Anda di halaman 1dari 10

4.

Konsep sikap

a. Pengertian

Menurut Baron dan Byren (1984:126 dalam Liliweri.A, 2008

hlm 232) mendenifisikan sikap sebagai sekumpulan perasaan,

keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang diarahkan kepada orang,

gagasan, objek atau kelompok tertentu.

Menurut Thomas dan Znaniecki (1920 dalam Wawan,A &

Dewi,M. 2010 hlm 27) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi

untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu,

sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologi yang mumi dari

individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya

individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada

diri setiap individu.

Menurut Heri Purwanto (1998:63 dalam Wawan.A &

Dewi.M. 2010 hlm 34), sikap individu mempunyai cir-ciri sebagai

berikut:

1) Sikap itu tidak bawah sejak lahir

Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum

membawa sikap tertentu terhadap suatu objek.

2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubunganya dengan

objek-objek tertentu, yaitu melalui proses presepsi terhadap objek

tersebut.
3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju

kepada sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai

sikap negatif pada seseorang, maka orang tersebut akan

mempunyai kecenderungan menujukan sikap negatif pada

kelompok dirnana orang tersebut bergabung.

4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Jika suatu sikap terbentuk dalam diri seseorang, maka

akan sulit berubah dan memakan waktu yang lama. Tetapi

sebaliknya jika sikap itu belum mendalam dalam dirinya, maka

sikap tersebut tidak bertahan lama dan sikap tersebut mudah

diubah.

5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.

Sikap terhadap suatu objek akan diikuti oleh perasaan

tertentu baik positif maupun negatif terhadap objek tersebut.

Sikap juga mengandung motivasi, yang mempunyai daya dorong

bagi industri untuk berperilaku secara individu terhadap objek

yang dihadapinya.

b. Komponen sikap

Dalam (Liliwei.A, 2008 hlm 221-222) Sikap manusia tersusun

oleh tiga komponen utama : kognitif, afektif, dan perilaku (kadang-

kadang para ahli psikologi menambahkan evaluasi).

1) Kognitif

Aspek kognitif berisi apa yang diketahui mengenai suatu


objek, bagaimana pengalaman tentang objek tersebut, bagaimana

pendapat atau pandangan tentang objek tersebut. Aspek kognitif

berkaitan dengan kepercayaan seseorang, teori, harapan, sebab

dan akibat dari suatu kepercayaan, dan presepsi relatif terhadap

objek tersebut.

2) Afektif

Afektif berisi apa yang dirasakan mengenai suatu objek,

jadi komponen afektif berisi emosi. Komponen afektif

menunjukan perasaan, respek atau perhatian terhadap objek

tertentu, seperti ketakutan, kesukaan dan kemarahan.

3) Konatif

Konatif berisi predisposisi untuk bertindak terhadap objek

tertentu. Komponen konatif berisi kecenderungan untuk

bertindak (memutuskan) atau bertindak terhadap objek, atau

mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan terhadap objek.

4) Evaluatif

Evaluasi dipertimbangkan sebagai inti dari ketiga

komponen sikap tersebut. Evaluasi dapat dibayangkan sebagai

suatu rentangan menggambarkan sikap kita terhadap objek

tersebut mulai dari yang paling baik sampai yang paling buruk.

Ketika berbicara tentang sikap yang positif dan negatif kearah

objek, kita akan melakukan evaluasi. Evaluasi merupakan fungsi

kognitif, afektif dan perilaku kita terhadap objek. Pada umumnya,


evaluasi dikelurkan dari memori yang sudah tersimpan dalam

otak kiri (kognitif),

c. Faktor-faktor yang memepengaruhi pembentukan sikap

Azwar (2015 dalam Wawan.A & Dewi.M. 2010 hlm 35-37)

berpendapat bahwa banyak faktor yang mepengaruhi pembentukan

sikap terhadap objek sikap yaitu :

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi harus meningalkan kesan yang kuat untuk

menambah pengetahuan tentang sesuatu, sehingga sikap dapat

lebih mudah dibentuk. Apabila pengalaman peribadi tersebut

melibatkan faktor emosional dalam situasi tertentu, mengingat

pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umunya individu cenderung memilik sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

menghindari konflik dengan orang yang kita anggap penting.

3) Kebudayaan

B.F skimer (dalam Azwar 2005) menekankan pengaruh

lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk

kepribadian sesorang. Kepribadian dalam pola perilaku yang

konsisten mengambarkan sejarah refonnasih dari masyarakat


untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku

yang lain.

Upaya deteksi dini seseorang terhadap kesehatanya juga

dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dari

waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan masyarakat.

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi yang didapat.

4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi berbagai media massa seperti

televisi dan radio mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini kepercayaan orang. Adanya informasi baru

tentang suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif

yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat akan

memberikan dasar efektif dalam mempersiapkan dan menilai

suatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Sebagai sistem institusi dan agama mempunyai pengaruh

kuat dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakan

dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk merupakan garis pemisah antara

sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Semua itu

diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-


ajaranya. Oleh karena itu lembaga pendidikan merupakan faktor

yang mendukung perilaku ibu dalam upaya deteksi dini

komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih

mudah memperoleh informasi tentang kesehatan.

6) Faktor emosi dari dalam diri individu

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang,

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi, atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan keegoisan. Sikap

demikian bersikap sementara dan segera berlalu, akan tetapi dapat

pula menjadi sikap yang perisisten dan lebih tahan lama. Faktor

lain yang mempengaruhi sikap individu yaitu faktor eksternal dan

faktor internal, dimana kedua faktor tersebut saling berhubungan

satu sama lain.

d. Pengukuran sikap

Menurut (Azwar, 2005 dalam Wawan.A & Dewi.M. 2010 hlm

37) pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang akan diungkapkan.

Pernyataan sikap berisi atau mengatakan hal-hal yang positif tentang

objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung atau memihak pada

objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan favorable, sebaliknya


pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif tetang objek

sikap yang tidak mendukung maupun kontra pada objek sikap

pernyataan ini disebut pernyataan unfavorable, keduanya mempunyai

jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan

tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala

memihak atau tidak memihak sama sekali pada objek sikap.

Dalam sebuah studi yang bertujuan untuk mengetahui sikap

seseorang terhadap suatu objek, ketiga komponen sikap (kognitif,

afektif dan konatif) dicantumkan dalam daftar pertanyaan atau dalam

diskusi wawancara (Liliweri. A, 2008 hlm 222).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara tidak langsung atau

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat/pemyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan.A & Dewi.M. 2010 hlm 37).

Dalam Wawan.A & Dewi.M. (2010 hlm 38-41) Salah satu

problem metodelogi dasar dalam psikologi sosial adalah bagimana

mengukur sikap sesorang. Beberapa teknik pengukuran sikap yaitu :

1) Skala Thurstone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada

rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat

favorable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan


memberikan orang tersebut sejumlah item pernyataan sikap yang

telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis

dalam menyusun alat ini yaitu seleksi awal terhadap pernyataan

sikap dan perhitungan ukuran yang mencerminkan derajat

favorabilitasnya yang disebut nilai skala.

2) Skala Likert

Skala likert mengajukan metodenya sebagai alternatif

yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thrustone.

Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan

menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan unfavorable.

Namun item yang netral tidak disertakan, untuk mengatasi

hilangnya yang netral tersebut, Likert menggunakan teknik

kontsruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta

melakukan egreement atau disagreement untuk masing-masing

item dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang

favorable kemudian diubahnya nilainya dalam angka, yaitu

sangat setuju nilainya 4, untuk yang sangat tidak setuju nilainya

0. Sebaliknya, untuk item un favorable nilai skala sangat setuju

adalah 0 dan untuk yang sangat tidak setuju nilanya 4.

3) Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari situasi dimana seseorang dapat


mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

sikapnya dalam pertanyaan.

4) Multidimensional scaling

Teknik ini memberikan dekripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang

lain, lain isu, dan lain skala item.

e. Kriteria pengukuran sikap

Menurut Notoatmodjo (2010 hlm 154) mengukur sikap

berbeda dengan mengukur pengetahuan. Sikap menggali pendapat

atau penilaian orang terhadap suatu objek yang berubah fenomena,

gejala, kejadian dan sebagainya yang kadang-kadang bersifat abstrak.

Terdapat beberapa komponen sikap yang dapat dijadikan

acuan untuk pengukuran sikap, antara lain :

1) Sikap merupakan tingkatan afektif yang positif dan négative yang

berhubungan dengan objek.

2) Sikap dilihat dari individu yang menghubungkan efek yang

positif dengan objek.

3) Sikap merupakan penilaian individu terhadap suatu objek.

Beberapa hal atau kriteria yang perlu diperhatikan untuk

mengukur sikap antara lain :


1) Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

2) Pertanyaan haruslah sependek mungkin, kurang lebih dua puluh

kata.

3) Bahasanya sederhana dan jelas.

4) Tiap satu pertanyaan hanya memiliki satu pemikiran saja.

5) Penggunaan tunggal kalimat negatif.

Membuat pertanyaan yang disusun berdasarkan kriteria diatas

kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut dirumuskan dalam bentuk

instrument. Dengan instrument tersebut pendapat atau penilaian dapat

digali dengan wawancara atau angket

Anda mungkin juga menyukai