Anda di halaman 1dari 25

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Keluarga Tentang Stroke


1. Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya sehingga
menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan adalah kesan di
dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan
juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian
yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Mubarok, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (over behavior) pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007) yaitu
a. Know (Tahu)
Yaitu mengingat, menghafal suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Comprehension (Pemahaman)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau
menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
diinterpretasi dengan benar.
c. Application (Penerapan)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip dan
prosedur materi yang telah dipelajari pada waktu, situasi atau kondisi
sesungguhnya.
d. Analysis (Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam
bentuk komponen-komponen. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata-
8

kata kerja, dapat menggambarkan/membuat bagan, membedakan atau


memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.
e. Synthesis (Sintesis)
Yaitu kemampuan untuk melakukan/menghubungkan bagian-
bagian kedalam satu bentuk keselarasan yang baru dengan kata lain.
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulir baru dengan
formasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keselarasan yang
baru dengan kata lain evaluasi adalah kemampuan untuk menilai dan
menyusun formulir dari formula-formula yang ada.

Berdasarkan hal tersebut diatas disebutkan bahwa pengetahuan adalah suatu


proses mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya mampu melanjutkan ,menjabarkan
dan mampu untuk menilai dari suatu objek atau stimulus tertentu (Notoadmojo, 2003).
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok (2007):

1. Tingkat pendidikan.

2. Pekerjaan

3. Umur

4. Minat

5. Pengalaman

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

7. Informasi

Hasil penelitian Olgrid (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan keluarga


dengan dukungan didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang mempunyai
pengetahuan baik tentang stroke yaitu mereka yang lulusan SMA sebanyak 18 (45.0%)
responden. Wawan (2010) mengatakan pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
9

seseorang terhadap tingkat pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang


maka daya tangkap untuk mendapatkan informasi lebih cepat dan tanggap. Penelitian
Novida & Santi (2016) didapatkan hasil bahwa hubungan antara Jurnal Gawat Darurat
Volume 1 No 1 Juni 2019, Hal 13-24 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 19
tingkat pendidikan dengan tingkat pengenalan gejala awal stroke, p = 0,006 sehingga
nilai p< α (0,05) dan nilai r yang didapatkan sebesar 0,229. Hasil penelitian Rini &
Indarwati (2010) tentang tingkat pengetahuan keluarga dan kesiapan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang menderita stroke di Desa Kebakkramat Karanganyar
didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang bepengetahuan kurang mayoritas
bekerja sebagai buruh sebanyak 19 (16.5%) orang.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan dapat


dikelompokkan menjadi dua :

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan


Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperolah kebenaran
pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan
sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi :
1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan


mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan
dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya
maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau
metode coba-salah/coba-coba.

2) Cara kekuasaan atau otoritas


10

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-


kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Dengan kata
lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan,
baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa


pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah


menggunakan jalan pikirannya melalui induksi atau deduksi. Induksi yaitu
: proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Deduksi yaitu : pembuatan
kesimpulan dari pernyataan umum kepada khusus.

b. Cara modern
Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau
lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu dengan mengembangkan
metode berfikir induktif. Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan
diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo,2003).
11

Memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung dan membuat


pencatatan. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :

1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.

2) Gejala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-


ubah pada kondisi tertentu.

3. Cara pengukuran pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
Kedalam pengetahuannya yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).

