Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun

dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian-kejadian yang pernah dialami baik

secara sengaja mauun tidak sengaja setelah orang melakukan kontak

atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok dkk, 2007)

7
8

2. Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan memiliki karakteristik baik, cukup dan kurang

namun dalam domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 tingkatan

yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.


9

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e. Sinttesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhann yang baru, misalnya dapat menyusun,

merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang

sudah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kempuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Notoatmodjo, 2007).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmojo (2007) dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal, yang dimaksud faktor internal meliputi :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,
10

kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai

pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa

pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi

individu.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya, setiap

orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya

sama.

c. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan

mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan

ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan

dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam

individu maupundari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang

betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan

suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,

dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang

tertangkap oleh indera manusia.


11

e. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam

perkembangan pengetahuan semakin lama hidup maka akan

semakin memiliki pengalama yang berbanding lurus dengan

pengetahuan.

Faktor eksternal yang mmempengaruhi pengetahuan antara

lain:meliputi lingkungan, soosial ekonomi, kebudayaan dan

informasi.

2.1.2 Perilaku Sosial

1. Pengertian Perilaku Sosial

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan

kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,

berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai

dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai

bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif

tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa

ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain


12

yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar

dengan istilah knowledge, attitude, and practice (Sarwono, 2009).

Pengertian secara umum kata sosial adalah segala sesuatu yang

berkenaan dengan masyarakat dan mencangkup semua kegiatan di

masyarakat seperti sifat, perilaku dan lain-lain (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2009). Istilah lain arti kata sosial yang berasal dari bahasa

latin adalah ‘socius’ artinya segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan

berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2009).

Perilaku sosial adalah perilaku yang relatif menetap yang

diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi dengan orang lain.

Orang yang berperilakunya mencerminkan keberhasilan dalam

proses sosialisasinya dikatakan sebagai orang yang sosial, sedangkan

orang yang perilakunya tidak mencerminkan proses sosialisasi

tersebut disebut non sosial. Perilaku yang termasuk ke dalam

perilaku non sosial adalah perilaku a-sosial dan anti sosial. Perilaku

sosial dapat juga diartikan sebagai respon individu terhadap stimulus

yang terjadi di masyarakat mencangkup semua kegiatan

berhubungan dengan sikap, perilaku, dan lain-lain yang melibatkan

kehidupan bersama (Sarwono, 2008).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perilaku sosial menurut

Hermianto (2007) antara lain adalah sebagai berikut :


13

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri manusia

itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak

lahir yaitu fitrah suci yang merupakan bakat bawaan. Faktor yang

termasuk faktor internal, antara lain:

a) Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.

Kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam

mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Karena kecerdasan

emosional sering kali disebut sebagai kecerdasan sosial yang

mana dalam praktiknya selalu mempertimbangkan dengan

matang segala aspek sosial yang menyertainya. Dalam

berperilaku sosial, kecerdasan emosional memerankan peran

yang begitu penting. Adanya empati, memotivasi orang lain

dan membina hubungan dengan orang lain merupakan aspek

terpenting dalam kecerdasan emosional dan menjadi bagian

yang tak dapat dipisahkan dengan faktor yang mempengaruhi

perilaku sosial seseorang.

Kecerdasan intelektual juga berperan penting dalam

mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Ingatan dan pikiran

yang memuat ide-ide, keyakinan danpertimbangan yang

menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh

terhadap perilaku sosialnya. Ilmu pengetahuan merupakan

faktor esensial dalam pendidikan. Keterlibatan ilmu


14

pengetahuan manusia dalam memecahkan berbagai

permasalahan sosial sangat mempengaruhi kualitas moral dan

budi pekertinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat

diperlukan untuk meningkatkan kualitas manusia. Disisi lain

bila tidak terkendali, nilai-nilai yang luhur tersebut dapat

menimbulkan kerugian diri sendiri.

b) Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan penggerak yang

membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup

danmenimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju

tujuan tertentu. Dalam hal ini motivasi memerankan

peranannya sebagai alasan seseorang melakukan sesuatu.

Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu.

Dalam perilaku, motivasi ini penting, karena perilaku sosial

seseorang merupakan perilaku termotivasi.

c) Agama

Agama memegang peranan penting dalam mempengaruhi

perilaku sosial seseorang. Seorang yang memiliki pemahaman

agama yang luas, pasti juga memilki perilaku sosial yang baik.

Karena pada hakikatnya, setiap agama mengajarkan kebaikan,

khususnya agama Islam, sangat mendorong umatnya untuk

memilki perilaku sosial.


15

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia

yangd apat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan

keagamaan seseorang. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

a) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama.

Dalam keluarga manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk

sosial, karena dalam lingkungan itulah pertama kali berinteraksi

dengan orang lain.

Kehidupan rumah tangga penuh dengan dinamika peristiwa.

Dari sana anak-anak mendapatkan kecenderungan-

kecenderungannya dan emosi-emosinya. Kalau iklim rumah

penuh cinta, kasih sayang, ketenangan dan keteguhan, maka anak

akan merasa aman dan percaya diri, sehingga tampaklah pada

dirinya kestabilan dan keteguhan. Tetapi kalau suasana rumah

penuh dengan pertikaian dan hubungan-hubungan yang kacau

diantara anggota-anggotanya, hal itu tercermin pada perilaku

anak, sehingga kekacauan dan ketidakteguahan tampak pada

perilakunya. Adaptasinya dengan dirinya dan dengan anggota

masyarakat menjadi buruk.

b) Lingkungan masyarakat

Masyarakat adalah wadah hidup bersama dari individu-

individu yang terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi serta


16

interelasi sosial. Dalam hidup manusia yang bermasyarakat

senantiasa terjadi persesuaian antar individu melalui proses

sosialisasi ke arah hubungan yang saling mempengaruhi.

Lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting dalam

membentuk pribadi anak, karena dalam masyarakat berkembang

berbagai organisasi sosial, kebudayaan, ekonomi, agama dan lain-

lain. Perkembangan masyarakat itu juga mempengaruhi arah

perkembangan hidup anak khususnya yang menyangkut sikap dan

perilaku sosial. Corak perilaku anak atau remaja merupakan

cerminan dari perilaku lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,

kualitas perkembangan perilaku dan kesadaran bersosialisasi anak

sangat bergantung pada kualitas perilaku sosial warga

masyarakatnya.

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Sosial

Bentuk perilaku sosial yang harus dikembangkan sebagai

berikut:

a. Menghormati orang lain

Tentunya dalam menjalani roda kehidupan ini banyak sekali

perbedaan baik dari cara pandang seseorang, kepribadian dan

lain-lain. Untuk itu diperlukan sikap menghormati orang lain agar

tercipta suatu keharmonisan dalam pergaulan maupun dalam

bermasyarakat. Menghormati merupakan perilaku dimana


17

seseorang dapat menempatkan dirinya dalam suasana maupun

lingkungannya ketika ia dihadapkan dengan berbagai perbedaan.

b. Tolong-menolong

Dalam menjalani hidup ini, setiap manusia pasti pernah

mengalami kemudahan sekaligus kesulitan. Kadang ada saat-saat

bahagia mengisi hidup. Namun diwaktu lain kesengsaraan

menyapa tak terduga.

c. Sopan Santun

Kesopanan disini merujuk pada kesediaan kemampuan raga

atau tendensi pikiran untuk memelihara sikap, cara dan hal-hal

yang dianggap layak dan baik dimata masyarakat melalui cara

berpakaian, berperilaku, bersikap, berpenampilan, dan lain-lain.

4. Karakteristik Perilaku Sosial

Menurut Sarwono tahun 2008 perilaku sosial dapat di ukur

dengan parameter kepatuhan tingkah laku sosial di masyarakat.

Seseorang dikatakan berperilaku sosial baik apabila memiliki

kepatuhan terhadap aturan di masyarakt dan adab yang berkembang

tanpa ada pertikaian secara individu. Perilaku sosial yang buruk atau

kurang memperlihatkan perbedaan mencolok antara tingkah laku

individu dengan aturan di masyarakat yang sangat berlawanan,

diantara keduanya seseorang bisa dikatakan berperilaku sosial cukup

baik apabila dalam bermasyarakat terjadi kontra dan pertentangan


18

namun masih memiliki ketaatan terhadap aturan dan hukum di

masyarakat.

2.1.3 Pengguna Jalan

a. Pengertian Pengguna Jalan

Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk

berlalu lintas (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009).

b. Jenis-Jenis Pengguna Jalan

Pengguna jalan di dalam UU RI No. 22 Tahun 2009 dibagi

berdasarkan kendaraan dan posisi yang dilakukan yaitu :

a. Pejalan Kaki

Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan disetiap ruang

lalu lintas.

b. Penumpang

Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain

pengemudi dan awak kendaraan.

c. Pengemudi

Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan yang telah memiliki surat ijin mengemudi.

2.1.4 Pertolongan Pertama

1. Pengertian Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera

kepada penderita sakit atau cidera yang memerlukan bantuan medis


19

dasar. Medis dasar yang dimaksud di sini adalah tindakan perawatan

berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang awam.

Pemberian medis dasar ini dilakukan oleh penolong yang pertamna

kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih

dalam penanganan medis (Hamidie, 2014).

2. Tujuan Utama Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan pertama memiliki 3 tujuan utama yaitu :

a. Pemberian pertolongan ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa

korban. Hal ini penting untuk korban yang tegolong dalam kasus

darurat/significant.

b. Pemberian pertolongan bertujuan untuk mencegah cacat

permanen.

c. Pemberian pertolongan ini bertujuan untuk memberikan rasa

aman dan nyaman pada korban. Rasa aman dan nyaman ini

menunjang proses penyembuhan (Hamidie, 2014).

3. Prinsip Pemberian Pertolongan Pertama

Dalam melakukan PPPK seyogyanya penolong mengikuti urutan

sebagai berikut:

a. Cepat dan Tepat

Penolong harus dengan cekatan/cepat dan tepat tetapi tetap

tenang. Pertolongan pertama berpacu dengan waktu untuk

menyelamatkan korban. Kondisi yang berkaitan dengan

pernafasan maka ancaman keselamatan berkisar detik sampai


20

menit, perdarahan berkisar menit sampai jam. Kasus peurunan

kesadaran waktu efektif berkisar jam sampai beberapa hari. Kasus

infeksi maka ancamannya hari sampai minggu.

b. Awasi Bahaya

Penolong wajib menjauhkan atau menghindarkan korban dari

kecelakaan berikutnya. Pentingnya menjauhkan dari sumber

kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang

yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya

adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang

dan dapat lebih berkonsentrasi pada kondisi korban yang

ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu

dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.

c. Pernafasan

Bila pernafasan penderita berhenti segera memberikan

pernafasan bantuan.

d. Perdarahan

Amati bila terjadi pendarahan, karena jika yang keluar dari

pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5

menit. Sapu tangan atau kain bersih dapat digunakan untuk

menekan tempat pendarahan kemudian ikat sapu tangan dengan

dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar sapu tangan

tersebut menekan luka-luka itu.


21

e. Reposisi

Korban harus dilentangkan dengan bagian kepala lebih rendah

dari letak anggota tubuh yang lain. Posisi dibaringankan

telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh

yang lainnya apabila korban muntah-muntah dalam keadaan

setengah sadar. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban

yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air

dalam paru-parunya. Posisi setengah duduk efektif apabila

penderita mengalami cedera di dada dan penderita sesak nafas

(tapi masih sadar).

f. Transportasi

Proses pemindahan korban tidak boleh secara terburu-buru,

korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat

dipastikan jenis dan keparahan cedera yang dialaminya kecuali

bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan

g. Evakuasi dan Penyetabilan

Korban yang hendak dipindah terlebih dahulu pendarahan harus

dihentikan serta tulang-tulang yang patah telah dibidai.

Pemindahan korban harus mengusahakan kepala korban tetap

terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya

tersumbat oleh kotoran atau muntahan.


22

h. Penanganan Lebih Lanjut

Segera mentransportasikan korban ke sentral pengobatan

setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban segera

evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah

sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai

life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan

keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis

yang berkompeten (Waryono, 2012)

4. Langkah-Langkah Pertolongan Pertama

Pada dasarnya penanganan korban trauma mengikut langkah -

langkah berikut ini:

a. Penilaian keadaan

Penilaian keadaan merupakan tindakan pertama yang harus

dilakukan jika menemui korban yang memerlukan bantuan. Hal

yang harus dinilai pertama kali adalah masalah lingkungan,

apakah lingkungan aman untuk memberikan pertolongan atau

tidak. Jika tidak, korban bisa dipindahkan ke tempat yang aman.

Syarat pemindahan tersebut harus memungkinkan dan tidak

membahayakan korban. Jika korban terindikasi mengalami cidera

spinal, sebaiknya pemindahan dilakukan oleh orang yang sudah

berpengalaman dan dengan peralatan yang sesuai karena cidera

spinal membutuhkan penanganan yang sangat hati-hati.


23

b. Penilaian dini

Penilaian dini adalah pemeriksaan awal terhadap korban.

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang bersifat mendasar,

berhubungan dengan kelangsungan hidup korban, sehingga harus

segera dilaksanakan. Penilaian dini meliputi:

a) Pemeriksaan kesadaran korban

Tingkat kesadaran korban dapat dibagi menjadi 4 kelompok

yaitu awas/kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon

terhadap nyeri, dan tidak sadar sama sekali.

b) Pemeriksaan saluran nafas (airway)

Pemeriksaan saluran nafas bertujuan untuk membebaskan

dan membuka jalan nafas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

cara membuka mulut dan mengamati apakah ada benda yang

berpotensi menyumbat saluran pernafasan. Jika ada, benda

tersebut harus dikeluarkan. Jika tidak, langkah selanjutnya

adalah menekan dahi dan mengangkat dagu korban sehingga

kepala korban berada pada posisi tengadah. Posisi ini akan

mempertahankan terbukanya saluran pernafasan. Pembukaan

saluran pernafasan dengan menekan dahi dan mengangkat

dagu tidak bisa dilakukan pada korban yang mengalami patah

tulang leher. Untuk korban seperti ini, pembukaan saluran

pernafasan dilakukan dengan metode jaw thrus, yaitu dengan


24

mendorong rahang korban ke depan (posisi rahang seperti

cakil).

c. Pemeriksaan nafas (breathing)

Pemeriksaan nafas bertujuan untuk mengetahui apakah

korban bernafas dengan normal atau tidak. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan cara mendekatkan telinga dan pipi penolong

ke hidung korban dan mata penolong tertuju pada dada atau

perut korban. Melihat pergerakan dada atau perut saat korban

bernafas, dengar suara nafas korban, rasakan hembusan udara

yang keluar dari hidung, dan hitung jumlah hembusan nafas

korban selama 5 detik. Apabila pada pemeriksaan nafas ini

diketahui korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan

cara meniup mulut korban dan menutup hidungnya setiap 5

detik.

d. Pemeriksaan sistem sirkulasi darah (circulation)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa

jantung korban berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara menyentuh nadi karotis di leher selama 3 – 5

detik. Jika tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi jantung

paru.

e. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui cidera yang

dialami korban. pemeriksaan ini berprinsip pada 2 hal, yaitu


25

menyeluruh pada semua bagian tubuh dan dilakukan secara

sistematis dan berurutan. Pemeriksaan dilakukan dengan

penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran

(auskultasi). Keberadaan cidera pada korban dapat diketahui

melalui adanya perubahan bentuk (berhubungan dengan cidera

otot dan tulang), luka, nyeri, atau bengkak (Hamidie, 2014).

2.1.5 Kecelakaan

1. Pengertian Kecelakaan

Kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak

direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia,

situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal

tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan

cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property

ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya (Bhaswata, 2009).

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau

tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia

dan/atau kerugian harta benda (UU no 22 tahun 2009).

2. Jenis Kecelakaan Lalu lintas

Karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi

beberapa jenis tabrakan, yaitu:


26

a. Angle (Ra)

Tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang

berbeda namun bukan dari arah berlawanan.

b. Rear-End (Re)

Kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang

bergerak searah.

c. Sideswape (Ss)

Kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari

samping ketika berjalan pada arah yang sama atau pada arah yang

berlawanan.

d. Head-On (Ho)

Tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan

(tidak sideswape).

e. Backing

Tabrakan secara mundur.

3. Klasifikasi Korban Kecelakaan berdasarkan Tingkat Kondisi.

a. Korban mati (Fatality)

Korban mati adalah korban yang pasti mati sebagai akibat

kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari

setelah kecelakaan tersebut.


27

b. Korban luka berat (Serious Injury)

Korban luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya

menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu 30

hari sejak terjadi kecelakaan.

c. Korban luka ringan (Light Injury)

Korban luka ringan adalah korban yang tidak masuk dalam

pengertian diatas atau kata lain tidak memerlukan perawatan inap

di Rumah Sakit mulai dari 30 hari kejadian (PP RI No. 43 Tahun

1993).

4. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan

Secara umum ada tiga faktor utama penyebab

kecelakaan; faktor pengemudi (road user), faktor kendaraan

(vehicle), faktor lingkungan jalan (road environment). Kecelakaan

yang terjadi pada umumnya tidak hanya disebabkan oleh satu

faktor saja, melainkan hasil interaksi antar faktor lain. Hal- hal

yang tercakup dalam faktor-faktor tersebut antar lain:

a. Faktor pengemudi

Kondisi fisik (mabuk, lelah, sakit, dsb), kemampuan

mengemudi, penyebrang atau pejalan kaki yang lengah.

b. Faktor kendaraan

Kondisi mesin, rem, lampu, ban, muatan, dan piranti lain yang

tidak dalam keadaan baik.


28

c. Faktor lingkungan jalan

Desain jalan berupa median, gradien, alinyemen, jenis

permukaan, kontrol lalu lintas, marka, rambu, dan lampu lalu

lintas yang tidak sesuai standar.

d. Faktor cuaca

Hujan, kabut, asap, salju, dan kondisi cuaca serta iklim lain

yang tidak baik untuk menggunakan jalan (Katia, 2009).

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama
Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Peneliti
Nailatul Faktor-faktor Jenis Tidak terdapat
Fadhilah, yang penelitian hubungan yang
Wirsma Berhubungan cross sectional, signifikan antara
Arif dengan Waktu dengan teknik tingkat
Harahap, Tanggap pada pengambilan kegawatan
Yuniar Pelayanan sampel pasien,
Lestari, Kasus observasi. keberadaan
2013 Kecelakaan Lalu petugas yang
Lintas di bersiaga di
Instalasi Gawat triase, dan
Darurat Rumah ketersediaan
Sakit Umum brankar dengan
Pusat Dr. M. ketepatan waktu
Djamil Padang tanggap

Hendri Pengetahuan Jenis Hasil Penelitian


29

Tamara Tentang Penelitian Ini Menunjukan


yuda, Putra Penanganan Adalah Tingkat
agina WS, Kegawat Deskriptif Pengetahuan
2015 Daruratan Pada Kuantitaif Siswa Tentang
Siswa Anggita Penanganan
Hizbul Wathan Kegawat
Di SMA Daruratan Pada
Muhamadiyah Siswa Baik.
Gombong.
Ahmad Faktor-Faktor Penelitian Ini Berdasarkan
Hasan Yang Menggunakan Hasil Analisis
Basri, 2015 Berkontribusi Desain Regresi Logistik
Terhadap Diskriptif Multivariat
Motivasi Polisi Korelatif Menunjukan
Lalu Lintas Dengan Ada Pengaruh
Dalam Teknik Tanggung
Menolong Pengambilan Jawab Terhadap
Korban Sampel Motivasi Polisi
Kecelakaan Lalu Purposive Lalu Lintas
Lintas Di Sampling. Dalam
Wilayah Menolong
POLRES Korban
Banjarmasin Kecelakaan Lalu
Lintas.
30

2.3 Kerangka Teori

PERILAKU
SOSIAL

PENGGUNA KECELAKAAN
JALAN LALU LINTAS

PENGETAHUAN PERTOLONGAN
TENTANG PPGD PERTAMA PADA
KLL

PERTOLONGAN PERTOLONGAN
PERTAMA TAK PERTAMA
EFEKTIF EFEKTIF

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku sosial


Pengguna Jalan Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (Miguel, 2016)
31

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perilaku Sosial dalam


Pengetahuan
Pertolongan Pertama

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Garis Hubungan

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010). Hipotesis yang ditegakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pengguna jalan pada

pertolongan pertama pada kecelakaan di IGD RSI Klaten.

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pengguna jalan pada

pertolongan pertama pada kecelakaan di IGD RSI Klaten.

Anda mungkin juga menyukai