TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.2 Definisi
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Fitriani, 2011).
Pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2007), adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah
seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Pengetahuan mengenai pemeriksaan dini kanker serviks dengan IVA selain didapatkan dari
pendidikan formal, juga dapat diperoleh dari penyuluhan yang dilakukan di puskesmas
maupun dari media informasi, seperti televisi, radio maupun media cetak. Dewasa ini dengan
perkembangan teknologi informasi, berbagai macam informasi dapat diakses dengan mudah
oleh banyak kalangan (Emilia, 2010).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah
dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya.
4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi-materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih
didalam satu sruktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
1) Usia
Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia
akan lebih dewasa pula intelektualnya. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari
orang-orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya.
2) Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka
diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan tersebut akhirnya dapat berpengaruh terhadap perilaku. Adanya
pendidikan diharapkan dapat membawa dampak atau akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh, diharapkan tingkat
pengetahuan seseorang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau
mengadopsi perilaku yang positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya.
3) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempunyai hubungan langsung dengan
hidup organisasi atau manusia. Dengan sistem terbukanya manusia, maka selama
berinteraksi dengan lingkungannya akan berdampak terhadap pembentukan perilaku
atau watak yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak
guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi bagi seseorang
merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga mampu menguasai lingkungan.
5) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada orang yang tidak
bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak memperoleh informasi dan
pengalaman.
6) Pengalaman
Pengalaman merupakan yang baik oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi.
7) Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan,
dengan pengetahun bertambah seseorang akan berubah perilakunya.
8) Media Massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula macammacam media massa yang dapat
mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2007).
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011) ada dua cara, yaitu dengan cara tradisional atau non ilmiah dan
cara coba-salah (Trial and Error). Cara paling tradisional yang pernah digunakan oleh
manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba (“trial and error”).
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan bila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan kedua. Jike
kemungkinan kedua gagal, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan
seterusnya, sampai masalah tersebut terpecahkan.
Cara kekuasaan atau otoritas yaitu kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-
orang tanpa melalui penalaran dan kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai
kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat
baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan
kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan kekuasaan atau otoritas. Baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Pengetahuan
juga bisa didapatkan dari pengalaman pribadi
Cara modern atau cara ilmiah menggunakan cara baru dalam memperoleh
pengetahuan dengan proses yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut dengan
“metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research
Methodology). Pengetahuan ini diperoleh dengan mengadakan observasi langsung dan
membuat catatan, berisi semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pemecahan ini
mencakup tiga hal pokok, yaitu:
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat diperlakukan
pengamatan.
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
diperlakukan pengamatan.
3) Gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada
kondisi-kondisi tertentu.
4) Berdasarkan hasil-hasil pencatatan ini kemudian ditetapkanlah ciri-ciri atau unsur-
unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar
pengambilan kesimpulan atau generalisasi.
2.2 Motivasi
2.2.1 Definisi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan untuk mencapai
suatu tujuan (Robbin dan Judge, 2015). Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan yang
kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan
atau mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan yang diinginkan ke arah
pencapaian dan tujuan personal. Motivasi adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk
mencari suatu keputusan atau mencapai suatu tujuan. Merupakan suatu alasan atau dorongan
yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan atau bersikap tertentu
(Sobur, 2010).
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Motivasi
Motivasi secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsic
terdiri dari pengetahuan, kematangan usia, pendidikan, pekerjaan, harapan. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu
cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Pekerjaan merupakan suatu upaya pemenuhan kebutuhan akan barang dan
jasa. Dengan bekerja, seseorang dapat mencapai apa yang diinginkannya.
Faktor ekstrinsik yang memengaruhi motivasi adalah
a. Dukungan keluarga
b. Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari
keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu melakukan mobilisasi dini karena
adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua ataupun anggota keluarga lainnya.
Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk
memberikan yang terbaik bagi kesehatan ibu.
c. Lingkungan
d. Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi
seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga,
lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam
mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan
menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks pelaksanaan mobilisasi
dini di rumah sakit, maka orang-orang disekitar lingkungan ibu akan mengajak,
mengingatkan ataupun memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat
mobilisasi dini.
e. Media Massa
Media massa merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam motivasi seseorang.
Sebagai penyedia informasi, media dapat memberikan hal yang dibutuhkan oleh
seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
2.2.3 Fungsi Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2014), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang arus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan
diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian.
i. Keluarkan speculum.
j. Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam container (tempat
sampah) yang tahan bocor, sedangkan untuk alat-alat yang dapat digunakan kembali,
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi.
k. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan pemeriksaan lagi, serta
rencana tata laksana jika diperlukan (Kemenkes, 2015). Menurut Riksani (2016), kriteria
pemeriksaan IVA atau hasil pemeriksaan IVA, dikelompokkan sebagai berikut:
1. Normal.
2. Radang/Servitis/Atipik adalah gambaran tidak khas pada mulut rahim akibat
infeksi, baik akut maupun kronispada mulut rahim.
3. Curiga kanker serviks