Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengetahuan

2.1.1.2. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2011: : 147 )

Pengetahuan adalah hal tahu atau pemahaman akan sesuatu

yang bersifat spontan tanpa mengetahui seluk-beluknya secara

mendalam (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

pengetahuan diantaranya adalah :

a. Tahu (Know)

Artinya kemampuan untuk mengingat sesuatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat


kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Artinya menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham tentang objek atau meteri harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut sudah dapat membedakan atau

memisahkan, mengelompokan, membuat diagram terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.


e. Sintesis (Synthesis)

Artinya menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang lain. Sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formulasi yang sudah ada ke formulasi yang baru.

Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata

atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang sudah dibaca atau

didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang

sudah dibaca.

f. Evaluasi (Evaluation)

Artinya kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang sudah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman semdiri maupun dari

orang lain.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa pengetahuan seseorang

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun menurun. Keyakinan

ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu

sifatnya positif maupun negatif.


d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang seperti dari petugas kesehatan, televise, radio, media

massa dan internet.

e. Pendapatan

Pendapatan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang, namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka

dia akan cukup mampu memfasilitasi sumber informasi.

f. Sosial Budaya

g. Umur

h. Jenis Kelamin

i. Dukungan Keluarga

j. Keterjangkauan Tempat Kesehatan

k. Dukungan Petugas Kesehatan

l. Pendidikan

m. Transportasi dan Jarak

2.1.2. Sikap

2.1.2.1. Definisi

Sikap (attitude) adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan ( senang-tidak senang,

setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya. Campbell

(1950) mendefiniskan sangat sederhana “ An individual’s attitude


is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi

jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan perhatian, dan gejala kejiwaan

lainnya. ( Notoatmodjo, 2010 : 29)

2.1.2.2. Komponen sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmdjo (2010) sikap terdiri dari 3 komponen

pokok yakni

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek

artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit gondok misalnya,

berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap

penyakit.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalam faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek. Contoh : bagaimana orang menilai

terhadap penyakit gondok apakah penyakit biasa saja, atau penyakit

yang membahayakan.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) artinya sikap

prilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk

bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan). Misalnya : apa yang

dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit gondok.


Menurut Notoadmodjo (2003) ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melaikan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya

dengan obyeknya.

2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajaridan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri,tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap

itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

4. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.1.2.3.Tingkatan sikap

Menurut Notoadmodjo (2007 : 144) sikap terdiri dari beberapa

tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah

berarti orang tersebut menerima ide itu.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Berrtanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling

tinggi.

2.1.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap.

Menurut Azwar (2012) dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi

membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang

dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap adalah:

1.      Pengalaman Pribadi


Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi pengahayatan kita terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk

dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis. Apakah pengahayalan itu kemudian akan membentuk

sikap positif ataukah sikap negative, akan tergantung pada berbagai

faktor lain. Sehubungan dengan hal ini. Middlebrook (1974)

mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan

suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif

terhadap objek tersebut.

2.      Pegaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita

anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuan bagi

setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin

kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita

(significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap

kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap

penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya

lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri

atau suami, dan lain-lain.

3.      Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam


budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan

heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang

mendukung terhadap masaalah kebebasan pergaulan heteroseksual.

Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan

kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan

mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang

mengutamakan kepentingan perorangan.

4.      Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, suratkabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap

hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi

tersebut, apabila cukup kuat, akan member dasar afektif dalam

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5.      Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara


sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6.      Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap

yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan

tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan

lama.

Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional

adalah prasangka (prejudice). Prasangka didefinisikan sebagai sikap

yang tidak toleran. Tidak’fair’, atau tidak favorabel terhadap

sekelompok orang (Harding, Prosbansky Kutner, & Chein, 1969;

dalam Wrightsman & Deaux, 1981). 

2.1.3. Strategi perubahan prilaku

Menurut WHO strategi untuk memperoleh perubahan prilaku di

kelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Mengunakan kekuatan/ kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan dipaksakan pada sasaran atau masyarakat

sehingga ia mau melakukan( berprilaku) seperti yang diharapkan cara


ini ditempeuh misalnya dengan adanya

peraturan-peraturan/perundang-undangan atau intimidasi yang harus

dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini akan memperoleh perubahan

prilaku cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan

berlangsung lama, karena perubahan prilaku yang terjadi tidak atau

belum berdasarkan kesadaran sendiri.

2. Pemberian informasi

Dengan memberikan informasi- informasi tentang cara-cara mencapai

hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit

dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan

menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan

orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil

dari perubahan yang di capai bersifat langgeng karena di dasari pada

kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan ).

3. Diskusi dan pertisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua, diamana dalam

memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat

searah saja tetapi dua arah. Hal ini berari masyarakat tidak bersifat

fasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui

diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya, dengan demikian

maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar prilaku

mereka di peroleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya


prilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap lagi, bahkan

merupakan referensi prilaku orang lain.

2.1.4. Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan kenyakinan sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana

2009:12)

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau

individu, dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut, masyarakat ,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut di harapkan dapat

berpengaruh terhadap prilakunya, dengan kata lain dengan adanya

pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan prilaku

sasaran (Notoatmodjo 2011:119)

2.1.4.1. Metode Penyuluhan

Menurut Pulungan (2007) Metode penyuluhan dalam pendidikan orang

dewasa harus selalu mempertimbangkan :

a. Waktu penyelengaraan penyuluhan tidak menganggu

kegiatan//pekerjaan pokoknya

b. Waktu penyelengaraan sesingkat mungkin

c. Lebih banyak mengunakan alat peraga


Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa program penyuluhan harus

lebih mengacu pada pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.

Menurut Notoatmojo 2011 metode penyuluhan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara

optimal. Ada beberapa metode penyuluhan antara lain:

1. Metode penyuluhan perorangan, termasuk di dalamnya bimbingan,

penyuluhan serta wawancara (interview)

2. Metode penyuluhan kelompok, dalam metode ini harus diingat

besarnya kelompok, dan tingkat pendidikan sasaran. Metode ini

mencakup:

a. Kelompok besar yaitu apabila kelompok penyuluhan lebih dari

15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini adalah

ceramah dan seminar

b. Kelompok kecil yaitu apabila kelompok penyuluhan kurang

dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok kecil

adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju (snow

balling), permainan simulasi, memainkan peran dll.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian pesan informasi ditujukan kepada

masyarakat yang sifannya massa atau publik. Beberapa contoh dari

metode ini adalah seperti ceramah umum (public speaking), pidato-

pidato melalui media elektronik, tulisan-tulisan dimajalah atau

koran serta bill board.


2.1.5. Alat bantu penyuluhan

Alat yang digunakan penyuluh untuk menyampaikan informasi. Alat bantu

ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak

indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin jelas pula

pengertian/ pengetahuan yang dperoleh. Menurut Edgar Dale dalam

Notoatmojdo( 2011: 126 ) membagi alat bantu menjadi 11 macam yaitu :

1) Kata-kata; 2) tulisan; 3) rekaman, radio; 4) film; 5) televisi; 6)pameran;

7) field trip; 8) demonstrasi; 9) sandiwara; 10) benda tiruan; 11) benda

asli.

Alat bantu akan membantu dalam melakukan penyuluhan agar pesan-

pesan dapat disampaikan lebih jelas, dan sasaran dapat menerima pesan

tersebut dengan jelas dan tepat.

2.1.6. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua alat saluran ( chanel )untuk

menyampaikan pesan atau informasi yang ingin disampaikan , baik itu

melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga

mempermudah sasaran menerima pesan ( informasi ) (Noto atmodjo

2011 :133). Media di bagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. Media cetak, yang termasuk media cetak adalah :

a. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku baik tulisan maupun gambar.


b. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi bisa berupa kalimat,

gambar, atau kombinasi

c. Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

d. Flip chart ( lembar balik); media penyampaian pesan atau

informasi-informasi dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam

bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi kalimat

sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah

mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan

f. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan / informasi

yang biasanya ditempel di tembok-tembok, ditempat-tempat

umum, atau kendaraan umum

2. Media elektronik yang termasuk media elektronik adalah :

a. Televisi : penyampaian pesan atau informasi-informasi melalui

media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum

diskusi tanya jawab sekitar masalah, pidato (ceramah), TV,

sport, quiz, cerdas cermat dsb.

b. Radio; penyampaian pesan atau informasi melalui radio dalam

bentuk obrolan (tanyajawab), sandiwara radio, ceramah, radio

spot, dsb.
c. Video; slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

atau informasi-informasi kesehatan.

d. Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan.

3. Media papan ( bill board)

Papan (billboard) yang dipasang ditempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi.

Media papan di sini mencakup pesan yang ditulis pada lembaran

seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus adan

taksi ).

2.1.7. Yodium

Yodium ada dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit yaitu sebanyak kurang

lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg. Sekitar 75 % dari yodium yang

ada di dalam kelenjar tiroid yang digunakan untuk mensintesis hormon tiroksin,

tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon-hormon ini diperlukan

untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental hewan dan manusia.

(Almatsier, 2009 : 263).

Meskipun jumlahnya sangat sedikit tubuh memerlukan yodium secara teratur

setiap hari, oleh karena itu yodium harus ada dari makanan sehari-hari. Yodium

sangat diperlukan untuk menghindari hypothyroid khususnya saat kritis

perkembangan intrauterus mulai pada bulan ketujuh kehamilan. Akibat

kekurangan yodium pada ibu yang sedang mengandung, yaitu terjadinya kelahiran
anak yang kretin ( kecil pendek), bisu dan tuli dengan tingkat kecerdasan otak

yang rendah (Winarno, 2007)

yodium di alam tidak pernah ditemukan sebagai elemen tunggal, tetapi ia

tersimpan di dalam senyawa, misalnya garam kalium peryodat (KIO). Dalam

keadaan kering, garam ini sangat stabil sehingga bisa berumur lebih dari lima

puluh tahun tanpa mengalami kerusakan. Itu sebabnya mengapa garam KIO

dipakai sebagai suplemen untuk program yodisasi garam (atau garam beryodium).

(Nurachman ,2003)

2.1.7.1. Kebutuhan yodium dan sumbernya

Asupan yodium yang dianjurkan dari makanan (atau AKG yodium) untuk

berbagai kelompok umur terdapat dalam tabel

Asupan yodium dari makanan yang direkomendasikan oleh WHO/UNICEF/

ICCIDD (2001)

Katagori Asupan ( µg)

Bayi 0- 59 tahun 50

Anak sekolah 6-12 tahun 120

Anak-anak > 12 tahun dan orang 150

dewasa

Ibu hamil dan menyusui 200


Kebijakan bersama yang dibuat WHO, UNICEF, dan ICCIDD merekomendasikan

bahwa untuk memberikan lebih kurang 120-140 µg yodium/ hari, kadar yodium

dalam garam pada saat diproduksi 20-40 mg yodium per kilogram garam.

Rekomendasi ini mengasumsikan bahwa 20 % yodium akan hilang dalam

perjalanan dari tempat produksi hingga rumah tangga, sementara 20 % lainnya

hilang saat memasak. Dan asupan garam rata-rata 10 gram per orang per hari

(Gibney, 2008 :272)

Laut merupakan sumber utama yodium, dengan demikian makanan laut seperti

ikan, kerang-kerangan serta rumput laut yang dapat dimakan merupakan sumber

pangan yang kaya akan yodium( Gibney, 2008 :270)

Di daerah pantai air dan tanah mengandung banyak yodium sehingga tanaman

yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup banyak yodium, semakin jauh

tanah dari pantai semakin sedikit pula kandungan yodiumnya, sehingga tanaman

yang tumbuh di daerah tersebut termasuk rumput yang dimakan hewan sedikit

sekali atau tidak mengandung yodium ( Almatsier, 2009: 272)

2.1.7.2. Fungsi yodium

Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon tiroksin

triidotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini

adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan . Hormon tiroid mengontrol

kecepatan tiap sel mengunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid

kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapat

merangsang metabolisme sampai 30 %. Disamping itu kedua hormon ini

mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot
dan syaraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif

vitamin A; sintesis protein dan absorbsi karbohidrat dari saluran cerna. Iodium

berperan pula dalam sintesis kolesterol darah. ( Almatsier, 2009 : 266)

2.1.8. Garam beryodium

Garam beryodium adalah garam konsumsi yang komponen utamanya Natrium

Khlorida (NaCl) dan mengandung senyawa iodium (KIO3) melalui proses iodisasi

serta memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Garam konsumsi selain harus

memenuhi persyaratan kadar NaCl minimal 94,7%, juga harus mengandung

iodium berkisar antara 30-80 ppm (30-80 mg iodium dalam 1kg garam). Perlunya

penambahan iodium ini (ditambahkan dalam bentuk KIO3 kalium iodat)

dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan tubuh manusia akan zat iodium

( Drajat, 2014).

Garam beryodium mengandung 0,0025 persen berat KIO (artinya dalam 100 gram

total berat garam terkandung 2,5 mg KIO ). Berikut ini dipaparkan cara sederhana

untuk menghitung berapa banyak KIO yang dikonsumsi seseorang. Andaikan

seorang ibu rumah tangga dalam sehari memasak satu panci sup (kapasitas dua

liter) dengan menggunakan dua sendok garam beryodium (misalnya dengan berat

20 gram), dan tiap-tiap anggota keluarga pada hari tersebut melahap dua mangkok

(anggap volume total kuah 100ml). Maka, berat total garam KIO yang dikonsumsi

tiap-tiap anggota keluarga itu dalam sehari (dengan asumsi tidak makan garam

melalui makanan lainnya) adalah 0,0000025 gram atau 2,5 mikrogram (dari

0,0025% x 20 gram x 100 ml/200 ml). Jumlah garam yang sangat kecil, namun
sangat diperlukan.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kesemua 2,5 mikrogram KIO

tersebut masuk ke dalam tubuh? Kalau tiap-tiap keluarga memiliki kebiasaan

menaburkan garam ketika hidangan telah berada di atas meja makan (tidak pada

saat memasak), maka jawabannya benar.

Kenyataannya tidak demikian. Karena hampir semua ibu rumah tangga selalu

mencampurkan garam beryodium saat memproses makanan. Kalau hal ini

dilakukan, maka kemungkinan besar yodium yang jumlahnya sangat kecil ini

telah lenyap sebagai gas selama memasak.

Secara kimiawi, fenomena tersebut dijelaskan dari proses reduksi KIO. Reaksi

reduksi ini sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, laju reaksi bisa

dipercepat jutaan kali lipat dengan bantuan senyawa antioksidan, keasaman

larutan, dan panas. Seperti kita ketahui bahwa semua bahan makanan organik

(hewan ataupun tanaman) selalu memiliki antioksidan, dan proses memasak selalu

menggunakan panas serta terkadang ada asamnya. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan garam beryodium untuk ini menjadi sia-sia.

Percobaan sederhana untuk membuktikan lenyapnya yodium adalah dengan

mencampurkan garam beryodium dengan antioksidan (bisa berupa tumbukan

cabai atau bawang) dan asam cuka, yang kemudian direbus. Yodium yang lepas

bisa diamati dari larutan kanji sebagai indikator. Bila berubah menjadi biru,

pertanda yodium telah lepas sebagai gas.


2.1.9. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguana akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gejala/kelainan yang

ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus

dalam jangka waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan

perkembangan mahluk hidup, khususnya pada manusia dan hewan ( depkes 1996

cit Aritonang, 2012 : 359). Makin tinggi tingkat kekurangan yodium yang dialami

makin banyak tingkat komplikasi atau kelainan yang ditimbulkannya, meliputi

pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium hingga timbul bisu tuli dan

gangguan mental akibat kretinisme ( Chan et al, 1998 cit Aritonang, 2012 : 359).

Spektrum GAKY pada berbagai tahap kehidupan diperlihatkan tabel berikut :

Tahap Kehidupan Gangguan Akibat Kekurangan yodium

(GAKY)

Janin Keguguran (aborsi)

Lahir mati

Kelainan konginetal

Kematian perinatal

Kematian bayi

Kretinisme saraf

Kretinisme miksedema

Kerusakan psikomotor

Bayi baru lahir


Gondok neonatus

Hipotiroidisme neonatus
Anak dan remaja Gondok

Hipotiroidisme juvenile

Fungsi mental

Perkembangan fisik terhambat

Dewasa
Gondok dan penyulit

Hipotiroidisme

Fungsi mental

Hipotiroidisme di imbas oleh yodium

Semua usia
Kepekaan terhadap radiasi nuklir

meningkat

Sumber : Arisman ( 2009 : 165)

2.1.10. Pengobatan Ganguan Akibat Kekurangan Yodium ( GAKY )

Pengobatan Gaky dilakukan dengan :

2.1.10.1. Garam beryodium.

Selama bertahun-tahun , pengunaan garam beryodium sudah dianggap

sebagai cara paling efektif untuk memberantas GAKY di sejumlah besar

negara ( Gibney,2008: 272)

Keppres nomor 69 tahun 1994 mewajibkan semua garam yang dikonsumsi

baik untuk manusia maupun hewan diperkaya dengan yodium sebanyak

30-80 ppm.
Namun kesulitan memproduksi garam beryodium dalam jumlah besar dan

mempertahankan mutunya hingga ke tingkat penguna. Kerusakan dapat

terjadi selama penyimpanan di gudang atau diwarung. Garam tidak ditutup

sehingga terpajan terhadap sinar matahari. Garam beryodium dalam

kemasan plastik yang disimpan pada suhu 25-27 ºC dengan kelembaban

nisbi 70-80% tahan selama 6 bulan. Setelah itu kandungan yodium akan

menyusut sebanyak rata-rata 7 %, bergantung pada ketinggian suatu

daerah dari permukaan laut; penyusutan itu bergerak dari 3 % sampai 21

%. Selama 6 bulan penyimpanan pun telah terjadi penyusutan pada bulan

0, besaran kandungan yodium hanya 31,2 ppm, kandungan ini terus

menyusut hingga 29,1 ppm pada bulan VI. (Arisman, 2009: 168)

Kerusakan selama proses pemasakan dapat diperkecil dengan cara

menambahkan garam setelah selesai masak. Kesukaran lain yang juga

mungkin timbul adalah menganti garam yang telah biasa digunakan

dengan garam beryodium.

2.1.10.2. Suplemen yodium pada binatang

Di Jerman timur, pemberian suplementasi yodium pada sapi dan babi telah

membuahkan hasil peningkatan kadar yodium secara bermakna dalam air

susu dan daging, yang pada gilirannya akan bertindak sebagai pembawa

yodium bagi konsumen manusia ( Arisman, 2009: 168)

2.1.10.3. Suntikan minyak beryodium ( lipiadol)

Pemberian lipiadol terutama untuk daerah endemis berat. Manfaat

pengunaan suntikan minyak beryodium untuk mencegah gondok dan


kretin endemik. Minyak . suntikan ulangan dilakukan 3-5 tahun kemudian,

bergantung pada dosis yang diberikan dan usia subjek. Kebutuhan anak

lebih besar ketimbang orang dewasa, karena itu dosis anjuran harus

diulang setelah 3 tahun, terutama bila kekurangan berlangsung parah.

2.1.10.4. Kapsul minyak beryodium

Kapsul minyak yodium sebagai ganti dari lipiadol yang diberikan dengan

cara disuntik sehingga sasaran merasa tidak nyaman dan membutuhkan

tenaga profesional. Di Indonesia minyak yodium mulai diedarkan pada

tahun 1993.

2.2. Kerangka Teori

Faktor predisposisi :

- Pengetahuan
- Keyakinan
- Nilai-nilai kehidupan
- Sikap
- Kepercayaan

Faktor pendukung :

- Ketersediaan sarana
- Kemudahan sarana
- Masyarakat
- Pemerintah
- Perundang-undangan
- Prioritas kesehatan
PRILAKU INDIVIDU/
MASYARAKAT

Faktor penguat:

- Keluarga
- Teman sebaya
- Guru
- Tokoh Masyarakat
- Pelayan kesehatan
- Pengambilan kebijakan

2.3. Kerangka Konsep


Daftar Pustaka

1. Nadia Irina Darmawan dan Ede Surya Darmawan _ Analisis Demand dan

Supply Konsumsi Garam Beryodium Tingkat Rumah Tangga __ Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 6 N0 6 Juni 2012 hal 273 dalam

buku : Kemenkes RI . Rencana Aksi pembinaan Gizi masyarakat 2010-

2014. Jakarta th 2010 idem sama 3

2. Kementerian Kesehatan Ri. Dikektorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan anak “ Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2014.-

Jakarta: Kemenkes RI 2014 (hal.9)

3. Kementerian Kesehatan Ri. Dikektorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan anak “ Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013.-

Jakarta: Kemenkes RI 2013 (hal.2)

4. Heri D.J Maulana 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC 12-13 di unduh dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Penyuluhan_Kesehatan tgl 7 -4-2016 jam

15:08

5. Drajat ; 2014 PEMBUATAN GARAM BERYODIUM


http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/98-artikel/artikpel-

pegaraman/201-pembuatan-garam-beryodium di akses pada tanggal

24 -4-2016 jam 21: 48

6.

Anda mungkin juga menyukai