TINJAUAN PUSTAKA
8
9
a. Faktor predisposisi
Faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang memotivasi
terbentuknya suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap,
keyakinan, dan nilai.
b. Faktor pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu
atau kelompok termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan,
keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan
komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan.
c. Faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong sehingga memperkuat
terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat,
petugas kesehatan, guru, dan keluarga.
3. Domain Perilaku
Menurut Blom dalam (Notoatmodjo, 2007) membagi domain perilaku
menjadi 3 bentuk yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (
overt behaviour ) (Notoatmodjo, 2007).
1) Tingkatan pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2007) adalah:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan seseorang dapat mengingat kembali sesuatu dari
bahan yang dipelajari. Untuk dapat mengukur bahwa seseorang
di katakan tahu apa yang di pelajari antara lain mampu
10
a) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan yang di berikan
seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu
obyek. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
yang dimiliki seseorang.
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuatseseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik pengetahuan secara
langsung maupun tidak langsung.
c) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang maka akan semakin
bertambah taraf berfikir seseorang untuk menjadi lebih matang
dan dewasa.
d) Minat
Suatu kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
e) Pengalaman
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah
dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
f) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap terhadap
pembentukan sikap seseorang. Dengan seseorang tinggal
dilingkungan yang baik dan bersih maka tanpa disadari
seseorang tersebut mempunyai sikap yang selalu menjaga
kebersihan lingkungan.
g) Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang
baru.
12
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Batasab batasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
1) Tingkatan sikap
Menurut (Notoatmojo, 2007) sikap juga terdiri dari berbagai
tingkatan, antara lain :
13
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatiakan stimulus yang diberikan objek.
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan dalah suatu indikasi orang
menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valuing)
Menghargai dapat diartikan sebagai mampu menerima ide
atau masukan dari orang lain yang mungkin berbeda dengan
ide kita, kemudian mendiskusikan hasil dari dua ide yang
berbeda tersebut adalah suatu indikasi sikap.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
(Wawan, et al., 2011) antara lain:
a) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat karena sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional.
b) Orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecendrungan
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keingainan untuk menghindari konflik dengan orang yang di
anggap penting tersebut.
c) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
14
c) Unobstrusive Measures
c. Keterampilan
Keterampilan merupakan tindakan akibat adanya suatu respon
(Notoatmodjo, 2010). Keterampilan adalah tindakan peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang di berikan.
1) Tingkatan keterampilan
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan,
yaitu:
a) Praktik terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuai urutan yang benar dan sesuai contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
b) Praktik secara mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.
c) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tersebut.
2) Proses perubahan perilaku
Perubahan perilaku ke arah yang lebih baik hanya dapat dilakukan
melalui proses yang disengaja dengan grand design yang
mencakup proses (Mubarak, 2011):
18
a) Pendidikan informal
Diperlukan konsistensi proses belajar informal dalam keluarga,
dalam pergaulan di masyarakat, dan individu-individu kunci
yang akan di jadikan model.oleh publik.
b) Pendidikan nonformal
Dalam proses ini pemerintah dan masyarakat melakukan upaya
aktif untuk meningkatkan meningkatkan daya upaya proses
pembelajaran yang dilakukan secara insidental atau reguler
melalui pendekatan pelatihan, kursus-kursus, atau seminar-
seminar.
c) Pendidikan formal
Kebutuhan pendekatan khusus sehingga proses belajar formal
ini terjebak oleh formalitas yang hanya mampu mentransfer
pengetahuan tanpa memberikan pesan moral pada peserta
didik.
3) Cara mengukur keterampilan
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi)
yaitu mengamati tindakan dari sobjek dalam rangka memelihara
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran perilaku secara
tidak langsung adalah dengan mengingat kembali (recall) .
pengukuran ini dilakukan melalui pertanyaan – pertanyaan
terhadap sobjek tentang apa yang dilakukan berhubungan dengan
objek tertentu.
4) Alat ukur keterampilan
Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006) yang
dikutip oleh (Wawan, et al., 2010) diinterpretasikan dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu :
a) Baik : dengan presentase 76%-100%
b) Cukup : dengan presentase 56%-75%
19
B. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
(Azwar,1983) dalam (Machfoedz, et al., 2005).
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk mengubah perilaku
seseorang agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Ali,
2010).
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Menurut (Machfoedz, et al., 2005), penyuluhan kesehatan
merupakan proses perubahan, yang bertujuan mengubah indifidu, kelompok
dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses
belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan
keterampilan melalui proses penyuluhan keseahatan. Adapun tujuan
penyuluhan jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan tujuan
jangka menengah adalah terciptanya pengertian, sikap, norma, dan
sebagainya. Sedangkan tujuan jangka pendek ialah tentang jangkauan
kelompok sasaran atau bisa juga menyangkut terlaksananya kegiatan-
kegiatan penyuluhan.
Sedangkan menurut WHO dalam (Notoatmodjo, 2003), tujuan dari
penyuluhan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
20
C. Kesehatan Gigi
1. Pengertian
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang
lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras,
dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah,
pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Gigi merupakan
jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan yang terjadi
ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya, gigi sehat adalah gigi
yang mempunyai warna putih bersih (Hermawan, 2010).
25
2. Anatomi gigi
Setiap gigi memiliki tiga bagian, mahkota gigi, leher gigi dan akar
gigi. Gigi anak usia sekolah adalah percampuran dari gigi sulung dengan
gigi tetap /dewasa. Pertumbuhan gigi sulung yang pertama kali didalam
mulut adalah pada usia 6 - 7 bulan yaitu gigi seri bagian bawah, kemudian
dua gigi seri atas kemudian gigi geraham baru yang terakhir gigi taring.
Pada umur 2 – 3 tahun telah tumbuh lengkap sebanyak 20 gigi. (Aryani,
2010).
Setelah anak berumur 6 tahun secara bertahap gigi sulungnya akan
mulai tanggal dan di gantikan oleh gigi tetap. Pergantian gigi sulung ke
gigi tetap tidak tumbuh secara berurutan, melainkan berselang seling.
Jumlah gigi tetap seluruhnya adalah 32 buah. Usia 6 – 12 tahun adalah
masa peralihan antara gigi sulung ke gigi tetap/dewasa. Pada usia ini
didalam mulut terdapat gigi sulung yang belum tanggal dan gigi tetap yang
baru tumbuh, sehingga usia tersebut disebut “masa gigi bercampur”. Gigi
tetap akan tumbuh sempurna pada usia sekitar 21 tahun (Aryani, 2010).
3. Bentuk gigi
Bentuk gigi satu dan lainya tidak sama, bentuk gigi depan dan
belakang beda sesuai dengan fungsinya. Sesuai dengan fungsi gigi, gigi
dibagi menjadi empat bentuk gigi (Aryani, 2010).
a. Gigi seri
Gigi seri terdiri dari empat gigi diatas dan empat gigi dibawah.
Jumlah seluruhnya delapan buah terletak di bagian depan dan gigi seri
mempunyai akar tunggal. Fungsi dari gigi seri adalah sebagai
memotong dan menggunting makan.
b. Gigi taring
Jumlah gigi taring adalah empat buah, terletak dua dibagian
atas dan dua dibagian bawah, yang masing masing terletak diantara
gigi seri dan gigi geraham kecil dan gigi taring berbentuk runcing.
Fungsi gigi taring adalah untuk mencabik makanan.
26
b. Upaya Preventif
Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk
mencegah terjadinya penyakit. Sasaranya adalah kelompok orang
dengan resiko tinggi terjadi kerusakan gigi. Tujuanya untuk mencegah
klompok resiko tinggi yaitu siswa sekolah dasar agar terhindar dari
penyakit gigi dan mulut. Bentuk kegiatanya adalah penyuluhan gosok
gigi (Mubarok, 2011).
Upaya preventif meliputi upaya pengadaan menggosok gigi
massal. Program gosok gigi masaal di sekolah diperlukan suatu
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan guru – guru SD.
Guru harus diberikan petunjuk mengenai cara menggosok gigi yang
baik dan benar, sehingga dapat melakukan pengawasan pada saat
tenaga kesehatan tidak dapat hadir di sekolah (Herijulianti, et al.,
2002).
Langkah – langkah yang harus dilakukan pada program sikat
gigi massal:
1) Memberikan penyuluhan mengenai cara menggosok gigi yang
benar dalam hal pemilihan sikat gigi, cara dan waktu yang tepat
untuk menggosok gigi.
2) Mengajarkan siswa sekolah dasar untuk melaksanakan gosok gigi
bersama dengan didampingi oleh guru atau petugas kesehatan.
Kegiatan gosok gigi bersama dilakukan setiap dua minggu sekali.
3) Diharapkan siswa dapat menggosok gigi dengan baik dan benar
setelah dilakukannya gosok gigi massal setiap dua minggu sekali.
4) Untuk mengetahui siswa tetap melaksanakan gosok gigi secara
teratur dan benar diharapkan guru mengadakan kontrol terhadap
kebersihan gigi dan mulut anak didiknya, waktu periode kontrol
dapat diatur sesuai dengan keperluan.
30
c. Upaya kuratif
Upaya kuratif merupakan upaya promosi kesehatan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan.
Sasaranya adalah kelompok anak SD yang mengalami gangguan pada
gigi dan mulut. Tujuanya adalah untuk mencegah masalah-masalah
tersebut tidak lebih parah dari sebelumnya. Bentuk kegiatanya adalah
pengobatan, biasanya dilakukan oleh dokter puskesmas. (Mubarok,
2011).
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi menutut Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2003)
meliputi:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
saran-saran kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
8. Cara Menggosok Gigi
Adapun alat yang harus di perlukan dalam menggosok gigi yang baik dan
benar yaitu menggunakan sikat gigi yang lembut dan sesuai ukuran dan
pasta gigi yang mengandung flourid.
Dibawah ini adalah langkah – langakah penting yang harus dilakukan
dalam menggosok gigi (Rahmadhan, 2010):
a) Ambil sikat dan pasta gigi, Peganglah sikat gigi dengan cara anda
sendiri (yang penting nyaman untuk anda pegang), oleskan pasta gigi
di sikat gigi yang sudah anda pegang
31
D. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah di paparkan kerangka teori dalam
penelitian ini digambarkan dalam sekema berikut:
Domain Perilaku
Faktor
E. yang Faktor yang Proses perubahan
mempengaruhi mempengaruhi sikap: keterampilan:
pengetahuan:
F. 1. Pengalaman pribadi 1. Pendidikan
1. Tingkat pendidikan 2. Orang lain informal
G. 3. Pengaruh 2. Pendidikan
2. Pekerjaan
3.H. Umur kebudayaan nonformal
4. Minat 4. Media masa 3. Pendidikan formal
5.I. Pengalaman 5. Lembaga pendidikan
6.J. Kebudayaan dan agama
lingkungan sekitar 6. Faktor emosi
7.K. Informasi
Penyuluhan
kesehatan
Perilaku personal
Hygiene (gosok gigi)
L. Kerangka Konsep
Pengetahuan Pengetahuan
Intervensi
(Penyuluhan Kesehatan
Sikap Gosok Gigi) Sikap
Praktik Praktik
Media Informasi
Sosial budaya
Pengalaman responden
M. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penyuluhan
kesehatan.
2. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan, sikap dan praktik gosok gigi pada anak usia sekolah dasar.
3. Variabel perancu (penghambat) dalam penelitian ini adalah pendidikan,
informasi, budaya, dan pengalaman. Cara mengendalikan variabel
pendidikan, media informasi, budaya, dan pengetahuan. Bisa dilakukan
dengan cara dibuat kuisioner.
N. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan gosok gigi pada anak SDN Wonorejo II.
36