Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Gosok Gigi


1. Perilaku
Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang
berasal dari luar atau dari dalam dirinya (Ali, 2010). Pengertian perilaku
menurut Skiner dalam (Notoatmodjo, 2007), perilaku kesehatan secara
umum adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan.
Becker (1979) dalam (Notoatmodjo, 2007) membuat klasifikasi lain
tentang perilaku kesehatan dan membedakan menjadi 3, yaitu:
a. Perilaku hidup sehat (Healthy Behavior)
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan usaha
seseorang untuk meningkatkan kesehatanya, dengan cara: Makan dengan
menu seimbang (appropriat diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak
minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup,
mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup yang positif bagi
kesehatan.
b. Perilaku sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit merupakan respon
seseorang terhadap penyakit. Perilaku ini mencakup: pengetahuan
mengenai penyebab penyakit, pengobatan penyakit.
c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)
Perilaku peran yang mencakup hak-hak dan kuwajiban orang sakit.
Perilaku ini mencakup mengetahui hak-hak untuk memperoleh pelayanan
dan upaya untuk memperoleh kesembuhan.
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi menutut Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2003) meliputi:

8
9

a. Faktor predisposisi
Faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang memotivasi
terbentuknya suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap,
keyakinan, dan nilai.
b. Faktor pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu
atau kelompok termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan,
keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan
komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan.
c. Faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong sehingga memperkuat
terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat,
petugas kesehatan, guru, dan keluarga.
3. Domain Perilaku
Menurut Blom dalam (Notoatmodjo, 2007) membagi domain perilaku
menjadi 3 bentuk yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (
overt behaviour ) (Notoatmodjo, 2007).
1) Tingkatan pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2007) adalah:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan seseorang dapat mengingat kembali sesuatu dari
bahan yang dipelajari. Untuk dapat mengukur bahwa seseorang
di katakan tahu apa yang di pelajari antara lain mampu
10

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan


sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan materi
materi yang telah di pelajari sebelumnya secara jelas dan benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, dan menyimpulkan objek yang sudah dipelajari.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi yang nyata.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru drai formulasi-
formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Mubarok,
2011).
11

a) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan yang di berikan
seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu
obyek. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
yang dimiliki seseorang.
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuatseseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik pengetahuan secara
langsung maupun tidak langsung.
c) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang maka akan semakin
bertambah taraf berfikir seseorang untuk menjadi lebih matang
dan dewasa.
d) Minat
Suatu kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
e) Pengalaman
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah
dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
f) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap terhadap
pembentukan sikap seseorang. Dengan seseorang tinggal
dilingkungan yang baik dan bersih maka tanpa disadari
seseorang tersebut mempunyai sikap yang selalu menjaga
kebersihan lingkungan.
g) Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang
baru.
12

3) Alat untuk mengukur pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin di ukur dari subjek penelitian (Mubarok, 2011).
4) Kriteria tingkat pengetahuan

Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006) dalam (Wawan, et


al., 2010) diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,
yaitu :
a) Baik : dengan presentase 76%-100%

b) Cukup : dengan presentase 56%-75%

c) Kurang : dengan presentase <56%

Penilaian pengetahuan dikatakan mendukung (positif) bila


nilai mean hitung lebih besar dari hasil nilai mean tabel.Sedangkan
dikatakan tidak mendukung (negatif) bila nilai mean hitung lebih
rendah dari nilai mean tabel.

b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Batasab batasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
1) Tingkatan sikap
Menurut (Notoatmojo, 2007) sikap juga terdiri dari berbagai
tingkatan, antara lain :
13

a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatiakan stimulus yang diberikan objek.
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan dalah suatu indikasi orang
menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valuing)
Menghargai dapat diartikan sebagai mampu menerima ide
atau masukan dari orang lain yang mungkin berbeda dengan
ide kita, kemudian mendiskusikan hasil dari dua ide yang
berbeda tersebut adalah suatu indikasi sikap.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
(Wawan, et al., 2011) antara lain:
a) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat karena sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional.
b) Orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecendrungan
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keingainan untuk menghindari konflik dengan orang yang di
anggap penting tersebut.
c) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
14

masyarakatnya karena kebudayaan yang memberi corak


pengalaman individu-individu masyarakat asuhanya.
d) Media Massa
Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainya berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
objekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumenya.
e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidak
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f) Faktor emosi
Bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai penyaluran prestasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005) dalam (Wawan, et
al., 2011).
3) Pengukuran sikap
Salah satu metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah
bagaimana cara mengukur sikap seseorang. Di bawah ini adalah
beberapa teknik pengukurab sikap menurut (Wawan, et al., 2010).
a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Metode yang digunakan bertujuan untuk menempatkan sikap
seseorang pada rentang kontinum dari yang sangat unfavorabel
hingga sangat fafovabel terhadap sesuatu objek sikap. Cara
yang digunakan dengan memberikan orang tersebut sejumlah
aitem sikap yang telah ditentukan drajat favorabilitasnya.
Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat seleksi alam
terhadap kenyataan sikap dan penghitungan ukuran yang
mencerminkan drajat favorabilitas dari masing-masing
15

pernyataan. Drajat favorabilitas yang dimaksud adalah nilai


skala.
b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Likert (1932) mengajukan metode sebagai alternatif yang lebih


sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala
Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi
dua klompok yaitu favorabel dan unfavorabel, sedangkan
aitem yang netral tidak disertakan. untuk mengatasi hilangnya
netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test
yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan
agreement atau disagreement pada masing-masing aitem
dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).

c) Unobstrusive Measures

Motode yang digunakan berakar dari situasi dimana seseorang


dapat mencatat aspek-aspek perlakunya sendiri atau yang
berhubungan dengan sikap dalam pernyataan.
d) Multidimensional Scaling

Teknik Multidimensional Scaling memberikan deskripsi


seseorang lebih kaya dibandingkan dengan pengukuran sikap
yang bersifat unidimensional. Pengukuran terkadang
menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur
dimensial kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain
orang, lain isu dan lain skala aitem.
e) Pengukuran Involuntary Behaviour (Pengukuran terselubung)

1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau


dapat dilakukan oleh responden.
16

2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap


dipengaruhi oleh kerelaan responden.

3) Pendekatan merupakan observasi terhadap reaksi-reaksi


fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh
individu yang bersangkutan.

4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai


dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat,
dilatasi pupil, detak jantung dan beberapa aspek fisiologis
lainnya.

4) Cara Pengukuran Sikap


Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai
pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang
hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau
mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu
kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap
(Azwar, 2005) dalam (Wawan, et al., 2011).
Penilaian sikap menurut likert (1932) yang dikutip oleh
(Wawan, et al., 2010) diinterpretasikan dengan masing-masing
responden diminta melakukan egreement atau disegreement untuk
masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua
aitem yang favorabel kemudian di ubah nilainya dalam angka,
yaitu:
a) Sangat setuju nilainya 5
b) Setuju nilainya 4
c) Ragu-ragu nilainya 3
d) Tidak setuju nilainya 2
e) Sangat tidak setuju nilainya 1
17

Penilaian sikap dikatakan mendukung (positif) bila nilai


mean hitung lebih besar dari nilai mean tabel. Sedangkan dikatakan
tidak mendukung (negatif) bila nilai mean hitung lebih rendah dari
nilai mean tabel.

c. Keterampilan
Keterampilan merupakan tindakan akibat adanya suatu respon
(Notoatmodjo, 2010). Keterampilan adalah tindakan peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang di berikan.
1) Tingkatan keterampilan
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan,
yaitu:
a) Praktik terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuai urutan yang benar dan sesuai contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
b) Praktik secara mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.
c) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tersebut.
2) Proses perubahan perilaku
Perubahan perilaku ke arah yang lebih baik hanya dapat dilakukan
melalui proses yang disengaja dengan grand design yang
mencakup proses (Mubarak, 2011):
18

a) Pendidikan informal
Diperlukan konsistensi proses belajar informal dalam keluarga,
dalam pergaulan di masyarakat, dan individu-individu kunci
yang akan di jadikan model.oleh publik.
b) Pendidikan nonformal
Dalam proses ini pemerintah dan masyarakat melakukan upaya
aktif untuk meningkatkan meningkatkan daya upaya proses
pembelajaran yang dilakukan secara insidental atau reguler
melalui pendekatan pelatihan, kursus-kursus, atau seminar-
seminar.
c) Pendidikan formal
Kebutuhan pendekatan khusus sehingga proses belajar formal
ini terjebak oleh formalitas yang hanya mampu mentransfer
pengetahuan tanpa memberikan pesan moral pada peserta
didik.
3) Cara mengukur keterampilan
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi)
yaitu mengamati tindakan dari sobjek dalam rangka memelihara
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran perilaku secara
tidak langsung adalah dengan mengingat kembali (recall) .
pengukuran ini dilakukan melalui pertanyaan – pertanyaan
terhadap sobjek tentang apa yang dilakukan berhubungan dengan
objek tertentu.
4) Alat ukur keterampilan
Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006) yang
dikutip oleh (Wawan, et al., 2010) diinterpretasikan dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu :
a) Baik : dengan presentase 76%-100%
b) Cukup : dengan presentase 56%-75%
19

c) Kurang : dengan presentase <56%


Penilaian praktik dikatakan mendukung (positif) bila nilai
mean hitung lebih besar dari nilaimean tabel.. Sedangkan dikatakan
tidak mendukung (negatif) bila nilai mean hitung lebih rendah dari
nilai mean tabel.

B. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
(Azwar,1983) dalam (Machfoedz, et al., 2005).
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk mengubah perilaku
seseorang agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Ali,
2010).
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Menurut (Machfoedz, et al., 2005), penyuluhan kesehatan
merupakan proses perubahan, yang bertujuan mengubah indifidu, kelompok
dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses
belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan
keterampilan melalui proses penyuluhan keseahatan. Adapun tujuan
penyuluhan jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan tujuan
jangka menengah adalah terciptanya pengertian, sikap, norma, dan
sebagainya. Sedangkan tujuan jangka pendek ialah tentang jangkauan
kelompok sasaran atau bisa juga menyangkut terlaksananya kegiatan-
kegiatan penyuluhan.
Sedangkan menurut WHO dalam (Notoatmodjo, 2003), tujuan dari
penyuluhan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
20

meningkatkan derajat kesehatan baik fisik maupun mental sehingga


produktif secara ekonomi maupun sosialnya.
Tujuan penyuluhan kesehatan sendiri adalah mengubah perilaku
masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan drajat kesehatan yang
optimal, setelah mendapat penyuluhan kesehatan diharapkan dapat
mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku yang lebih sehat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
penyuluhan dikelompokan dalam empat kelompok besar yaitu faktor materi,
lingkungan, instrumental dan faktor individu. Faktor pertama, materi ikut
menentukan proses da hasil penyuluhan. Faktor kedua yakni lingkungan
fisik yang antara lain terdiri dari suhu, kelembaban udara dan kondisi
setempat, sedangkan faktor lingkungan yang kedua adalah lingkungan
sosial, yakni manusia dengan segala interaksinya serta representasinya
seperti keramaian atau kegaduhan. Faktor ketiga adalah instrumental terdiri
dari perangkat keras seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan
perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar atau fasilitator belajar serta
metode dalam penyuluhan. Faktor keempat, yaitu individu, kondisi individu
dalam penyuluhan dibedakan dalam kondisi fisiologis seperti kondisi panca
indra ( terutama penglihatan dan pendengaran).
4. Metode Penyuluhan Kesehatan
Menurut (Machfoedz, et al., 2005), mengatakan bahwa metode atau
cara penyuluhan , tergantung pada tujuan penyuluhan yang akan di capai.
Tujuan bisa dikelompokan menjadi 3 bidang, yaitu bidang pengertian, sikap,
dan keterampilan atau tindakan. Apabila tujuan yang akan di capai adalah
bidang pengertian, pesan cukup disampaikan dengan ucapan, atau
disampaikan secara tertulis.
Sedangkan kalau tujuan untuk mengembangkan sikap positif,
sasaran perlu menyaksikan sendiri penyuluhan yang dilakukan dan apabila
tujuan untuk mengembangkan keterampilan, selain dengan menyaksikan
21

penyuluhan yang diberikan, sasaran juga diberikan untuk mencoba sendiri


(Machfoedz, et al., 2005).
Dalam proses penyampaian materi penyuluhan kepada sasaran
pemilihan metode yang tepat sangat membantu pencapaian usaha
mengubah tingkah laku sasaran yaitu menggunakan metode ceramah dan
demonstrasi.
1) Metode Ceramah
Ceramah yaitu salah satu cara penyampaian informasi, fakta,
pengetahuan, atau masalah dari penyuluh kepada sasaran yang dilakukan
secara langsung antara penyuluh dengan pendengar. Biasanya
menggunakan bantuan media elektronik supaya sasaran lebih paham dan
di akhir biasanya diadakan tanya jawab (Herijulianti, et al., 2002).
Keuntungan ceramah: Murah dan mudah menggunakannya,
waktu yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, mempunyai
sifat yang luwes, tidak perlu menggunakan alat bantu atau alat peraga,
penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting.
2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau
ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan berbagai cara
melakukan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu
prosedur.demonstrasi juga dapat di artikan sebagai suatu cara menyajikan
bahan penyuluhan dengan cara mempertunjukan secara langsung
objeknya atau cara memperlihatkan suatu proses menggunakan alat bantu
peraga (Herijulianti, et al., 2002). Tujuan metode demonstrasi adalah:
Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara membuat sesuatu
dengan prosedur yang benar, meyakinkan kepada kelompok bahwa ide
baru tersebut dapat dilaksanakan setiap orang, meningkatkan minat orang
untuk belajar dan mencoba sendiri dengan prosedur yang
didemonstrasikan (Herijulianti, et al., 2002).
Sedangkan keuntungan metode demonstrasi itu sendiri adalah
Proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih
22

berkesan secara mendalam sehingga mendapatkan pemahaman yang


lebih baik dan sempurna, mengurangi kesalahan dibandingkan membaca
atau mendengar karena persepsi yang jelas diperoleh dari hasil
pengamatan, benda- benda yang digunakan benar nyata sehingga hasrat
untuk mengetahui lebih dalam dapat dikembangkan, peragaan dapat
diulang dan dicoba oleh peserta, dengan mengaamati demonstrasi
masalah atau pertanyaan yang ada dapat terjawab (Herijulianti, et al.,
2002).
5. Sasaran Penyuluhan Kesehatan
Dalam penyuluhan yang dimaksud dengan sasaran penyuluhan
adalah kelompok sasaran yaitu individu atau kelompok yang akan kita
berikan penyuluhan (Machfoedz, et al., 2005). Sasaran penyuluhan
kesehatan di indonesia berdasarkan pada program pembangunan
Indonesia adalah:
a) Masyarakat umum
b) Masyarakat dalam kelompok tertentu seperti anak, wanita, pemuda,
dan remaja. Termasuk lembaga pendidikan mulai dari TK sampai
Perguruan tinggi.
c) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.
6. Media Penyuluhan Kesehatan
Media penyuluhan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk
memudahkan penyampaian informasi kesehatan. Berdasarkan fungsinya
media dibagi menjadi 3 yaitu (Notoatmodjo, 2003):
a) Media cetak
1) Booklet : media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam
bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2) Leaflet : media penyampaian informasi kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Leaflet bisa dalam bentuk kalimat dan
gambar.
3) Selebaran : media pesan seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan.
23

4) Flif chart (lembar balik) : suatu media penyampain pesan


kesehatan dalam bentuk lembar balik. Tiap halaman berisi
gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan
kesehatan.
5) Poster : merupakan bentuk media cetak yang berisi informasi
kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok atau tempat
umum.
b) Media elektronik
1) Televisi : penyampaian informasi kesehatan melalui televisi
dapat dalam bentuk forum diskusi atau Tanya jawab masalah
kesehatan, pidato, kuis, dan lain-lain.
2) Radio : penyampaian informasi kesehatan melalui radio dapat
berbentuk tanya jawab, radio spot, dan lain-lain.
3) Video : penyampaian dalam bentuk video dapat berupa slide
maupun film strip.
c) Media papan (billboard)
Billboard yang dipasang di tempat umum juga dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi-informasi kesehatan.
7. Tahapan-tahapan dalam penyuluhan kesehatan
Tahapan penyuluhan kesehatan menurut (Susilo, 2011) adalah :
a. Tahap sensitisasi
Pada tahap sensitisasi dilakukan untuk memberikan informasi dan
kesadaran pada masyarakat tentang hal penting mengenai masalah
kesehatan seperti kesadaran pemanfaatan fasilitas kesehatan, wabah
penyakit, imunisasi. Pada tahap sensitisasi bertujuan memberikan
penjelasan mengenai pengetahuan, perubahan sikap, dan merubah
perilaku masyarakat melalui media siaran radio, poster dan selebaran
lainya.
b. Tahap publisitas
Pada tahap publisitas merupakan tahap lanjutan dari tahap sensitisasi.
Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa press release yang dilakukan
24

Departemen Kesehatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut


jenis atau macam pelayanan kesehatan.
c. Tahap edukasi
Pada tahap edukasi merupakan tahap lanjutan dari tahap sensitisasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap
serta mengarahkan pada perilaku yang di inginkan. Pada bidang
kesehatan gigi, sebelum datang rasa sakit gigi sebaiknya masyarakat
memahami cara gosok gigi yang benar dan pemeriksaan rutin untuk
memeriksakan gigi.
d. Tahap motivasi
Tahap motivasi merupakan tahap lanjutan dari tahap edukasi, setelah
masyarakat mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan dengan benar,
masyarakat mampu mengubah perilakunya sesuai yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan.
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap pertama dilakukan
pretest, kedua dilakukan penyuluhan pengetahuan dan sikap, tahap ketiga
mendemonstrasikan kesehatan gigi, pada tahab ini setelah dilakukan
demonstrasi kelompok intervensi diberikan waktu internalisasi selama 3
hari yang bertujuan untuk mengendapkan pengetahuan yang didapat dari
penyuluhan, tahap keempat yaitu dilakukan posttest (Sulastyawati,2007).

C. Kesehatan Gigi
1. Pengertian
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang
lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras,
dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah,
pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Gigi merupakan
jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan yang terjadi
ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya, gigi sehat adalah gigi
yang mempunyai warna putih bersih (Hermawan, 2010).
25

2. Anatomi gigi
Setiap gigi memiliki tiga bagian, mahkota gigi, leher gigi dan akar
gigi. Gigi anak usia sekolah adalah percampuran dari gigi sulung dengan
gigi tetap /dewasa. Pertumbuhan gigi sulung yang pertama kali didalam
mulut adalah pada usia 6 - 7 bulan yaitu gigi seri bagian bawah, kemudian
dua gigi seri atas kemudian gigi geraham baru yang terakhir gigi taring.
Pada umur 2 – 3 tahun telah tumbuh lengkap sebanyak 20 gigi. (Aryani,
2010).
Setelah anak berumur 6 tahun secara bertahap gigi sulungnya akan
mulai tanggal dan di gantikan oleh gigi tetap. Pergantian gigi sulung ke
gigi tetap tidak tumbuh secara berurutan, melainkan berselang seling.
Jumlah gigi tetap seluruhnya adalah 32 buah. Usia 6 – 12 tahun adalah
masa peralihan antara gigi sulung ke gigi tetap/dewasa. Pada usia ini
didalam mulut terdapat gigi sulung yang belum tanggal dan gigi tetap yang
baru tumbuh, sehingga usia tersebut disebut “masa gigi bercampur”. Gigi
tetap akan tumbuh sempurna pada usia sekitar 21 tahun (Aryani, 2010).
3. Bentuk gigi
Bentuk gigi satu dan lainya tidak sama, bentuk gigi depan dan
belakang beda sesuai dengan fungsinya. Sesuai dengan fungsi gigi, gigi
dibagi menjadi empat bentuk gigi (Aryani, 2010).
a. Gigi seri
Gigi seri terdiri dari empat gigi diatas dan empat gigi dibawah.
Jumlah seluruhnya delapan buah terletak di bagian depan dan gigi seri
mempunyai akar tunggal. Fungsi dari gigi seri adalah sebagai
memotong dan menggunting makan.
b. Gigi taring
Jumlah gigi taring adalah empat buah, terletak dua dibagian
atas dan dua dibagian bawah, yang masing masing terletak diantara
gigi seri dan gigi geraham kecil dan gigi taring berbentuk runcing.
Fungsi gigi taring adalah untuk mencabik makanan.
26

c. Gigi geraham kecil


Gigi geraham kecil merupakan gigi pengganti gigi geraham
sulung. Letak gigi geraham ini di belakang gigi taring, dan berjumlah
delapan buah yaitu empat di atas dan empat di bawah. Fungsi gigi
geraham kecil adalah menghaluskan makanan.
d. Gigi geraham besar
Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil.
Jumlah gigi ini adalah dua belas buah, yaitu enam gigi di atas dan
enamgigi di bawah. Fungsi gigi geraham ini adalah untuk menggiling
makanan.
4. Fungsi gigi
Menurut (Rahmadhan, 2010) gigi memiliki beberapa fungsi, diantaranya
adalah:
a. Pengunyah
Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebik
mudah di telanserta meringankan kerja proses pencernaan.
b. Berbicara
Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi atau huruf
tertentu seperti huruf T, V, F, S, D dan bunyi tidak akan terdengar
sempurna tanpa adanya gigi.
c. Estetik
Gigi berfungsi sebagai nilai estetik tersendiri, sebuah senyum tidak
akan lengkap tanpa hadirnya deretan gigi yang rapi dan bersih.
d. Menjaga kesehatan mulut dan rahang
Banyak hal yang terjadi apabila gigi hilang, misalnya gangguan
mengunyah makanan, susunan gigi yang menjadi tidak teratur (maloklusi),
tulang alveolar yang kurang (resotpsi), gangguan pada sendi rahang, dan
penyakit pada bagian periodontal.
27

5. Masalah-masalah gigi dan mulut


a. Karies gigi (gigi berlubang)
Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang paling
sering mempengaruhi individu pada segala usia, karies gigi adalah
masalah oral yang utama pada anak-anak dan remaja. Upaya
menurunkan insiden dan gangguan sangat penting pada masa kanak-
kanak karena karies gigi, jika tidak ditangani akan menyebabkan
kerusakan pada gigi yang sakit (Wong, dkk. 2009).
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara
mikroorganisme yang ada dalam savila (Isro'in, et al., 2012).
Menurut (Isro'in, et al., 2012) karies gigi disebabkan oleh 4 faktor
yaitu:
1) Komponen dari gigi dan air ludah.
2) Komponen mikroorganisme yang ada di dalam mulutyang dapat
menghasilkan asam yaitu: streptococus, laktobasil.
3) Komponen makanan seperti karbohidrat misalnya glukosa dan
sukrosa.
4) Komponen waktu.
b. Gusi berdarah
Gusi berdarah sering dikeluhkan oleh anak-anak dan remaja,
biasanya terjadi saat sedang menggosok gigi. Hal ini menunjukan
adanya peradangan pada gusi yang di sebut ginginvitis. Peradangan ini
biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut, sehingga terjadi
penumpukan plak yang kemudian dapat mengiritasi gusi. Gejala yang
terlihat pada gusi yang mengalami peradangan adalah gusi tampak
bengkak, kemerahan, lunak, dan mudah berdarah saat menggosok gigi
(Aryani, 2010).
c. Sariawan
Gejala sariawan adalah berupa rasa sakit atau terbakar selama
satu sampai dua hari, kemudian timbul luka di rongga mulut. Rasa
28

sakit dan panas membuat penderita pada sariawan membuat penderita


susah makan dan minum, sehingga penderita menjadi lemas. Sariawan
bisa menyerang anak-anak dan remaja, daerah yang sering mengalami
sariawan adalah pipi bagian dalam, bibir bagiab dalam, lidah serta
langit-langit (Aryani, 2010).
d. Bau mulut
Bau mulut atau holistosis disebabkan oleh karena banyaknya
kotoran dan sisa-sisa makanan yang mengandung protein yang
bereaksi dengan bakteri didalam mulut. Bakteri-bakteri ini hidup di
antara celah-celah kecil diatas lidah. Bau mulut ini biasanya
mengendap di lidah, sela-sela gigi, gigi yang rusak, atau gusi yang
terinfeksi. Hal ini terjadi akibat kurangnya menjaga kebersihan,
kesehatan gigi dan mulut (Aryani, 2010).
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah gigi dan mulut pada siswa
Sekolah Dasar
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia
sekolah dengan maksud agar mendapatkan genersi yang sehat dan bangsa
yang kuat, seperti Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada
siswa terutama siswa Sekolah Dasar (SD) (Herijulianti, et al., 2002).
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah gigi dan mulut adalah:
a. Upaya Promotif
Upaya promotif yang dilaksanakan di UKGS lebih diarahkan
pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya promotif
dilakukan oleh guru sekolah setelah memperolah pedoman hasil dari
penataran, sehingga dapat menjalankan program penerangan
pendidikan kesehatan gigi dengan cara memasukkan pelajaran
mengenai kesehatan gigi dan mulut (Herijulianti, et al., 2002).
Tujuan upaya promotif adalah supaya siswa sekolah dasar
mampu meningkatkan kesehatan, meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut. Bentuk kegiatan promosi kesehatan adalah penyuluhan
29

kesehatan mengenai cara memelihara kesehatan gigi dan mulut


dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar (Mubarok, 2011).

