Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep,

dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

termasuk manusia dan kehidupannya (Dua dan Sonny Keraf, 2001 : 22).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu kedua penglihatan, penciuman, rasa

dan raba. Pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka (overt behavior) (Sunaryo, 2004 : 24).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya yang dipelajari antara lain menyebutkan dan sebagainya.

6
7

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami dapat

menjelaskan, memberi contoh dan menyimpulkan.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi riil (sebenarnya).

Misalnya penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau obyek kedalam

komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain, ukuran kemampuan adalah dapat

menggambarkan, membuat bagan, membedakan dan memisahkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagan didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan ini adalah menyusun, meringkas, merencanakan, dan

merryesuaikan suatu materi/rumusan masalah yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu

obyek didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).


8

3. Cara Memperoleh Pengetahuan ,

Berdasarkan berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu :

a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh

pengetahuan sebelum diketemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain:

1) Cara-coba salah (trial and error)

Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui

cara coba atau `trial and error'. Cara ini telah dipakai

orang sebelum ada kebudayaan atau peradaban.

2) Cara otoritas atau kekuasaan

Para pemegang otoritas baik pemimpin pemerintah tokoh

agama maupun ahli pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan

pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain tanpa

menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas tanpa terlebih dulu menguji atau

membuktikan fakta empiris ataupun berdasarkan

penalaran sendiri.
9

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi

pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman

pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan perkembangan umat manusia, cara berfikir

manusia juga berkembang. Manusia mnampu

menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuan,

dengan kata lain dalam memperoleh pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

b. Cara modern.

Cara modern memperoleh pengetahuan lebih sistematis,

logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau

metodologi penelitian. Cara ini semula dikembangkan Francis

Baron kemudian dijadikan dasar mengembangkan metode

penelitian lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan

proses berfikir deduktif-induktif-verifikatif seperti dilakukan


10

Newton Galileo. Akhirnya lahir metode penelitian ilmiah

(Scientific Research Method) (Notoatmodjo, 2005).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan test

yang menanyakan isi materi yang ingin diukur kedalam

pengetahuan yang diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan

informasi (Mubarak, dkk, 2007: 30). Secara terperinci dari setiap

faktor diuraikan di bawah ini.

a. Faktor Internal

1) Umur

Memori/daya ingat seseorang itu salah satunya

dipengaruhi oleh umur seseorang, dapat berpengaruh pada

bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi

pada umur tertentu/menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan 1 mengingat suatu pengetahuan berkurang.

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

fisik dan psikologis. Pertumbuhan fisik ada empat

kategori, pertama perubahan ukuran, kedua perubahan

proporsi, ketiga hilangnya ciri lama, keempat timbulnya


11

ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada

tingkat psikologis taraf berpikir seseorang semakin

matang dan dewasa (Mubarak, dkk, 2007).

2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan yang

menunjukkan tingkat kecerdasan, berpikir tajam atau

berakal, semakin tinggi intelegensi seseorang maka orang

tersebut akan semakin cerdas. Dapat diketahui intelegensi

seseorang itu memerlukan besarnya pengetahuan yang

diperolehnya, karena orang yang intelegensinya tinggi

kemarnpuan untuk menyerap ilmu pengetahuan juga baik.

3) Pendidikan

Pendidikan adalah kegiatan/proses pembelajaran

untuk mengembangkan/meningkatkan kemampuan

tertentu sehingga sasaran dapat berdiri sendiri atau

mandiri. Crow dikutip Fitri (2008) mengatakan bahwa

pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk

mempertahankan individu dengan kebutuhan yang

senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk

dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk

memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan

memahami elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan

juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai


12

akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman dan

belajar. Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan

terhadap individu untuk menghasilkan perubahan yang

tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya

(Thompson) dalam Fitri (2008).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

Fitri (2008), pendidikan diartikan sebagai proses

pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan

dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek

tertentu dan spesifik. Pengetahuan diperoleh secara formal

yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan

perilaku sesuai pendidikan yang telah diperolehnya. Suatu

rumusan baku secara nasional, pendidikan adalah usaha

sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya

di masa yang akan datang (Hamalik, 2008).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang pada orang lain agar dapat memahami. Semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi, dan akhirnya makin banyak pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya tingkat pendidikan rendah akan

menghambat sikap terhadap penerimaan informasi dan

nilai baru yang diperkenalkan (Mubarak, dkk, 2007).


13

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil

peradapan bangsa yang dikembangkan atas dasar

pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma

masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat

pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan

tujuan pendidikannya (Ihsan, 2008 : 2).

4) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan perbuatan yang dilakukan tidak

terputus-putus, secara terang-terangan dan dalam

kedudukan tertentu (Caray, 2008). Pekerjaan berkaitan

dengan lapangan atau dunia kerja di masyarakat

(Hamalik, 2008). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik

secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, dkk,

2007).

5) Pengalaman ,

Pengalaman sesearang adalah guru terbaik. Pepatah

tersebut dapat diambil bahwa pengalaman merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi juga dapat diperoleh

dengan cara untuk memperoleh pengetahuan dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.


14

b. Faktor Eksternal

1) Adat Istiadat

Tata kelakuan yang kekal dan diperkuat integrasinya

dengan pelan perilaku masyarakat mengikuti adat istiadat.

Adat istiadat yang mengikat akan menghambat tingkat

pengetahuan seseorang.

2) Penyuluhan

Melalui metode penyuluhan pengetahuan seseorang juga

dapat meningkat sehingga dengan bertambahnya

pengetahuan seseorang akan merubah sikap dan

perintahnya.

3) Media Massa

Media massa mempunyai peranan penting terhadap

meningkatnya pengetahuan. Apa yang dibaca dan dilihat

akan berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan

kepribadian dan intelektual seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar kita,

keluarga merupakan lingkungan terdekat dimana individu

pertama kali mendapat bekal pengetahuan. Lingkungan

yang baik akan mendukung pengembangan pengetahuan

seseorang.
15

B. Konsep Dampak Pernikahan Dini

Pernikahan dini dalam usia muda, menurut Edi Nur Hasmi, psikolog

yang juga Direktur Remaja dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, memiliki dua

dampak cukup berat. Segi fisik, remaja belum kuat, tulang panggulnya terlalu

kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Oleh karena itu

pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya pada usia 20–30 tahun.

Berdasarkan dari segi mentalpun, emosi remaja belum stabil (BKKBN, 2007).

Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat

itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja, boleh dibilang baru

berhenti pada usai 19 tahun. Pada usia 20-24 tahun dalam psikologi dikatakan

sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari

gejolak remaja ke dewasa yang lebih stabil, kalau pernikahan dilakukan

kurang 20 tahun remaja masih ingin bertualang menemukan jati diri.

Dampak lain adalah timbulnya depresi berat akibat pernikahan dini. Hal

ini bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert

(tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi

pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizophrenia atau

dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada

pribadi ekstrovet (terbuka) sejak kecil, si remaja terdorong melakukan hal

aneh untuk melampiaskan amarahnya (BKKBN, 2007).


16

C. Komplikasi Kehamilan

1. Definisi Hamil

Kehamilan adalah proses yang merupakan mata rantai yang

berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi

migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot,

terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm” (Manuaba, 2002).

2. Definisi Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan menurut Prawirohardjo sebagaimana dikutip

Perhusip (2010) adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.

3. Jenis Komplikasi Kehamilan

Menurut Depkes RI sebagaimana dikutip Perhusip (2010) jenis

komplikasi kehamilan meliputi perdarahan, pre-eklamsi dan infeksi.

a. Perdarahan

Menurut Depkes RI sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dua

kelompok yaitu perdarahan antepartum dan postpartum. Perdarahan

antepartum adalah perdarahan pervaginam sebelum bayi lahir.

Perdarahan sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan

dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan setelah 28 minggu disebabkan

terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran

kelamin bagian bawah.


17

Menurut Manuaba sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu yang paling

sering terjadi, keluar darah dari jalan lahir dalam jumlah banyak (500

cc atau lebih sering perkiraan ukuran dua gelas atau basahnya empat

lembar kain) dalam satu sampai dua jam pertama setalah kelahiran

bayi. Pada keadaan postpartum kontraksi uterus selama persalinan

bukan saja ditujukan untuk mengeluarkan bayi dan plasenta tetapi juga

untuk menutup pembuluh darah yang terbuka setelah persalinan. Pada

keadaan normal plasenta dikeluarkan dalam waktu 30 menit setelah

kelahiran bayi. Selanjutnya kontraksi uterus segera akan menghentikan

perdarahan. Karena berbagai alasan plasenta kemungkinan akan gagal

dalam melepaskan diri akibatnya perdarahan tidak akan pernah

berhenti selama plasenta atau bagiannya tetap berada dalam uterus.

Wanita dalam kehamilan ibu yang paritas keempat atau kelima

mempunyai risiko untuk mengalami perdarahan postpartum. Diduga

otot uterus terlalu teregang dan tidak berkontraksi dengan normal.

Penyebab perdarahan post partum yang paling sering ialah atonia uteri,

retensio plasenta (sisa plasenta), dan robekan jalan lahir.

b. Pre-Eklamsi

Menurut Prawirohardjo sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

Per-eklamsi adalah penyakit dengan ibu hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan

kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi
18

dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu

antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan.

Menurut Manuaba sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada ibu yang lain. Untuk

menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30

mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau

mencapai 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolik naik dengan 15

mmHg atau lebih atau menjadi 90 mm Hg maka diagnosis hipertensi

dapat ditegakkan.

Menurut Manuaba sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

edema merupakan penimbunan cairan yang berlebihan dalam jaringan

tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½

kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal tetapi

bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan

kewaspadaan.

Menurut Manuaba sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam

kehamilan, dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein

lolos dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein dalam urine,

tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan

komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga memerlukan

perhatian dan penanganan segera.


19

Menurut Saifuddin sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

penyebab pre-eklamsi sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab

penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang

memuaskan. Diduga penyebab hipertensi dalam kehamilan secara

patologi terjadi karena akibat implantasi sehingga timbul iskemia

plasenta yang diikuti sindroma inflamasi dan risiko meningkat pada

hamil kembar, penyakit trombolas, diabetes mellitus, faktor herediter

dan masalah vaskuler.

c. Infeksi

Menurut Poehjati sebagaimana dikutip Perhusip (2010) infeksi

pascapersalinan ialah meningkatnya suhu tubuh >38ºC dan demam

berturut-turut selama dua hari sesudah persalinan dan yang disertai

keluarnya cairan yang berbau dari liang rahim. Infeksi jalan lahir dapat

terjadi pada ibu bersalin yang pertolongan persalinannya tidak bersih

atau pada wanita yang menggugurkan kandungan dengan cara

berbahaya. Tandanya adalah panas tinggi lebih dari dua hari setelah

melahirkan atau setelah keguguran. Keadaan ini berbahaya dan ibu

perlu mendapatkan perawatan intensif. Infeksi ini dapat dicegah

dengan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.

Menurut Prawirohardjo sebagaimana dikutip Perhusip (2010)

infeksi dapat terjadi apabila :

1) Ketuban pecah dini (lebih dari 6 jam).


20

2) Persalinan tak maju atau partus lama.

3) Penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan baik.

4) Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering atau kurang bersih.

5) Perawatan daerah perineal yang tidak benar selama/sesudah hamil.

6) Persalinan yang tidak bersih.

7) Memasukkan sesuatu kedalam jalan lahir.

8) Hubungan seks setelah ketuban pecah.

9) Sisa jaringan plasenta, atau sisa jaringan abortus.

10) Perdarahan.

Pencegahan infeksi sangat penting untuk diketahui, yaitu dengan

menjaga kebersihan, misalnya :

1) Menjaga kebersihan waktu melakukan pemeriksaan dalam.

2) Menganjurkan ibu hamil datang kebidan setelah ketuban pecah.

3) Mengganjurkan semua ibu hamil untuk tidak melakukan hubungan

seks apabila ketuban sudah pecah.

4) Mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah merawat ibu.

5) Menganjurkan pada pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan

pentingnya kebersihan.

Selain sumber tersebut, ada juga yang menjelaskan komplikasi

kehamilan sebagai berikut :

d. Syok

Syok adalah gangguan sirkulasi darah ke jaringan sehingga kebutuhan

oksigen tidak terpenuhi. Gejala klinisnya berupa tekanan darah turun,


21

nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari, sesak

napas, penglihatan kabur, gelisah dan oliguria/ anuria. Jenis

berdasarkan etiologi :

1) Syok hemoragik, yaitu syok karena pendarahan yang banyak.

Penyebabnya pada kehamilan muda ; abortus, kehamilan ektopik,

penyakit tropoblas (mola hidatidosa), kehamilan antepartum;

plasenta previa, solusia plasenta, ruptur uteri, pasca persalinan;

atonia uteri, laserasi jalan lahir.

2) Syok neurogenik, yaitu karena rasa sakit yang hebat. Penyebabnya

berupa kehamilan ektopik, solusio plasenta, persalinan dengan

forsep atau persalinan letak sungsang dimana pembukaan serviks

belum lengkap, versi dalam yang kasar, ruptur uteri, inversio uteri

akut, pecah ketuban pada polihidramnion, ataupun splanchnic

syok.

3) Syok kardiogenik, yaitu syok karena kontraksi otot jantung yang

tidak efektif. Bisa disebabkan karena infark otot jantung atau

kegagalan jantung.

4) Syok endotoksik atau septik, yaitu gangguan menyeluruh pembuluh

darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab tersering adalah

bakteri gram negatif. Sering dijumpai pada abortus septik,

koriamnionitis dan infeksi pasca persalinan.

5) Syok anafilaktik, yaitu karena alergi atau hipersensitivitas terhadap

obat-obatan.
22

e. Emboli Air Ketuban

Yaitu masuknya cairan amnion kedalam sirkulasi ibu sehingga

menyebabkan kolaps pada ibu pada waktu persalinan. Kejadian ini

lebih sering pada kontraksi uterus yang kuat dengan spontan ata

induksi dan terjadi pada waktu air ketuban pecah dan ada pembuluh

darah yang terbuka pada plasenta atau serviks.

f. Pendarahan pada kehamilan muda

1) Abortus, yaitu pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup diluar kandungan. Batasnya sebelum kehamilan <20 minggu

atau berat janin <500 gr.

2) Kehamilan ektopik, yaitu pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi

tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. 95%

kehamilan ektopik terjadi di tuba fallopi.

3) Mola hidatidosa, yaitu kehamilan yang berkembang tidak wajar di

mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis

mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.

g. Pendarahan pada kehamilan lanjut

1) Plasenta previa, yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium

uteri internum. Etiologi pasti belum diketahui pasti. Mungkin

secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah

segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin.


23

Vaskularisasi desidua yang tidak memadai akibat peradangan atau

atrofi. Klasifikasinya :

a) Plasenta previa totalis atau komplit→plasenta menutupi

seluruh ostium uteri internum.

b) Plasenta previa parsialis→plasenta yang menutupi bagian

ostium uteri internum.

c) Plasenta previa marginalis→plasenta yang tepinya berada di

pinggir ostium uteri internum.

d) Plasenta letak rendah→plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada

jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.

e) Solusio plasenta, yaitu lepasnya sebagian atau seluruh

permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang

normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya

yakni sebelum anak lahir (Nguyen, 2012).

4. Pencegahan Komplikasi Kehamilan

a. Pelayanan Asuhan Antenatal

Adapun pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang

ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang

telah ditentukan (Perhusip, 2010). Pelayanan antenatal selengkapnya

mencakup banyak hal meliputi antara lain :

1) Anamnesis yaitu pencarian riwayat kehamilan terdahulu seperti

gangguan kehamilan
24

2) Pengukuran tinggi badan yang dilakukan satu kali dan

penimbangan berat badan yang dilakukan setiap ibu hamil

memerikasakan kehamilannya.

3) Pengukuran tinggi fundus uteri untuk menaksir usia kehamilan,

dilakukan dengan perabaan perut (Leopold I-IV)

4) Pemeriksaan panggul, dilakukan dengan maksud :

a) Memeriksa ada tidaknya kelainan atau penyakit pada jalan

lahir.

b) Mengadakan pemerikasaan untuk membuktikan bahwa ibu

hamil.

c) Untuk mengetahui apakah ibu panggul sempit.

5) Penghitungan denyut jantung janin (DJJ).

6) Pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi pengukuran tekanan

darah dan denyut jantung ibu, dan pemeriksaan faal tubuh.

7) Pemerikasaan Hb dengan menggunakan metode sahli.

8) Penyuluhan kesehatan pada kehamilan, yang ditujukan pada

pemeliharaan kebersihan perorangan, dan status gizi.

9) Suplemen gizi dengan pemberian tablet zat besi (Fe).

10) Pemberian suntikan Tetanus Toksoid (TT) lengkap 2 kali untuk

mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

Pelayanan antenatal dilakukan pada kunjungan pertama untuk

ibu hamil (K1), pada kunjungan ulangan dilakukan prosedur yang

sama. Minimal ibu hamil memeriksakan kehamilannya 4 kali selama


25

masa kehamilan dengan ketentuan: minimal 1 kali pada triwulan

pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga

(Perhusip, 2010). Penerapan operasionalnya dikenal dengan stadar ”5

T " yaitu :

1) Timbang berat badan dan tinggi badan.

2) Ukur tekanan darah.

3) Pemmberian imunisasi TT.

4) Ukur tinggi fundus Uteri.

5) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

b. Pelayanan Asuhan Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang

normal. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk

melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau

persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu

bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu

bersalin. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohadjo,

2001).

Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :


26

1) Kala I dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10

cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) seviks

membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari

3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.

2) Kala II yaitu kala pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam untuk primi dan 1 jam untuk multi.

3) Kala III yaitu dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung 30 menit

4) Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum.

5) Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai

selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan

yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu

dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2001)

Selama melaksanakan asuhan persalinan bidan selalu

bekerjasama dengan ibu selama persalinan dan kelahiran. 5 aspek dasar

dari kuwalitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat

persalinan kala satu sampai kala empat, termasuk asuhan pada bayi

baru lahir. Karena ke 5 aspek ini sangat menentukan untuk memastikan

persalinan aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut

sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas,

setiap aspek benang merah ini saling berkaitan satu sama lain yaitu;

(Pusdiknakes RI, 2003).


27

1) Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk

merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan.

2) Pencegahan Infeksi

Dalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus

melindungi infeksi tidak saja hanya pada pasien namun juga pada

diri sendiri dan rekan kerjanya.

3) Pengambilan Keputusan Klinik

Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses

penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh

bidan sangat menentukan kepastian persalinan yang aman.

Menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para

bidan dapat mengumpulkan data dengan sistematis,

menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan

asuhan yang dibutuhkan pasien.

4) Pencatatan (Dokumentasi)

Karena bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan

untuk membuat keputusan klinik, maka bidan harus mencatat

temuan dan keputusanya. Hal ini sangat penting untuk di dingat

bahwa jika temuan dilaporkan, maka bidan seolah-olah bidan tidak

melakukan atindakan. Dokumentasi memberikan catatan permanen

mengenai manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran

informasi dengan para petugas yang lain.


28

5) Rujukan

Rujukan pada institusi yang tepat serta waktu dimana asuhan yang

dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun

kebanyakan ibu-ibu akan mengalami persalinan normal, namun

sekitar 5-10% akan mengalami komplikasi yang membahayakan

nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah,

serta menetukan jika bidan cukup terampil dalam menangani

masalah tersebut, dan merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan

dengan tepat waktu. Ketika merujuk, bidan harus selalu ingat,

siapa, kapan, kemana daan bagaimana merujuk agar ibu dan

bayinya dapat selamat.

c. Pelayanan Asuhan Postpartum (Nifas)

Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah

kematian ibu, terutama kematian yang disebabkan karena perdarahan.

Selama kala IV, petugas harus memantau keadaan ibu setiap 15 menit

pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada

jam ke dua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu

harus dipantau lebih sering. Tindakan yang harus dilakukan oleh bidan

selama masa postpartum dalam mencegah terjadinya komplikasi yaitu:

1) Periksa fundus yaitu rasakan fundus.

2) Periksa plasenta.

3) Periksa selaput ketuban.

4) Periksa perneum.
29

5) Memperkirakan pengeluaran darah.

6) Lokhia.

7) Periksa kandung kemih.

8) Pantau kondisi ibu.

9) Pantau kondisi bayi baru lahir.

5. Penanganan Komplikasi Kehamilan

a. Penanganan Perdarahan (Pusdiknakes Depkes RI, 2003).

1) Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien

(gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)

2) Periksa konsistensi uterus, yang merupakan langkah pertama,

karena 80-90% perdarahan postpartum berhubungan dengan atonia

uteri

3) Jika kontraksi bersifat atonik, masase untuk menstimulasi

kontraksi

4) Jika uterus gagal berkontaksi segera setelah masase lakukan

kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi kontraksi uterus.

5) Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien

sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau

merujuk).

6) Penilaian medik untuk menetukan tindakan di fasilitas kesehatan

setempat atau rujuk ke rumah sakit. Bila pasien syok atau

kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera atasi


30

komplikasi tersebut dengan pemasangan infus dan pemberian

oksigen.

7) Gunakan jarum infus besar (16 gauge atau lebih besar) dan berikan

tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan fisiologis atau

riger laktat.

8) Kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok

berat.

9) Bila terdapat ibu sepsis, berikan antibiotika yang sesuai.

10) Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan.

11) Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan

perkembangan selanjutnya.

b. Penanganan Pre- eklamsi

1) Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan.

2) Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap

minggu.

3) Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin

terhambat, rawat dan teminasi kehamilan.

4) Jika tekanan dastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai

tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.

5) Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar.

6) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi Overload.

7) Kateterisasi urin untuk mengukur volume pengeluaran dan

proteinuria.
31

8) Jika jumlah urin < 30 ml per jam infus cairan pertahankan dan

pantau kemunkinan odem paru.

9) Janagn tinggalkan pasien sendirian karena kejang dan aspirasi

dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

10) Obsevasi ibu vital, denyut jantung janin setiap jam.

c. Penanganan Infeksi

1) Rawat jalan bila tanpa komplikasi, rawat inap bila disetai

komplikasi.

2) Upaya pencegahan merupakan cara paling menguntungkan.

3) Kenali ibu dan gejala dan jenis pemeriksaan spesifik.

4) Tegakkan diagnosis sedini mungkin.

5) Tirah baring.

6) Pemberian antibiotika.

7) Pemeliharaan personal hygiene.


32

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005: 69).


Input Procces Out put

Remaja putri dengan Sikap pernikahan dini


Pengetahuan tentang
pernikahan dini dampak pernikahan dini :

Kejadian Komplikasi kehamilan :


Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
Faktor yang mempengaruhi
Faktor internal
kejadian komplikasi kehamilan :
Umur
Aborsi atau kelainan
Intelegensi
Paritas keempat atau kelima
Pendidikan
Triwulan ke-3 kehamilan
Pengalaman
Implantasi
Faktor eksternal
Hamil kembar,
Adat istiadat
Penyakit trombolas,
Penyuluhan
Diabetes mellitus,
Media massa
Faktor herediter
Lingkungan
Masalah vaskuler
Kebersihan waktu
melakukan pemeriksaan
dalam
Alergi atau hipersensitivitas
terhadap obat-obatan
Kontraksi uterus yang kuat
dengan spontan ata induksi

Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Dampak


Pernikahan Dini dengan Komplikasi Kehamilan pada Remaja
Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Gurah Kabupaten Kediri
33

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2005: 72). Dalam penelitian ini

hipotesisnya adalah ada hubungan pengetahuan dampak pernikahan dini

dengan komplikasi kehamilan pada remaja putri di Wilayah Kerja

Puskesmas Gurah Kabupaten Kediri.

Anda mungkin juga menyukai