B. Pengertian Stroke.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian
tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel
otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat
dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya
komplikasi.
Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control
gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Heart Association
[AHA], 2015)
12

a. Klasifikasi Stroke
Stroke di bagi menjadi 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1) Stroke Hemoragi
Merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau
perdarahan subarakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak pada area
tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak (AHA, 2015). Perdarahan yang
terjadi dapat menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan pada
saraf di dalam tengkorang yang ditandai dengan penurunan kesadaran, nadi cepat,
pernapasan cepat, pupil mengecil, kaku kuduk, dan hemiplegia (Sylvia, 2005 ;
Yeyen, 2013). Stroke hemoragi dibagi menjadi dua jenis antara lain:
a) Perdarahan Intraserebral
Pembuluh darah karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat sehingga
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Sering dijumpai
pada daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
b) Perdarahan Subaraknoid
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri sehingga menimbulkan nyeri kepala yang hebat.
2) Stroke Iskemik
Merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah
otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan
tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015). Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh
trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ
selain otak (Sylvia, 2005). Stroke ini ditandai dengan kelemahan atau
hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur, dan disfagia (Wanhari,
2008 dalam Yeyen, 2013).
C. Penyebab Stroke
Menurut Smeltzer dan Bare (2012) stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu
dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
13

1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang adalah penyebab
paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat
mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya 12 menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral (Valante et al, 2015).
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Valante et al, 2015).
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan hemoragi
mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau
tidak responsif. Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai
darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak
dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.

D. Faktor Resiko Stroke


Faktor risiko terjadinya stroke secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu, faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi (AHA,
2015).
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor genetik dan ras, usia, jenis kelamin, dan
riwayat stroke sebelumnya (AHA, 2015). Faktor genetik seseorang berpengaruh
karena individu yang memiliki riwayat keluarga dengan stroke akan memiliki
risikotinggi mengalami stroke, ras kulit hitam lebih sering mengalami hipertensi dari
pada ras kulit putih sehingga ras kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena
stroke (AHA,2015). Stroke dapat terjadi pada semua rentang usia namun semakin
bertambahnya usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke, hal ini sejalan dengan
14

hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2013 yang menyatakan
bahwa usia diatas 50 tahun risiko stroke menjadi berlipat ganda pada setiap
pertambahan usia. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke, menurut
Wardhana (2011) laki-laki memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan
perempuan, hal ini terkait kebiasaan merokok, risiko terhadap hipertensi,
hiperurisemia, dan hipertrigliserida lebih tinggi pada laki-laki. Seseorang yang
pernah mengalami serangan stroke yang dikenal dengan Transient Ischemic Attack
(TIA) juga berisiko tinggi mengalami stroke, AHA (2015) menyebutkan bahwa 15%
kejadian stroke ditandai oleh serangan TIA terlebih dahulu.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko yang dapat diubah adalah obesitas (kegemukan), hipertensi,
hiperlipidemia, kebiasaan merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, dan pola
hidup tidak sehat (AHA, 2015). Secara tidak langsung obesitas memicu terjadinya
stroke yang diperantarai oleh sekelompok penyakit yang 14 ditimbulkan akibat
obesitas, selain itu obesitas juga salah satu pemicu utama dalam peningkatan risiko
penyakit kardiovaskuler (AHA, 2015). Hipertensi merupakan penyebab utama
terjadinya stroke, beberapa studi menunjukkan bahwa manajemen penurunan
tekanan darah dapat menurunkan resiko stroke sebesar 41% (AHA, 2015 ; WHO,
2014). Hiperlipidemia atau kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar lemak di
dalam darah dapat memicu terjadinya sumbatan pada aliran darah (AHA, 2015).
Menurut Stroke Association (2012) dan AHA (2015) individu yang merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke
karena dapat memicu terbentuknya plak dalam pembuluh darah. Faktor-faktor diatas
dapat diubah untuk menurunkan resiko stroke dengan menerapkan pola hidup sehat.
a. Usia
Dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk anak-anak.
Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas) dan
resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya
degeneratif organ-organ dalam tubuh (Nurarif et all, 2013). Status umur
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin bertambah umur maka
penalaran dan pengetahuan semakin bertambah. Tingkat kematangan seseorang
15

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan


dimana individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap
stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang
akan bergantung dan peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah
mengalami gangguan kecemasan (Maslim, 2004). Berikut kategori umur
menurut Depkes RI (2009) :
1) Usia Muda 18-40 tahun
2) Usia Tua 41- 65 tahun

b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia
dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden
stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-rata
25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih
muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan 15 yang berperan dapat melindungi
wanita sampai mereka melewati masaMasa melahirkan anak (Burhanuddin,
Wahidudin, Jumriani, 2012). Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan
memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke. Hal
ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan untuk terserang stroke
pada usia dewasa awal adalah sama. Pria memiliki risiko terkena stroke iskemik
atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun,
wanita memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena
stroke pada usia dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013).
c. Genetik (herediter)
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik pada risiko
stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang
berperan dalam terjadinya stroke.
d. Ras dan etnis
16

Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada berkulit
putih setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan diabetes mellitus. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi :
1) Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul
perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir seluruh organ
tubuh, terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer.
Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada seberapa 16 besar
tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari
kondisi sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain. Insiden stroke dapat
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan
darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke
iskemik, perdarahan intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid.
2) Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar
1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi
kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah
yang menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari
semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh
darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke
otot jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi
serangan jantung. Sementara bila yang 17 tersumbat adalah pembuluh darah
pada bagian otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin et all, 2012).
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi
kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL
(lemak jahat) yang akan mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang
kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah (Junaidi, 2011).
3) Diabetes Mellitus (DM)
17

Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada


pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah
otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran
darah dikarenakan pada kadar gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah
sehingga menghamabat aliran darah ke otak. Hiperglikemia
dapatmenurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran
arteri, meningkatkanya pembentukan trombosis dan menyebabkan glikolisis
protein pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat menimbulkan
perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes
melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih
tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar. Pasien yang
memiliki riwayat diabetes melitus dan menderita stroke mungkin diakibatkan
karena riwayat 18 diabetes melitus diturunkan secara genetik dari keluarga
dan diperparah dengan pola hidup yang kurang sehat seperti banyak
mengkonsumsi makanan yang manis dan makanan siap saji yang tidak
diimbangi dengan berolahraga teratur atau cenderung malas bergerak
(Burhanuddin et all, 2012).
4) Penyakit Jantung
Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada otak. Ini
disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat menurunkan total
curah jantung yang mengakibatkan aliran darah di otak berkurang (iskemia).
Selain itu terjadi pelepasan embolus yang kemudian dapat menyumbat
pembuluh darah otak. Ini disebut dengan stroke iskemik akibat trombosis.
Seseorang dengan penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3
kali lipat dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung. (Hull,
1993)
5) Obesitas
Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler dan stroke
(Wahjoepramono, 2005). Jika seseorang memiliki berat badan yang
berlebihan, maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Patel, 1995).
18

Obesitas dapat juga mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada


remaja dan dewasa muda (Madiyono, 2003). Oleh karena itu, penurunan
berat badan dapat mengurangi risiko terserang stroke. Penurunan berat badan
menjadi berat badan yang normal merupakan cerminan dari aktivitas fisik
dan pola makan yang baik.
6) Merokok
Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak terjadi
pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko stroke akan menurun
setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah
berhenti merokok.Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi
fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang
timbulnya aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010). Arteriskle rosis dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah yang lambat
karena terjadi viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan tekanan
pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran
melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi lemak yang
berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan menurunkan jumlah HDL
(kolestrol baik) atau menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan
kolesterol LDL yang berlebihan (Burhanuddin et all, 2012)

E. Manisfestasi Klinis

Pada stroke akut gejala klinis meliputi:

1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul


secara mendadak karena lesi pada hemisfer yang berlawanan.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma), terjadi
karena lobus temporalis medial mengalami infark.
4. Afasia (kesulitan dalam bicara).
5. Disatria (bicara cadel atau pelo).
19

6. Gangguan penglihatan, diplopia (penglihatan ganda) diakibatkan karena


gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual.
7. Apraksia/ ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya, terjadi karena gangguan peredaran darah ke batang otak.
8. Verigo, mual, muntah dan nyeri kepala.

F. Pengetahuan Keluarga Tentang Gejala Awal Stroke


Kejadian stroke seringkali terkesan mendadak, namun sesungguhnya tidaklah
demikian. Sebelum serangan stroke terjadi, telah ada gejala-gejala yang memberikan
petunjuk adanya resiko stroke pada diri seseorang. Tanda- tanda peringatan stroke yang
perluh diwaspadai antara lain:
1. Sering pusing disertai mual dan pening yang berlangsung terus menerus meskipun
telah minum obat penahan rasa sakit.
2. Muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati rasa.
3. Koordinasi anggota gerak (tangan dan kaki) tidak seperti biasanya, misalnya sulit
digerakkan
4. Mengalami kesulitan ketika akan mengenakan sandal jepit
5. Tangan sulit diperintah untuk meraih suatu benda atau benda yang semula telah
dipegang erat tiba-tiba jatuh.
6. Gagal meletakkan benda pada tempat yang pas
7. Sulit ketika mengancingkan baju
8. Tulisan menjadi jelek atau bahkan tidak bisa dibaca
9. Mendadak mengalami kebingungan
10. Penglihatan pada satu mata atau keduanya mendadak buram
11. Mengalami kesulitan menelan makanan
12. Ketika minum sering berceceran karena minuman tidak dapat masuk kedalam
mulut dengan semestinya
13. Mengalami gangguan kognitif dan demensia ketika berkomunikasi dengan orang
lain.
14. Sering kejang, pingsan dan bahkan koma.
20

Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2017) tentang pengetahuan keluarga
berperan terhadap keterlambatan kedatangan pasien stroke iskemik akut di Instalasi
Gawat Darurat didapatkan hasil bahwa penanganan keluarga yang membawa pasien
stroke lebih dari 3 jam mayoritas berpendidikan SD sebanyak 27 (46,5%) responden.

G. Komplikasi

Pasien yang mengalami gejala berat rentan terhadap komplikasi diantaranya:

1. Pneumonia, aspirasi yang berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas,


imobilitas atau hipoventilasi.
2. Septikemia akibat ulkus dekubitus/ infeksi saluran kemih.
Keadaan ini diakibatkan karena berbaring terlalu lama dan malas
berpindah posisi yang menyebabkan luka lecet dan infeksi pada bagian tubuh
yang sering menjadi tumpuan berbaring seperti panggul, pantat dan kaki.
3. Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis),
Terhentinya gerakan otot tungkai sehingga aliran didalam pembuluh darah
vena tungkai terganggu yang meningkatkan resiko untuk terjadinya
penggumpalan darah pada tungkai yang mengalami kelumpuhan.
4. emboli paru, Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung
5. Ketidakseimbangan cairan
6. Hipertensi/ hipotensi
Peningkatan TIK pada stroke menyebabkan terjadinya penekanan pada batang
otak sehingga batang otak mengalami iskemik dan neuron penghambat simpatik
dibatang otak menjadi tidak aktif dan kerja saraf simpatik meningkat yang
mengakibatkan tekanan sistemik meningkat.
7. Kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi
normal otak.
8. Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
21

9. Ruangan intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah dan cairan


serebrospinalis.
10. Kontraktur, tonus otot abnormal.
11. Malnutrisi
12. Inkontinentia urine, bowel
Diakibatkan karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kandung kemih menjadi atonik, dengan
kerusakan sensasi dalam respons terhadap pengisian kandung kemih. Kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang/berkurang.
Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi pada disabilitas jangka panjang,
meliputi:
a. Ulkus decubitus
Keadaan ini diakibatkan karena berbaring terlalu lama dan malas
berpindah posisi yang menyebabkan luka lecet dan infeksi pada bagian
tubuh yang sering menjadi tumpuan berbaring seperti panggul, pantat dan
kaki.
b. Epilepsi
Terjadi akibat jaringan otak normal di bawah kondisi patologik
tertentu seperti perubahan keseimbangan asam-basa atau elektrolit.
c. Jatuh berulang dan fraktur
d. Pastisitas dengan nyeri, kontraktur dan kekakuan sendi bahu (frozen
shoulder)
Keadaan ini diakibatkan oleh imobilisasi sendi dalam jangka waktu
yang lama karena tidak adanya perbaikan fungsi motoris mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan jaringan ikat pada capsul sendi yang
menyebabkan sendi sulit untuk digerakkan.
e. Depresi
Terjadi akibat penderita stroke merasa tidak mampu menjalani
hidupnya serta tidak mendapat dukungan dari keluarga.
22

H. Periode emas penatalaksanaan stroke


Periode emas (golden period) dalam penanganan stroke adalah ± 3 jam, artinya
dalam 3 jam awal setelah mendapatkan serangan stroke, pasien harus segera
mendapatkan terapi secara komprehensif dan optimal dari tim gawat darurat rumah sakit
untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal (Morton dalam Saudin, Agoes &
Rini, 2016). Periode emas penatalaksanaan stroke adalah kurang dari 3 - 4,5 jam onset
serangan dan hasil terbaik dicapai dalam waktu 90 menit (Ashraf et al., 2015)
I. Penatalaksanaan Medis Fase Akut
Penatalaksanaan medis pada fase akut kejadian stroke antara lain:
1. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen serta penggunaan ventilator,
karena henti pernapasan biasanya menjadi faktor yang mengancam kehidupan
pada situasi ini.
2. Monitor peningkatan tekanan intracranial
Peninggian TIK akan menurunkan tekanan perfusi serebral sehingga akan
menurunkan aliran darah ke otak pada daerah penumbra. Pada edema berat
akan menyebabkan terjadinya herniasi dan dapat berujung pada kematian.
3. Monitor fungsi pernapasan: Analisis Gas Darah
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada
tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral.
4. Monitor jantung dan tanda-tanda vital , pemeriksaan EK
Semua pasien harus menjalani EKG pada hari pertama masuk rumah sakit
dan menjalani pemantauan telemetri pada 24 jam pertama. Adanya peningkatan
tensi, bradikardia, distritmia, dispneu merupakan tanda terjadinya peningkatan
TIK.
5. Evaluasi status cairan dan elektrolit
Hipovolemia sering ditemukan pada pasien stroke yang harus dikoreksi
dengan pemberian kristaloid isotonis. Cairan hipotonis (Dex 5 %, Nacl) harus
dihindari karena dapat mempehebat edema serebri.
6. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko
injuri.
23

7. Kejang dapat terjadi akibat iritasi serebral dan keadaan kejang memerlukan
banyak oksigen.
8. Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan serta mencegah resiko aspirasi dan gangguan menelan.
9. Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
10. Obat antikoagulan meningkatkan aliran darah ke otak dan mencegah kloting
yang merupakan kontraindikasi pada stroke haemoragik.
11. Monitor tanda- tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi
sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks. Perubahan kesadaran
menunjukan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit serta mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
12. Terapi trombolitik intra arteri dapat bermanfaat pada pasien yang ditangani
kurang dari 3 jam pertama setelah serangan stroke.
J. Pencegahan Stroke
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya stroke
antara lain:
1. Berhenti merokok
Merokok sangat besar perannya dalam meningkatkan tekanan darah, karena nikotin
yang terdapat didalam rokok yang memacu hormon adrenalin serta menyempitkan
pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
2. Manipulasi diet (rendah lemak hewani, rendah garam, menghindari konsumsi
alkohol berlebihan)
Beberapa penelitian menunjukan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi
hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri
dan menurunkan resiko terjadinya stroke.
3. Penggunaan obat- obat penurun kolesterol
4. Rutin mengontrol tekanan darah
Sebisa mungkin lakukan pemerisaan darah minimal sebulan sekali. Apabila
ditemukan tekanan darah cenderung meningkat dapat mengantisipasi resiko stroke
dengan cepat.
24

Keluarga diharapkan agar mempunyai pengetahuan yang baik tentang


peringatan gejala stroke, mampu mengenali dan menginterpretasikan stroke dengan
segera mengantar pasien ke fasilitas kesehatan/ mencari bantuan kesehatan.

K. Perilaku Keluarga Pada Penanganan Awal Stroke


1. Defenisi Perilaku Keluarga.
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati
secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku
terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), Mekanisme
(mekanisme), Adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Pada garis besarnya
perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial.
Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia (Notoatmodjo, 2007).
2. Perilaku kesehatan
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor
baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi menjadi tiga teori penyebab
masalah kesehatan yang meliputi :
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors),merupakan faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors), merupakan faktor yang memungkinkan
atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor pemungkin
adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
dimana lingkungan yang jauh atau jarak dari pelayanan kesehatan yang
memberikan kontribusi rendahnya perilaku perawatan.
c. Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku antara lain adanya dukungan petugas dan
dukungan keluarga.
25

Teori Adopsi perilaku dari Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),
mengemukakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang akan melewati 5
tahapan yaitu:
a. Awarenes (kesadaran)
b. Interest (perhatian atau ketertarikan dengan ide baru)
c. Valution (perilaku terhadap ide)
d. Trial (usaha untuk mencoba)
e. Adoption (bila menerima ide baru).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip dari Lewin perilaku ketaatan
pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pengetahuan,merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang
sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang.
b. Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.
c. Ciri-ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status
sosial ekonomi.
d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam membantu pasien
melaksanakan perawatan dan pengobatan.
4. Perilaku Sehat dan Perilaku Sakit
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang/organisme terhadap
stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan
diklasifikasikan sebagai berikut
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan/ health maintenance
Merupakan perilaku/usaha seseorang untuk memelihara/ menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika sakit, yang terdiri dari tiga
aspek, antara lain:
1) Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
26

2) Perilaku peningkatan kesehatan jika seseorang dalam keadaan sehat, perluh


diupayakan peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin.
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman), untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan juga sebaliknya dapat menurunkan kesehatan seseorang bahkan
dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang
terhadap makanan dan minuman tersebut.
5. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan/perilaku pencarian pengobatan/health seeking behavior.
Perilaku ini menyangkut upaya/tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit/kecelakaan. Perilaku/tindakan ini dimulai dari mengobati diri sendiri/self
treatment sampai mencari pengobatan keluar negeri.
6. Perilaku kesehatan lingkungan
Terjadi jika seseorang merespon lingkungan (fisik maupun sosial budaya),
bagaimana seseorang mengelolah lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatannnya sendiri, keluarga dan masyarakatnya.

L. Perilaku Keluarga dalam Penanganan Awal Stroke


Waktu emas (golden window) dalam penanganan stroke adalah ± 3 jam, artinya
dalam 3 jam awal setelah mendapatkan serangan stroke, pasien harus segera
mendapatkan terapi secara komprehensif dan optimal dari tim gawat darurat rumah sakit
untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal (Morton. 2012). Jadi dengan adanya
pengetahuan yang baik dan tepat maka status kesehatan penderita lebih meningkat.
Pengetahuan yang baik akan mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam
hal ini. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rasyid (2013) tentang hubungan
tingkat pengetahuan stroke dan tingkat pendidikan pada keluarga pasien stroke dengan
tindakan keluarga pada penanganan awal stroke akut di rspad gatot soebroto jakarta
periode januari -februari 2013 dengan hasil nilai p value = 0,000, dimana p <α= 0,05,
sehingga tingkat pendidikan keluarga pasien stroke berhubungan secara signifikan
dengan keterlambatan dalam golden hour dari pasien stroke. Keluarga yang membawa
pasien stroke ke rumah sakit atau mencari pertolongan kurang dari golden hour setelah
27

onset gejala stroke berjumlah 49 orang. Keluarga yang membawa pasien stroke lebih
dari golden hour ke rumah sakit mencari pertolongan berjumlah 23 orang.
Sebelum pasien diantar kerumah sakit, keluarga atau orang terdekat pasien perlu
melakukan tindakan pertolongan sementara untuk menyelamatkan nyawa pasien yaitu:
1. Tenangkan diri, periksa napasnya, jika tidak ada pergerakan segera memanggil
ambulance atau tenaga medis untuk memberikan pertolongan kepada pasien
sesegera mungkin di tempat kejadian.
2. Sebelum pertolongan medis datang, keluarga dapat melakukan pertolongan awal
dengan membaringkan pasien di tempat yang aman dan melakukan prosedur
sebagai berikut:
a. Baringkan dengan hati-hati di tempat tidur yang rata dan mengatur posisi
kepala (ditinggikan 300 ) sambil tubuh pasien diselimuti hingga sebatas
pundak
b. Jika pasien dalam kondisi sadar, tenangkan diri pasien sambil menunggu
pertolongan medis datang.
c. Jika stroke didahului jatuh sehingga menyebabkan perdarahan, hentikan
perdarahan dengan menekan pada bagian yang mengalami perdarahan
selama 5 menit.
d. Jika pasien memakai gigi palsu, maka lepaskan terlebih dahulu gigi palsu
tersebut untuk memudahkan jalan napas baginya.
3. Ketika seseorang diduga mengalami serangan stroke maka harus dilakukan
pengecekan sederhana yang disingkat FAST (Face, Arms, Speech, Time). Segera
diperhatikan wajah pasien apakah ada yang tertarik sebelah (tidak simetris),
meminta pasien mengangkat tangan, berbicara, serta memperhatikan kapan
dimulainya serangan itu. Apabila ditemukan wajah yang tidak simetris, tangan
yang tidak dapat diangkat dan bicara tidak jelas, maka selanjutnya harus segera
menghubungi petugas kesehatan/mengirim pasien ke sarana kesehatan.
4. Jika pasien tidak sadar, maka Ketika pasien baru mengalami stroke sebelum di
antar ke rumah sakit, yang pertama kali dilakukan oleh keluarga yaitu melakukan
pertolongan darurat dengan cara membaringkan pasien di suatu tempat yang rata
dan keras, misalnya lantai atau kasur yang keras sambil mengamati tanda- tanda
28

visual pada diri pasien untuk melakukan tindakan ABC (Airway, breathing and
circulation).
a. Airway: Tindakan untuk memperlancar jalan napas pasien, dengan cara:
1) Membuka jalan napas pasien, dengan cara:
a) Meletakkan satu tangan penolong pada dahi korban, dan ujung
telunjuk dan jari tengah tangan yang lain diletakkan dibawah dagu
pasien.
b) Gunakan tangan untuk mendorong kepala ke belakang dan ujung jari
untuk mengangkat dagu pasien dan menyokong rahang bawah.
2) Hilangkan sumbatan, jika ada sumbatan /obstruksi seperti gigi palsu,
makanan, cairan atau lidah yang jatuh kebelakang.
b. Breathing: Menambahkan pasokan oksigen lewat hidung/ mulut, dengan
cara:
1) Perhatikan gerakan dada, dengarkan aliran udara.
2) Membuka mulut pasien lebar- lebar, menempatkan mulut penolong
mengelilingi mulut korban
3) Menekan lubang hidung pasien sehingga hidungnya tertutup
4) Menghembuskan napas ke dalam mulut pasien hingga terlihat
pengembangan dada.
c. Chest compression
Sebelum melakukan chest compression (kompresi dada) perhatikan
napas pasien. Jika pasien tudak bernapas atau bernapas tidak normal maka
segera lakukan kompresi dada, dengan cara:
1) Berlutut disamping pasien
2) Tentukan titik kompresi, yakni di tulang dada setinggi kedua puting
pada laki- laki atau 1/3 bagian bawah tulang dada.
3) Lakukan kompresi dengan kedua tangan yang saling mengunci
4) Posisikan tubuh vertikal diatas pasien dengan lengan lurus dan
manfaatkan berat tubuh penolong sebagai tenaga agar tidak cepat
lelah
29

5) Lakukan 30 kali kompresi dada secara berirama dan tepat dengan


kedalaman minimal 5 cm dan kecepatan lebih dari 100 kali/ menit
6) Kurangi istirahat selama melakukan kompresi
7) Setelah kompresi 30 kali berikan napas buatan dua kali.
8) Rasio yang dipakai 30: 2 baik untuk 2 penolong maupun 1 penolong.
9) Hentikan kompresi jika:
a) Bantuan telah datang
b) Penolong kelelahan
c) Pasien sadar atau meninggal
Penanganan stroke harus secepat mungkin. Stroke yang terlambat mendapat
penanganan akan mengakibatkan kelumpuhan luas dan gangguan pada kognitif,
sehingga diperlukan penanganan yang secepat mungkin untuk menurunkan angka
cacat fisik akibat stroke.Pengiriman tim emergency dari sejak menerima panggilan
hingga siap diberangkatkan harus kurang dari 90 detik. Waktu yang dibutuhkan hingga
tim emergency tiba di tempat pasien <8 menit.
Pasien harus segera diantar ke rumah sakit yang memiliki unit stroke agar
dapat diberikan penatalaksanaan yang tepat untuk meminimalkan resiko dan efek dari
stroke yang merugikan. Rumah sakit yang tidak mampu melakukan prosedur
penatalaksaan stroke diharapkan agar segera menghubungi rumah sakit yang mampu
dengan tujuan agar pasien segera dirujuk dan diberikan penanganan.
Hasil penelitian Meldy (2017) tentang hubungan dukungan keluarga dengan
ADL pada psaien pasca sroke di Klinik Utama Graha Medika Salatiga didaptkan hasil
bahwa mayoritas anak mempunyai dukungan yang baik terhadap perawatan keluarga
yang sakit sebanyak 75 (67.12%) orang.
30

M. KERANGKA TEORI

Pengetahuan
Faktor
Keluarga
Predisposisi:
Pengetahuan
Sikap Faktor resiko stroke : Gejala awal stroke :
 Usia, jenis kelamin  Pusing, nyeri kepala
 Ras dan keturunan mendadak, mual serta
 Penyakit jantung hilangnya keseimbangan
 Hypertensi  Muka terasa tebal
Faktor Pendukung  Lemas mendadak pada
(Enabling):  Diabetes Melitus
 Obesitas tangan dan kaki
Ketersediaan  Kebingungan
 Polisitemia
sumber informasi  Penglihatan kabur
 Perokok, Alkohol
Fasilitas / sarana  Sulit menelan makanan
 Peningkatan
kesehatan  Sering kejang, pingsan
kolesterol
bahkan koma

Perilaku Keluarga :

Faktor Pendorong Membaringkan pasien di tempat yang rata


(Reinforcing): Mengatur posisi kepala (ditinggikan 300 )
MenilaipasiendenganmetodeFAST
Sikap petugas
(Face,Arms,Speech,Time)
kesehatan
Hilangkan sumbatan, jika ada sumbatan / obstruksi seperti
gigi palsu, makanan, cairan atau lidah yang jatuh
kebelakang
Segera mengantar pasien ke fasilitas kesehatan < 3 jam
setelah serangan

Kecacatan dan kematian

Gambar 1. Kerangka Teori

Keterangan :

: Berhubungan atau saling mempengaruhi

…………… : Area yang di teliti


31

N. KERANGKA KONSEP

Pengetahuan

Penanganan Awal Kejadian Stroke

Perilaku Keluarga

Gambar. 2.2. Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai