Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan

dengan suatu hal. Pengetahuan mempunyai pengertian hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu (Notoadmojo, 2010).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya

(Wawan, 2011) :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh orang

lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Makin

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mereka mendapat

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

diperoleh. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan adalah

upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi


13

perubahan perilaku positif yang meningkat. Jenjang pendidikan

formal terdiri atas pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk

SD/sederajat, SLTP/sederajat, SMA/sederajat, Perguruan

Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang banyak

pula menjadi tahu, dan ini juga didukung oleh umur dan

pengalaman yang didapat.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan seseorang dapat menjadi seseorang

menambah pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Pekerjaan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan sehari-

hari, dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan

adanya hubungan sosial dengan orang lain. Setiap orang harus

bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan

atasan. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari

nafkah. Tingkat pekerjaan dibagi menjadi 5 yaitu, pegawai

negeri, pegawai swasta, wiraswasta, petani, dan ibu rumah

tangga.

3) Umur

Umur adalah lamanya waktu hidup responden yang

dihitung sejak dilahirkan sampai reponden mengisi kuisioner.

Menurut Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa semakin


14

tinggi usia seseorang, maka orang tersebut akan selalu berusaha

untuk meningkatkan pengetahuan. Umur seseorang yang relatif

tua dapat berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimilikinya.

Usia adalah kata lain dari umur, umur adalah lama hidup

seseorang yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu <20

tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun.

4) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman

yang baik akan membawa dampak positif dalam.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan

seseorang karena dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.


15

c. Tingkatan Pengetahuan

Adapun tingkatan pengetahuan (Wawan, 2011), yaittu :

1) Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah, yang diartikan mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemapuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.


16

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan ini dapat diukur dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010).

d. Pengkategorian Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga

(Arikunto,2006), yaitu :

1) Pengetahuan baik : hasil presentase 76-100 %

2) Pengetahuan cukup baik : hasil presentase 56-75%

3) Pengetahuan kurang : hasil presentase < 56 %

2. Konsep sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana

motif tertentu. Dapat diartikan juga sikap adalah kecenderungan

bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi

objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi


17

merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu

terhadap objek sikap.Sikaprelatif lebih menetap atau jarang

mengalami perubahan (Notoatmodjo, 2010).

b. Unsur (Komponen) Sikap

Berkaitan dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat

yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga

komponen yang membentuk struktur sikap (Wawan, 2011) yaitu :

a) Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan,

yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi

orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap. Seringkali komponen

kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila

menyangkut masalah issu atau problem controversial.

b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang

terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,

sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.

Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan

negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan

menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin


18

akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan

dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action

component), yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini

menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang

terhadap objek sikap. Merupakan aspek kecenderungan

berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi

tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapi.

Adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek

(Triadic Scheme)

c. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersifat positf dan ada pula bersifat negatif

(Wawan, 2011), yaitu :

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.


19

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek

sikap antara lain (Azwar, 2009), yaitu :

1) Pengalaman Pribadi

Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau

mengejutkan yang meninggalkan kesanpaling mendalam pada

jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang

terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara

bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi

terbentuknya sikap.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat

berperan. Misal dalam kehidupan masyarakat yang hidup

dipedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh

tokoh masyarakat.

3) Kebudayaan

Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar

terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan dimasyarakat,

sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada

didaerahnya.

4) Media Massa

Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar

pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan


20

seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media masa

mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya sikap

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama

berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan kkonsep moral

dalam diri individu.

6) Faktor Emosional

Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya

sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan sikap

sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun

bisa juga menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

e. Tingkatan sikap

Tingkatan sikap menurut (Wawan, 2011), yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subyek (orang) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap


21

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga, misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain

untuk datang ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi anak,

hal ini membutikan bahwa ibu telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anaknya.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi. Misalnya

seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan

larangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

f. Cara Pengukuran Sikap

Adapun pengukurang sikap dengan skala Likert, item ada

yang bersifat favorable (baik/positif/tidak mendukung) terhadap

masalah yang diteliti, sebaliknya ada pula yang bersifat unfavorable

(tidak baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang

positif maupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama

(Wawan, 2011). Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau

pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai

berikut :
22

1) Alternatif penilaian terhadap item yang positif terhadap masalah

penelitian :

a) Sangat setuju :4

b) Setuju :3

c) Tidak setuju :2

d) Sangat tidak setuju :1

2) Alternatif penilaian terhadap item yang negatif terhadap masalah

peneliti :

a) Sangat setuju :1

b) Setuju :2

c) Tidak setuju :3

d) Sangat tidak setuju :4

3. Perawatan perianal

a. Pengertian

Kemampuan ibu dalam perawatan daerah perianal sama

halnya dengan merawat kulit bayi dari kegiatan sehari-hari, misalnya

seperti memandikan secara teratur, mengganti popok atau baju pada

saat yang tepat, memilih bahan pakaian yang lembut, memilih

kosmetik berupa sabun mandi, sampo dan minyak khusus bayi

dipilih dengan tepat dan disesuaikan dengan keadaan kulit bayi

(Sudilarsih, 2009).
23

b. Jenis – Jenis Perawatan Perianal

Perawatan perianal atau perawatan pada daerah yang tertutup

popok (Manullang, 2010), meliputi :

1) Mengganti popok setelah mengompol

Jika bayi menggunakan diapers, sebaiknya sering

memeriksanya. Tidak dianjurkan untuk membiarkan genangan

air seni atau tinja di dalam diapers. Sebaiknya ganti diapers 3-4

jam sekali, kecuali jika bayi buang air besar, harus langsung

diganti.

2) Menjaga kulit tetap kering

Usahakan kulit bayi dalam keadaan kering. Jika bayi baru

mengompol, segera dibersihkan dengan air menggunakan

waslap dan dikeringkan dengan kain yang lembut atau dengan

cara menepuk-nepuknya. Bila perlu olesi salep kulit atau krim di

daerah lipatan leher, ketiak, paha, dan pantat. Tidak perlu

menambahkan bedak karena tidak cocok untuk menangani ruam

popok. Salep kulit atau krim ini bisa mengurangi rasa gatal dan

merah-merah yang timbul. Sebaiknya, beli berdasar resep dokter

atau produk yang sudah dianjurkan dokter.

3) Menggunakan Sabun Khusus

Gunakan sabun khusus yang tidak menimbulkan iritasi pada

kulit. Hindari pemakaian sabun pada daerah yang terkena

peradangan.
24

4) Longgarkan Popok

Tidak dianjurkan mengikat popok terlalu kuat. Hindari juga

penggunaan popok atau celana yang terbuat dari plastik, karet,

nilon, atau bahan lain yang tidak menyerap cairan.

5) Beri Udara Bebas

Sesekali biarkan daerah alat kelamin terkena udara bebas

untuk beberapa saat lamanya (biasanya setelah mandi), biarkan

si kecil tanpa celana. Kesalahan dalam pemakaian popok bisa

menjadi ancaman terhadap bayi.

c. Cara merawat daerah perianal bayi

Adapun perawatan perianal bayi (Ameera, 2009), yaitu :

1) Pada bayi laki-laki, bersihkan kotoran yang ada pada kulup

secara perlahan, dorong lembut kulit penis ke pangkalnya.

2) Pada bayi perempuan, bersihkan daerah kemaluan dari depan

ke belakang (dari kemaluan ke anus dan dapat diulang),

demikian pula pada bagian selangkangan.

Sedangkan cara perawatan daerah perianal yang menggunakan

popok antara lain :

1) Buka popoknya, angkat kedua kaki bayi sebelah tangan,

sementara itu sebelah tangan satu lagi menarik dan menutup

kotoran bayi dengan sebagian popok, untuk membatasi badan

bayi dengan kotorannya.


25

2) Bersihkan kotoran bayi yang menempel di pantat dan

disekitarnya dengan ujung-ujung popok yang bersih, kemudian

popok yang kotor disingkirkan.

3) Selanjutnya, bersihkan dengan tisu atau kapas bulat yang telah

dibasahi.

4) Jika kotoran bayi sudah terlanjur lengket, bisa membasuh

bagian yang kotor dengan air, lalu dibersihkan dengan tisu atau

kapas.

5) Keringkan pantat bayi dengan kain atau handuk.

6) Gunakan baby oil di area bokong dan sekitarnya bila

diperlukan.

d. Mengganti popok bayi

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam mengganti

popok bayi (Warner, 2009), antara lain :

1) Persiapan

Sebelum memulai pastikan anda sudah menyiapkan segala

keperluannya sehingga tidak harus meninggalkan bayi seorang

diri di meja. Saat yang anda gunakan untuk mengambil

perlengkapan bisa menjadi saat yang baik anda pilih untuk

membalikkan tubuh, mungkin untuk pertama kalinya.

2) Kemudahan

Ciptakan lingkungan yang nyaman. Meja ganti adalah

perlengkapan terbaik karena mempunyai banyak tempat


26

penyimpanan dan ketinggian permukaannya nyaman bagi

ketinggian tubuh anda. Lapisi permukaan dengan perlak agar

tidak basah.

3) Senyuman

Senyuman juga menghiburnya, ia akan memperhatikan

anda sementara anda bekerja jadi pusatkan perhatian lebih

pada interaksi dengannya dari pada ke popok yang kotor.

4) Pembuangan yang aman

Singkirkan popok atau masukkan ke ember popok

sementara satu tangan anda tetap berada pada bayi. Siapkan

cadangan kalau bayi membasahi popok yang sedang akan anda

gunakan.

5) Kenyamanan

Setelah anda melepaskan popok yang basah, tempatkan

popok kering diatas tubuh bayi agar ia tidak kedinginan.

Gunakan tisu basah atau lap kain bersih yang sudah dibasahi

untuk membersihkan area kelamin.

6) Krim

Oleskan sedikit krim popok pada area kelamin jika bayi

menunjukkan tanda-tanda ruam. Gantilah popoknya sesering

yang diperlukan untuk menjaga kekeringan dan mengurangi

kemungkinan ruam popok.


27

7) Bermain

Hiburlah bayi sementara anda mengganti popoknya.

Buatlah suasana yang gembira bagi anda berdua. Siapkan

mainan khusus, nyalakan mainan gantung, nyanyikan lagu,

atau pasang musik.

4. Ruam popok (diaper rash)

a. Pengertian

Ruam popok adalah gangguan kulit berupa ruam yang

timbul akibat peradangan di daerah yang tertutup popok, yaitu di

alat kelamin, sekitar dubur, sekitar perut, pantat, dan lipatan paha

(Rukiyah & Yulianti 2010).

Diaper rash atau ruam popok adalah ruam berwarna merah

yang disebabkan oleh iritasi kulit yang terkena urin atau kotoran di

area yang tertutup oleh popok (Muslihatun, 2012).

b. Etiologi

Penyebab ruam popok biasanya adalah kebersihan kulit yang

tidak terjaga, jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing,

udara/suhu lingkungan yang terlalu panas, akibat mencret, reaksi

kontak terhadap karet atau plastik dan deterjen (Kristiyanasari,

2009).

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ruam popok (Kristiyanasari, 2009), antara lain :


28

1) Iritasi pada kulit yang terkena.

2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol seperti: pantat, alat

kemaluan, perut bawah dan paha atas.

gejala lainnya yaitu pada gejala yang ringan yaitu kelainan

kulit berupa kemerahan yang ringan, berkilat, disertai lecet. Pada

gejala yang lebih berat tampak kulit kemerahan dan lecet, meliputi

area yang lebih luas. Selain itu didapatkan bintil kemerahan,

bengkak, basah, dan kadang bersisik (Diana, 2006).

d. Pencegahan Ruam popok (Diaper rash)

Tindakan pencegahan ruam popok dapat dilakukan dengan

mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang berperan dalam

menimbulkan ruam popok (Handy, 2011), yaitu :

1) Mengurangi kelembapan dan gesekan pada kulit

a) Segera mengganti popok setelah bayi atau anak buang air

kecil dan buang air besar. Dengan sering mengganti popok

dapat mencegah terjadinya ruam popok.

b) Pada saat mengganti popok, bersihkan kulit secara lembut

dengan air hangat. Dapat menggunakan sabun khusus

setelah buang air besar, kemudian dibilas bersih,

kemudian keringkan dengan menggunakan handuk atau

kain yang lembut dan anginkan sebentar sebelum

dipakaikan popok baru.


29

c) Bila menggunakan popok sekali pakai (disposable diaper),

pakaikan sesuai dengan daya tampung dan segera ganti

bila tidak dapat lagi menampung urin.

d) Hindari pemakaian popok yang ketat, tebal, terbuat dari

plastik, bahan yang terlalu kasar, kaku dan terlalu

menutup.

2) Memilih popok yang baik

Kebanyakan ibu lebih memilih diapers dari pada

memilih popok kain, dengan alasan diapers bayi lebih praktis

karena tidak perlu sering mengganti popok yang basah akibat

buang air, selain itu membuat rumah lebih bersih tidak terkena

air kencing bayi. Diapers juga membuat pekerjaaan ibu

menjadi lebih ringan karena tidak perlu mencuci, menjemur,

menyetrika setumpuk popok. Pada sisi buruknya penggunaan

diapers dapat menyebabkan terjadinya ruam popok. Kesalahan

dalam pemakaian popok bisa menjadi ancaman terhadap bayi.

Dampak terburuk dari pemakaian popok yang salah selain

mengganggu kesehatan kulit juga dapat mengganggu

perkembangan dan pertumbuhan bayi.


30

5. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan

perianal dengan sikap ibu dalam pencegahan ruam popok (diaper

rash) pada bayi

Pengetahuan dapat mempengaruhi sikap individu (Notoadmojo,

2010). Ibu yang mendapat informasi yang benar tentang perawatan

perianal yang benar maka mereka akan cenderung mempunyai sikap

positif terhadap pencegahan ruam popok. Sebaliknya, ibu yang kurang

pengetahuan tentang perawatan perianal cenderung mempunyai sikap

negatif atau sikap menolak adanya kejadian ruam popok (diaper rash)

yang bisa terkena pada bayi mereka. Tingkat pengetahuan ibu tentang

pemakaian popok pada bayi ternyata masih rendah, padahal kesalahan

dalam pemakaian popok bisa menjadi ancaman terhadap bayi, dampak

terburuk dari penggunaan popok yang salah selain mengganggu kesehatan

kulit juga dapat mengganggu perkembangan pertumbuhan bayi.

Rendahnya pengetahuan ibu menunjukkan bahwa rasa ingin tahu ibu

dalam pencegahan ruam popok masih rendah maka dari itu masih banyak

sikap negatif dalam pencegahan ruam popok pada bayi mereka (Sudilarsih,

2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianda pada

tahun 2013 bahwa dari 35 responden umumnya memiliki pengetahuan

rendah, yaitu sebanyak 57,1%, berpengetahuan tinggi 42,8%.

Sedangkan dari 35 responden yang memiliki sikap negatif 54,2% dan

45,7% memiliki sikap positif (Arianda, 2013).


31

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh manullang pada

tahun 2010 yaitu bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (45,5 %), terdapat tindakan yang

salah dalam perawatan perianal terhadap pencegahan ruam popok pada

neonatus yaitu sebanyak 30 orang (45,5 %). Angka kejadian ruam

popok pada neonatus di Klinik Bersalin Sally Medan 2010 yaitu

sebanyak 26 orang (39,4%) (Manullang, 2010)


32

B. KERANGKA TEORI

pengetahuan Sikap

1. Pengertian
2. Faktor-faktor yang 1. Pengertian
mempengaruhi Positif : skor T ≥
penelitian 2. Unsur nilai mean
3. Tindakan (komponen  
pengetahuan sikap)  
4. Pengkategorian 3. Sifat sikap
Negatif : skor T
pengetahuan : 4. Faktor-faktor
yang < nilai mean
a. Pengetahuan
baik : hasil mempengaruhi
presentase 76- sikap
100 %
b. Pengetahuan
cukup baik : Ruam popok
hasil presentase (diaper rash)
56-75%
c. Pengetahuan
kurang : hasil
presentase > 56 1. Pengertian
% 2. Etiologi
Perawatan perianal 3. Tanda dan
gejala
4. Pencegahan
1. Pengertian ruam popok
2. Jenis-jenis (diaper rash)
perawatan
perianal
3. Cara merawat
daerah perianal
4. mengganti popok
bayi

Bagan 2.1. Kerangka Teori

(Sumber: Azwar 2009, Dewi 2010, Diana 2006, Handy 2011, Kristiyanasari 2009,
Manullang 2010, Muslihatun 2010, Notoatmodjo 2010, Rukiyah & Yuliyanti
2010, Sudilarsih 2009, Warner 2009, Wawan 2011)
33

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang

di teliti ( Notoatmodjo, 2010).

Variabel bebas (independen) variabel terikat (dependen)

Pengetahuan sikap

Faktor yang mempengaruhi :


1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan

Variabel pengganggu (counfonding)

4. Minat
5. Pengalaman
6. Kebudayaan lingkungan sekitar
7. Informasi
8. Pengaruh orang lain
9. Lembaga pendidikan/keagamaan
10. Faktor emosional

Bagan 2.2. Kerangka Konsep


34

D. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang

diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Sujarweni, 2014)

1. Ho1 : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam

perawatan perianal dengan sikap ibu dalam pencegahan ruam popok

(diaper rash) pada bayi di Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang

Kabupaten Banyumas Tahun 2015.

2. Ha1 : ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan

perianal dengan sikap ibu dalam pencegahan ruam popok (diaper rash)

pada bayi di Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang Kabupaten

Banyumas Tahun 2015.

3. Ho2 : tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu dalam

perawatan perianal dengan sikap ibu dalam pencegahan ruam popok

(diaper rash) pada bayi di Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang

Kabupaten Banyumas Tahun 2015.

4. Ha2 : ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan

perianal dengan sikap ibu dalam pencegahan ruam popok (diaper rash)

pada bayi di Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang Kabupaten

Banyumas Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai