Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan salah satu cara untuk mengukur

keberhasilan suatu pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan suatu

hasil daripada tahu, dan hal ini merupakan kejadian yang terjadi akibat

dari penginderaan yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan (kognitif) adalah faktor yang sangat penting dalam

membentuk suatu tindakan dalam diri seseorang. Pengetahuan merupakan

hasil “tahu” dan merupakan keadaan yang terjadi ketika seseorang telah

mengadakan penginderaan melalui pencaindera yang miliki manusia

terhadap suatu objek tertentu (Wawan, 2011)

2. Tingkatan pengetahuan

Notoadmodjo (2012) mengatakan domain kognitif yang

didalamnya mencakup pengetahuan dimana pengetahuan tersebut

mempunyai enam tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat hal-hal yang

sebelumnya sudah dipelajari. Pengetahuan dalam tingkat ini

merupakan suatu kegiatan mengingat kembali secara lebih spesifik

9
10

sesuatu yang sebelumnya telah diterima. Merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan kembali apa

yang telah diterima dan menginterpretasikan dengan benar menganai

hal-hal yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan hal-hal

yang sebelumnya telah dipelajari dalam suatu kondisi yang

sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan kembali

materi kedalam komponen-komponen yang berkaitan dengan

komponen lainnya.

e. Sintesis (synthetic)

Merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

komponen-komponen dalam bentuk yang baru dalam suatu keutuhan.

Sintesis merupakan kemampuan untuk memformulasi hal-hal baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

melakukan penelitian kembali terhadap suatu materi yang telah

diterima dan didasari dengan ketentuan yang telah ada maupun

ketentuan yang dibuat sendiri.


11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Wawan dan Dewi (2011) menyatakan terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

a. Faktor Internal

1) Usia

Usia merupakan suatu variabel yang mempengaruhi cara

seseorang berpikir dan menanggapi suatu hal. Umumnya semakin

bertambah usia seseorang semakin berkembang juga cara

berpikirnya sehingga pengetahuan yang dimilikinya semakin baik.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses interaksi dengan lingkungan secara

formal maupun informal yang terjadi dalam kehidupan seseorang.

Proses yang terjadi dalam pendidikan melibatkan perubahan

perilaku dan juga mengembangkan kepribadian dan kemampuan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula

pengetahuan yang dimilikinya.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan untuk memperoleh penghasilan sebagai

cara untuk memenuhi kebutuhan. Pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya.


12

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan adalah suatu keseluruhan kondisi yang terdapat di

sekitar manusia dan memiliki pengaruh sikap seseorang dalam

menerima informasi.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang terdapat dalam masyarakat dapat

memberikan pengaruh sikap seseorang dalam menerima informasi

yang diberikan.

B. Sikap

1. Definisi

Sikap merupakan evaluasi umum, reaksi atau respon, pandangan-

pandangan atau perasaan, serta predisposisi untuk melakukan atau tidak

terhadap sesuatu yang membentuk perilaku dalam diri seseorang (Wawan,

2011). Sikap adalah suatu reaksi maupun respon yang diberikan oleh

individu terhadap stimulus ataupun objek, reaksi dan respon yang

diberikan masih bersifat tertutup (Notoadmodjo, 2012).

2. Tingkatan Sikap

Notoadmodjo (2012) mengatakan bahwa sikap memiliki beberapa

tingkatan, yaitu:
13

a. Menerima (receiving)

Menerima adalah suatu keadaan dimana individu sebagai subjek

memiliki kemauan dalam memperhatikan rangsangan yang diberikan

oleh suatu objek.

b. Merespon (responding)

Merespon merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat

memberikan jawaban ketika diberikan pertanyaan, mengerjakan, serta

menyelesaikan tugas terlepas bahwa jawaban dan pekerjaan tersebut

benar atau salah, hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut

telah menerima ide yang diberikan.

c. Menghargai (valuating)

Menghargai merupakan suatu keadaan dimana individu mulai untuk

mengajak orang lain untuk terlibat untuk berdiskusi dan mengerjakan

masalah. Menghargai dapat bersifat positif maupun negatif.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab merupakan suatu tingkatan sikap dimana

seseorang sudah bertanggung jawab untuk melakukan apa yang talah

ia pilih dengan segala resiko yang menyertainya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Wawan (2011) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi

sikap yang dimiliki oleh individu, yaitu:


14

a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi yang dapat meninggalkan kesan yang kuat

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang terhadap

masalah yang dihadapinya. Sikap akan lebih mudah untuk terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dengan melibatkan emosi.

b. Orang lain yang dianggap penting

Individu memiliki kecenderungan dalam memiliki sikap yang

konfromis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting

dalam hidupnya, didukung dengan adanya motivasi dan keinginan

untuk tetap berhubungan dekat dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang tersebut.

c. Kebudayaan

Kebudayaan yang dimiliki oleh seseorang dapat mempengaruhi dan

menanamkan garis yang mengarahkan sikap seseorang terhadap suatu

masalah yang dialaminya. Kebudayaan akan memberikan warna sikap

masyarakat, karena kebudayaan akan memberikan corak pengalaman

terhadap individu masyarakatnya.

d. Media Massa

Sikap penulis yang ditunjukkan oleh sebuah artikel melalui surat

kabar maupun media lainnya terhadap suatu berita yang seharusnya

faktual dan disampaikan secara objektif akan mempengaruhi sikap

konsumen yang terpapar dengan artikel tersebut.


15

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan suatu lembaga

agama akan sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga pada

akhirnya konsep dan ajaran yang ditanamkan tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap sikap yang dimiliki oleh individu.

f. Emosional

Bentuk sikap terkadang merupakan sesuatu yang dinyatakan

berdasarkan emosi yang dirasakan oleh seseorang dan emosi tersebut

digunakan untuk menyalurkan frustasi ataupun pengalihan sikap.

4. Ciri-ciri Sikap

Wawan dan Dewi (2011) mengatakan sikap memiliki beberapa ciri-

ciri, yitu:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan suatu hal yang dipelajari

maupun dibentuk sepanjang perjalanan perkembangan individu. Sifat

yang terbentuk ini membedakannya dengan sifat seperti keadaan lapar

maupun haus.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan berubah

apabila keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap pada individu tersebut berubah.

c. Sikap tidak berdiri sendiri namun mempunyai hubungan terhadap

suatu objek dalam artian bahwa sikap tersebut terbentuk, dipelajari,

dan berubah berkenaan dengan objek tertentu yang dapat dirumuskan

secara jelas.
16

d. Sikap dapat berupa kumpulan dari hal-hal tertentu, tidak hanya terdiri

dari satu hal.

e. Sikap memiliki segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang.

5. Komponen Sikap

Notoadmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga

komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tent to behave)

Komponen-komponen tersebut bersama-sama membentuk suatu

sikap dalam kesatuan yang utuh (total attitude), emosi, pengetahuan,

pikiran, dan keyakinan memiliki peranan yang penting dalam penentuan

sikap tersebut.

6. Sifat Sikap

Wawan (2011) mengatakan ada dua sifat sikap, yaitu:

a. Positif

Sikap positif memiliki kecenderungan untuk mendekati, menyayangi,

dan mengharapkan objek tertentu.

b. Negatif

Sikap negatif memiiliki kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, dan tidak menyukai suatu objek tertentu.


17

C. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

1. Definisi

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) didefinisikan

sebagai pertolongan pertama yang diberikan pertama kali kepada korban

kecelakaan atau kegawatdaruratan yang dilakukan dengan cepat dan tepat

sebelum korban yang mengalami kecelakaan dibawa ke tempat rujukan

(Dokter, Puskesmas, atau Rumah Sakit) (kementrian kesehatan RI, 2011).

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) merupakan pertolongan

yang harus segera diberikan kepada seseorang yang sedang mengalami

kecelakaan atau terkena penyakit yang mendadak, sebelum mendapatkan

perawatan (Tim Esensi, 2012)

2. Tujuan P3K

Tim Esensi (2012) mengatakan bahwa P3K memiliki beberapa

tujuan, antara lain:

a. Melakukan pertolongan sementara yang cepat.

b. Mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah bila terjadi kecelakaan.

c. Menyediakan pengangkutan yang baik jika diperlukan.

d. Mendidik anak agar dapat bertindak baik dan tepat pada waktunya.

3. Pentingnya Latihan P3K

Tim Esensi (2012) menyatakan beberapa alasan dilakukan latihan

mengenai P3K, diantaranya adalah:

a. Tidak jarang terjadi kecelakaan dan serangan penyakit mendadak

yang dapat membahayakan di sekolah.


18

b. Perawatan yang baik dan cepat kadang-kadang perlu dilakukan untuk

menolong nyawa anak atau mencegah kondisinya semakin buruk.

c. Seringkali saat ingin menolong orang lain, bukan memberi

pertolongan malah sebaliknya menyakiti penderita dikarenakan

penolong tidak tahu bagaimana caranya melakukan pertolongan

pertama.

4. Pedoman P3K

Kementrian Kesehatan RI (2011) menyatakan pedoman yang harus

dipegang saat akan melakukan P3K adalah sebagai berikut:

P = penolong mengamankan diri sebelum bertindak.

A = Amankan korban dari gangguan tempat kejadian sehingga bebas dari

bahaya.

T = tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat

tersebut telah terjadi kecelakaan.

U = usahakan menghubungi ambulans, dokter, rumah sakit, atau yang

berwajib.

T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling

tepat.

5. Pelaksanaan P3K

a. Korban Kecelakaan

Kementrian Kesehatan RI (2011) menyebutkan langkah-langkah

dalam pemeriksaan korban kecelakaan adalah:


19

1) Periksa kesadaran korban

Penolong memeriksa apakah korban sadar atau tidak. Cara

melakukan pemeriksaan kesadaran adalah:

a) Panggil nama korban dengan menepuk pipi atau dengan cara

menggoncangkan tubuh korban

b) Cubit kulit korban dan lihat reaksi yang korban berikan

c) Periksa refleks pupil korban terhadap cahaya

2) Hilangkan penyebab gangguan kesadaran pasien, istirahatkan dan

tenangkan korban yang gelisah, bila korban tidak sadar selama 15

menit maka korban harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

3) Beritahukan kepada orang lain bahwa ada korban kecelakaan dan

minta tolong untuk mencari bantuan kepada orang yang lebih ahli.

4) Periksa jalan napas korban.

Tindakan awal adalah membebaskan jalan napas dan

mempertahankan saluran pernapasan, yang dapat dilakukan

dengan cara:

a) Dorong rahang bawah (jaw thrust manuver)

b) Dongakkan kepala dengan angkat dagu (head tilt chin lift)

c) Silang jari (cross finger)

5) Periksa pernapasan korban (breathing)

Periksa apakah pernapasan korban berhenti, cepat lambat atau

tidak teratur, amati korban (lihat pergerakan cuping hidung,

gerakan dada, dengarkan hembusan napas, rasakan hembusan


20

pernapasan dengan punggung tangan atau pipi. Bila pernapasan

berhenti maka harus diberikan pernapasan buatan yang dapat

dilakukan dengan cara:

a) Tanpa alat

Pernapasan dari mulut ke mulut yaitu dengan cara penolong

memberikan napas kepada korban melalui mulut korban

dengan menutup hidung korban. Pernapasan dari mulut ke

hidung, yaitu dengan cara penolong menghembuskan

napasnya kepada korban dengan menutup mulut korban.

b) Dengan alat

Hanya dilakukan oleh tenaga yang sudah ahli dan telah

mendapatkan latihan khusus untuk menggunakan alat tersebut.

6) Periksa tanda-tanda peredaran darah (circulation)

Memeriksa tanda-tanda peredaran darah untuk mengetahui adanya

denyut jantung dengan meraba denyut nadi di pergelangan tangan,

leher, atau punggung kaki. Bila tidak terdapat tanda-tanda

peredaran darah maka dilakukan pijat jantung yang dilakukan

bersamaan dengan napas buatan. Bantuan dilakukan oleh tenaga

ahli yang sudah mendapatkan pelatihan khusus.

7) Periksa keadaan lokal dan perhatikan keluhannya. Apakah

terdapat patah tulang.

8) Tanyakan kepada korban apakah korban merasakan sakit.


21

9) Khusus korban akibat kecelakaan lalu lintas: segera hubungi

polisi dan tandai tempat kecelakaan dan posisi korban.

b. Pertolongan Pertama Pada Pendarahan

1) Tutup dengan kain kasa kompres yang steril dan tekan sampai

perdarahan berhenti, jika tidak ada kasa kompres gunakan kain

yang bersih.

2) Bersihkan daerah luka dengan menggunakan air matang atau air

bersih. Hati-hati ketika membersihkan area luka.

3) Pada kasus perdarahan serius, tenangkan korban yang syok.

Letakkan korban pada tempat dengan posisi yang nyaman.

Lepaskan benda-benda yang mengikat tubuh korban seperti ikat

pinggang.

c. Penanganan Korban Syok

1) Kenali tanda-tanda syok, seperti denyut nadi cepat tetapi teraba

lemah, napas tidak teratur, lemas dan pucat, keluar keringat dingin

dari kening dan telapak tangan, menggigil, merasa haus dan mual,

dan tekanan darah sangat rendah.

2) Lakukan pertolongan pertama pada lukanya, seperti menghentikan

perdarahan pada luka dan memberikan posisi yang nyaman

sehingga korban lebih leluasa untuk bernapas.

3) Baringkan anak di tempat nyaman, selimuti tubuh, dan hindari

tempat basah dan dingin.


22

4) Berikan posisi kepala datar atau lebih rendah dari tubuh untuk

memudahkan darah kembali ke jantung. Usahakan korban tidak

melihat luka jika syok terjadi karena luka.

5) Panggil bantuan medis.

d. Penanganan Korban Terkilir

Terkilir terjadi apabila gerakan yang keras atau tiba-tiba menegangkan

atau merobek ligamen sendi terjadi. Cara penanganan terkilir:

1) Topang cedera. Korban harus mengistirahatkan bagian tubuh yang

cedera. Usahakan untuk menopang bagian yang cedera dalam

posisi yang tidak berubah dan nyaman.

2) Dinginkan cedera. Tempelkan kompres dingin, misalnya es untuk

bagian yang terkena selama 10-15 menit untuk mengurangi rasa

sakit, bengkak, dan memar.

3) Tekan cedera. Perbanlah dengan erat disekitar cidera dan periksa

sirkulasi di luar balutan.

4) Angkat cedera. Tinggikan dan topang bagian yang terkena cedera

untuk mengurangi aliran darah dan pembengkakan. Jika parah,

bawa korban ke rumah sakit terdekat.

Terkilir merupakan cedera yang paling umum dan umumnya terjadi

dipergelangan kaki. Jika korban tidak mampu untuk menopang

seluruh berat badannya setelah terjatuh atau pergelangan kakinya akan

terpelintir, dan kemungkinan akan menyebabkan cedera pergelangan

kaki.
23

e. Pertolongan Pertama Pada Luka Tergores

Luka kecil dapat disembuhkan disekolah, kendalikan perdarahan

dengan menekan atau menaikan bagian yang luka, tutup luka dengan

plester, cegah terjadi infeksi pada luka. Lakukan penanganan sebagai

berikut:

1) Hentikan perdarahan. Tekan pembalut pada luka dengan tangan

sampai perdarahan berhenti.

2) Bersihkan dan tutup luka. Bersihkan luka di bawah air mengalir

atau dengan menggunakan cairan bebas alkohol. Keringkan

dengan menggunakan kasa bersih dan tutup dengan verban steril.

3) Gunakan plester. Lepaskan perban dan ganti dengan plester yang

memiliki bantalan yang lebih besar daripada luka.

4) Cari bantuan medis. Bawa korban ke rumah sakit atau dokter jika

perdarahan tidak berhenti, jika ada benda tertanam di luka, atau

luka disebabkan oleh gigitan atau benda kotor.

f. Penanganan Mimisan

Pembuluh darah kecil di dalam lapisan membran hidung dapat pecah

jika terkena benturan, hidung terantuk, bersin, mengorek hidung, atau

panas dalam. Mimisan akan berbahaya jika korban kehilangan banyak

darah atau terjadi setelah cedera kepala. Penanganan untuk mimisan

dapat dilakukan sebagai berikut:


24

1) Tundukkan kepala korban. Minta korban untuk bernapas melalui

mulut. Pencet hidung korban dengan jari selama 10 menit

kemudian lepaskan.

2) Mintalah korban untuk meludahkan cairan berlebih yang ada di

dalam mulutnya. Jika perdarahan belum berhenti, pencet kembali

hidung korban selama 10 menit, lalu lepaskan.

3) Jika perdarahan telah berhenti, gunakan kapas yang telah di

rendam dengan air hangat dan bersih, dan mintalah korban untuk

beristirahat.

g. Penanganan Korban Pingsan

1) Bantu korban untuk berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi

daripada jantung untuk meningkatkan aliran darah menuju otak.

Sangga kaki korban dengan menggunakan bantal atau selimut.

Kendurkan pakaian korban.

2) Berikan udara segar yang cukup. Jika berada di dalam ruangan,

bukalah jendela. Kipasi untuk memperlancar aliran udara.

Tenangkan korban dan bantu duduk secara bertahap.

h. Penanganan Kram

Kram adalah kekakuan otot yang sering dirasakan pada kaki atau

betis. Rasa sakit dapat dikurangi dengan melenturkan otot yang kram.

Lakukan penanganan sebagai berikut:

1) Bantulah korban untuk duduk, angkat kaki korban dan luruskan

lututnya. Dorong jari-jari kedepan untuk melenturkan otot betis.


25

2) Pijat otot yang kram dengan lembut namun kuat, menggunakan

ujung jari hingga sakit hilang.

D. Siswa SMA

1. Definisi

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,

selanjutnya diproses dalam suatu proses pendidikan, sehingga menjadi

manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Siswa dapat dilihat melalui beberapa pendekatan yaitu pendekatan sosial,

psikologis, dan pedagogis (edukatif).

2. Siswa SMA Sebagai Remaja

a. Pengertian Remaja

Terjadi perubahan yang sangat besar yang terjadi pada masa remaja,

antara lain yaitu perubahan emosi dan perubahan sosial. Remaja

adalah individu yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan

perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi

dan aspek fungsional (Behrman, 2004).

b. Klasifikasi Remaja

Berhman (2004) menyatakan bahwa garis perkembangan remaja

dibagi menjadi tiga perioode, yaitu:

1) Remaja Awal (early adolescence)

Remaja awal adalah remaja yang berusia diantara 10-13 tahun.

Remaja sudah mengalami tanda-tanda seks sekunder akibat


26

meningkatnya maturitas seksual, pertumbuhan cepat, umumnya

mereka memiliki sifat kaku dan bersosialisasi berdasarkan jenis

kelamin yang sama, keselarasan, dan kelompok kecil.

2) Remaja Tengah (middle adolescence)

Remaja tengah adalah remaja yang berusia diantara 14-16 tahun.

Merupakan masa puncak pertumbuhan tinggi badan, perubahan

bentuk komposisi tubuh, jerawat dan bau, terjadinya menarke dan

spermarke. Dorongan seksual mendesak dan pertanyaan biasanya

berorientasi kepada hal-hal berhubungan dengan seksual. Remaja

mulai cemas dengan daya tarik, cenderung menambah instropeksi

dan terus berusaha untuk mendapat autonomi yang lebih besar.

Perkembangan kognitifnya muncul pikiran abstrak dan suka

bertanya, serta berpusat pada diri sendiri.

3) Remaja Akhir (late adolescence)

Remaja akhir adalah remaja yang berada pada rentang usia 17-20

tahun. Pada masa remja akhir ini pertumbuhan individu akan

lebih lambat dan umumnya memiliki idealisme dan absolutisme.

Citra tubuh remaja akhir sudah relatif stabil dan sudah mulai

memikirkan karir yang ingin dijalani kedepannya.

c. Ciri Remaja

Gunarsa (2008) menyebutkan beberapa catatan yang mencirikan

remaja sebagai individu yang sedang berada pada masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa, yaitu:


27

1) Perubahan Jasmani

Masa remaja ditunjukkan dengan adanya perubahan bentuk tubuh

(jasmani), perubahan fisik terjadi dengan pesat pada masa remaja.

2) Perkembangan intelektual

Perubahan intelektual pada remaja lebih mengarah kepada

pemikiran mengenai dirinya sendiri, dan mulai untuk refleksi diri.

3) Perubahan Hubungan Anak-Orang tua

Terjadi perubahan pola hubungan yang terjadi pada orang tua dan

remaja, dan juga terjadi perubahan hubungan remaja dengan

orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya.

4) Perubahan perilaku

Terjadi perubahan perilaku serta kebutuhan akan perubahan

seksual yang dialami serta pengalaman.

5) Perubahan harapan dan tuntutan

Masa remaja yang akan mengalami berbagai tuntutan dari orang-

orang yang berada dilingkungannya, akan timbul harapan-harapan

yang diinginkan orang lain terhadap dirinya. Sementara remaja

melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan

bukan sebagaimana adanya.

6) Masalah Penyesuaian

Dalam waktu yang singkat akan terjadi perubahan yang pesat

yang dialami remaja. Perubahan-perubahan yang remaja hadapi

akan menimbulkan masalah dalam hal penyesuaian diri terhadap


28

perubahan maupun usaha untuk memadukan perubahan yang

terjadi tersebut.

E. Kerangka Teori

Variabel independen Variabel Dependen

Pengetahuan: Sikap :

a. Tahu a. Menerima
b. Memahami b. Merespon
c. Aplikasi c. Menghargai

Tabel 2.1 Kerangka Kosep

Anda mungkin juga menyukai