkannya, dengan demikian individu akan membentuk sikap positif

terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan

membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasa akan merugikannya.

2. Fungsi pertahanan ego

Menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi

dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila individu mengetahui fakta

yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme

pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

3. Fungsi pernyataan nilai

Menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam

menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan

konsep dirinya.

4. Fungsi pengetahuan

Menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya,

mencari pembenaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

2.1.6 Pembentukan Sikap

Menurut Dr. Saifuddin Azwar, M.A (2016) sikap sosial terbentuk dari

adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Berikut akan diuraikan faktor-

faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap.

20
21

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu

dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

objek psikologis.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang berada di sekitar merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang kita anggap penting atau

seseorang yang berarti khusus (significant others), akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap individu terhadap sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap individu itu.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dll mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan individu.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

21
22

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang, kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi

atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2 Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Menurut Stuart (2007) Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas

dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis

(Tomb,2000). Stuart (2016) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang

tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.

Kecemasan adalah tentang pemeliharaan diri. Hal ini terjadi sebagai

akibat dari ancaman terhadap kepribadian seseorang, harga diri, atau identitas.

Kecemasan adalah hasil dari ancaman terhadap sesuatu yang merupakan pusat

kepribadian seseorang dan penting bagi keberadaan dan keamanan seseorang.

2.2.2 Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh

seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan

oleh individu tersebut (Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, 2004). Keluhan yang

sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum

22
23

menurut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari (2004), antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Gejala psikologis; pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang,

gelisah, mudah terkejut.

2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

3. Gangguan konsentrasi daya ingat.

4. Gejala somatik; rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak

nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan

terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.

2.2.3 Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau (1963) dalam Stuart (2016), ada empat tingkat

kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu

masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra.

Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan

masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan.

2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang

presepsi individu, dengan demikian individu mengalami tidak perhatian

23
24

yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika

diarahkan untuk melakukannya.

3. Kecemasan Berat

Lapangan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus

pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Panik

Berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari

proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali individu yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan

dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat

terjadi kelelahan dan kematian.

2.2.4 Respon Kecemasan

Menurut Stuart (2016), pada orang yang cemas akan muncul beberapa

respon yang meliputi :

a. Respon fisiologis, diantaranya: 1. Kardiovaskular: palpitasi, tekanan

darah meningkat, tekanan darah menurun, dan denyut nadi menurun; 2.

Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah;

24
25

3. Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual

dan diare; 4. Neouromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan

pusing; 5. Traktus urinarius: sering berkemih; 6. Kulit: keringat dingin,

gatal, dan wajah kemerahan;

b. Respon perilaku: respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor,

ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar,

kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan

melarikan diri dari masalah;

c. Respon kognitif: respon kognitif yang muncul adalah perhatian

terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,

kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu

mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas,

bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut

cidera atau kematian.

d. Respon afektif: respon afektif yang sering muncul adalah mudah

terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati

rasa, rasa bersalah dan malu.

Berdasarkan pemaparan teoritis diatas, peneliti menggunakan respon

kecemasan yang dikemukakan oleh Stuart dalam melihat respon kecemasaan

menggunakan transportasi umum pada mahasiswa.

2.2.5 Rentang Respon Kecemasan

Menurut Stuart (2016), rentang respon individu terhadap cemas

berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang paling

adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan

25
26

cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptive

adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas

yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif.

Gambar 2.1 Skema Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Berat Sekali

2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart dan

Sundeen (dalam Darliana, 2008) adalah:

a. Usia atau tingkat perkembangan

Semakin tua usia seseorang, tingkat kecemasan dan kekuatan seseorang

semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang

dihadapi.

b. Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi kecemasannya

dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dibuktikan dari hasil pemeriksaan

asam lemak bebas menunjukan nilai yang tinggi pada laki-laki

dibandingkan dengan wanita.

26
27

c. Pengalaman individu

Pengalaman individu sangat mempengaruhi respon kecemasan karena

pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi suatu

stressor atau masalah. Jika respon kecemasan yang semakin berkurang bila

dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali menghadapi

masalah tersebut.

2.3 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk

perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan

universitas. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan

sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online,

kbbi.web.id).

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya

18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai

masa dewasa awal, dilihat dari segi perkembangan menurut Diane E. Papalia

(2014).

Jika dikaitkan mahasiswa dengan usia, maka mahasiswa termasuk ke

dalam usia dewasa awal. Menurut Santrock (1999) masa dewasa awal termasuk

kedalam masa transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta

transisi peran sosial (Elizabeth B. Hurlock. 1980. Hal 245)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah

seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani

27
28

pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas.

Peran dan Fungsi Mahasiswa

Menurut artikel yang diterbitkan oleh kompasiana, mahasiswa memiliki

beberapa peran dan fungsi yaitu:

1. Iron Stock

Mahasiswa diharapkan menjadi manusia yang memiliki kemampuan dan

ahlak yang mulia.

2. Guardian of Value

Mahasiswa sebagai penjaga nilai-nilai masyarakat yang kebenarannya mutlak;

kejujuran, keadilan, gotong royong, integritas, empati dan lainnya. mahasiswa

dituntut mampu berpikir secara ilmiah tentang nilai-nilai yang dijaga.

Mahasiswa sebagai pembawa, penyampai, serta penyebar nilai-nilai itu

sendiri.

3. Agent of Change

Mahasiswa sebagai penggerak yang mengajak seluruh masyarakat untuk

bergerak dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, dengan

melalui berbagai ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang dimiliki.

4. Moral Force

Mahasiswa dengan tingkat pendidikan yang paling tinggi ‘diwajibkan’ untuk

memiliki moral yang baik. Tingkat intelektual seorang mahasiswa akan

disejajarkan dengan tingkat moralitasnya, ini salah satu sebab mahasiswa

28
29

menjadi kekuatan moral bangasa yang diharapkan dapat menjadi contoh dan

penggerak moral pada masyarakat.

5. Social Control

Mahasiswa melalui kemampuan inelektual, kepekaan sosial serta sikap

kritisnya diharapkan mahasiswa mampu menjadi pengontrol sebuah

kehidupan sosial pada masyarakat dengan cara memberikan saran, kritik serta

solusi untuk permasalahan sosial masyarakat ataupun bangsa.

2.4 Konsep Status Sosial Ekonomi

2.4.1 Pengertian Status Sosial Ekonomi


Menurut Amerian Psychological Assosiation; “Sosioeconomic status is

the social standing or class of an individual or groups. it is often measured as a

ombination of education, income and occuption.”

Status sosial ekonomi adalah status sosial atau kelas dari individu atau

kelompok. hal ini sering diukur sebagai kombinasi dari pendidikan, pendapatan

dan pekerjaan.

Menurut The American Heritage dalam New Dictionary of Cultural

Literacy, Third Edition; “Socioeconomic Status (SES) an individual’s or group’s

position within a hierarchical social structure. Socioeconomic status depends on

a combination of variables, including occupation, education, income, wealth,

and place of residence. Sociologists often use socioeconomic status as a means

of predicting behavior.”

Status sosial ekonomi (SSE) adalah posisi individu atau kelompok

dalam struktur sosial hirarkis. status sosial ekonomi tergantung pada kombinasi

variabel, termasuk pekerjaan, pendidikan, pendapatan, kekayaan, dan tempat

29
30

tinggal. Sosiolog sering menggunakan status sosial ekonomi sebagai alat

memprediksi perilaku.

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

2.4.2 Tingkat Ekonomi

Geimar dan Lasorte (1964) dalam Friedman (2004) membagi keluarga

terdiri dari 4 tingkat ekonomi:

 Adekuat

Adekuat menyatakan uang yang dibelanjakan atas dasar suatu permohonan

bahwa pembiayaan adalah tanggung jawab kedua orang tua. Keluarga

menganggarkan dan mengatur biaya secara ralisitis.

 Marginal

Pada tingkat marginal sering terjadi ketidaksepakatan dan perselisihan siapa

yang seharusnya mengontrol pendapatan dan pengeluaran.

 Miskin

Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya sendiri, pengaturan keuangan yang

buruk akan menyebabkan didahulukannya kemewahan. Diatas kebutuhan

pokok, manajemen keuangan yang sangat buruk dapat atau tidak

membahayakan kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan kebutuhan

keuangan melebihi penghasilan.

30
31

 Sangat Miskin

Menejemen keuangan yang sangat jelek, termasuk pengeluaran saja dan

berhutang terlalu banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Cimahi, salah satu indikator untuk

melihat tingkat kesejahteraan penduduk adalah rata-rata pengeluaran per kapita.

Rata-rata pengeluaran perkapita adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh

setiap penduduk untuk memenuhi kebutuhan yaitu kebutuhan akan makan dan

non makanan, dari total rata-rata pengeluaran per kapita terlihat perbedaan antara

masing-masing kelompok penduduk. antara lain;

 40% Penduduk berpendapatan terendah, mempunyai pengeluaran per

kapita Rp. 405.080,- per bulan.

 40% Penduduk berpendapatan sedang, mempunyai pengeluaran per

kapita Rp. 935.976,- per bulan.

 20% Penduduk berpendapatan tinggi, mempunyai pengeluaran per kapita

Rp. 2.080.544,- per bulan.

Data pengelompokan penduduk oleh Badan Pusat Statistik Kota Cimahi

untuk analisis sosial ekonomi kota cimahi tersebut dijadikan acuan oleh peneliti

untuk menentukan karakteristik mahasiswa dengan status sosial ekonomi

menengah ke atas.

31

Anda mungkin juga menyukai