Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai darigejala ringan sampai berat, terdapat dua jenis coronavirus yang

diketahuimenyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

sepertiMiddle East RespiratorySyndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) (KEMENKES RI, 2020). Covid-19 adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh tipe baru coronavirus dengan gejala umum demam,

kelemahan, batuk, kejang dan diare (WHO, 2020). Dari pendapat Lie at al (2020)

Virus ini dapat bergerak cepat dari manusia ke manusia melalui kontak secara

langsung.

Kontak secara langsung dengan pasien suspek dan terkonfirmasi Covid-19

lebih banyak dialami oleh perawat, karena pelayanan yang diberikan oleh perawat

sangat menantang karena berkaitan dengan penularan virus ini (Melati dkk, 2020).

Tingkat penegtahuan perawat sebagai tenaga kesehatan bekerja sebagai garda

terdepan dalam penanganan pasien di tengah Pandemi Covid-19 dengan tekanan

yang tinggi, sehingga berdampak pada peningkatan masalah psikologi (Hanggoro

dkk, 2020).

Tingkat pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari jerih payah seorang

manusia untuk mencari informasi atau Ilmu pengetahuan, dari kesimpulan di atas

maka didapatkan pengertian tingkat pengetahuan perawat tentang bantuan hidup

1
2

pada pasien adalah suatu tingkatan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dan

petugas rumah sakit dari hasil pembelajaran yang telah perawat dapatkan sesuai

faktor keilmuannya (Rosita, 2015). Faktor lain yang mempengaruhinya adalah

tingkat pengetahuan sangat erat dengan pendidikan, sebab pengetahuan di dapat

baik melalui pendidikan formal maupun informal (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan penularan corona virus sangat di butuhkan bagi setiap orang

baik itu tenaga medis, petugas rumahsakit maupn orang awam, ilmu mengenai cara

penularan dan tata cara penanganan awal harus kita jalankan Langkah-langkah

biosecurity yang ketat: (1) Alat perlindungan yang membatasi gerak, (2). Isolasi

fisik mempersulit upaya menolong orang yang sakit atau tertekan, (3). Kesiagaan

dan kewaspadaan yang terus-menerus, (4) Prosedur ketat melarang tindakan

spontan dan sesuai pilihan. Rasa takut petugas garis depan akan menularkan covid

19 ke teman dan keluarga karena bidang pekerjaannya dikarenakan pengetahuan

yang kurang. Disamping itu selain pengetahuan yang kurang wabah ini merupakan

jenis pandemi penyakit yang baru sama halnya seperti ebola (IASC, 2020).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 20 perawat dan petugas

rumah sakit di ruang pemulihan didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan

perawat dan petugas rumah sakit dengan kategori baik ada 18 responden (90%),

dan tidak ada perawat dan petugas rumah sakit yang mempunyai tingkat

pengetahuan dengan kategori kurang (Eriawan dkk, 2013).

Kecemasan pada petugas rumah sakit sangat terpengaruh kepada

psikologis dan kesehatan jiwa yang akan mengakibatkan perawat atau petugas di

rumah sakit merasakan cemas, sehingga petugas rumah sakit yang mengalami
3

kecemasan tersebut dikarenakan tingkat pengetahuan yang kurang(IASC, 2020).

Menurut penelitian Yun Liu, et al (2020) mengatakan bahwa petugas kesehatan

didaerah Cina yang sedang melakukan perawatan secara langsung pada pasien yang

terinfeksi covid19, pemerintah Cina melakukan deteksi dini terhadap resiko tinggi

kecemasan dikalangan staf medis dikarenakan tingginya tingkat kecemasan

tersebut bisa mempengaruhi dampak psikologis yang mengakibatkan efek buruk

dalam kesehatan perawat serta dalam melakukan pelayanan.Menrut penelitian yang

dilakukan oleh Hanggoro (2020) mendapatkan hasil prevalensi gejala kecemasan

57,6%, depresi 52,1%, dan insomnia 47,1% sehingga pada perawat kecenderungan

mengalami kecemasan yang akan berdampak pada meningkatnya masalah

psikologis. Kondisi priskologi yang dialami perawat yaitu merasa cemas akan

tertular penyakit ketika kontak dengan pasien Covid-19, dan cara mengatasinya

adalahpersiapan perawat secara dini dalam bentuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan merawat pasien Covid-19, sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan secara optimal (Utama dkk, 2020).

Pada akhir tahun 2019 tepatnya pada tanggal 29 Desember 2019, dokter-

dokter di kota Wuhan tersadarkan oleh penyakit pneumonia yang tidak wajar.

Sealanjutnya pada tanggal 31 Desember 2019otoritas kedokteran di kota Wuhan

melaporkan temuan tersebut ke WHO. Kemudian empat minggu berlangsung

tepatnya pada tanggal 26 Januari 2020 coronavirus jenis baru (novel coronavirus)

diidentifikasi dan diumumkan ke publik (McCloskey dan Heymann, 2020). Dari

kota Wuhan COVID19 terus menyebar luas keseluruh dunia, sehingga pada
4

tanggal 11 Maret 2020 WHO secara resmi menyatakan COVID-19 sebagai

pandemi (kompas.com, 12 Maret 2020).

Prevalensi terjadinya corona virus di dunia sangatlah pesat yang awal mula

timbulnya di daerah wuhan china sampai menyebar keseluruh dunia. Indonesia

merupakan negara yang menduduki nomer 11 di dunia pata tanggal 25 maret 2020

dalam klasifikasi negara yang terjangkit corona virus dan semakin hari semakin

meningkat, sedangkan di indonesia sendiri kejadian paling banyak yaitu masih di

dominasi oleh jakarta, jawa timur, dan jawa barat. Jawa timur merupakan nomer 2

dengan predikat daerah pandemi terbesar di indonesia pada tanggal 30 april 2020

dengan konfirmasi pasien positif dengan jumlah 951, PDP 3.065 dan ODP 19.304

jiwa. Malang raya merupakan no 3 daerah di jawa timur yang terjangkit corona

virus pada tanggal 30 April 2020 yaitu sebanyak 51 pasien (Pemprov Jatim, 2020).

Etika perawat di saat pandemic ini sangatlah penting dengan cara memakai

masker dan selalu lakukan protocol kesehatan. Pada satu contoh jika ingin bersin

perawat dapat menggunakan tisu atau benda 1 kali pakai untuk menutupi cipratan

dari ludah yang keluar. Selanjutnya pasien dapat melakukan hand higine dengan

washrub atau dengan air mengalir. (PDPI, 2020).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada petugas rumah sakit sebanyak

17 orang, 10 laki-laki yang terdiri dari 3 perawat di runag IGD, 2 perawat di runag

RIC, 3 di ruang RTC, dan 2 perawat diruang Rawat Inap diantaranya mengatakan

bahwa mereka masih merasa cemas dan ketakutan karena pandemi ini.

Dikarenakan ini adalah penyakit baru serta proses penularannya sangat cepat

melalui droplet dan mereka merasakan masih belum memiliki wawasan yang luas
5

mengenai cara pencegahan penularan corona virus. Sedangkan 7 wanita yang

terdiri dari 2 perawat ruang Poliklinik, 3 perawat ruang IKO, 2 perawat HD

diantaranya mengatakan memiliki informasi mengenai cara pencegahan penularan

corona virus dari media masa, teman kerja (Para medis) maupun dari jurnal

internasional. Menurut IASC (2020) mengatakan pengetahuan yang cukup

memadahi untuk penanganan sangat diutamakan, karena ilmu yang cukup dapat

mengurangi terpaparnya corona virus dan tidak mengakibatkan petugas rumah

sakit garis depan merasakan kecemasan yang berlebih.

Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan dan kecemasan karena pandemi covid-19 pada perawat yang

menangani pasien covid. Kecemasan yang di alami perawat akan mengkibatkan

tekanan yang signifikan bagi fisik dan mental perawat. Melalui penelitian yang

berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan petugas

rumahsakit terhadap pandemi covid-19 di Rumah sakit umum Universitas

muhammadiyah malang”

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengidentifikasi karakteristik demografi perawat rsu umm

2. Mengidentifikasi karakteristik tingkat pengetahuan petugas RSUmum

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Mengidentifikasi tingkat kecemasan petugas rumah sakit di RS Umum

Universitas Muhammadiyah Malang.


6

4. Mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

petugas rumah sakit terhadap pandemi covid-19 di Rumah sakit umum

Universitas muhammadiyah malang.

1.3 Tujuan Penelitia

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mengetahuihubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

petugas rumahsakit terhadap pandemi covid-19 di Rumah sakit umum

Universitas muhammadiyah malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Perawat Rumah Sakit Terhadap

Pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Umum Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Perawat Rumah Sakit Terhadap

Pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Umum Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. menganalisis Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat

kecemasan perawat rumah sakit terhadap pandemi covid-19 di rumah

sakit umum universitas muhammadiyah malang.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian mengenai Hubungan tingkat pengetahuan dengan

tingkat kecemasan petugas rumahsakit terhadap pandemi covid-19 di

Rumah sakit umum Universitas muhammadiyah malang. ini diharapkan

dapat menambah, mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti,

serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian akan

menjadi sumber referensi bagi penelitian berikutnya.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi

pendidikan, yaitu untuk menjadikan ilmu baru dalam pengetahuan

mengenai Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

petugas rumahsakit terhadap pandemi covid-19 di Rumah sakit umum

Universitas muhammadiyah malang.

1.4.3 Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi baru bagi

keperawatan untuk penanganan corona virus.

1.5 Keaslian Penelitian

Menurut deblina (2020) meneliti tentang “Study of knowledge, attitude, anxiety

& perceived mental healthcare need in Indian population during COVID-19 pandemic”

Dengan menggunakan studi cross-sectional, observasional. Deblina melaporkan

hasil yang didapatkan bahwa Tingkat kecemasan yang diidentifikasi dalam

penelitian ini tinggi. Lebih dari 80% orang disibukkan oleh pemikiran COVID-19
8

dan 72% melaporkan perlunya menggunakan sarung tangan, dan

pembersih. Dalam penelitian ini, kesulitan tidur, paranoid tentang infeksi COVID-

19 di media sosial, terkait masalah tersebut dilaporkan masing-masing dalam

12,5%, 37,8%, dan 36,4% peserta. Kebutuhan kesehatan mental yang dirasakan

terlihat pada lebih dari 80% peserta. Ada kebutuhan untuk mengintensifkan

kesadaran dan mengatasi masalah kesehatan mental orang selama pandemi

COVID-19 ini. Perbedaan dengan penelitian Deblina (2020) yaitu pengkajian tidak

hanya akan pada perawat saja melainkan juga pada semua petugas rumah sakit yang

ikut andil di dalamnya.

Selanjutnya menurut penelitian Shasha (2020) yang berjudul “ Impact of

Covid-19 on Psychology of nurses working in the emergency and fever outpatient: A cross-sectional

survey” teknik sampling yang di gunakan oleh peneliti adalah convenience sampling.

Hasil dari penelitian oleh Shasha adalah antara peserta, 281 (62,03%) tidak

memiliki gejala kecemasan, 154 (34,00%) memiliki kecemasan ringan, 16 (3,53%)

memiliki kecemasan sedang, dan 2 (0,44%) memiliki kecemasan parah. Ada 146

(32,23%) peserta dengan skor lebih besar dari 25 di PSS, menunjukkan stres yang

berlebihan. Kami menemukan bahwa 229 (50,55%) peserta lebih cenderung

merespons stres secara positif, sementara 224 (49,45%) lebih cenderung

merespons secara negatif. Perbedaan dengan penelitian Shasha (2020) adalah

peneliti akan mengambil sampel yaitu petugas rumah sakit umum universitas

muhammadiyah malang.
9

1.6 Batasan Penelitian

1) Penelitian ini dilakukan di lingkungan Rumah Sakit Umum Universitas

Muhammadiyah Malang

2) Sample dalam penelitian ini adalah Perawat Rumah Sakit Umun Universitas

Muhammadiyah Malang

3) Data diambil melalui kuisioner berupa data tingkat pengetahuan dan tingkat

kecemasan petugas Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai