Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku Gosok Gigi


Perilaku Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal
dari luar atau dari dalam dirinya (Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut Skiner dalam
(Notoatmodjo, 2007), perilaku kesehatan secara umum adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.
Becker (1979) dalam (Notoatmodjo, 2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku
kesehatan dan membedakan menjadi 3, yaitu:
a. Perilaku hidup sehat (Healthy Behavior) Perilaku hidup sehat adalah perilaku
yang berkaitan dengan usaha seseorang untuk meningkatkan kesehatanya, dengan
cara: Makan dengan menu seimbang (appropriat diet), olahraga teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup,
mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.
b. Perilaku sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit merupakan respon seseorang
terhadap penyakit. Perilaku ini mencakup: pengetahuan mengenai penyebab
penyakit, pengobatan penyakit.
c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior) Perilaku peran yang mencakup
hak-hak dan kuwajiban orang sakit. Perilaku ini mencakup mengetahui hak-hak
untuk memperoleh pelayanan dan upaya untuk memperoleh kesembuhan.
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi menutut Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2003) meliputi:
a. Faktor predisposisi Faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang memotivasi
terbentuknya suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai.
b. Faktor pendukung Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu
atau kelompok termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan
sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah
dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Faktor pendorong Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong sehingga memperkuat
terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan,
guru, dan keluarga.
3. Domain Perilaku Menurut Blom dalam (Notoatmodjo, 2007) membagi domain perilaku
menjadi 3 bentuk yaitu:
a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang ( overt behaviour ) (Notoatmodjo, 2007):
1) Tingkatan pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2007) adalah:
- Tahu (know) Tahu diartikan seseorang dapat mengingat kembali sesuatu
dari bahan yang dipelajari. Untuk dapat mengukur bahwa seseorang di
katakan tahu apa yang di pelajari antara lain mampu 10 menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
- Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan
menjelaskan materi materi yang telah di pelajari sebelumnya secara jelas
dan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, dan menyimpulkan objek yang sudah dipelajari.
- Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang nyata.
- Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
- Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru drai formulasiformulasi yang ada.
- Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang sudah ada
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan menurut (Mubarok, 2011):
- Tingkat pendidikan Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan yang
di berikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu
obyek. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan yang
dimiliki seseorang.
- Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuatseseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik pengetahuan secara langsung maupun
tidak langsung.
- Umur Dengan bertambahnya umur seseorang maka akan semakin
bertambah taraf berfikir seseorang untuk menjadi lebih matang dan
dewasa.
- Minat Suatu kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu sehingga
seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
- Pengalaman Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah
dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
- Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh besar
terhadap terhadap pembentukan sikap seseorang. Dengan seseorang
tinggal dilingkungan yang baik dan bersih maka tanpa disadari seseorang
tersebut mempunyai sikap yang selalu menjaga kebersihan lingkungan. g)
Informasi Kemudahan seseorang untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
3) Alat untuk mengukur pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin di ukur dari subjek penelitian (Mubarok, 2011).
4) Kriteria tingkat pengetahuan Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006)
dalam (Wawan, et al., 2010) diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu : a) Baik : dengan presentase 76%-100% b) Cukup : dengan
presentase 56%-75% c) Kurang : dengan presentase
b. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Batasan -batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi
sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007)
1) Tingkatan sikap Menurut (Notoatmojo, 2007) sikap juga terdiri dari berbagai
tingkatan, antara lain : 13
- Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatiakan stimulus yang diberikan objek.
- Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan dalah suatu
indikasi orang menerima ide tersebut.
- Menghargai (valuing) Menghargai dapat diartikan sebagai mampu
menerima ide atau masukan dari orang lain yang mungkin berbeda
dengan ide kita, kemudian mendiskusikan hasil dari dua ide yang berbeda
tersebut adalah suatu indikasi sikap.
- Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut (Wawan, et al.,
2011) antara lain:
- Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat karena sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional.
- Orang lain yang dianggap penting Individu cenderung memiliki sikap
yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecendrungan antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keingainan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap
penting tersebut.
- Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah
sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota 14 masyarakatnya karena kebudayaan yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhanya.
- Media Massa Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainya berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
objekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumenya.
- Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem
kepercayaan tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
- Faktor emosi Bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai penyaluran prestasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005) dalam (Wawan, et al., 2011).
3) Pengukuran sikap Salah satu metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah
bagaimana cara mengukur sikap seseorang. Di bawah ini adalah beberapa teknik
pengukuran sikap menurut (Wawan, et al., 2010):
- Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals) Metode yang
digunakan bertujuan untuk menempatkan sikap seseorang pada rentang
kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat fafovabel terhadap
sesuatu objek sikap. Cara yang digunakan dengan memberikan orang
tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan drajat
favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat seleksi
alam terhadap kenyataan sikap dan penghitungan ukuran yang
mencerminkan drajat favorabilitas dari masing-masing 15 pernyataan.
Drajat favorabilitas yang dimaksud adalah nilai skala.
- Skala Likert (Method of Summateds Ratings) Likert (1932) mengajukan
metode sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan
skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point
disederhanakan menjadi dua klompok yaitu favorabel dan unfavorabel,
sedangkan aitem yang netral tidak disertakan. untuk mengatasi hilangnya
netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.
Masing-masing responden diminta melakukan agreement atau
disagreement pada masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5
point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).
- Unobstrusive Measures Motode yang digunakan berakar dari situasi
dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perlakunya sendiri atau
yang berhubungan dengan sikap dalam pernyataan.
- Multidimensional Scaling Teknik Multidimensional Scaling memberikan
deskripsi seseorang lebih kaya dibandingkan dengan pengukuran sikap
yang bersifat unidimensional. Pengukuran terkadang menyebabkan
asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensial kurang valid
terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu dan lain skala aitem.
- Pengukuran Involuntary Behaviour (Pengukuran terselubung)
 Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden.
 Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi
oleh kerelaan responden.
 Pendekatan merupakan observasi terhadap reaksi-reaksi
fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu
yang bersangkutan.
 Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari
fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil,
detak jantung dan beberapa aspek fisiologis lainnya
4) Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap


seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap (Azwar, 2005) dalam
(Wawan, et al., 2011).

Penilaian sikap menurut likert (1932) yang dikutip oleh (Wawan, et al., 2010)
diinterpretasikan dengan masing-masing responden diminta melakukan
egreement atau disegreement untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri
dari 5 point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).
Semua aitem yang favorabel kemudian di ubah nilainya dalam angka, yaitu:

- Sangat setuju nilainya 5


- Setuju nilainya 4
- Ragu-ragu nilainya 3
- Tidak setuju nilainya 2
- Sangat tidak setuju nilainya 1

Penilaian sikap dikatakan mendukung (positif) bila nilai mean hitung lebih
besar dari nilai mean tabel. Sedangkan dikatakan tidak mendukung (negatif) bila
nilai mean hitung lebih rendah dari nilai mean tabel.

c. Keterampilan Keterampilan merupakan tindakan akibat adanya suatu respon


(Notoatmodjo, 2010). Keterampilan adalah tindakan peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang di berikan:
1) Tingkatan keterampilan Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3
tingkatan, yaitu:
- Praktik terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuai urutan yang
benar dan sesuai contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
- Praktik secara mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.
- Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya
tanpa mengurangi kebenaran tersebut.
2) Proses perubahan perilaku Perubahan perilaku ke arah yang lebih baik hanya
dapat dilakukan melalui proses yang disengaja dengan grand design yang
mencakup proses (Mubarak, 2011):
- Pendidikan informal Diperlukan konsistensi proses belajar informal
dalam keluarga, dalam pergaulan di masyarakat, dan individu-individu
kunci yang akan di jadikan model.oleh publik.
- Pendidikan nonformal Dalam proses ini pemerintah dan masyarakat
melakukan upaya aktif untuk meningkatkan meningkatkan daya upaya
proses pembelajaran yang dilakukan secara insidental atau reguler
melalui pendekatan pelatihan, kursus-kursus, atau seminarseminar.
- Pendidikan formal Kebutuhan pendekatan khusus sehingga proses belajar
formal ini terjebak oleh formalitas yang hanya mampu mentransfer
pengetahuan tanpa memberikan pesan moral pada peserta didik.
3) Cara mengukur keterampilan Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi) yaitu
mengamati tindakan dari sobjek dalam rangka memelihara kesehatannya
(Notoatmodjo, 2010). Pengukuran perilaku secara tidak langsung adalah
dengan mengingat kembali (recall) . pengukuran ini dilakukan melalui
pertanyaan – pertanyaan terhadap sobjek tentang apa yang dilakukan
berhubungan dengan objek tertentu.
4) Alat ukur keterampilan Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006) yang
dikutip oleh (Wawan, et al., 2010) diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu : a) Baik : dengan presentase 76%-100% b) Cukup :
dengan presentase 56%-75% 19 c) Kurang : dengan presentase

B. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan


Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan. (Azwar,1983) dalam (Machfoedz, et al., 2005).
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya
kesehatan. Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang agar hidup
sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Ali, 2010).
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Menurut (Machfoedz, et al., 2005), penyuluhan kesehatan merupakan proses


perubahan, yang bertujuan mengubah indifidu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal
yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain
pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses penyuluhan keseahatan.

Adapun tujuan penyuluhan jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan
tujuan jangka menengah adalah terciptanya pengertian, sikap, norma, dan sebagainya.
Sedangkan tujuan jangka pendek ialah tentang jangkauan kelompok sasaran atau bisa juga
menyangkut terlaksananya kegiatankegiatan penyuluhan.

Sedangkan menurut WHO dalam (Notoatmodjo, 2003), tujuan dari penyuluhan


kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan baik fisik maupun mental sehingga produktif secara ekonomi maupun sosialnya.

Tujuan penyuluhan kesehatan sendiri adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah


perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
mewujudkan drajat kesehatan yang optimal, setelah mendapat penyuluhan kesehatan
diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku yang lebih sehat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan


Menurut (Notoatmodjo, 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan
dikelompokan dalam empat kelompok besar yaitu faktor materi, lingkungan, instrumental dan
faktor individu.
Faktor pertama, materi ikut menentukan proses da hasil penyuluhan. Faktor kedua
yakni lingkungan fisik yang antara lain terdiri dari suhu, kelembaban udara dan kondisi
setempat, sedangkan faktor lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial, yakni manusia
dengan segala interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan.
Faktor ketiga adalah instrumental terdiri dari perangkat keras seperti perlengkapan
belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar atau fasilitator
belajar serta metode dalam penyuluhan. Faktor keempat, yaitu individu, kondisi individu
dalam penyuluhan dibedakan dalam kondisi fisiologis seperti kondisi panca indra ( terutama
penglihatan dan pendengaran).
4. Metode Penyuluhan Kesehatan
Menurut (Machfoedz, et al., 2005), mengatakan bahwa metode atau cara penyuluhan ,
tergantung pada tujuan penyuluhan yang akan di capai.
Tujuan bisa dikelompokan menjadi 3 bidang, yaitu bidang pengertian, sikap, dan
keterampilan atau tindakan. Apabila tujuan yang akan di capai adalah bidang pengertian,
pesan cukup disampaikan dengan ucapan, atau disampaikan secara tertulis. Sedangkan kalau
tujuan untuk mengembangkan sikap positif, sasaran perlu menyaksikan sendiri penyuluhan
yang dilakukan dan apabila tujuan untuk mengembangkan keterampilan, selain dengan
menyaksikan 21 penyuluhan yang diberikan, sasaran juga diberikan untuk mencoba sendiri
(Machfoedz, et al., 2005).
Dalam proses penyampaian materi penyuluhan kepada sasaran pemilihan metode
yang tepat sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran yaitu
menggunakan metode ceramah dan demonstrasi.
- Metode Ceramah
Ceramah yaitu salah satu cara penyampaian informasi, fakta, pengetahuan, atau
masalah dari penyuluh kepada sasaran yang dilakukan secara langsung antara penyuluh
dengan pendengar. Biasanya menggunakan bantuan media elektronik supaya sasaran
lebih paham dan di akhir biasanya diadakan tanya jawab (Herijulianti, et al., 2002).
Keuntungan ceramah: Murah dan mudah menggunakannya, waktu yang diperlukan
dapat dikendalikan oleh penyuluh, mempunyai sifat yang luwes, tidak perlu
menggunakan alat bantu atau alat peraga, penyuluh dapat menjelaskan dengan
menekankan bagian yang penting.
- Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan berbagai cara melakukan suatu
tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur.demonstrasi juga dapat di artikan
sebagai suatu cara menyajikan bahan penyuluhan dengan cara mempertunjukan secara
langsung objeknya atau cara memperlihatkan suatu proses menggunakan alat bantu
peraga (Herijulianti, et al., 2002).
Tujuan metode demonstrasi adalah: Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana
cara membuat sesuatu dengan prosedur yang benar, meyakinkan kepada kelompok bahwa
ide baru tersebut dapat dilaksanakan setiap orang, meningkatkan minat orang untuk
belajar dan mencoba sendiri dengan prosedur yang didemonstrasikan (Herijulianti, et al.,
2002).
Sedangkan keuntungan metode demonstrasi itu sendiri adalah Proses penerimaan
sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih 22 berkesan secara mendalam sehingga
mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan sempurna, mengurangi kesalahan
dibandingkan membaca atau mendengar karena persepsi yang jelas diperoleh dari hasil
pengamatan, benda- benda yang digunakan benar nyata sehingga hasrat untuk mengetahui
lebih dalam dapat dikembangkan, peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta, dengan
mengaamati demonstrasi masalah atau pertanyaan yang ada dapat terjawab (Herijulianti,
et al., 2002).
5. Sasaran Penyuluhan Kesehatan
Dalam penyuluhan yang dimaksud dengan sasaran penyuluhan adalah kelompok
sasaran yaitu individu atau kelompok yang akan kita berikan penyuluhan (Machfoedz, et al.,
2005). Sasaran penyuluhan kesehatan di indonesia berdasarkan pada program pembangunan
Indonesia adalah:
- Masyarakat umum
- Masyarakat dalam kelompok tertentu seperti anak, wanita, pemuda, dan remaja.
Termasuk lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan tinggi.
- Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.
6. Media Penyuluhan Kesehatan Media penyuluhan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk
memudahkan penyampaian informasi kesehatan. Berdasarkan fungsinya media dibagi
menjadi 3 yaitu (Notoatmodjo, 2003):
- Media cetak
 Booklet : media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku,
baik tulisan maupun gambar.
 Leaflet : media penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang
dilipat. Leaflet bisa dalam bentuk kalimat dan gambar.
 Selebaran : media pesan seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan
 Flif chart (lembar balik) : suatu media penyampain pesan kesehatan dalam
bentuk lembar balik. Tiap halaman berisi gambar peragaan dan dibaliknya
berisi kalimat sebagai pesan kesehatan.
 Poster : merupakan bentuk media cetak yang berisi informasi kesehatan
yang biasanya ditempel di tembok-tembok atau tempat umum.
- Media elektronik
 Televisi : penyampaian informasi kesehatan melalui televisi dapat dalam
bentuk forum diskusi atau Tanya jawab masalah kesehatan, pidato, kuis, dan
lain-lain.
 Radio : penyampaian informasi kesehatan melalui radio dapat berbentuk
tanya jawab, radio spot, dan lain-lain.
 Video : penyampaian dalam bentuk video dapat berupa slide maupun film
strip
- Media papan (billboard) Billboard yang dipasang di tempat umum juga dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi-informasi kesehatan.
7. Tahapan-tahapan dalam penyuluhan kesehatan
Tahapan penyuluhan kesehatan menurut (Susilo, 2011) adalah :
- Tahap sensitisasi Pada tahap sensitisasi dilakukan untuk memberikan informasi dan
kesadaran pada masyarakat tentang hal penting mengenai masalah kesehatan seperti
kesadaran pemanfaatan fasilitas kesehatan, wabah penyakit, imunisasi. Pada tahap
sensitisasi bertujuan memberikan penjelasan mengenai pengetahuan, perubahan
sikap, dan merubah perilaku masyarakat melalui media siaran radio, poster dan
selebaran lainya.
- Tahap publisitas Pada tahap publisitas merupakan tahap lanjutan dari tahap
sensitisasi. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa press release yang dilakukan
Departemen Kesehatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jenis atau macam
pelayanan kesehatan.
- Tahap edukasi Pada tahap edukasi merupakan tahap lanjutan dari tahap sensitisasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta
mengarahkan pada perilaku yang di inginkan. Pada bidang kesehatan gigi, sebelum
datang rasa sakit gigi sebaiknya masyarakat memahami cara gosok gigi yang benar
dan pemeriksaan rutin untuk memeriksakan gigi.
- Tahap motivasi Tahap motivasi merupakan tahap lanjutan dari tahap edukasi, setelah
masyarakat mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan dengan benar, masyarakat
mampu mengubah perilakunya sesuai yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.

Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap pertama dilakukan pretest, kedua dilakukan
penyuluhan pengetahuan dan sikap, tahap ketiga mendemonstrasikan kesehatan gigi, pada tahab ini
setelah dilakukan demonstrasi kelompok intervensi diberikan waktu internalisasi selama 3 hari yang
bertujuan untuk mengendapkan pengetahuan yang didapat dari penyuluhan, tahap keempat yaitu
dilakukan posttest (Sulastyawati,2007).

Kesehatan Gigi

1. Pengertian
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang
berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Gigi
merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan yang terjadi ketika gigi
tidak memperoleh perawatan semestinya, gigi sehat adalah gigi yang mempunyai warna putih
bersih (Hermawan, 2010). 25
2. Anatomi gigi
Setiap gigi memiliki tiga bagian, mahkota gigi, leher gigi dan akar gigi. Gigi anak
usia sekolah adalah percampuran dari gigi sulung dengan gigi tetap /dewasa. Pertumbuhan
gigi sulung yang pertama kali didalam mulut adalah pada usia 6 - 7 bulan yaitu gigi seri
bagian bawah, kemudian dua gigi seri atas kemudian gigi geraham baru yang terakhir gigi
taring. Pada umur 2 – 3 tahun telah tumbuh lengkap sebanyak 20 gigi. (Aryani, 2010).
Setelah anak berumur 6 tahun secara bertahap gigi sulungnya akan mulai tanggal dan
di gantikan oleh gigi tetap. Pergantian gigi sulung ke gigi tetap tidak tumbuh secara
berurutan, melainkan berselang seling. Jumlah gigi tetap seluruhnya adalah 32 buah. Usia 6 –
12 tahun adalah masa peralihan antara gigi sulung ke gigi tetap/dewasa. Pada usia ini didalam
mulut terdapat gigi sulung yang belum tanggal dan gigi tetap yang baru tumbuh, sehingga
usia tersebut disebut “masa gigi bercampur”.
Gigi tetap akan tumbuh sempurna pada usia sekitar 21 tahun (Aryani, 2010).
3. Bentuk gigi Bentuk gigi satu dan lainya tidak sama, bentuk gigi depan dan belakang beda
sesuai dengan fungsinya. Sesuai dengan fungsi gigi, gigi dibagi menjadi empat bentuk gigi
(Aryani, 2010).
a. Gigi seri Gigi seri terdiri dari empat gigi diatas dan empat gigi dibawah. Jumlah
seluruhnya delapan buah terletak di bagian depan dan gigi seri mempunyai akar
tunggal. Fungsi dari gigi seri adalah sebagai memotong dan menggunting makan.
b. Gigi taring Jumlah gigi taring adalah empat buah, terletak dua dibagian atas dan dua
dibagian bawah, yang masing masing terletak diantara gigi seri dan gigi geraham
kecil dan gigi taring berbentuk runcing. Fungsi gigi taring adalah untuk mencabik
makanan. 26
c. Gigi geraham kecil Gigi geraham kecil merupakan gigi pengganti gigi geraham
sulung. Letak gigi geraham ini di belakang gigi taring, dan berjumlah delapan buah
yaitu empat di atas dan empat di bawah.
Fungsi gigi geraham kecil adalah menghaluskan makanan. d. Gigi geraham
besar Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil. Jumlah gigi ini
adalah dua belas buah, yaitu enam gigi di atas dan enamgigi di bawah. Fungsi gigi
geraham ini adalah untuk menggiling makanan.
4. Fungsi gigi Menurut (Rahmadhan, 2010) gigi memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:
a. Pengunyah Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebik mudah di
telanserta meringankan kerja proses pencernaan.
b. Berbicara Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi atau huruf tertentu seperti
huruf T, V, F, S, D dan bunyi tidak akan terdengar sempurna tanpa adanya gigi.
c. Estetik Gigi berfungsi sebagai nilai estetik tersendiri, sebuah senyum tidak akan lengkap
tanpa hadirnya deretan gigi yang rapi dan bersih.
d. Menjaga kesehatan mulut dan rahang
Banyak hal yang terjadi apabila gigi hilang, misalnya gangguan mengunyah makanan,
susunan gigi yang menjadi tidak teratur (maloklusi), tulang alveolar yang kurang
(resotpsi), gangguan pada sendi rahang, dan penyakit pada bagian periodontal.
5. Masalah-masalah gigi dan mulut
a. Karies gigi (gigi berlubang)
Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering mempengaruhi
individu pada segala usia, karies gigi adalah masalah oral yang utama pada anak-anak dan
remaja. Upaya menurunkan insiden dan gangguan sangat penting pada masa kanakkanak
karena karies gigi, jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan pada gigi yang sakit
(Wong, dkk. 2009).
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada
dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam savila (Isro'in, et
al., 2012). Menurut (Isro'in, et al., 2012) karies gigi disebabkan oleh 4 faktor yaitu:
1) Komponen dari gigi dan air ludah.
2) Komponen mikroorganisme yang ada di dalam mulutyang dapat
menghasilkan asam yaitu: streptococus, laktobasil.
3) Komponen makanan seperti karbohidrat misalnya glukosa dan sukrosa.
4) Komponen waktu.
b. Gusi berdarah
Gusi berdarah sering dikeluhkan oleh anak-anak dan remaja, biasanya terjadi saat
sedang menggosok gigi. Hal ini menunjukan adanya peradangan pada gusi yang di sebut
ginginvitis. Peradangan ini biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut,
sehingga terjadi penumpukan plak yang kemudian dapat mengiritasi gusi. Gejala yang
terlihat pada gusi yang mengalami peradangan adalah gusi tampak bengkak, kemerahan,
lunak, dan mudah berdarah saat menggosok gigi (Aryani, 2010)
Sariawan Gejala sariawan adalah berupa rasa sakit atau terbakar selama satu sampai
dua hari, kemudian timbul luka di rongga mulut. Rasa 28 sakit dan panas membuat
penderita pada sariawan membuat penderita susah makan dan minum, sehingga penderita
menjadi lemas. Sariawan bisa menyerang anak-anak dan remaja, daerah yang sering
mengalami sariawan adalah pipi bagian dalam, bibir bagiab dalam, lidah serta langit-
langit (Aryani, 2010).
c. Bau mulut
Bau mulut atau holistosis disebabkan oleh karena banyaknya kotoran dan sisa-sisa
makanan yang mengandung protein yang bereaksi dengan bakteri didalam mulut. Bakteri-
bakteri ini hidup di antara celah-celah kecil diatas lidah. Bau mulut ini biasanya
mengendap di lidah, sela-sela gigi, gigi yang rusak, atau gusi yang terinfeksi. Hal ini
terjadi akibat kurangnya menjaga kebersihan, kesehatan gigi dan mulut (Aryani, 2010).
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah gigi dan mulut pada siswa Sekolah Dasar
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia sekolah dengan maksud
agar mendapatkan genersi yang sehat dan bangsa yang kuat, seperti Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana
pada siswa terutama siswa Sekolah Dasar (SD) (Herijulianti, et al., 2002). Upaya yang
dilakukan dalam mengatasi masalah gigi dan mulut adalah:
a. Upaya Promotif
Upaya promotif yang dilaksanakan di UKGS lebih diarahkan pada
pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya promotif dilakukan oleh guru sekolah
setelah memperolah pedoman hasil dari penataran, sehingga dapat menjalankan
program penerangan pendidikan kesehatan gigi dengan cara memasukkan pelajaran
mengenai kesehatan gigi dan mulut (Herijulianti, et al., 2002).
Tujuan upaya promotif adalah supaya siswa sekolah dasar mampu
meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Bentuk kegiatan
promosi kesehatan adalah penyuluhan kesehatan mengenai cara memelihara
kesehatan gigi dan mulut dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar
(Mubarok, 2011).
b. Upaya Preventif
Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk mencegah
terjadinya penyakit. Sasaranya adalah kelompok orang dengan resiko tinggi terjadi
kerusakan gigi. Tujuanya untuk mencegah klompok resiko tinggi yaitu siswa sekolah
dasar agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Bentuk kegiatanya adalah
penyuluhan gosok gigi (Mubarok, 2011).
Upaya preventif meliputi upaya pengadaan menggosok gigi massal. Program
gosok gigi masaal di sekolah diperlukan suatu kerjasama yang baik antara petugas
kesehatan dan guru – guru SD. Guru harus diberikan petunjuk mengenai cara
menggosok gigi yang baik dan benar, sehingga dapat melakukan pengawasan pada
saat tenaga kesehatan tidak dapat hadir di sekolah (Herijulianti, et al., 2002).
Langkah – langkah yang harus dilakukan pada program sikat gigi massal:
a. Memberikan penyuluhan mengenai cara menggosok gigi yang benar
dalam hal pemilihan sikat gigi, cara dan waktu yang tepat untuk
menggosok gigi.
b. Mengajarkan siswa sekolah dasar untuk melaksanakan gosok gigi
bersama dengan didampingi oleh guru atau petugas kesehatan.
Kegiatan gosok gigi bersama dilakukan setiap dua minggu sekali.
c. Diharapkan siswa dapat menggosok gigi dengan baik dan benar
setelah dilakukannya gosok gigi massal setiap dua minggu sekali.
d. Untuk mengetahui siswa tetap melaksanakan gosok gigi secara
teratur dan benar diharapkan guru mengadakan kontrol terhadap
kebersihan gigi dan mulut anak didiknya, waktu periode kontrol
dapat diatur sesuai dengan keperluan.
e. Upaya kuratif Upaya kuratif merupakan upaya promosi kesehatan
untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan.
Sasaranya adalah kelompok anak SD yang mengalami gangguan
pada gigi dan mulut. Tujuanya adalah untuk mencegah masalah-
masalah tersebut tidak lebih parah dari sebelumnya. Bentuk
kegiatanya adalah pengobatan, biasanya dilakukan oleh dokter
puskesmas. (Mubarok, 2011)
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi menutut Green (1980) dalam
(Notoatmodjo, 2003) meliputi:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saran-saran kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
8. Cara Menggosok Gigi Adapun alat yang harus di perlukan dalam menggosok gigi yang baik
dan benar yaitu menggunakan sikat gigi yang lembut dan sesuai ukuran dan pasta gigi yang
mengandung flourid. Dibawah ini adalah langkah – langakah penting yang harus dilakukan
dalam menggosok gigi (Rahmadhan, 2010):
a. Ambil sikat dan pasta gigi, Peganglah sikat gigi dengan cara anda sendiri (yang
penting nyaman untuk anda pegang), oleskan pasta gigi di sikat gigi yang sudah anda
pegang
b. Bersihkan permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi dengan cara
menjalankan sikat gigi pelan-pelan dan naik turun. Mulai pada rahang atas terlebih
dahulu kemudian dilanjutkan dengan yang rahang bawah
c. Bersihkan seluruh permukaan kunyah gigi (gigi geraham) pada lengkung gigi sebelah
kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada
rahang atas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat
gigi diletakkan tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi
d. Bersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langitlangit dengan
menggunakan teknik modifikasi bass untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri.
Lengkung gigi bagian depan dapat dulakukan dengan cara memegang sikat gigi
secara vertikal menghadap ke depan. Menggunakan ujung sikat dengan gerakan
menarik dari gusi ke arah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang atas dan dilanjutkan
rahang bawah
e. Terakhir sikat juga lidah dengan menggunakan sikat gigi atau sikat lidah yang
bertujuan untuk membersihkan permukaan lidah dari bakteri dan membuat nafas
menjadi segar. Berkumur sebagai langkah terakhir untuk menghilangkan bakteri-
bakteri sisa dari proses menggosok gigi
9. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggosok gigi Hal yang harus diperhatikan dalam
menggosok gigi adalah (Rahmadhan, 2010):
a. Waktu menggosok gigi Menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari, yaitu pagi
hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Hal ini disebabkan karena dalam
waktu 4 jam, bakteri mulai bercampur dengan makanan dan membentuk plak gigi.
Menyikat gigi setelah makan bertujuan untuk menghambat proses tersebut. Lebih
baik lagi menambah waktu menyikat gigi setelah makan siang atau minimal
berkumur air putih setiap habis makan.
b. Menggosok gigi dengan lembut Menyikat gigi yang terlalu keras dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan gusi. Menggosok gigi tidak diperlukan tekanan yang kuat karena
plak memiliki konsistensi yang lunak, dengan tekanan yang ringan plak akan
terbuang.
c. Durasi dalam menggosok gigi Menggosok gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif
membersihkan plak. Menggosok gigi yang tepat dibutuhkan durasi minimal 2 menit.
d. Rutin mengganti sikat gigi Sikat gigi yang sudah berusia 3 bulan sebaiknya diganti
karena sikat gigi tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk membersihkan gigi
dengan baik. Apabila kerusakan sikat gigi terjadi sebelum berusia 3 bulan merupakan
tanda bahwa saat menggosok gigi tekanannya terlalu kuat.
e. Menjaga kebersihan sikat gigi Kebersihan sikat gigi merupakan hal yang paling
utama karena sikat gigi adalah salah satu sumber menempelnya kuman penyakit.
f. Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride Pasta gigi berperan penting
dalam membersihkan dan melindungi gigi dari kerusakan karena pasta gigi
mengandung fluoride. Penggunaan pasta gigi tidak perlu berlebihan karena yang
terpenting dalam membersihkan gigi adalah teknik menggosok gigi. Setelah
melakukan gosok gigi tapi masih terdapat kotoran maka dapat juga dibersihkan
dengan cara flosing yaitu metode membersihkan gigi dengan menggunakan benang
gigi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep sehat sendiri merupakan konsep seorang dalam keadaan sempurna baik fisik, mental dan
sosialnya serta bebas dari penyakit, cacat dan kelemahannya. Mengubah perilaku individu merupakan
pekerjaan yang mudah, dalam hail ini membutuhkan ketrampilan khusus sebab perubahan tingkah
laku individu selalu melibatkan perubahan mental. Ada perubahan yang terjadi secara terencana dan
dilaksanakan secara sistematis yaitu yang dikenal dengan perubahan melalui pendidikan.
Tujuan perilaku sehat gigi:
1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut
2. Menggilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya

Saran
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan maka dari itu saya mengharapkan kritikan ataupun
saran agar mutu dari makalah ini dapat di tingkatkan kami ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

- Foster, Gerge M., Barbara G. Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta:


UI Press
- Joyomartono, Mulyono. 2007. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang:
Unnes Press
- Kalangie, Nico S. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan: Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosiobudaya.Megapoin, Jakarta: Kesaint
Blanc Indah
- Muzaham, Fauzi (ed). 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI
Press
- Sarwono, Solita. 2007. Sosiologi Kesehatan: Beberara Konsep Beserta
Aplikasinya. Yogyakata: GMU Press
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘Ilmu Sosiologi‘’.
Adapun makalah ini membahas mengenai “PERILAKU SAKIT” Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka kami dengan senang hati menerima
kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa RPL POLTEKES AKADEMI KEPERAWATAN GIGI Akhir kata, melalui
kesempatan ini kami penyusun makalah mengucapkan banyak terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Perilaku sakit adah tindakan yang dilakukan orang yg merasa dirinya sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan. perilaku sakit adah tindakan yang dilakukan orang yg merasa dirinya
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku Sakit (Illness Behavior) adalah cara
seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit yang dipengaruhi oleh keyakinan-
keyakinannya terhadap apa yang harus diperbuat untuk menghadapinya (Fauzi Muzaham)
Perilaku sehat adalah tindakan yg dilakukan seseorang yg merasa dirinya sehat, dan bertujuan
memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Ada 3 tujuan yg ingin dicapai dlm
perilaku sehat ini adalah :
a. Promotive
b. Perilaku preventive
c. Protective

2. TUJUAN
a. untuk mengetahui perilaku sehat
b. untuk menambah wawasan pembaca

3. MANFAAT
Untuk menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan
lainnya pada gigi dan mulut.
MAKALAH PERILAKU SAKIT

OLEH : DESELINA SITUMEANG

DOSEN : ROSDIANA T. SIMARE – MARE, S.Pd, SKM, M.Kes

POLTEKES MEDAN

AKADEMI KEPERAWATAN GIGI

RPL III

Anda mungkin juga menyukai