Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN DIRUMAH SAKIT,

TERKAIT DENGAN MASA MASA PANDEMI COVID-19

Agnes Jessica Lubis

Jessikaagnes8@gmail.com

Latar belakang

Pada awal 2020, dunia diberikan kejutan dengan mewabahnya pneumonia baru ataupun virus
yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara.
Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran virus ini telah
memberikan dampak luas secara sosial dan ekonomi. Masih banyak kontroversi seputar penyakit
ini, termasuk dalam aspek penegakkan diagnosis, tata laksana, hingga pencegahan.

Pada Desember 2019, kasus misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei.
Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan
pasar ikan di Wuhan.Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang
dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga
3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus.
Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China,
Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.9
Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136
kasus kematian.10 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.

Terkait dengan COVID-19 yang sudah menyebar didunia menyebabkan bertambahnya beban
dunia dengan singkatnya penyebaran COVID-19 itu sendiri, sehingga seluruh Negara melakukan
lockdown dan tidak menerima penduduk asing dari luar negari dalam waktu yang sementara.
Pihak Rumah Sakit juga mengambil tindakan dengan melarang keluarga pasien berkunjung
selama masih besarnya peningkatan COVID-19 dengan solusi setiap pasien hanya dapat di jaga
oleh salah satu anggota keluarga tidak boleh lebih, sehingga pada masa pandemic ini kita dapat
mengurangi adanya penyebaran COVID-19.

Dalam situasi saat ini, maka kesalamatan pasien yang berada dirumah sakit terutama pasien yang
rawat inap menjadi prioritas bagi perawat dengan menjauhkan ruangan pasien yang terinfeksi
COVID-19 dengan pasien yang lain dan membedakan perawat yang akan merawat pasien
COVID-19 dengan perawat pasien penyakit yang lain. Tatkala juga perawat yang merawat
pasien COVID-19 wajib memakai APD dengan tingkat pencegahan penyebaran virus sedikit.
Namun dikarenakan penyebaran COVID-19 yang sangat besar menyebabkan semua perawat
wajib memakai alat pelindung diri untuk mencegahnya penyebaran kepada pasien ataupun
kepada perawat itu sendiri.

Menurut Depkes RI (2008) dalam Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, tindakan
pertama program keselamatan pasien di rumah sakit adalah membangun budaya keselamatan
pasien ataupun menumbuhkan kesadaran pada seluruh karyawan kesehatan akan pentingnya nilai
keselamatan di rumah sakit. Jadi, Untuk meningkatkan mutu pelayanan keselamatan pasien di
tingkat unit maka harus dilakukan upaya perubahan budaya keselamatan pasien di seluruh unit
diRumah Sakit.

Maka dari itu kesaran tentang budaya keselamatan pasien masih perlu ditingkatkan kembali.
Baik dengan memberikan pelatihan-pelatihan dari yang terkecil hingga pelatihan pelatihan yang
terbesar dan mengupdate pengetahuan tentang keselamatan pasien.

Metode

Metode ini digunakan secara faktual dengan merujuk pada referensi referensi yang dapat
dipercaya seperti contohnya ialah jurnal jurnal, e-book, serta buku teks . Dengan
menggabungkan referensi referensi yang faktual keselamatan passion dimasa masa pandemi
COVID-19 maka penulis berharap artikel ini dapat membantu orang orang yang membutuhkan
informasi tentang Meningkatkan keselamatan pasien diRumah Sakit terkait dengan masa masa
pandemic COVID-19.
Hasil

Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan
memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan
datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain
dan seluruh China.Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19
di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,
Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina,
India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.Data
31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus
kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara.Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di
seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus
dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan
kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal
30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas
paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.

Keselamatan pasien merupakan suatu prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan, ditambah dengan
ditemukan kasus baru yang belum ditemukannya penyembuhannya dengan efektif dan
mengurangi penyebarannya dengan baik yaitu COVID-19. Keselamatan pasien (patient safety)di
rumah sakit ialah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, Menurut
Departemen kesehatan Republik Indonesia (2008). Sistem tersebut meliputi bagian bagian dari
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan
kognitif, afektif dan tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien, Terutama dimasa
meningkatnya penyebaran COVID-19 didunia. Menurut World Health Organization (WHO)
2014, Keselamatan pasien merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius.

Menurut Bawelle, 2013 secara keseluruhan program patient safety sudah diterapkan, namun
masalah dilapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun sudah pernah
mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada pasien cedera, resiko jatuh, resiko salah pengobatan,
pendelegasian yang tidak akurat saat oforan pasien yang mengakibatkan keselamatan pasien
menjadi kurang maksimal. Hal tersebut merupakan bagian dari menganggap bahwasannya hal
hal kecil tidak akan mengalami hal hal seperti KTD ataupun KNC. Maka dari itu, kesadaran dari
petugas dirumah sakit sendiri sangatlah dibutuhkan dengan kemampuan kemampuan baik secara
ilmu maupun secara tindakan.

Pembahasan

COVID-19 adalah penyakit yang baru ditemukan pada tahun 2019 oleh karena itu pengetahuan
terkait pencegahannya, pengobatannya dan penangannya masih terbatas. Kunci pencegahan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi dasar.

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya
menginfeksi hewan, di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-
19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E,
alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute
Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV).Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus
yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness
(SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2.

Sekuens SARSCoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang diisolasi pada kelelawar,
sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi
dan menginfeksi manusia. Mamalia dan burung diduga sebagai reservoir perantara. Pada kasus
COVID-19, trenggiling diduga sebagai reservoir perantara. Strain coronavirus pada trenggiling
adalah yang mirip genomnya dengan coronavirus kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV-2 (91%).
Genom SARS-CoV-2 sendiri memiliki homologi 89% terhadap coronavirus kelelawar ZXC21
dan 82% terhadap SARS-CoV. Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan bahwa SARS-
CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain receptor-binding yang hampir
identik dengan SARS-CoV.

Pada SARS-CoV, protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensinconverting-
enzyme 2 (ACE2).Pada SARS-CoV-2, data ini vitro mendukung kemungkinan virus mampu
masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2. Studi tersebut juga menemukan bahwa
SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti Aminopeptidase N (APN)
dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4). Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke
manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi
SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin.
Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui
nebulizer) selama setidaknya 3 jam.

WHO memperkirakan reproductive number (R0 ) COVID-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun,
studi lain memperkirakan R0 sebesar 3,28 Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan
penularan dari karier asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus
terkait transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan pasien
COVID-19.Beberapa peneliti melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada neonatus. Namun, transmisi
secara vertikal dari ibu hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat
terjadi, data menunjukkan peluang transmisi vertikal tergolong kecil. Pemeriksaan virologi
cairan amnion, darah tali pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan
negatif.

SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel
gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada 23% pasien yang
dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel
saluran napas. Kedua fakta ini menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral.
Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh dibandingkan SARS-CoV.
Eksperimen yang dilakukan van Doremalen, dkk. menunjukkan SARSCoV-2 lebih stabil pada
bahan plastik dan stainless steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam).
Studi lain di Singapura menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar dan
toilet pasien COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan
toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel udara.

Berdasarkan data yang sudah ada. Ada beberapa penyakit yang memiliki resiko terkenanya virus
COVID-19 seperti, penyakit komorbid hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki,
dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin
yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih
tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor
ACE2. Diaz JH43 menduga pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau angiotensin receptor
blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19 yang lebih berat. Terkait dugaan ini, European
Society of Cardiology (ESC) menegaskan bahwa belum ada bukti meyakinkan untuk
menyimpulkan manfaat positif atau negatif obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga pengguna
kedua jenis obat ini sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya.

Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2.Kanker
diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen
proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati
kronik juga mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19,
dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk. Studi Guan, dkk.menemukan bahwa dari 261
pasien COVID-19 yang memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23
pasien dengan hepatitis B. Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya
memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV. Namun, hingga
saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2. Hubungan infeksi
SARS-CoV-2 dengan hipersensitivitas dan penyakit autoimun juga belum dilaporkan. Belum ada
studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma dengan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-
2.

Namun, studi meta-analisis yang dilakukan oleh Yang, dkk. menunjukkan bahwa pasien
COVID-19 dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis
yang lebih parah. Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-
19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak
dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah
satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga
medis. Di China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%

Dalam kondisi saat ini, terkadang petugas kesehatan harus mengorbankan hidup mereka untuk
melindungi masyarakat dari penyebaran pandemi Covid-19. dapat disimpulkan bahwa
perlindungan hukum keselamatan tenaga kerja tenaga kesehatan akibat pandemi Covid-19 belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam amanat undangundang, dalam pelaksanaannya hak-
hak tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19 masih terabaikan dan belum terpenuhi. Merujuk
pada Pasal 57 Undang-Undang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa Tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik berhak :

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar


Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima pelayanan kesehatan atau
keluarganya;
3. Menerima imbalan jasa;
4. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
5. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
6. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang bertentangan
dengan standar profesi, kode etik, standar pelayanan, standar prosedur operasional, atau
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
7. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab pemerintah global diperlukan untuk memenuhi hak-
hak pekerja kesehatan sebagai garis depan dalam menangani penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Peningkatan mutu pelayanan dirumah sakit sangat diperlukan sesuai dengan sejalan
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai penerima jasa pelayanan sehingga
masyarakat mampu memilih berbagai alternatif pelayanan yang bermutu yang dapat memberikan
kepuasan bagi dirinya maupun keluarganya. Rumah sakit akan berkompetensi baik secara
nasional maupun internasional ataupun secara global, sehingga upaya peningkatan mutu
pelayanan dirumah sakit sangatlah menjadi prioritas. Selain itu, dalam rangka mendukung upaya
rujukan dan pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah bermutu dan
berkualitas, oleh karena itu rumah sakit perlu terus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya.

Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, tidak dapat dikatakan mudah karena terkait dengan
banyak nya hal hal ataupun problem. Tinggi rendahnya mutu tersebut sangat dipengaruhi sumber
daya yang dimiliki rumah sakit, interaksi pemanfaatan sumber daya rumah sakit yang digerakkan
melalui proses dan prosedur tertentu menghasilkan jasa atau pelayanan. Mutu pelayanan rumah
sakit harus dapat dipertanggungjawabkan karena menyangkut banyak hal, salah satunya adalah
keselamatan pasien yang menjadi sasaran utama.

Peningkatan kesalamatan pasien pada masa masa pandemic COVID-19 ini menjadi hal yang
lebih difokuskan, setiap penjaga pasien diwajibkan untuk memakai masker dan tidak keluar
ruangan jika tidak diperlukan. Perawat penjaga juga selalu memberikan contoh dengan tindakan
tindakan yang benar dan memberikan arahan agar pasien yang sudah lama berada diRumah Sakit
dengan masalah lain lebih berhati hati dikarenakan adanya pasien covid-19 yang juga di rawat
diRumah Sakit yang sama.

Pencegahan COVID-19 dapat dilakukan oleh keluarga dengan tidak sembarang menemui sesama
pasien dirumah sakit yang kita tidak ketahui rincian dari masalah pasien lain ataupun bisa
dikatakan dengan melakukan lockdown dan isolasi mandiri. Selanjutnya ketika melakukan
tindakan dan memegang barang barang sekitar yang tidak hak milik keluarga pasien dan pasien
wajib melakukan hygine dengan mencuci tangan ataupun menggunakan desinfektan agar tidak
menyebar melalui dari barang barang yang kita pegang tadi. Keluarga pasien dan pasien
diusahakan dengan harus memperkuat imun tubuh dan menambah imun tubuh dengan vitamin
vitamin misalnya vitamin c. dan tak lupa pasien dan keluarga diwajibkan menggunakan masker
untuk mengurangi penularan skala besar penyakit.

Perawat selalu memberikan keterangan ataupun saran saran kepada keluarga untuk upaya
meningkatkan keselamatan pasien secara kontak jelas dengan keluarga pasien. Pada masa masa
ini perawat lebih aktif tidak melakukan kesalahan dengan lebih memperhatikan tindakan
tindakan apa yang akan dilakukan, obat obat yang akan diberikan dengan tidak membebaskan
perawat perawat yang baru saja bekerja yang akan melakukannya sendiri dan harus adanya
pengawasan dari perawat yang sudah professional. Perawat perawat yang akan melakukan
tindakan juga diwajibkan melihat rekam medis pasien untuk mengetahui apakah ada gangguan
akan obat yang akan diberikan atau adakah larangan baru pada pasien tersebut. Beberapa Negara
sudah ada yang memberikan Rumah sakit khusus COVID-19 danRumah sakit dengan pasien
penyakit lainnya, dan beberapa upaya dengan menutup tempat tempat wisata ataupun mall dan
pasar pasar modern serta sekolah dan perguruan tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama

Penutup

a.kesimpulan

pada masa masa pandemi COVID-19 keselamatan pasien menjadi lebih ditingkatkan dengan
mengatur hal hal kecil yang mungkin berisiko pada keselamatan pasien baik dari pihak keluarga
maupun tim medis akan melakukan semua dengan baik dan benar. Terutama perawat yang
berjaga harus selalu memperhatikan tindakan tindakan kecil yang seperti pemberian obat,
melakukan injeksi ataupun setelah itu dengan memperhatikan tanda tanda vital pasien dan hal hal
sepele seperti ganggang yang berada disebelah kanan dan kiri pasien apakah ada resiko pasien
terjatuh besar atau tidak. Perawat juga ditekankan untuk selalu menerapkan penggunaan APD
ataupun melakukan tindakan secara steril dan bersih. Keselamatan pasien merupakan suatu
prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien (patient safety)di rumah sakit ialah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, Menurut Departemen
kesehatan Republik Indonesia (2008). Sistem tersebut meliputi bagian bagian dari assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien.

b. saran

APD pada perawat merupakan hal yang sangat diutamakan pada masa ini, terutama untuk
mengurangi COVID-19 . setiap tindakan yang dilakukan diharapkan selalu sesuai dengan SOP
dan bantuan dari perawat yang sudah professional. Perawat juga selalu berharap lingkungan
sekitar dan keluarga serta pasien dapat memahami situasi saat ini dengan rajin menjalai protokol
kesehatan demi menjaga keselamatan semua orang dan keselamatan pasien itu sendiri.
Daftar pustaka

Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Dampak Psikologis dan Memberikan Perawatan dan
Layanan Kesehatan Pasien Covid 19 Pada Tenaga Professional Kesehatan. HIJP:
Health informasition jurnal penelitian, 12(1)
Adityo Susilo. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia - RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jln. Diponegoro No. 71, Jakarta 10430
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020 |
Najihah. 2018. BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DAN INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT: LITERATURE REVIEW. Journal
of Islamic Nursing Vol. 3 No. 1.
Pesulima, T. L., & Hetharie, Y. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan
Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19. SASI, 26(2), 280-285.
Lombogia, Angelita., dkk. 2016. Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat
dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Akut
Insani, T. H. N., dan Sundari, Sri. 2018. Analisis Pelaksanaan Keselamatan Pasien
Oleh Perawat. Journal of Health Studies, vol.2. No.1
Firawati, Pebuty, A., & Putra, A. S. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan
Pasien di RSUD Solok. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 73-79.
(triwibowo cecep,Juli 2016)Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal
of Nursing), Volume 11, No.2.
arrum diah, 2015.PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DALAM SASARAN
KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT SUMATERA UTARA Idea
Nursing Journal Vol. VI No. 2 ISSN : 2087-2879
NIH, New coronavirus stable for hours on surfaces SARS-CoV-2 stability similar to
original SARS, 2020,
virushttps://www.sciencedaily.com/releases/2020/03/200317150116.htm (diakses 23
oktober 2020)
Simamora, R. H., & Nurmaini, C. T. S. (2019). Knowledge of Nurses about
Prevention of Patient Fall Risk in Inpatient Room of Private Hospital in
Medan. Indian Journal of Public Health Research & Development, 10(10), 759-763.

Anda mungkin juga menyukai