TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengetahuan
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Hal itu terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa dan peraba. Namun
2009):
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
paling rendah.
11
12
atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (dalam Putra, 2015), faktor yang
dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu (Putra,
2015).
diperoleh dari media cetak, elektronik, ataupun keluarga dan teman (Putra,
2015).
angket dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
kuesioner.
kuesioner.
kuesioner.
2.1.5 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan
14
seseorang untuk bertindak terhadap sesuatu yang terjadi. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
Menurut Notoatmodjo 2003 dalam (Efendi & Makhfudli, 2009), sikap terdiri
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Hal
tersebut merupakan usaha seseorang terlepas dari benar atau salah, bearti
telah dipilihnya dan berani dengan segala resiko yang mungkin terjadi
pribadi dengan kesan yang kuat terjadi pada situasi yang melibatkan
emosional.
memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting karena
15
menghindari konflik.
pembaca.
5. Lembaga pendidikan dan agama, konsep moral dan ajaran dari kedua lembaga
maupun tidak langsung kepada responden terhadap suatu objek tertentu. Skala sikap
dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Skala yang
biasanya digunakan adalah skala likert. Hasil pengukuran berupa kategori sikap positif
Usia 1-3 tahun atau disebut juga anak usia toddler secara fungsional biologis
masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah masa rawan (Setyawati & Eko Hartini,
2018). Pada masa ini merupakan Golden Period/masa keemasan, salah satu
perkembangan anak yang penting untuk dipantau pada usia 1-3 tahun adalah
Biasanya anak-anak pada usia awal (2-5 tahun) sedang nakal-nakalnya, anak
tuanya, selain itu anak menjadi lebih kreatif, suka bertanya, memiliki rasa ingin tahu
(curiositas) yang tinggi terhadap sesuatu bahkan suka berimajinasi (Susanto, 2011).
Selain itu pada usia toddler, kemandirian anak sudah mulai terbentuk, begitu pula
dalam hal makan. Segala peralatan yang berhubungan dengan makan seperti garpu,
piring, sendok, dan gelas semuanya harus dijelaskan atau diperkenalkan pada anak.
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini, umumnya jenis
makanan yang diberikan adalah makanan padat sebab kemampuan mengunyah sudah
Anak pada usia toddler tidak mewaspadai potensi bahaya apa yang dapat di
timbulkan oleh perilakunya sendiri, terkadang pada usia ini juga memiliki resiko
cedera yang tinggi di antaranya bisa saja jatuh, keracunan atau bahkan tersedak.
Pada awal usia 1-3 tahun (masa toddler), bahaya cedera dapat dipengaruhi oleh tiga
faktor yang mengakibatkan kematian pada anak. Berikut faktor yang mempengaruhi
kejadian cedera:
3. Faktor Lingkungan
menyatakan bahwa anak-anak kurang dari tiga tahun sangat rentan terhadap
kecelakaan salah satunya tersedak, di sisi lain hal tersebut disebabkan kurangnya
pengawasan dari orang tua terhadap anak. Hampir setengah dari kasus (48,1%)
tersedak biasanya terjadi pada tengah hari atau pukul 13.00 sampai sore, karena pada
17
waktu tersebut orang tua biasanya sibuk bekerja dan dapat meninggalkan anak tanpa
Choking adalah asfiksia yang disebabkan karena tertutupnya jalan napas akibat
benda padat yang masuk dan menyumbat lumen pernapasan. Sehingga sumbatan
terjadi pada daerah larynx dan merupakan kejadian tersering akibat kecelakaan
sebagai contoh tersedak makanan, gigi palus atau gangguan reflek batuk untuk
internal jalan napas, biasanya pada anak-anak terjadi dikarenakan makanan atau
Tersedak adalah keadaan darurat dalam pernapasan yang umum. Hal ini
terhalang/tersumbat. Jika orang yang sadar tersedak, jalan napasnya tersumbat benda
asing seperti sepotong makanan atau mainan kecil, ada pembengkakan di mulut atau
tenggorokan, atau karena cairan, seperti muntah atau darah. Jika jalan napas
terhambat hanya sebagian maka orang tersebut biasanya masih dapat bernapas tetapi
terlihat sulit, karena masih mendapatkan cukup oksigen masuk dan keluar dari paru-
paru untuk batuk atau terdengar suara mengi/wheezing, bahkan masih dapat berbicara
tersumbat total tidak dapat batuk, berbicara, menangis bahkan bernapas sama sekali
(The American National Red Cross, 2014). Kadang-kadang orang tersebut dapat
18
batuk dengan lemah atau membuat suara bernada tinggi, ini memberitahu bahwa
2.3.2 Epidemiologi
Aspirasi benda asing pada saluran napas dilaporkan terjadi pada anak
diseluruh dunia; 80% pada usia di bawah 3 tahun dengan puncaknya pada usia 1-2
tahun. Angka kejadiannya mencapai 0,6 kasus per 100.000 anak. Pada laki-laki
memiliki insidens lebih tinggi berkaitan dengan karakteristiknya yang lebih imuplsif
(Sugandha, 2018).
Menurut The American Natonal Red Cross (2014), penyebab tersedak pada
3. Mengenakan gigi palsu (gigi palsu membuat sulit untuk merasakan apakah
4. Makan sambil berbicara dengan penuh semangat, tertawa, atau makan terlalu
cepat.
Sedangkan tersedak pada anak dan bayi merupakan penyebab umum dari
cedera dan kematian pada anak di bawah 5 tahun. Karena anak-anak memasukkan
hampir semuanya ke dalam mulut mereka, barang-barang kecil dari mainan, koin,
sering menyebabkan tersedak. Namun, sebagian besar insiden juga disebabkan oleh
usia dibawah 5 tahun tidak diberikan makanan keras dan halus seperti sayuran
19
kuasai anak-anak hingga usia 4 tahun. Selain itu direkomendasikan juga untuk tidak
memberikan anak-anak kacang sampai mereka berusia 7 tahun atau lebih. American
2. Anggur.
3. Popcorn.
5. Vitamin.
mainan dan barang-barang rumah tangga juga dapat berbahaya bagi mereka. Menurut
Consumer Product Safety Commission (CPSC) lebih banyak anak-anak yang mati lemas
karena balon yang tidak menggembung atau potongan balon yang rusak daripada
menyebabkan tersedak antara lain: Bedak bayi, objek dari tempat sampah, seperti
kulit telur dan pop-top dari kaleng minuman, peniti, koin, kelereng, tutup pena dan
Kejadian tersedak benda asing pada anak usia balita dipengaruhi oleh
menelan belum sempurna, jalan napas yang sempit, kebiasaan meletakkan objek ke
dalam mulut, dan pada usia ini aktivitas fisik yang aktif. Serta kurangnya pengawasan
orangtua juga meningkatkan risiko tersedak benda asing (Sugandha, 2018). Jalan
napas, mulut dan hidung lebih kecil pada anak-anak dan bayi daripada orang dewasa
(Gambar. 2.1 A-B), oleh karena itu resiko tersumbat akan lebih mudah oleh benda-
20
benda kecil, darah, cairan atau pembengkakan (The American National Red Cross,
2014).
Gambar 2.1 Gambar (a) child’s airway& Gambar (b) an adult’s airway
Sumber: (The American National Red Cross, 2014)
Pada usia yang lebih muda, objek yang sering menjadi penyebab tersedak atau
aspirasi adalah makanan, pada anak yang lebih tua banyak disebabkan oleh benda
non-organik, seperti mainan, koin, dan kancing (Sugandha, 2018). Kemudian jika hal
itu terjadi maka respon inflamasi akan berkaitan dengan bahan objek tersebut. Logam
dapat menjadi total karena sifatnya yang menyerap air (Salih, Alfaki, & Alam-elhuda,
2016). Aspirasi benda asing sangat berisiko terjadinya gangguan napas, atelektasis,
yang dapat mengancam nyawa seseorang (Sugandha, 2018). Pada dasarnya tubuh
manusia sangat membutuhkan pasokan oksigen yang konstan untuk bertahan hidup.
Saat bernapas melalui mulut dan hidung, udara mengalir ke tenggorokan, melalui
tenggorokan kemudian masuk ke paru-paru. Jalur dari mulut dan hidung ke paru-
paru disebut jalan napas. Dalam keadaan darurat jika terjadi hambatan jalan napas,
oksigen harus tetap mencapai paru-paru (The American National Red Cross, 2014).
21
Pada beberapa kasus, benda asing dapat tersangkut pada glitoris yang bisa
mengakibatkan gangguan napas akut, suara serak, dan stridor. Jika objek yang
bisa terjadi pada awal aspirasi ataupun saat tindakan evaluasi benda asing. Asfiksia
akibat aspirasi benda asing memiliki angka kematian hingga 45%, sedangkan 30%
pasien yang selamat dapat berkembang menjadi hipoksia ensefalopati (Zur KB, 2009).
1. Faktor personal yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, dan
2. Faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit neurologik, proses menelan yang
belum sempurna pada anak, faktor gigi yang belum tumbuh sempurna, serta
medikal dan surgikal (tindakan bedah, ekstraksi gigi, dan belum tumbuhnya
3. Faktor kejiwaan yaitu emosi, gangguan psikis, serta ukuran dan bentuk serta
4. Faktor Kecerobohan yang dapat terjadi antara lain: meletakkan benda asing di
mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,
makan sambil bermain pada anak-anak, dan memberikan kacang atau permen
Tanda dan gejala tersedak Simon & schuster, (2018), sebagai berikut: adanya
tangan, terlihat panik, kesulitan dalam bernapas atau terengah-engah, suara wheezing
atau mendengus, wajah merah pada awalnya kemudian pucat atau menjadi biru,
bahkan berkurangnya tingkat kesadaran. Jika tersedak tidak dapat di atasi dengan
Gejala aspirasi benda asing dapat bervariasi, tergantung lokasi, ukuran, dan
durasinya. Anak terkadang terlihat sehat tanpa gejala atau dengan gejala gangguan
jalan napas seperti batuk, mengi atau stridor, sesak napas, demam, dan pneumonia
berulang. Gejala hipoksia seperti menangis kencang, sianosis, kejang, dan penurunan
kesadaran dapat terjadi. Keterangan orang tua yang mengatakan anaknya tersedak
(Sugandha, 2018).
2.3.6 Diagnosis
Tiba-tiba tersedak, batuk atau wheezing, atau Pneumonia segmental atau lobaris yang
1. Wheezing unilateral
Lakukan pemeriksaan foto dada pada saat ekspirasi penuh untuk melihat
mengi unilateral, stridor, atau ronkhi. Pemeriksaan rontsen foto toraks untuk melihat
objek dengan gambaran radio-opak (benda yang sukar ditembus sinar X akan
23
memberikan gambaran putih), namun bahan penyebab sumbatan yang sering adalah
bahan organik yang memberikan gambaran radiolusen. Pada kasus benda asing
bergerak ke arah distal, suara auskultasi dan radiografi yang awalnya abnormal
seakan-akan dapat menjadi normal. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan fisik normal
hiperinflasi paru fokal, tersedak yang disaksikan, dan leukositosis >10.000, jika
ditemukan dua dari tiga tanda tersebut dibutuhkan bronkoskopi untuk konfirmasi
lain: umur (10-24 bulan), riwayat keberadaan benda di mulut pasien diikuti gangguan
pernapasan berat, suara napas stridor, sesak atau hipoksia selama fase akut, suaru
pernapasan abnormal unilateral pada auskultasi, dan radiografi abnormal (Salih et al.,
2016).
pada saat terjadi gagal napas sesuai pedoman AHA (American Heart Association) atau
ERC (European Resuscitation Council) (Bagan 2.1) , yaitu pertama nilai keefektifan
batuk, apabila batuk tidak efektif maka segera nilai tingkat kesadaran anak. Pada anak
yang sadar, usia <1 tahun dapat dilakukan 5 kali back bow diikuti 5 kali kompresi dada,
sedangkan anak usia >1 tahun dapat dilakukan manuver Heimlich. Pada anak yang
tidak sadar, kriteria ERC dan AHA berbeda, yaitu pada ERC yang pertama dilakukan
adalah mengamankan jalan napas, kemudian berikan 5 napas bantuan dan resusitasi
jantung paru. Sedangkan menurut AHA, lakukan resusitasi jantung paru dengan 30
Assess Cough
Effective Ineffective
Gambar 2.3 Posisi tengkurap dengan melakukan Back Blows (World Health
Organization, 2013).