b. Upaya Preventif
Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk
mencegah terjadinya penyakit. Sasaranya adalah kelompok orang
dengan resiko tinggi terjadi kerusakan gigi. Tujuanya untuk mencegah
klompok resiko tinggi yaitu siswa sekolah dasar agar terhindar dari
penyakit gigi dan mulut. Bentuk kegiatanya adalah penyuluhan gosok
gigi (Mubarok, 2011).
Upaya preventif meliputi upaya pengadaan menggosok gigi
massal. Program gosok gigi masaal di sekolah diperlukan suatu
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan guru – guru SD.
Guru harus diberikan petunjuk mengenai cara menggosok gigi yang
baik dan benar, sehingga dapat melakukan pengawasan pada saat
tenaga kesehatan tidak dapat hadir di sekolah (Herijulianti, et al.,
2002).
Langkah – langkah yang harus dilakukan pada program sikat
gigi massal:
1) Memberikan penyuluhan mengenai cara menggosok gigi yang
benar dalam hal pemilihan sikat gigi, cara dan waktu yang tepat
untuk menggosok gigi.
2) Mengajarkan siswa sekolah dasar untuk melaksanakan gosok gigi
bersama dengan didampingi oleh guru atau petugas kesehatan.
Kegiatan gosok gigi bersama dilakukan setiap dua minggu sekali.
3) Diharapkan siswa dapat menggosok gigi dengan baik dan benar
setelah dilakukannya gosok gigi massal setiap dua minggu sekali.
4) Untuk mengetahui siswa tetap melaksanakan gosok gigi secara
teratur dan benar diharapkan guru mengadakan kontrol terhadap
kebersihan gigi dan mulut anak didiknya, waktu periode kontrol
dapat diatur sesuai dengan keperluan.
30

c. Upaya kuratif
Upaya kuratif merupakan upaya promosi kesehatan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan.
Sasaranya adalah kelompok anak SD yang mengalami gangguan pada
gigi dan mulut. Tujuanya adalah untuk mencegah masalah-masalah
tersebut tidak lebih parah dari sebelumnya. Bentuk kegiatanya adalah
pengobatan, biasanya dilakukan oleh dokter puskesmas. (Mubarok,
2011).
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi menutut Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2003)
meliputi:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
saran-saran kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
8. Cara Menggosok Gigi
Adapun alat yang harus di perlukan dalam menggosok gigi yang baik dan
benar yaitu menggunakan sikat gigi yang lembut dan sesuai ukuran dan
pasta gigi yang mengandung flourid.
Dibawah ini adalah langkah – langakah penting yang harus dilakukan
dalam menggosok gigi (Rahmadhan, 2010):
a) Ambil sikat dan pasta gigi, Peganglah sikat gigi dengan cara anda
sendiri (yang penting nyaman untuk anda pegang), oleskan pasta gigi
di sikat gigi yang sudah anda pegang
31

Gambar : 2.1 (cara memberi pasta gigi)


b) Bersihkan permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan
pipi dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan dan naik turun.
Mulai pada rahang atas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan
yang rahang bawah

Gambar : 2.2 ( cara menyikat gigi bagian depan)


c) Bersihkan seluruh permukaan kunyah gigi (gigi geraham) pada
lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur
sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat gigi
diletakkan tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi

Gambar : 2.3 ( cara menggosok gigi geraham)


d) Bersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit-
langit dengan menggunakan teknik modifikasi bass untuk lengkung
gigi sebelah kanan dan kiri. Lengkung gigi bagian depan dapat
dulakukan dengan cara memegang sikat gigi secara vertikal
menghadap ke depan. Menggunakan ujung sikat dengan gerakan
menarik dari gusi ke arah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang atas
dan dilanjutkan rahang bawah
32

Gambar : 2.4 ( cara menggosok gigi bagian dalam)


e) Terakhir sikat juga lidah dengan menggunakan sikat gigi atau sikat
lidah yang bertujuan untuk membersihkan permukaan lidah dari
bakteri dan membuat nafas menjadi segar. Berkumur sebagai langkah
terakhir untuk menghilangkan bakteri-bakteri sisa dari proses
menggosok gigi

Gambar : 2.5 (Cara menyikat lidah)

9. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggosok gigi


Hal yang harus diperhatikan dalam menggosok gigi adalah (Rahmadhan,
2010):
a. Waktu menggosok gigi
Menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari, yaitu pagi hari
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Hal ini disebabkan
karena dalam waktu 4 jam, bakteri mulai bercampur dengan makanan
dan membentuk plak gigi. Menyikat gigi setelah makan bertujuan
untuk menghambat proses tersebut. Lebih baik lagi menambah waktu
menyikat gigi setelah makan siang atau minimal berkumur air putih
setiap habis makan.
b. Menggosok gigi dengan lembut
Menyikat gigi yang terlalu keras dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan gusi. Menggosok gigi tidak diperlukan tekanan
yang kuat karena plak memiliki konsistensi yang lunak, dengan
tekanan yang ringan plak akan terbuang.
33

c. Durasi dalam menggosok gigi


Menggosok gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif
membersihkan plak. Menggosok gigi yang tepat dibutuhkan durasi
minimal 2 menit.
d. Rutin mengganti sikat gigi
Sikat gigi yang sudah berusia 3 bulan sebaiknya diganti karena
sikat gigi tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk
membersihkan gigi dengan baik. Apabila kerusakan sikat gigi terjadi
sebelum berusia 3 bulan merupakan tanda bahwa saat menggosok gigi
tekanannya terlalu kuat.
e. Menjaga kebersihan sikat gigi
Kebersihan sikat gigi merupakan hal yang paling utama karena
sikat gigi adalah salah satu sumber menempelnya kuman penyakit.
f. Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
Pasta gigi berperan penting dalam membersihkan dan
melindungi gigi dari kerusakan karena pasta gigi mengandung
fluoride. Penggunaan pasta gigi tidak perlu berlebihan karena yang
terpenting dalam membersihkan gigi adalah teknik menggosok gigi.
Setelah melakukan gosok gigi tapi masih terdapat kotoran maka dapat
juga dibersihkan dengan cara flosing yaitu metode membersihkan gigi
dengan menggunakan benang gigi.
34

D. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah di paparkan kerangka teori dalam
penelitian ini digambarkan dalam sekema berikut:

Domain Perilaku

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Faktor
E. yang Faktor yang Proses perubahan
mempengaruhi mempengaruhi sikap: keterampilan:
pengetahuan:
F. 1. Pengalaman pribadi 1. Pendidikan
1. Tingkat pendidikan 2. Orang lain informal
G. 3. Pengaruh 2. Pendidikan
2. Pekerjaan
3.H. Umur kebudayaan nonformal
4. Minat 4. Media masa 3. Pendidikan formal
5.I. Pengalaman 5. Lembaga pendidikan
6.J. Kebudayaan dan agama
lingkungan sekitar 6. Faktor emosi
7.K. Informasi

Penyuluhan
kesehatan

Perilaku personal
Hygiene (gosok gigi)

Skema 2.1 kerangkateori


Sumber: Sumber: L. Green dalam Notoatmodjo (2003)
Mubarok (2011), Wawan & Dewi (2011)
35

L. Kerangka Konsep

Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan

Pengetahuan Pengetahuan
Intervensi
(Penyuluhan Kesehatan
Sikap Gosok Gigi) Sikap

Praktik Praktik

Pendidikan orang tua

Media Informasi

Sosial budaya

Pengalaman responden

Skema 2.2 : Kerangka konsep

M. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penyuluhan
kesehatan.
2. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan, sikap dan praktik gosok gigi pada anak usia sekolah dasar.
3. Variabel perancu (penghambat) dalam penelitian ini adalah pendidikan,
informasi, budaya, dan pengalaman. Cara mengendalikan variabel
pendidikan, media informasi, budaya, dan pengetahuan. Bisa dilakukan
dengan cara dibuat kuisioner.
N. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan gosok gigi pada anak SDN Wonorejo II.
36

2. Ada perbedaan sikap sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan


gosok gigi pada anak SDN Wonorejo II.

3. Ada perbedaan praktik sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan


kesehatan gosok gigi pada anak SDN Wonorejo II.

4. Ada perbedaan pengetahuan antara kelompok kontrol dan kelompok


intervensi sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gosok gigi
pada anak SDN Wonorejo II.

5. Ada perbedaan sikap antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi


sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gosok gigi pada anak
SDN Wonorejo II.

6. Ada perbedaan praktik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi


sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gosok gigi pada anak
SDN Wonorejo II.

Anda mungkin juga menyukai