Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan wawasan seseorang yang sangat luas mengenai

ilmu maupun mengenai pengetahuan yang menyeluruh baik itu melalui jenjang

sekolah, perkuliahan, formal maupun informal. Pengetahuan merupakan domain

yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu,

2016).

pengetahuan juga dapat dikatakan merupakan kekayaan terbesar yang

dimiliki setiap individu. Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu

penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian

besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,

2014).

Pengetahuan dan sikap petugas rumah sakit diharapkan secara luas

mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap tindakan perlindungan pribadi dan

pada hasil klinis. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari domain-domain

langkah pencegahan secara teliti agar terhindar pada masalah kesehatan

10
11

mental. Masalah kesehatan mental adalah masalah kesehatan utama lainnya, yang

diperkirakan akan meningkat hari demi hari selama epidemi ini seperti kecemasan

(ansietas) (Deblina, 2020).

2.1.2 Manfaat Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2012)

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari jerih payah seorang

manusia untuk mencari informasi atau Ilmu pengetahuan, dari kesimpulan di atas

maka didapatkan pengertian tingkat pengetahuan perawat tentang bantuan hidup

pada pasien adalah suatu tingkatan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dan

petugas rumah sakit dari hasil pembelajaran yang telah perawat dapatkan sesuai

faktor keilmuannya (Rosita, 2015). Faktor lain yang mempengaruhinya adalah

tingkat pengetahuan sangat erat dengan pendidikan, sebab pengetahuan di dapat

baik melalui pendidikan formal maupun informal (Notoatmodjo, 2014). Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan terhadap 20 perawat dan petugas rumah sakit di

ruang pemulihan didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan perawat dan

petugas rumah sakit dengan kategori baik ada 18 responden (90%), dan tidak ada

perawat dan petugas rumah sakit yang mempunyai tingkat pengetahuan dengan

kategori kurang (Eriawan dkk, 2013).


12

Menurut Notoatmodjo (2014) mengatakan pengetahuan seseorang

terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara

garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recallatau memanggil memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling

rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan

juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek

dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,

meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat

menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang lain.
13

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau memisahkan, lalu

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen dalam suatu objek atau

masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada

tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek

tersebut.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang sudah

dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat

2.1.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2014 (dalam Sunarni, 2018) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai


14

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi berupa hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup (Nursalam, 2013). Menurut YB Mantra yang

dikutip oleh Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

sikap berpesan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam (2013), pekerjaan adalah

suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan,

akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang,

dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang

menyita waktu.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2013), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Notoadmojo (2014) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannyaserta ilmu dan wawasan

akan bertambah sesuai pengalaman yang di jalaninya.


15

4) Faktor Lingkungan

Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau

kelomok.

5) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh

dari sikap dalam menerima informasi dan pemahaman mengenai pengetahuan

dan ilmu (Nursalam, 2013).

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal

pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan

ketiga galal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial

(coba) anderror (gagal atau salah) atau metode coba-salah coba-coba.

2) Cara Kekuatan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
16

dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasannya

diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata

lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan,

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli

ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakakn oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris atau

pun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang

menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikumukakannya

adalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman ini merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun

ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya

dalam memperoleh pengetahuannya. Baik melalui induksi maupun deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dlam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau

lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).


17

2.1.6 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau

responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui yang dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang

dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis (Arikunto, 2017), yaitu:

1) Pertanyaan Subyektif (Pertanyaan Esay)

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk untuk

pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan

berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu

ke waktu yang lainnya.

2) Pertanyaan Obyektif (Pilihan Ganda)

Pertanyaan obyektif, misalnya pilihan ganda (multiple choise), betul salah, dan

pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan

disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara

pasti oleh penilai. Dari kedua jenis pertanyaan tersbut, pertanyaan obyektif

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untyuk dijadikan sebagai alat

ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan

pengetahuan yang diukur dan penilaiannya akanb lebih cepat (Arikunto, 2017).

2.1.7 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :


18

1) Pengetahuan Baik: 76 % -100 %

2) Pengetahuan Cukup: 56 % -75 %

3) Pengetahuan Kurang: < 56 %

Pengetahuan penularan corona virus sangat di butuhkan bagi setiap orang baik

itu tenaga medis, petugas rumahsakit maupun orang awam, ilmu mengenai cara

penularan dan tata cara penanganan awal harus kita jalankan Langkah-langkah

biosecurity yang ketat: (1) Alat perlindungan yang membatasi gerak, (2). Isolasi fisik

mempersulit upaya menolong orang yang sakit atau tertekan, (3). Kesiagaan dan

kewaspadaan yang terus-menerus, (4) Prosedur ketat melarang tindakan spontan

dan sesuai pilihan. (IASC, 2020).

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Menurut kamus Kedokteran Dorland, kata kecemasan atau disebut dengan

anxiety adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan, berupa respon-

respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau

khayalan, tampaknya disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak disadari secara

langsung yang akan mengakibatkan kecemasan (ansiatas) (Dorland, 2010).

Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang

disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu

untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi ancaman. Pengaruh tuntutan,

persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak

terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas

atau kecemasan (Sutejo, 2018).


19

2.2.2 Macam – macam kecemasan

Menurut Zaviera (2016), diantaranya yaitu kecemasan obyektif (Realistics)

ialah jenis kecemasan yang berorientasi pada aspek bahaya – bahaya dari luar

seperti misalnya melihat atau mendengar sesuatu yang dapat berakibat buruk.

Kecemasan neurosis adalah suatu bentuk jenis kecemasan yang apabila insting

pada panca indera tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang berbuat

sesuatu yang dapat dikenakan sanksi hukum, yaitu:

1) Kecemasan realistik

Kecemasan ini dikenal sebagai kecemasan yang objektif sebagai reaksi dari

ego yang terjadi setelah ia mengalami situasi yang membahayakan. Kecemasan

realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari

dunia luar.

2) Kecemasan neurosis

Kecemasan neurosis dipengaruhi oleh tekanan pikiran atau perasaan pada

seseorang. Kecemasan ini muncul karena pengalaman pada suatu objek yang

menurutnya berbahaya sehingga menimbulkan bayangan-bayangan yang

membuatnya merasa terancam.

2.2.3 Kriteria Tingkat Kecemasan

Penilaian tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner HARS

(Hamilton Rating Scale of Anxiety)yang sudah dilakukan oleh penelitiannya

Nurwulan (2017) memiliki keterangan hasil sebagai berikut:

Keterangan hasil :
20

1) Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.

2) Skor 14 –20 = kecemasan ringan.

3) Skor 21 –27 = kecemasan sedang.

4) Skor 28 –41 = kecemasan berat.

5) Skor 42 –56 = kecemasan berat sekali.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Blacburn & Davidson (dalam Annisa dan Ifdil, 2016) menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, seperti pengetahuan yang

dimiliki dalam menyikapi suatu situasi yang mengancam serta mampu

mengetahui kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi kecemasan

tersebut.

Kemudian Annisa & Ifdil (2016) menyatakan terdapat dua faktor yang

dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:

1) Pengalaman negatif pada masa lalu Penyebab utama munculnya kecemasan yaitu

adanya pengalaman traumatis yang terjadi pada masa kanak-kanak. Peristiwa

tersebut mempunyai pengaruh pada masa yang akan datang. Ketika individu

menghadapi peristiwa yang sama, maka ia akan merasakan ketegangan sehingga

menimbulkan ketidaknyamanan. Sebagai contoh yaitu ketika individu pernah

gagal dalam menghadapi suatu tes, maka pada tes berikutnya ia akan merasa tidak

nyaman sehingga muncul rasa cemas pada dirinya.

2) Pikiran yang tidak rasional Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat

bentuk, yaitu.
21

a) Kegagalan ketastropik, individu beranggapan bahwa sesuatu yang buruk akan

terjadi dan menimpa dirinya sehingga individu tidak mampu mengatasi

permasalahannya.

b) Kesempurnaan, individu mempunyai standar tertentu yang harus dicapai pada

dirinya sendiri sehingga menuntut kesempurnaan dan tidak ada kecacatan dalam

berperilaku.

c) Persetujuan

d) Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi pada

orang yang memiliki sedikit pengalaman.

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan kecemasan. Menurut

Sari (2019) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan

seseorang meliputi

1) Usia dan tahap perkembangan, faktor ini memegang peran yang penting pada

setiap individu karena berbeda usia maka berbeda pula tahap perkembangannya,

hal tersebut dapat mempengaruhi dinamika kecemasan pada seseorang.

2) Lingkungan, yaitu kondisi yang ada disekitar manusia. Faktor lingkungan dapat

mempengaruhi perilaku baik dari faktor internal maupun eksternal. Terciptanya

lingkungan yang cukup kondusif akan menurunkan resiko kecemasan pada

seseorang.

3) Pengetahuan dan pengalaman, dengan pengetahuan dan pengalaman seorang

individu dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah psikis, termasuk

kecemasan.
22

4) Peran keluarga, keluarga yang memberikan tekanan berlebih pada anaknya yang

belum mendapat pekerjaan menjadikan individu tersebut tertekan dan mengalami

kecemasan selama masa pencarian pekerjaan.

5) Kecemasan pada petugas rumah sakit sangat terpengaruh kepada psikologis dan

kesehatan jiwa yang akan mengakibatkan perawat atau petugas di rumah sakit

merasakan cemas, sehingga petugas rumah sakit yang mengalami kecemasan

tersebut dikarenakan tingkat pengetahuan yang kurang(IASC, 2020). Menurut

penelitian Yun Liu, et al (2020) mengatakan bahwa petugas kesehatan didaerah

Cina yang sedang melakukan perawatan secara langsung pada pasien yang

terinfeksi covid19, pemerintah Cina melakukan deteksi dini terhadap resiko tinggi

kecemasan dikalangan staf medis dikarenakan tingginya tingkat kecemasan

tersebut bisa mempengaruhi dampak psikologis yang mengakibatkan efek buruk

dalam kesehatan perawat serta dalam melakukan pelayanan.Menrut penelitian

yang dilakukan oleh Hanggoro (2020)

2.3 Konsep Covid-19

2.3.1 Pengertian Covid-19

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan

tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan

serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus,

betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus (PDPI, 2020).


23

2.3.2 Karakteristik

Corona virus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering

pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m.5 Semua virus ordo Nidovirales

memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom

RNA sangat panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus

dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein

merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama

untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus

kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang). Coronavirus

bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh

desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56oC selama 30 menit,

eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent

dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (PDPI,

2020).

Virus Corona ini secara alami mudah mengalami mutasi sebagai bentuk

kemampuan untuk bertahan hidup. Dalam perkembangannya, ditemukan varian

baru virus COVID-19 yaitu B.117 asal Inggris, kemudian B.1351 asal Afrika

Selatan, P.1 asal Brasil, varian mutasi ganda dari India B. 1617, N439k dari

Skotlandia, G614G dari Jerman, dan mutase E484K. Adapun penjelasan masing-

masing virus di atas adalah sebagai berikut:

1. Varian B.117 memiliki beberapa mutasi yang mempengaruhi protein spike

yang ditemukan di permukaan virus, sehingga digunakan virus untuk mengikat

dan memasuki sel inang di tubuh manusia.


24

2. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa mutasi pada B.1.351

mempengaruhi antibodi. Antibodi adalah protein kekebalan penting yang

dapat mengikat dan menetralkan penyerang asing seperti virus, yang

diproduksi sebagai respons terhadap infeksi alami atau vaksinasi.

3. P.1 adalah didapatkan dari sampel yang dikumpulkan selama lonjakan kasus

COVID-19 yang dikonfirmasi pada Januari 2021 di Manaus, Brasil.

4. B.1.617 merupakan hasil dari mutasi ganda E484Q dan L452R. E484Q mirip

dengan E484K, yakni mutasi yang terlihat pada varian Afrika Selatan

(B.1.353), dan pada varian Brasil (P1).

5. Sebuah studi melaporkan, N439K mampu bersembunyi atau melakukan

kamuflase pada antibodi. Varian tersebut disinyalir melekat lebih kuat dengan

ace receptor di tubuh manusia, sehingga berpotensi lebih menular

6. D614G sudah mendominasi Sars-Cov-2 atau COVID-19 seluruh dunia,

mutase ini tidak ganas dan tidak berbahaya. 78 % virus Sars-Cov-2 di

Indonesia sudah mengandung mutase D614G.

7. E484K dilaporkan ditemukan di beberapa negara, antara lain Brazil, Inggris,

Amerika Serikat, Kanada, jepang, Afrika Selatan, Argentina, Filipina dan

Indonesia. Mutasi “Eek” atau E484K terjadi di spike protein, dimana spike

protein penting untuk menempelnya virus dengan sel manusia dan pengenalan

sel imun terhadap virus (satgas penanganan covid , 2021).


25

Gambar 2.1 Anatomi Virus Covid19

2.3.3 Patogenesis dan Patofisiologi

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda,

kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang

ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa

patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu.

Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa

ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber

utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East

respiratory syndrome (MERS). Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet

(masked palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya

disangka sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan

bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda
26

(horseshoe bars) sebagai host alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus dari

hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi

droplet, rute feses dan oral (PDPI, 2020).

Gambar 2.2Proses Penularan Virus

Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan

gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS

atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi

Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut

terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang

cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan

karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak

terlalu tinggi.

2.3.4 Cara Virus Corona Menyebar

COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai bagaimana

penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak dekat,

seringkali oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara.

Tetesan ditularkan, dan menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-
27

orang dalam kontak dekat (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi

selama bernafas, namun karena mereka relatif berat, mereka biasanya jatuh ke

tanah atau permukaan. Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak

tetesan dari pada pembicaraan normal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan

bahwa batuk yang tidak tertutup dapat menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter

(15 kaki). Etika perawat di saat pandemic ini sangatlah penting dengan cara

memakai masker dan selalu lakukan protocol kesehatan. Pada satu contoh jika

ingin bersin perawat dapat menggunakan tisu atau benda 1 kali pakai untuk

menutupi cipratan dari ludah yang keluar. Selanjutnya pasien dapat melakukan

hand higine dengan washrub atau dengan air mengalir. (PDPI, 2020).

Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Maret 2020 berpendapat bahwa

saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian tahun 1930-an

yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang hangat di

sekitar tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan

hingga 8,2 meter (27 kaki) . Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka

masih dapat menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang

terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan yang

tidak dicuci. Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari waktu ke waktu

hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara eksperimental, virus dapat

bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau

kardus selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa hari) (Susilo,

2020).
28

Permukaan mudah didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga

yang membunuh virus di luar tubuh manusia atau di tangan. Khususnya,

bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau disuntikkan

sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini berbahaya atau berpotensi

fatal. Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa prosedur medis

dapat menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan

kecil seperti itu, yang dikenal sebagai transmisi udara .

Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala,

meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul

(penularan secara asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit.

Beberapa orang telah terinfeksi dan pulih tanpa menunjukkan gejala, tetapi

ketidakpastian tetap dalam hal penularan tanpa gejala. Meskipun COVID-19

bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan rute oral feses diduga

menularkan virus (Kemenkes RI, 2020).

2.3.5 Gejala COVID-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala

flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah

itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala

yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak

napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi

melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan

seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:


29

1) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

2) Batuk

3) Sesak napas Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2

hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona.

Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa orang yang

lebih tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam

di kemudian hari. Dalam satu penelitian, 44% orang mengalami demam ketika

mereka datang ke rumah sakit, sementara 89% mengalami demam di beberapa titik

selama dirawat di rumah sakit (Kemenkes RI, 2020).

2.3.6 Pengobatan Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada

beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan

mencegah penyebaran virus, yaitu:

1) Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan

karatina di rumah sakit rujukan.

2) Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi

penderita.

3) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan

istirahat yang cukup.

4) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk

menjaga kadar cairan tubuh (PDPI, 2020).


30

2.3.7 Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan petugas

Tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan sangat berhubungan erat

dikarenakan ada beberapa faktor yang saling berhubungan antara keduanya yaitu

meliputi faktor-faktor usia, tingkat pendidikan, informasi, tingkat pengetahuan

(Fadli,2020). Kemudian menurut Lai et al (2020) mengatakan bahwa petugas

kesehatan yang tidak memiliki tingkat pengetahuan yang cukup megenai covid19

akan mengalami gangguan psikologis karena perasaan depresi dikarenakan APD

kurang lengkap, dan informasi yang terbaru.

Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Cheng et al (2020)

mengatakan usia serta kurangnya pengetahuan merupan faktor yang paling

mempengaruhi kecemasan dikarenakan kurangnya pengetahuan untuk cara

menangani dan kurangnya sosialisasi akan mengakibatkan munculnya kecemasan

pada petugas rumah sakit. Selain itu menurut Fadli et al (2020) menyatakan ada

faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan pada petugas rumah sakit yaitu

tingkat kejujuran pasien, bilamana ketidak jujuran pasien akan mengakibatkan

terpaparnya petugas rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai