Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Sukmayani,

2018).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh identitas persepsi terhadap objek.

Sebagai besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,

2010)
2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan mempunyai

enam tingkatan yang tercangkup dalam domain kognitif.

a. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu

ini merupakan tingkat tentang apa yang dipelajari antara

lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentag objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagianya terhadap

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi ( Application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real ( sebenarnya ) aplikasi di sini dapat diartikan


sebagai aplikasi atau pengetahuan hukum–hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagiannya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis ( Analysis )

Analisi adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen –

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya sutu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan

sebagianya.

e. Sintesis ( Synthesis )

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam

suatu bentuk keseluruahn yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi

atau objek. Penelitian–penelitian itu berdasarkan suatu

kriteria–kriteria yang telah ada.

3. Sumber Pengetahuan Masyarakat


Cara memperoleh pnegetahuan menurut Notoatmodjo

(2012) adalah sebahai berikut:

1. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari :

a. Cara Coba – Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka

dicoba kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan

ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan

seterusnya, sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat bak formal maupun

informal, para pembuka agama, pemegang pemerintah

dan sebagainya dengan kata lain, pengetahuan ini

diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni

orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,

maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuan. Prinsip

inilah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas

tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan


kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan pendapat sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang Kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa lalu.

d. Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat kadang-kadang dapat

menemukan teori kebenaran. Sebelum ilmu Pendidikan

berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya

mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak

disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya

tersebut salah. Ternyata cara menghukum anak ini

sampai sekarang berkembang menjadi teori atau

kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode

(meskipun bukan yang paling baik) bagi Pendidikan

anak-anak

e. Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran


pengetahuan manusia telah menggunakan dalam

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

2. Cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasaini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini

disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut

metode penelitian (research methology)

4. Pengukuran Pengetahuan

Menurut (Budiman dan Riyanto, 2013) pengetahuan

seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut :

Bobot I : Tahap tahu dan pemahaman.

Bobot II : Tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis.

Bobot III : Tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis

dan evaluasi

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara

atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan

diukur dari subjek penelitian atau responden.

5. Kriteria Pengetahuan

Menurut (Budiman dan Riyanto, 2013) tingkat pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya

adalah masyarakat umum, yaitu :

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%.


2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%.

2.1.2 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir

1) Paritas

Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang

pernah dialami ibu baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2 sampai

3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal (Nurhidayati, 2019).

2) Usia

Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja (Budiman dan Riyanto, 2013).

Usia reproduktif merupakan usia antara 20-35 tahun usia

reproduktif sehat (tidak beresiko). Usia tidak reproduktif

merupakan usia antara 36-45 tahun dan usia reproduksi tidak sehat

(beresiko) (Budiman dan Riyanto, 2013).

Pada usia madya individu akan berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia

tua. Selain itu, usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca (Budiman dan Riyanto, 2013).

3) Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengalihan pengetahuan secara

sistematis dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang

telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer

pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah sikap tingkah laku,

kedewasaan berpikir dan kedewasaan kepribadian ke dalam

Pendidikan formal dan Pendidikan informal (Bidayati, 2019).

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang

dilakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia,

baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan

manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan

(Bidayati, 2019).

Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia

sebagai upaya memberikan pengalaman-pengalaman belajar

terpogram dalam bentuk Pendidikan formal, nonformal, dan

informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur

hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan

individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup

secara tepat (Bidayati, 2019)

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kesibukkan yang dilakukan seseorang

terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya

sehingga menghasilkan suatu penghasilan berupa uang, pekerjaan

ibu tidak hanya menunjukkan ada tidaknya interaksi ibu dalam

masyarakat yang luas dan keaktifan pada organisasi tertemtu,


dengan asumsi ibu yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang

lebih tinggi dan menerima informasi lebih cepat dari pada ibu yang

tidak bekerja (Notoarmodjo, 2012).

5) Sumber Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah

tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media

misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang (Saprono, 2017)

Non media adalah menyajikan fakta, ide, atau gagasan

melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka dan gambar

(https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/nur.a

malina22/pengertian-media-massa, diakses pada 6 Juni 2021).

Media adalah alat yang digunakan dalam penyampaian

pesan atau informasi dari sumber ke khalayak

(https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/nur.a

malina22/pengertian-media-massa, diakses pada 6 Juni 2021).

6) Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga

akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk


kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial budaya

yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial

budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik.

Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan

karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata

maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang

diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

7) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun

tidak yang akan di respons sebagai pengetahuan oleh individu.

Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan

baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapat juga akan kurang baik (Notoatmodjo, 2012).

8) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain

maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang

tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut

mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari

pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman

yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila

mendapatkan masalah yang sama (Notoatmodjo, 2012).


2.2 Tali Pusat

2.2.1 Pengertian Tali Pusat

Tali pusat adalah jaringan penghubung antara

plasenta (ari-ari) dengan janin. Tali pusat ini berbentuk

seperti tali kecil yang memanjang saat berada di dalam

kandungan. Fungsi tali pusat adalah menjaga kelangsungan

hidup pertumbuhan janin di dalam kandungan dengan

mengalirkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke aliran darah

janin (Abata, 2015:91).

Tali pusat adalah saluran yang menghubungkan bayi

dengan plasenta saat berada di dalam Rahim, di mana

plasenta berguna untuk menyediakan oksigen dan nutrisi

dari ibu untuk bayi saat di dalam kandungan. Saat bayi

lahir, tali pusat yang melekat diperut bayi akan disisakan

beberapa sentimeter. Sisanya ini akan dibiarkan hingga

pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas atau

puput pada 6-7 hari setelah kelahiran. Selama belum lepas,

tali pusat harus dirawat dengan baik. Jika tidak, maka tali

pusat akan mengalami infeksi, basah, bernanah, dan berbau.

Keadaan ini jelas membahayakan bagi bayi (Irwan, 2016)

2.2.2 Ciri Umum Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat Funiculus umbilicalis yang

terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah

umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada


perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal

berinsersi di bagian tengah plasenta. Funiculus umbilicalis

berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta

sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40

puntiran spiral. Pada saat aterm, Funiculus umbilicalis

panjangnya 50-55 cm, diameternya 1-2,5 cm dan berwarna

putih kuning.

Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air

ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif

banyak, disertai dengan mobilitas bayi yang sering.

Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak

(pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat

lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang

adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin

atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan asfiksia

karena oklusi pembuluh darah khususnya pada saat

persalinan (Saprono, 2017)

2.2.3 Bagian-bagian Tali Pusat

Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan

bagian janin (vilikorionik). Permukaan maternal lebih

memerah dan terbagi menjadi beberapa bagian atau biasa

disebut sebagai kotiledon. Permukaan fetal ditutupi dengan

membrane amniotic dan merupakan membrane yang halus

serta berwarna keabuan dengan tonjolan pembuluh darah


sehingga tali pusat tidak hanya sebagai penyebar sumber

makanan dan sebagai penyaring makanan bagi janin

(Abata, 2015:91).

2.2.4 Struktur Tali Pusat

Struktur tali pusat terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

(Sapronno, 2017)

1. Amnion

Amnion menutupi Funiculus Umbilicalis dan

merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan

fetal plasenta. Pada ujung fetal, amnion melanjutkan

diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Kulit

maupun membrane amnion berasal dari ektoderm

2. Tiga pembuluh darah

Setelah struktur lengkug usus, yolk sack, dan ductus

vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya

mengandung pembuluh darah umbilical yang

menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga

pembuluh darah itu saling berpilin di dalam tali pusat

dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada

korion plasenta.

Ketiga pembuluh darah tersebut :

a. Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan

memberi nutrisi ke sistem peredaran darah fetus


dari darah maternal yang terletak di dalam spatium

choriodeciduale

b. Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa

(limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa

tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah

maternal untuk diekskresikan.

3. Wharton jelly

Wharton jelly merupakan zat yang berkonsistensi

lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada tali

pusat. Jeli-jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut

terhadap kompresi sehingga pemberian makanan yang

berkelanjutan untukk janin dapat dijamin dan

membantu mencegah penekukan tali pusat.

2.2.5 Tujuan perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat untuk mencegah

terjadinya infeksi dan mempercepat proses pemisahan tali

pusat dari perut bayi dengan cara membiarkan tali pusat

mengering dengan sendirinya, tanpa membubuhkan alkohol

atau ramuan apapun pada perawatan tali pusat. Tali pusat

setidaknya dibersihkan dua kali dalam sehari. Tali pusat

tidak boleh ditutup rapat dengan apapun karena dapat

menyebabkan tali pusat menjadi lembab (Saprono, 2017)

2.2.6 Manfaat perawatan tali pusat


ada 3 manfaat perawatan tali pusat menurut

sarwono (2015) yaitu :

a. Mampu merawat tali pusat dengan teknik septik dan

aseptik

b. Mampu membersihkan tali pusat dan sekitarnya

c. Mampu mencegah timbulnya infeksi oleh bakteri

2.2.7 Penatalaksanaan perawatan tali pusat dengan benar

Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar

yaitu : (Depkes, 2015)

a. tidak membungkus tali pusat ataupun mengoleskan

bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat, beritahu

keluarga untuk tidak memberikan apapun pada tali pusat

bayinya.

b. bila ingin menutup tali pusat dengan menggunakan

kassa steril dan kering. Beritahu keluarga sebelum

penolong meninggalkan bayinya :

1) Lihat popok dibawah bagian puntung tali pusat.

2) Bila puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati

dengan menggunakan air matang dan sabun. Keringkan

secara hati-hati dengan air bersih.

3) Jelaskan pada ibu bahwa ibu harus mencari bantuan dari

perawat atau petugas bila tali pusat menjadi merah atau

mengeluarkan nanah hingga darah


4) Bila tali pusat merah atau mengeluarkan nanah maupun

darah, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dapat menangani

dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir secara

lengkap.

WHO (2015) merekomendasikan cara merawat tali

pusat dengan benar yaitu :

Cukup membersihkan tali pusat dengan

menggunakan air dan sabun, lalu keringkan hingga benar-

benar kering. Penelitian juga membuktikan bahwa tali pusat

yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih

cepat puput atau terlepas dari pada tali pusat yang

dibersihkan menggunakan alkohol atau ramuan apapun.

Selama tali pusatnya masih belum puput (lepas),

sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan

atau dimasukkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air

hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat agar tetap

kering. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat-rapat

dengan apapun, karena dapat membuat tali pusat menjadi

lembab. Selain memperlambat proses pelepasan tali pusat,

juga dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi. Bila

terpaksa ditutup, tutup menggunakan kassa steril. Pastikan

bagian pangkal tali pusat dapat leluasa mendapat udara.

Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar

cepat mengering (Saprono, 2017).


2.2.8 Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali

pusat.

a. Melakukan penyuluhan pada ibu pasca melakirkan

tentang perawatan tali pusat

b. Melakukan pelatihan tentang cara melakukan perawatan

tali pusat pada ibu pascapersalinan.

c. Memberitahu ibu untuk selalu memantau keadaan

bayinya

d. Melakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap

kali tali pusat basah atau kotor. (Arin dan Akbar, 2014)

2.3 Kerangka teori

Kerangka teori merupakan kerangka berpikir yang telah dibuat

oleh peneliti dengan berlandaskan pada teori-teori yang sudah baku

yang dapat meberikan gambarang yang sistematis mengenai masalah

yang akan diteliti. Gambarang yang sistematis tersebut dijabarkan

dengan menghubungkan variable yang satu dengan variable yang

lainnya (I Made Pasek, 2017).

Berdasarkan tinjauan Pustaka yang telah diutarakan dapat

diutarakan kerangka teori sebagai berikut :


Bagan 2.1

Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
1. Paritas
Pengetahuan ibu
2. Usia hamil tentang
3. Pendidikan perawatan tali
4. Pekerjaan pusat pada bayi
5. Sumber Informasi / baru lahir
Media Massa
6. Sosial, Budaya dan
Ekonomi
7. Lingkungan
8. Pengalaman
Sumber : Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai