Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas teori tentang 1) konsep teori pengetahuan 2) konsep

program pengelolaan penyakit kronis

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2014).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu

yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini

dipengaruhi berbagaimfaktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa

sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah

informasi atau maklumat yang diketahui atau disadarimoleh seseorang (Agus,

2013).

Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun

sangat penting karena dapat membentuk prilaku seseorang.

6
2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh

sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestaskan materi tersebut

secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan

contoh dan lain-lain.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke

dalam komponen-komponen tapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

7
5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat

merencanakan, meringkas, menyesuaikanterhadap suatu teori atau rumusan yang

telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan

tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,

tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat

mengapikasikan pengetauan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat

mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat

mensintesis atau menunjukkan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan

tingkat pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi.

2.1.3 Jenis pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan

sangat beranekaragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis

pengetahuan diantaranya sebagai berikut :

8
1. Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,

seperti keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasannya pengalaman

seseorang sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.

Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa

tidak disadari. Contoh seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi

kesehatan, namun ternyata ia merokok.

2. Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan

atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan. Contoh seorang ayah telah mengetahui bahaya merokokbagi

kesehatan dan ia tidak merokok (Agus, 2013).

2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2012) dari berbagai macam cara yang telah di

gunakan utuk memperolehh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan mnjadi dua yaitu :

2.1.4.1 Cara tradisional atau non ilmiah

1) Trial and eror

Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-

coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

9
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinantersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain

sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial

(coba) dan Error.

2) Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang

dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melankan juga terjadi pada masyarakat

modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya

berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintahan dan sebagainya.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Adapun pepatah mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik”.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

4) Jalan pikiran

Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat

manusia cara berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini

manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui

10
induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-

pertanyaan yang dikemukakan.

2.1.4.2 Cara modern atau ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian

metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan

dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua

fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoadmojo, 2012).

2.1.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Faktor internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

11
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c. Umur

Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

2. faktor eksternal

a. Faktor lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

2.1.6 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan domain di atas.

12
Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu

pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif

misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choices), betul-salah dan pertanyaan

menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan

berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari

satu waktu ke waktu lainnya.

Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan

objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh

penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan objektif

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan

karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan

penilaiannya akan lebih cepat. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk

pengukuran pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti.

Proses seseorang menghadapi pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007) bahwa

sebelum orang menghadapi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses

berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik)

terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai

mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

terhadap stimulus.

13
2.2 Konsep Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

2.1 Pengertian program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis)

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif

yang dilaksanakan secara terintregitas yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang

menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan

biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

Kegiatan Prolanis merupakan sistem pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan

BPJS Kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan agar mencapai kualitas hidup

yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sasaran

dari kegiatan Prolanis adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang

penyakit kronis khusunya DM Tipe II dan Hipertensi (BPJS, 2015).

PROLANIS menurut peraturan BPJS Kesehatan nomor 2 tahun 2015 adalah

suatu sistem yang memadukan antara penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan

komunikasi bagi sekelompok peserta dengan kondisi penyakit tertentu melalui

upaya penanganan penyakit secara mandiri. PROLANIS merupakan salah satu

program promotif preventif yang dijalankan oleh FKTP (Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama) yang diusung kerjasama dengan BPJS Kesehatan di antara

program lainnya seperti penyuluhan kesehatan, imunisasi, Keluarga Berencana

(KB), dan skrining kesehatan.

2.2 Tujuan program pengelolaan penyakit kronis

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup

optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes

14
Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit

DM (Diabetes Mellitus) Tipe 2 dan Hipertensi sesuai panduan klinis terkait

sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan,

2014).

2.3 Sasaran dan bentuk pelaksanaa PROLANIS

Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis terutama DM Tipe 2

dan Hipertensi. Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi medis

atau edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub, pelayanan obat secara rutin,

dan pemantauan status kesehatan.

Aktivitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup:

1) Konsultasi Medis

Konsultasi dilakukan dengan cara berkonsultasi antara peserta Prolanis

dengan tim petugas kesehatan, jadwal konsultasi disepakati bersama antara

peserta dengan fasilitas kesehatan. Saat kegiatan konsultasi, juga dilakukan

pemantauan status kesehatan meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang kepada peserta pada setiap kali kunjungan atau kontrol bulanan,

pemberian resep obat-obatan untuk terapi 30 hari, dan dua pencatatan laporan

perkembangan status kesehatan yaitu Medical Record yang disimpan oleh FKTP

dan buku monitoring status kesehatan peserta yang dibawa oleh peserta (BPJS,

2015).

Pencatatan yang dilakukan meliputi perkembangan status kesehatan

peserta, pencatatan Indeks Massa Tubuh, Tekanan Darah, Gula Darah Puasa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang diagnostik, pemberian obat-obatan

serta catatan lain terkait pelayanan kesehatan bagi peserta.

15
2) Edukasi kelompok peserta Prolanis

Edukasi kesehatan adalah suatu kegiatan aktivitas klub yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dalam upaya memulihkan dan mencegah

timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta

Prolanis. Sasaran dari kegiatan ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta (Klub)

Prolanis minimal satu Faskes Pengelola satu Klub dan frekuansi dilaksanakan

edukasi rutin minimal satu kali dalam sebulan (BPJS, 2015).

Materi edukasi kesehataan bervariasi untuk pasien DM dan hipertensi.

Materi DM tipe 2 meliputi : review pengenalan DM tipe 2 (tanda, gejala, terapi);

DM tipe 2 dan komplikasi; Perawatan mandiri di rumah; Perawatan luka DM;

Pengaturan diet/gizi diabetes; Peran Keluarga dalam pendampingan pasien

Diabetes; Penyuntikan insulin mandiri; Kegawatdaruratan dalam DM; dan

edukasi-edukasi lain yang berkenaan dengan peningkatan kualitas hidup

penyandang DM tipe 2.

Materi edukasi mengenai hipertensi meliputi pengenalan tanda/gejala dan

penyebab jenis Hipertensi; Pengelolaan dan pencegahan Hipertensi; Mengenal

Hipertensi (definisi, komplikasi, dan penatalaksanaan); Pemeliharaan kesehatan

bagi penderita hipertensi; Penganganan kegawatdaruratan dalam Hipertensi; dan

edukasi-edukasi lain yang berkenaan dengan peningkatan kualitas hidup

penyandang Hipertensi.

Melakukan edukasi kesehatan sangat bermanfaat bagi pasien DM dan

hipertensi. Manfaat dalam melakukan edukasi kesehatan bagi penderita diabetes

dikemukan dalam penelitian Makkiawouda, Elmukashfi and Al-tom (2014) bahwa

pendidikan kesehatan pasien diabetes sangat penting untuk pengendalian diabetes

16
dengan cara memperoleh lebih banyak pengetahuan terutama mengenai tanda dan

gejala penyakit. Manfaat edukasi kesehatan bagi penderita hipertensi

dikemukakan dalam penelitian Babaee et al (2014) mengatakan bahwa pendidikan

kesehatan sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, dapat memperbaiki

manajemen diri, dan mengendalikan gaya hidup yang dapat merugikan pasien.

Selain kegiatan edukasi, kegiatan aktivitas klub Prolanis juga melakukan

kegiatan senam. Senam Prolanis dilaksankan rutin minimal dua kali sebulan dan

diupayakan dilakukan empat kali dalam sebulan. Dengan pertimbangan

keefektifan, setelah kegiatan senam bisa dilanjutkan dengan kegiatan edukasi.

Senam sangat berguna bagi peserta Prolanis yaitu penyandang penyakit

hipertensi dan diabetes. Menurut penelitian Lumempouw, Wungouw and Polii

(2016) mengatakan bahwa pengaruh setelah dilakukan senam pada peserta

Prolanis, ditemukan bahwa terjadi penurunan bermakna terhadap tekanan darah

sistolik dan diastolik setelah senam.

3) Reminder SMS Gateway

Reminder SMS Gateway adalah kegiatan memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin dan disiplin kontrol bulanan kepada Faskes Pengelola

melalui peringatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut (BPJS, 2015).

Menurut penelitian Salameh (2012) mengatakan bahwa sistem sms gateway

sangat berguna pada penderita diabetes karena pasien merasa dekat dengan

dokternya serta meningkatkan rasa aman bagi mereka. Rasa aman dan saling

terhubung sangat penting dalam merawat pasien kronis. Selain itu, reminder sms

gateway juga berfungsi mengingatkan pasien untuk mengingatkan agenda

kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya didukung dalam penelitian Taylor

17
et al., (2012) mengatakan bahwa dengan menggunakan sms pengingat

dibandingkan tidak menggunakan sistem pengingat sms, bisa mengurangi

ketidakteraturan dalam kepatuhan melakukan terapi fisik bagi pasien yang berobat

pada tempat pelayanan fasilitas kesehatan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan remider ini adalah :

a. melakukan mencatatan nomor handphone peserta Prolanis atau Keluarga

peserta

b. memasukkan data nomor handphone peserta kedalam aplikasi SMS

Gateway

c. melakukan pengumpulan data kunjungan per peserta per fasilitas kesehatan

pengelolan

d. mengumpulkan data jadwal kunjungan per peserta per fasilitas kesehatan

pengelola

e. lalu melakukan monitoring aktivitas reminder serta follow up peserta yang

menerima reminder

f. melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat

reminder dengan jumlah kunjungan

g. membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional (BPJS, 2015).

4) Home visit

Home visit adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan dengan mengunjungi

rumah peserta untuk pemberian informasi /pendidikan kesehatan diri dan

lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarganya. Menurut penelitian Hosseini,

Torkani and Tavakol (2013) mengatakan bahwa program kunjungan rumah

memiliki pengaruh positif pada peningkatan self efficacy pada lansia setelah

18
dilakukannya kunjungan rumah jika dibandingakan tanpa dilakukannya

kunjungan rumah.

Sasaran peserta Prolanis dengan kriteria : Peserta baru terdaftar, Peserta

tidak hadir kunjungan di Puskesmas selama 3 bulan berturut – turut, Peserta

dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut – turut, Peserta dengan

tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut – turut, Peserta pasca opname

(BPJS, 2015).

Kegiatan kunjungan rumah diyakini adalah metode yang efektif untuk

manajemen diabetes karena dengan melakukan kujungan rumah sehingga

mempengaruhi kontrol glikemik, manajemendiabetes, serta kunjungan rumah

memperbaiki kualitas hidup, high-density lipoprotein, low-density lipoprotein,

total triglycerides dan self-management (Han et al., 2017). Selain itu, kunjungan

rumah juga berpengaruh pada pasien hipertensi dengan dikombinasikan kegiatan

komunikasi melalui telpon ditambah dengan monitor tekanan darah di rumah

dapat memberikan hasil yang baik bagi pasien hipertensi (Gaudioso et al., 2012).

2.4 Peran petugas tim dalam kegiatan PROLANIS

Pelaksanaan Prolanis dilakukan oleh tim Prolanis yang terdiri dari

penanggungjawab, dokter, perawat, instruktur senam dan tenaga kesehatan

lainnya. Peran Dokter pada fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai care

coordinator dan konsultan bagi peserta penyandang penyakit kronis untuk

mendorong peserta melakukan penerapan pola hidup sehat. Selain itu, dalam

kegiatan Prolanis dokter juga berperan melakukan pemantauan kondisi dan status

kesehatan peserta penyandang penyakit kronis secara rutin dan berkelanjutan serta

memberikan peresepan obat untuk terapi 30 hari dan bertindak sebagai gate

19
keeper dalam rangka pengendalian rujukan ke spesialis atau tingkat lanjutan atau

Rumah Sakit (BPJS Kesehatan, 2016). Selain dokter, perawat juga terlibat dalam

kegiatan Prolanis.

Perawat berperan sebagai care provider (pemberi asuhan) yaitu

memberikan pelayanan asuhan keperawatan menerapkan keterampilan berpikir

kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta membuat

keputusan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan yang koomprenhensif

dan holistik (Kemenkes RI, 2017). Selan itu, peran perawat juga sebagai edukator.

Perawat berperan memberikan edukasi kesehatan yang merupakan salah satu

kegiatan rutin dari aktivitas Prolanis.

Perawat bertanggung jawab sebagai edukator bagi individu, keluarga

maupun kelompok. Edukator adalah peran yang perlu diterapkan dalam promosi

kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan serta salah satu langkah

perawat mempengaruhi klien dalam mengambil keputusan mengenai dirinya dan

gaya hidupnya (Hitchock, Schubert, & Thomas, 2003).

Dokter, perawat, instruktur senam dan petugas kesehatan lainnya terlibat

di setiap kegiatan Prolanis, sehingga dalam melakukan kegiatan Prolanis, tidak

lepas dari peran sebagai kolabolator yakni orang yang bekerja dengan orang lain

untuk mencapai tujuan bersama.

2.5 Peran dan upaya Puskesmas dalam Prolanis

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mengatakan bahwa fasilitas

pelayanan kesehatan menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara

komprehensif baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dengan

20
menyelenggarakan fungsi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya

kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama.

Memasuki era JKN, peran Puskesmas sebagai penyedia layanan primer

semakin terus ditingkatkan. Karena dalam sistem JKN, untuk melakukan

pelayanan kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan

medisnya, sehingga pelayanan kesehatan tidak berpusat lagi pada rumah sakit atau

fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Sehingga FKTP seperti Puskesmas merupakan

tujuan pertama bagi pasien yang mendapatkan masalah kesehatan (BPJS

Kesehatan, 2014c). Sehingga seluruh FKTP termasuk Puskesmas berperan

sebagai Gate Keeper, yaitu FKTP diharapkan mampu menyelesaikan

permasalahan kesehatan sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki FKTP.

yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal

sesuai standar kompetensinya dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai

standar pelayanan medik. Gatekeeper memiliki empat fungsi pokok yaitu: 1)

Kontak pertama pelayanan (First Contact) yaitu FKTP merupakan tempat

pertama yang dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan. 2)

Pelayanan berkelanjutan (Continuity) adalah hubungan FKTP dengan peserta

dapat berlangsung secara berkelanjutan agar penanganan penyakit dapat berjalan

optimal 3). Pelayanan paripurna (Comprehensiveness) adalah FKTP memberikan

pelayanan yang komprehensif terutama untuk pelayanan promotif,

preventif,kuratif dan rehabilitatif. 4). Koordinasi pelayanan (Coordination) adalah

FKTP melakukan koordinasi pelayanan dengan penyelenggara kesehatan lainnya

(BPJS Kesehatan, 2014).

21
Semenjak diberlakukan sistem pembiayaan kapitasi untuk FKTP. Dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan FKTP, pada penyelenggaraan Program

JKN salah satunya dilakukan penerapan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan

komitmen pelayanan. Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen layanan ini adalah

penyesuaian besaran tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian

indikator pelayanan kesehatan perseorangan yang disepakati berupa komitmen

pelayanan FKTP dalam rangka peningkatan mutu layanan. Indikator komitmen

pelayanan yang dilakukan oleh FKTP adalah angka kontak (AK), rasio rujukan

rawat jalan non spesialistik (RRNS), dan rasio peserta Prolanis rutin berkunjung

ke FKTP (RPPB) (Peraturan Kemenkes RI dan BPJS Kesehatan nomor 2, 2017).

Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen layanan ini mewajibkan setiap

FKTP untuk melaksanakan Prolanis, karena Prolanis ini merupakan salah satu

indikator yang dinilai. komitmen pelayanan dan mendapatkan dana kapitasi yang

sesuai. Oleh sebab itu setiap FKTP khususnya Puskesmas wajib melaksanakan

Prolanis agar terpenuhinya semua indikator komitmen pelayanan dan

mendapatkan dana kapitasi yang sesuai.

22
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseppenelitian adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau variabel – variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012)

Faktor :

1. Usia
Pengetahuan Pasien
2. Pekerjaan
Prolanis
3. Pendidikan
4. Sosial budaya
5. umur

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

23
Penjelasan :

Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan Program

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang

dilaksanakan secara terintregitas yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang

menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan

biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi Pengetahuan Pasien Prolanis meliputi

usia, pekerjaan, pendidikan, lingkungan, dan sosial budaya. Aktifitas dalam

Prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis atau edukasi, Home Visit, Reminder,

aktifitas klub, pelayanan obat secara rutin, dan pemantauan status

kesehatan.Aktivitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup: 1) Konsultasi

Medis, 2) Edukasi kelompok peserta Prolanis, 3) Reminder SMS Gateway , 4)

Home visit

24

Anda mungkin juga menyukai