25
dengan salah satu mengepal dan letakkan pada perut bagian atas (di
4) Bila obstruksi masih tetap, evaluasi mulut anak apakah ada bahan
Apabila dicurigai adanya aspirasi benda asing maka penanganan lanjut yaitu
rujuk anak ke sarana yang lebih lengkap untuk penegakan diagnosis dan untuk
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan bayi agar
tidak tersedak, sebagai berikut (The American National Red Cross, 2014):
c. Ajari anak untuk mengunyah dan menelan makanan sebelum berbicara atau
tertawa.
e. Jangan memberi anak makanan yang keras seperti kacang dan sayuran mentah.
f. Jangan memberikan anak makanan yang keras seperti batang wortel kecuali
g. Jangan biarkan anak bermain dengan balon yang tidak mengembang (untuk
h. Jauhkan benda-benda kecil seperti peniti, bagian kecil dari mainan dan koin.
i. Pastikan mainan anak tidak memiliki bagian kecil yang dapat dilepas.
benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
2.4.2 Tujuan
untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai dengan materi ajar,
cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa (Darmadi, 2017).
Metode demonstrasi sangat baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat
harapan yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara lain, serta untuk
peserta didik dapat lebih dipusatkan, proses belajar peserta didik lebih terarah pada
materi yang sedang dipelajari, serta pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran
lain: dapat membuat proses pembelajaran menjadi jelas dan lebih konkret, dengan
didik diharapkan lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pengajaran akan
lebih menarik, peserta didik didorong untuk lebih aktif dalam mengamati,
antara lain: hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja, jika jumlah
28
siswa banyak dan posisi peserta didik tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif,
bergantung pada alat bantu yang sebenarnya, sering terjadi peserta didik kurang
sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi materi atau kegiatan yang perlu dilakukan
peserta didik sebelum demonstrasi, untuk demonstrasi yang rumit harus diberikan
dan tercapai sesuai tujuan yang di inginkan, untuk waktu yang diperlukan termasuk
2. Sebelum demonstrasi
Penyiapan materi dan alat sebelum peserta didik tiba dan uji coba tiap alat
(cek kesiapan alat), pengaturan penempatan alat dan materi agar dapat dilihat
dengan jelas, menjelaskan tujuan serta gambaran prosedur yang akan dilakukan,
3. Pelaksanaan demonstrasi
penting, hindari penyampaian hal yang tidak penting dalam demonstrasi, tekankan
29
cara melaksanakan prosedur dengan baik dan benar secara jelas pada peserta didik
4. Setelah demonstrasi
Mengulangi demonstrasi atau tiap langkah jika peserta didik perlu melakukan
mengamati praktik sesuai dengan perbedaan peserta dod, tentang lama praktik,
umpan balikk dan reinforcement, perhatikan peserta didik yang kidal, serta
kontrol. Hasil yang didapat pada kelompok perlakuan dengan metode demonstrasi
satu kelompok pre-test post- test 16 responden. Dari hasil penelitian menunjukkan nilai
signifikan, yang artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan dari pemberian
efektifitas pendidikan kesehatan antara media video dan metode demonstrasi pada
kelompok video dan kelompok demonstrasi, hasil yang didapat menunjukkan bahwa
metode demonstrasi lebih efektif pada perubahan pengetahuan (p-value 0,022), sikap
pengetahuan dan sikap pada seseorang, serta dengan metode demonstrasi subjek
dapat melihat prosedur secara langsung dan juga bisa secara langsung melakukan