Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang

paling rendah.

9
10

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari


11

formulasi-formulasi yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu:

1) Faktor Internal meliputi:

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2016).
12

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2018).

c) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2016).

d) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam,

2016).
13

e) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat

pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan

secara sosial maupun kultural.

2) Faktor eksternal

a) Informasi

Menurut Nursalam dan Pariani (2015) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan

mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2018), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman

seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik)

c) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula.
14

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), terdapat beberapa cara

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,

atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan

tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b) Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c) Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari


15

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi

penelitian, yaitu:

a) Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan atau diklasifikasikan, akhirnya diambil

kesimpulan umum.

b) Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-

bagiannya yang khusus.

e. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2016), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh

pertanyaan.

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan


16

2. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau

responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat, sakit dan

faktor resiko kesehatan. Sikap merupakan suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap

itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang

lain (Notoatmodjo, 2012).

Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan mendukung

atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung

(Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah suatu pola perilku,

tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan

diri dalam situasi social, atau secara sederhana yang merupakan

respon terhadap stimulasi social yang telah terkoordinasi. Sikap dapat

juga diartikan sebagai aspek atau penilaian positif atau negative

terhadap suatu objek (Rinaldi, 2016).

b. Komponen Sikap

Menurut Notoadmodjo (2012), sikap mempunyai tiga komponen

pokok, yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak.


17

Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk suatu

sikap yang utuh (total attitude) dan dipengaruhi oleh pengetahuan,

pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap mempunyai beberapa tingkatan,

diantaranya :

1) Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau

memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau

informasi tertentu.

2) Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan

memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk

menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan

indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut

terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh individu

tersebut.

3) Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu

untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah mempunyai

sikap positif terhadap suatu objek tertentu.

4) Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu

mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari sesuatu

yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap tertinggi dalam

tingkatan sikap sesorang untuk menerima suatu objek atau ide


18

baru.

c. Pengelompokan Sikap

Sementara menurut Azwar (2013) sikap dapat dikategorikan

kedalam tiga orientasi pemikiran, yaitu :

1) Berorientasi pada respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone,

Rensis Likert dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka,

sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih

operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek

tersebut.

2) Berorientasi pada kesiapan respon

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu.

3) Beroreintasi pada skema triadic

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan

konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang

saing berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku

terhadap suatu. Sikap didefinisikan sebagai keteraturan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan

sekitarnya.
19

d. Fungsi Sikap

Pendekatan fungsional sikap berusaha menerangkan mengapa

kita mempertahankan sikap-sikap tertentu. Hal ini dilakukan dengan

meneliti dasar motivasi, yaitu kebutuhan apa yang terpenuhi bila sikap

itu dipertahankan. Mengemukakan lima fungsi dasar sikap yaitu :

1) Fungsi penyesuaian

Yaitu sikap yang dikaitkan dengan praktis atau manfaat dan

menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.

2) Fungsi pembela ego

Yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari

kecemasan atau ancaman harga dirinya.

3) Fungsi expresi nilai

Yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambl individu

bersangkutan.

4) Fungsi pengetahuan

Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin

mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan,

yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Fungsi penyesuaian emosi

Yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan

lingkungannya (Suryati, 2015).


20

e. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap

terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode

pengukuran sikap adalah metode Self Report dan Pengukuran

Involuntary Behavior :

1) Observasi Perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita

dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah

satu indikator sikap individu.

2) Penanyaan Langsung

Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya

sendiri, ia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang

dirasakannya.

3) Pengungkapan Langsung

Pengungkapan secara tertulis yang dapat dilakukan dengan

menggunakan item tunggal yaitu member tanda setuju atau tidak

setuju, maupun menggunakan item ganda yang dirancang untuk

mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan suatu objek

sikap.

4) Skala Sikap

Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan

mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap


21

pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan

intensitas sikap seseorang.

5) Pengukuran Terselubung

Metode pengukuran terselubung objek pengamatannya bukan

lagi perilaku tampak yang disadari atau disengaja dilakukan oleh

seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi diluar

kendali orang berangkutan (Azwar, 2013).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan menanyakan

pendapat responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo dalam Wawan

dan Dewi, 2011). Sedangkan pengukuran secara tidak langsung

menurut Arikunto (2016) adalah dengan menggunakan tes. Sikap

merupakan ungkapan positif atau negatif terhadap suatu objek yang

sifatnya individual dan tidak dapat dinilai sebagai benar dan salah,

sehingga sikap akan diinterpretasikan sebagai setuju atau tidak setuju.

Menurut Notoatmodjo (2014), pembagian kategori sikap dapat

dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1) Sikap positif jika Thitung > Tmean

2) Sikap negatif jika Thitung ≤ Tmean

3. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai


22

saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2016).

Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi

perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik. Remaja pada tahap

tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi,

tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah

pada masa remaja (Pratiwi, 2012).

b. Tahapan Remaja

Menurut Sarwono (2016), ada tiga tahap perkembangan remaja,

yaitu :

1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas

dan mulai berfikir abstrak.

2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.

Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada

kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada

dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan

karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja
23

madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan

jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja

mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

3) Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa

yang ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan publik.

c. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja

Menurut Ali (2015), karakteristik perkembangan sifat remaja

yaitu:

1) Kegelisahan

Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai

banyak angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di

masa depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai angan-angan

yang sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum

memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.


24

2) Pertentangan

Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan

karena sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang

tua. Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan

kebingungan dalam diri remaja tersebut.

3) Mengkhayal

Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan,

akibatnya remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan

menyalurkan khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua

khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja bisa

bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat

direalisasikan.

4) Akitivitas berkelompok

Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan

mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan

semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar

dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman

sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara

berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi

bersama.

5) Keinginan mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi


25

(high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu,

dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami

sebelumnya.

d. Perkembangan remaja

1) Perkembangan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja.

Kematangan seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan

seksual secara primer dan sekunder. Perubahan secara primer

berupa perubahan fisik dan hormon penting untuk reproduksi,

perubahan sekunder antara lakilaki dan perempuan berbeda (Potter

& Perry, 2014).

Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan

suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah

dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat

menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur

dan diawali dengan mimpi basah (Sarwono, 2016).

Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh

seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak

kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan

menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan

bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak

dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui


26

vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2016).

2) Perkembangan emosi

Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan

perkembangan hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat

labil. Remaja belum bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya

dengan sepenuhnya (Sarwono, 2016).

3) Perkembangan kognitif

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam

menyelesaikan masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat

berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif.

Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan

beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry,

2014).

4) Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja

pada kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik

dengan lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya

menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik

yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat

menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu

dan tidak percaya diri (Potter& Perry, 2014).


27

4. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Menurut Kemenkes RI (2019), Kesehatan reproduksi adalah

kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh

pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta

proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit

dan kecacatan.

b. Perubahan Fisik Yang Mulai Menandai Kematangan Reproduksi

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai

kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.

Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

1) Perubahan seks primer

Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya

alat-alat reproduksiyaitu ditandai dengan haid pada wanita dan

mimpi basah pada laki-laki.

2) Perubahan seks sekunder

Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim

dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan

sekitar kemaluan atau pubis. Pada remaja laki-laki yaitu terjadi

perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar

bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar,


28

badan berotot, tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar

kemaluan dan ketiak (Kemenkes RI, 2015)

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor

yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (Taufan,

2016) yaitu:

1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,

tingkat pendidikanyang rendah dan kurangnya pengetahuan tentang

perkembangan seksual danproses reproduksi, serta lokasi tempat

tinggal yang terpencil).

2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang

berdampakburuk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak

anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang

membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu

dengan yang lain, kurangnya peran orang tuadalam mendidik dan

menawasi anak, dsb).

3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja,

depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga

wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).

4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi

pasca penyakit menular seksual).

d. Ruang Lingkup Kesehatan Repruduksi

Secara garis besar, ruang lingkup kesehatan reproduksi


29

(BKKBN, 2016) meliputi:

1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

2) Kesehatan reproduksi remaja

3) Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual dan

napza yangdapat berakibat pada HIV/AIDS

4) Kesehatan reproduksi pada usia lanjut

Uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja berdasarkan

pada pendekatan siklus kehidupan, yakni memperhatikan kekhususan

kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,

serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Ini dikarenakan

masalah kesehatan reproduksi padasetiap fase kehidupan dapat

diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan baik maka akan

berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya Salah satu

ruanglingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan adalah

kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari program kesehatan

reproduksi remaja adalah untuk membanturemaja agar memahami

kesehatan reproduksi, sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku

sehat serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan

reproduksi (Widyastuti dkk., 2012).

e. Perkembangan Kesehatan Reproduksi Remaja

Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu

pada diriseseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.

Seiring denganbertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun


30

mengalami perkembangan danpada akhirnya akan mengalami

kematangan. Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai

berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh

jugamempengaruhi dorongan seks remaja (BKKBN, 2016).

Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan

seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain

dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan

organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai

menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik

maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap

perilakuseksual individu remaja tersebut (Mappiare, 2012).

Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini,

seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya

sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak

berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara

fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20 – 30 tahun.

Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam. Misalnya,

sebelum wanita berusia 20 tahun secara fisik kondisi organ reproduksi

seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan

dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini

wanita belum cukup matang dan dewasa. Ibu muda biasanya

kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya

pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan dirike pusat


31

pelayanan kesehatan (BKKBN, 2016).

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait

dengan masaawal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah

perilaku seks bebas (freesex) masalah kehamilan yang terjadi pada

remaja usia sekolah diluar pernikahan,dan terjangkitnya penyakit

menular seksual termasuk HIV/AIDS (BKKBN, 2016).

f. Hak-Hak Reproduksi

Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi

Internasional Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk

mewujudkan kesehatan bagiindividu secara utuh, baik kesehatan

jasmani maupun rohani, meliputi :

a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi

b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan

reproduksi

c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi

d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan

e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan

reproduksinya

g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk

termasukperlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan

pelecehan seksual

h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang


32

berkaitan dengankesehatan reproduksinya

i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya

j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan

berkeluargadan kehidupan reproduksi

l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

yang berkaitandengan kesehatan reproduksi (Widyastuti, 2012).

g. Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja

Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik, pada

saat usiaremaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

ini berdampakmacam-macam pada fisik dan jiwa remaja. Secara fisik

akan muncul apa yangdisebut sebagai tanda-tanda seks sekunder

seperti payudara membesar, bulu-bulukemaluan tumbuh, haid pada

perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara psikologis muncul

dorongan birahi yang besar tetapi juga secara psikologis merekamasih

dalam peralihan dari anak-anak kedewasa. Secara biologis aktivitas

organ danfungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara

psikoloogis aktivitas organdan fungsi reproduksi mereka meningkat

pesat tetapi secara psikologis dansosiologis mereka dianggap belum

siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antaraberbagai

perkembangan tersebut membuat mereka juga beresiko

mengalamimasalah kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi

tersendiri (Widyastuti, 2012).


33

5. Program PIK – KRR

a. Pengertian Pusat Informasi Konseling (PIK) atau pendidikan sebaya

Merupakan suatu wadah kegiatan program Penyiapan Kehidupan

Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang dikelolah dari, oleh dan untuk remaja

guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan

reproduksi (kespro) serta perencanaan kehidupan berkeluarga (Sumantri,

2014).

Menurut Erwandi (2014), mengatakan pendidik sebaya diperlukan

karena:

1) Pendidik sebaya menggunakan bahasa yang kurang lebih sama dengan

teman sebaya

2) Mengemukakan pikiran dan perasaan di hadapan pendidik sebaya

3) Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai

4) Pendidik Sebaya memberikan pelayanan besar yang efektif dengan biaya

sedikit.

b. Sasaran dan Ruang Lingkup

1) Sasaran

Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan,

pengelolaan, pelayanan dan pembinaan PIK Remaja, sebagai berikut:

a) Pembina

1) Pembina PIK-R adalah seseorang yang mempunyai kepedulian

yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberi

dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari

Pemerintah,
34

2) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi

kepemudaan/remaja lainnya, seperti : Pemerintah: Kepala

desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan SKPDKB.

3) Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi

masyarakat (seperti: pengurus masjid, pastor, pendeta, pedande,

biksu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda.

4) Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio dan

TV)Rektor/Dekan, kepala SLTP, SLTA, pimpinan pondok

pesantren, komite sekolah.

5) Orang tua, melalui program Bina Keluarga Remaja (BKR),

majelis ta‘lim, program PKK.

6) Pimpinan kelompok sebaya melalui program Karang Taruna,

pramuka, remaja masjid/gereja/vihara.

b) Pengelola PIK-R

Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang punya

komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti

pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard

yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK

Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan

Kegiatan, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya (BKKBN, 2013) .

c) Pendidik Sebaya

Dalam PIK R ada Pendidik Sebaya (PS) sebagai nara sumber

untuk kelompok remaja sebayanya dan telah mengikuti pelatihan.

sedangkan PS yang belum dilatih dengan mempergunakan Panduan


35

Kurikulum dan Modul Pelatihan yang telah disusun oleh BKKBN

d) Konselor Sebaya

Konselor Sebaya (KS) adalah Pendidik Sebaya yang

memberikan konseling untuk kelompok remaja sebayanya dan telah

mengikuti pelatihan. Sedangkan KS yang belum dilatih dengan

mempergunakan Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan yang

telah disusun oleh BKKBN.

c. Tujuan PIK-R

Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi

PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life Skills),

pelayanan konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu, juga dikembangkan

kegiatan-kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan kebutuhan remaja

untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka tegar Keluarga guna

mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

d. Tahapan Pengembangan dan Pengelolaan PIK-R PIK

Remaja dikembangkan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu tahap TUMBUH,

TEGAK, dan TEGAR. Proses pengembangan dan pengelolaan masing-

masing tahapan tersebut didasarkan pada :

1) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan

2) Ciri Kegiatan yang dilakukan

3) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki.

Adapun ciri-ciri setiap tahapan sebagai berikut:

1) PIK Remaja Tahap TUMBUH

a) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan:

(1) TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan


36

(2) Pendalaman materi TRIAD KRR dan pendewasaan usia

perkawinan

(3) Pemahaman tentang Hak-Hak Reproduksi

b) Kegiatan yang dilakukan:

(1) Kegiatan dilakukan di tempat PIK Remaja

(2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) dalam lokasi PIK

Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok

(3) Menggunakan media cetak

(4) Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir

(terlampir)

c) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki:

(1) Ruang khusus

(2) Memiliki papan nama, ukuran minimal 60 cm x 90 cm, dan

dipasang ditempat yang mudah dilihat oleh khalayak

(3) Struktur pengurus paling tidak memiliki: Pembina, Ketua,Bidang

Administrasi, Bidang Program/Kegiatan, PS dan KS

(4) Dua orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses

(5) Lokasi PIK Remaja yang mudah diakses dan disukai oleh remaja

2) PIK Remaja Tahap TEGAK

a) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan:

(1) TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan

(2) Pendalaman materi TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia

Perkawinan

(3) Pemahaman tentang Hak-Hak Reproduksi

(4) Keterampilan hidup (Life Skills)


37

(5) Keterampilan advokasi

b) Kegiatan yang dilakukan:

(1) Kegiatan yang dilakukan di dalam dan di luar PIK Remaja

(2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK

Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok

(3) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di luar PIK Remaja

antara lain:

(a) Sosialisasi dan Dialog Interaktif melalui Radio/TV Press

Gathering

(b) Pemberian Informasi PKBR dan KRR oleh Pendidik Sebaya

kepada remaja seperti di pasar, jalanan, sekolah, Masjid,

Gereja, Vihara, Banjar, dan lain-lain.

(c) Seminar PKBR

(d) Road Show PKBR ke sekolah, Masjid, Gereja, Vihara,

Banjar, dan lain-lain.

(e) Promosi PIK Remaja melalui TV, Radio, Majalah, Surat

Kabar.

(f) Pemberian informasi PKBR dalam momentum strategis

(Pentas seni, Hari-hari besar nasional dan daerah, Hari

keluarga Nasional, Hari Remaja, Hari Anti Narkoba, hari

AIDS, Kemah Bhakti Pramuka, dan Gerakan Penghijauan).

(g) Diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga

(h) Sosialisasi PKBR bagi calon pengantin

(i) Penyampaian informasi PKBR melalui Mobil Unit

Penerangan
38

c) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki:

(1) Ruang sekretariat dan ruang pertemuan

(2) Struktur pengurus paling tidak memiliki Pembina, Ketua, Bidang

Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS, KS

(3) Memiliki papan nama, ukuran minimal 60cm x 90 cm dan

dipasang di tempat yang mudah dilihat oleh khalayak

(4) Empat orang Pendidik sebaya yang dapat diakses

(5) Lokasi mudah diakses dan disukai remaja

(6) Dua orang Konselor Sebaya yang dapat diakses

(7) Jaringan mitra kerja dengan pelayanan medis dan non medis

3) PIK Remaja Tahap TEGAR

a) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan:

(1) TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan

(2) Pendalaman materi TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia

Perkawinan

(3) Pemahaman tentang Hak-Hak Reproduksi

(4) Keterampilan hidup (Life Skills)

(5) Keterampilan advokasi

b) Kegiatan yang dilakukan:

(1) Kegiatan yang dilakukan di dalam dan di luar PIK Remaja

(2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK

Remajaberada,misalnya penyuluhan individu dan kelompok.

Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di luar PIK Remaja

antara lain:
39

(a) Sosialisasi dan Dialog Interaktif program PKBR melalui

Radio/TV

(b) Press Gathering

(c) Pemberian Informasi PKBR dan KRR oleh Pendidik Sebaya

kepada remaja sepertidi pasar, jalanan, sekolah, Masjid,

Gereja, Vihara, Banjar, dan lain-lain.

(d) Seminar PKBR

(e) Road Show PKBR ke sekolah, Masjid, Gereja, Vihara,

Banjar, dan lain-lain.

(f) Promosi PIK Remaja melalui TV, Radio, Majalah, Surat

Kabar.

(g) Pemberian informasi PKBR dalam momentum strategis

(Pentas seni, Hari-haribesar nasional dan daerah, Hari

keluarga Nasional, Hari Remaja, Hari AntiNarkoba, hari

AIDS, Kemah Bhakti Pramuka, dan Gerakan Penghijauan).

(h) Diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga

(i) Sosialisasi PKBR bagi calon pengantin

(j) Melakukan konseling PKBR melalui SMS, Telepon, Tatap

Muka, dan Surat-menyurat

c) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki:

(1) Ruang sekretariat dan ruang pertemuan

(2) Struktur pengurus paling tidak memiliki Pembina, Ketua, Bidang

Administrasi, BidangProgram dan Kegiatan, PS, KS

(3) Memiliki papan nama, ukuran minimal 60cm x 90 cm dan

dipasang di tempat yangmudah dilihat oleh khalayak


40

(4) Empat orang Pendidik sebaya yang dapat diakses

(5) Lokasi mudah diakses dan disukai remaja

(6) Jaringan mitra kerja dengan pelayanan medis dan non medis

(7) Empat orang Konselor Sebaya yang dapat diakses

(8) Memiliki hotline/SMS konseling

(9) Memiliki perpustakaan sendiri

(10) Jaringan dengan:

(a) Kelompok Remaja Sebaya

(b) Orang tua

(c) Guru-guru sekolah

(d) PIK Remaja lain, dan lain-lain

(e) Organisasi induk pembina PIK Remaja

e. Indikator Keberhasilan

Terwujudnya PIK-KRR tahap Tumbuh di desa, kecamatan,

sekolah/pesantren, Perguruan Tinggi, mesjid, gereja, mall, tempat kerja dll.

f. Evaluasi Keberhasilan

Tahap ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembentukan

PIK-R sudah/belum tercapai, masalah-masalah yang dihadapi baik yang

berhubungan denganpihak-pihak terkait (sasaran) maupun berhubungan

dengan proses yang telah dilalui. Kegiatan evaluasi ini akan lebih efektif

untuk ditindak lanjuti apabila dilakukan secara bersama-sama dengan

sasaran-sasaran yang terkait.


41

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2012)

Independent Dependent

Pengetahuan
PIK – KRR tentang
Kesehatan Reproduksi
Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


Sumber : (Modifikasi Notoatmodjo, 2018 dan Arikunto, 2016)

C. Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti

“kurang dari” dan thesis yang brarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya

(Notoadmojo, 2018).

1. Ha : Ada perbedaan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja pada program PIK – KRR di SMPN 3

Sikur.

2. Ho : Tidak ada perbedaan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja pada program PIK – KRR di SMPN 3

Sikur.

Anda mungkin juga menyukai