Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui, yang terjadi setelah

seseorang mempersepsikan suatu objek tertentu. Persepsi terjadi

melalui indera manusia ( penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan sentuhan). Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan suatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku

manusia (open behavior) (Notoadmojo, 2010).

Menurut Hidayat (2007), pengetahuan (Knowlegde) adalah suatu

proses yang menggunakan panca indera dan dilakukan oleh

seseorang pada suatu objek tertentu untuk menghasilkan

pengetahuan dan keterampilan (Heckman at al., 2018).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010) Tingkat Pengetahuan di dalam

Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan.

a Tahu ( know )

Tahu didefinisiska sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumya. Tingkat tahu adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang


dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karna

itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisi kan,

menyatakan, dan sebagainya.

b Memahami (comprehension)

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk

menggambarkan dengan benar suatu objek yang diketahui

dan menginterpretasikan materi dengan benar. Mereka

yang sudah memahami objek atau materi harus mampu

menjelaskan, memberi contoh, menarik kesimpulan, dan

membuat prediksi tentang objek yang diteliti.

c Aplikasi (aplication)

Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang diselidiki dalam situasi atau

kondisi nyata (nyata). Penerapan di sini dapat diartikan

sebagai penerapan atau penggunaan hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam keadaan lain.

d Analisis (analysis)

Analisis adalah keterampilan menggambarkan bahan atau

objek dalam suatu komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi dan saling terkait. Kemampuan analisis ini


ditunjukkan dengan penggunaan kata kerja seperti

mendeskripsikan, membedakan, memisahkan, dan

mengelompokkan.

e Sintesis (synthesis)

Sintesis mengacu pada kemampuan untuk menempatkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam hutan baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk

meresepkan formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.

f Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini mengacu pada kemampuan untuk menetapkan

atau menilai materi atau item. Penilaian didasarkan pada

kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah

ada.

3. Klasifikasi pengetahuan

Menurut Riyanto (2013) dalam Daeli (2017) menyatakan bahwa

jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:

a Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisist adalah pengetahuan yang masih

tertanam dalam bentuk pengalaman sendiri dan

mengandung unsur-unsur yang tidak realistis seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan

seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik

secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan tacit sering kali


mencakup kebiasaan dan budaya yang bahkan mungkin

tidak disadari.

b Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang

didokumentasikan atau dilestarikan dalam bentuk nyata.

Bentuknya bisa berupa perilaku sehat. Pengetahuan nyata

dijelaskan dalam perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan.

4. Faktor – factor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmojdo (2007), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu (Heckman at al., 2018):

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha seumur hidup untuk

mengembangkan keterampilan baik di dalam maupun di

luar sekolah. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah

mendapatkan informasi. Dapat ditekankan bahwa seseorang

yang berpendidikan rendah bukan berarti mutlak diperoleh

dari pendidikan yang formal tetapi dapat pula diperoleh dari

pada Pendidikan non formal.

2) Mass Media/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek dan menyebabkan perubahan pengetahuan.


3) Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan yang dilakukan oleh individu tanpa

memperhatikan apakah yang dilakukan itu baik ataukah

buruk. Status ekonomi menentukan tersedianya fasilitas

untuk kegiatan tertentu.

4) Lingkungan

Segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik fisik,

biologis maupun social.

5) Pengalaman

Pengalaman ini akan menghasilkan pemahaman yang

berbeda bagi tiap individu. Pengalaman mempunyai kaitan

dengan pengetahuan. Semakin banyak pengalaman maka

semakin banyak menambah pengetahuan.

6) Usia

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikir seseorang.

7) Persepsi

Pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang

mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun obyeknya

sama.

8) Motivasi
Dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan

tertentu. Hasil dorongan ini akan terwujud dalam bentuk

perilaku.

5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut kholid (2015) dalam Sulhandika (2019) cara untuk

memperoleh pengetahuan dibedakan menjadi 2 yaitu:

a Cara tradisional atau nonilmiah

Cara tradisional atau nonilmiah ini dibedan menjadi 4 yaitu:

1) Cara coba salah (trial and error)

Metode ini digunakan oleh manusia sebelum adanya

budaya, dan bahkan mungkin sebelum adanya

peradaban. Metode coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam penyelesaian,

dan jika opsi itu tidak berhasil, maka akan mencoba

opsi lain.

2) Cara kekuasaan atau otoriter

Prinsip metode ini adalah orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

melakukan kegiatan tersebut tanpa terlebih dahulu

mengkonfirmasi atau membuktikan kebenarannya,

berdasarkan fakta empiris atau penalaran mereka

sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka yang


menerima pendapat ini berpikir bahwa apa yang

dikatakan itu benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan

cara untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan mengulangi pengalaman

yang diperoleh dalam pemecahan masalah masa

lalu. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua

pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang

untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan

benar. Hal ini membutuhkan pemikiran kritis dan

logis.

4) Melalui jalan fikiran

Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi. Induksi adalah

proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan khusus pada umum. Deduksi

adalah proses pembuatan kesimpulan dari

pernyataan umum ke khusus

b Cara modern atau ilmiah

Cara-cara baru atau modern untuk memperoleh

pengetahuan saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.


Kesimpulan ditarik melalui pengamatan langsung dan

mencatat semua fakta sehubungan dengan objek

penelitiannya.

6. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawan cara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman penge tahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuai kan dengan

tingkatan-tingkatan pengetahuan ( Notoatmodjo, 2010).

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seorang dapat diketahui dan

diiterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu(Gide,

2018):

a Baik, bila subjek menjawab benar 76%-100% seluruh

pertanyaan.

b Cukup, bila subjek menjawab benar 56%-75% seluruh

bertanyaan.

c Kurang, bila subjek menjawab benar <56% seluruh

pertanyaan.

B. Konsep Hipertensi

C. Konsep Perilaku

1. Pengertian perilaku
Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh

sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai

dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing masing.

Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,

dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar(Notoatmodjo, 2012).

Skinner (1938) seorang ahli psikologi mendefinisikan perilaku

sebagai respon atau tanggapan seseorang terhadap suatu

rangsangan (stimulus eksternal). Oleh karena itu, perilaku manusia

terjadi melalui proses: reaksi. Oleh karena itu, teori ini disebut

teori Stimulus Organisme Respons “SOR”. Selain itu, teori Skinner

menjelaskan bahwa ada dua jenis respon(Sulhandika, 2019).

a Respondent respons atau refleksif, yaitu Respons yang

dipicu oleh stimulus tertentu (stimulus) disebut eliciting

stimuli karena memicu respons yang relatif tetap.

Misalnya, makanan enak itu menggugah selera, dan cahaya


terang menyebabkan reaksi dengan mata tertutup.

Tanggapan responden juga mencakup perilaku emosional.

Misalnya, mendengarkan berita tentang bencana

menyebabkan kesedihan, dan mendengarkan berita tentang

kebahagiaan atau berita bahagia menyebabkan sukacita.

b Operant respons atau instrumental respons, yaitu suatu yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau

rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut

reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk

memperkuat respons. Misalnya, apabila seorang petugas

kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai

respons terhadap gaji yang cukup, misalnya (stimulus).

Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus

untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik

tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi

pekerjaan.

2. Klasifikasi perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu ( Notoatmodjo, 2012):

a Perilaku tertutup (covert behaviour)

Suatu respon seseorang terhadap terhadap stimulus dalam

bentuk tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi penge


tahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada seseorang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert

behavior atau unobservable behavior, misalnya: seorang ibu

hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda

tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan

seks, dan sebagai nya. Bentuk perilaku tertutup lainnya

adalah sikap, yakni penilaian terhadap objek.

b Perilaku terbuka (overt behaviour)

Suatu Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,

yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang

lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata

atau praktik misal, seorang ibu memeriksakan

wekehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas

untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara

teratur, dan sebagainya.

3. Faktor – factor yang mempengaruhi perilaku

Teori Lawrence Green menyebytkan bahwa perilaku ditentukan

atau dibentuk oleh tiga faktor (Notoatmodjo, 2012):


a Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang ter

wujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan

nilai-nilai, dan sebagainya.

b Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan

sebagainya.

c Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masya rakat.

4. Pembentukan perilaku

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini

menurut skinner adalah sebagai berikut ( Notoatmodjo, 2012)

a Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards

bagi perilaku yang akan dibentuk.

b Melakukan analisis untuk mengidentifikasi koponen-

komponen kecil yang membentuk perilaku yang

dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut

disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya perilaku yang dimaksud.


c menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai

tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau

hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d Gunakan urutan komponen yang ditempatkan untuk

melakukan pembentukan tindakan. Apabila komponen

pertama telah dilakukan maka hadianya diberikan. Hal ini

akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)

tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku

ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen

(perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama

tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang

sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan

dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai

seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

5. Perilaku kesehatan

perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok (Notoatmodjo, 2012)

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

merupakan perilaku atau usaha seseorang untuk

memelihara kesehatan agar tidak sakit dan suatu usaha


melakukan penyembuhan jika sakit. Perilaku pemeliharaan

terdiri dari tiga aspek:

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan

penyakit jika sakit, serta pemulihan kesehatan

bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang

dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa

kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari

itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal

mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan

dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan

kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan

minuman dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

penyakit. Hal ini sangat tergantung pada peri laku

orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

b) perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)

merupakan Perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan

sese orang pada saat menderita penyakit dan atau

kecelakaan. Tindak an atau perilaku ini dimulai dari


mengobati sendiri (self treat ment) sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

c) Perilaku kesehatan lingkungan, Bagaimana seseorang

merespons lingkungan, baik lingkung an fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya, sehingga ling kungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan

perkataan lain, bagaimana seseoran mengelola

lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya

sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana

mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat

pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan ini (Notoatmogjo, 2012).

a. Perilaku hidup sehat (healthy life style) merupakan Perilaku

yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan individu untuk

mempertahankan dan meningkatkan gaya hidup sehat atau

kesehatanya. Perilaku ini mencakup antara lain:

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu

seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat

gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti

jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh

(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).


2) Olahraga teratur, mencakup kualitas (gerak), dan

kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan

untuk olahraga atau aktivitas fisik selain olahraga.

3) Tidak merokok, merokok merupakan perilaku buruk

yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.

4) Tidak mengkonsumsi alkohol dan narkoba, kebiasaan

minum alcohol atau miras dan megkonsumsi narkoba

juga cenderung meningkat. Sekitar 1 % penduduk

Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai

kebiasaan minuman keras ini.

5) Istrahat cukup, dengan meningkatnya kebutuhan

hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan

lingkungan modern mengharuskan orang untuk

bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang

waktu istirahat. Hal ini dapat juga membahayakan

kesehatan.

6) Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa

saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi

kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan

hidup yang keras seperti. Kecenderungan stress

akan meningkat pada setiap orang. Stress tidak

dapat kita hindari, yang penting agar stress tidak

menyebabkan gangguan kesehatan, maka kita harus


dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan

kegiatan-kegiatan yang positif.

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi

kesehatan, misalnya: tikal merokok, olahraga teratur

dan lain sebagainya

b Perilaku sakit (illness behaviour), peran sakit ini mencakup

respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, presepsinya

terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala

penyakit, pengobatan penyakit, dan lain sebagainya.

c Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), dari segi

psikologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup

hak- hak dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan

kewajiban ini harus diketa hui oleh orang sakit sendiri maupun

orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut

perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:

a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b) Mengetahui sarana dan prasarana kesehatan yang

layak

c) Mengetahui hak (misal: hak untuk memperoleh

perawatan) dan kewajiban orang sakit (misal:

memberitahukan penyakit kepada orang lain

terutama kepada petugas kesehatan).

6. Cara pengukuran perilaku

Daftar pustaka bab 2


Daeli, F. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Hipertensi

Dengan Upaya Pengendalian Hipertensi Di Uptd Puskesmas Kecamatan

Gunungsitoli Selatan Kota Gunungsitoli Tahun 2017. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan, 4–16.

Gide, A. (2018). prilaku kesehatan. Angewandte Chemie International Edition, 5–

24.

Heckman, J. J., Pinto, R., & Savelyev, P. A. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan

Perilaku Dengan Indeks Kebersihan Mulut Pada Remaja Dusun Gonoharjo

Kabupaten Kendal. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–

952., 1–15.

Sulhandika. (2019). hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku

pencegahan stroke pada pasien hipertensi d rsud labuang baji kota makasar.

Yayasan Perawat Sulawesi Selatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Panakkukang, (2), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai