BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tingkat pendidikan.
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
7. Informasi
b. Cara modern
Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau
lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu dengan mengembangkan
metode berfikir induktif. Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan
diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo,2003).
11
1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
2) Gejala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
B. Pengertian Stroke.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian
tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel
otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat
dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya
komplikasi.
Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control
gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Heart Association
[AHA], 2015)
12
a. Klasifikasi Stroke
Stroke di bagi menjadi 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1) Stroke Hemoragi
Merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau
perdarahan subarakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak pada area
tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak (AHA, 2015). Perdarahan yang
terjadi dapat menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan pada
saraf di dalam tengkorang yang ditandai dengan penurunan kesadaran, nadi cepat,
pernapasan cepat, pupil mengecil, kaku kuduk, dan hemiplegia (Sylvia, 2005 ;
Yeyen, 2013). Stroke hemoragi dibagi menjadi dua jenis antara lain:
a) Perdarahan Intraserebral
Pembuluh darah karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat sehingga
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Sering dijumpai
pada daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
b) Perdarahan Subaraknoid
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri sehingga menimbulkan nyeri kepala yang hebat.
2) Stroke Iskemik
Merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah
otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan
tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015). Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh
trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ
selain otak (Sylvia, 2005). Stroke ini ditandai dengan kelemahan atau
hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur, dan disfagia (Wanhari,
2008 dalam Yeyen, 2013).
C. Penyebab Stroke
Menurut Smeltzer dan Bare (2012) stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu
dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
13
1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang adalah penyebab
paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat
mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya 12 menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral (Valante et al, 2015).
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Valante et al, 2015).
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan hemoragi
mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau
tidak responsif. Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai
darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak
dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2013 yang menyatakan
bahwa usia diatas 50 tahun risiko stroke menjadi berlipat ganda pada setiap
pertambahan usia. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke, menurut
Wardhana (2011) laki-laki memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan
perempuan, hal ini terkait kebiasaan merokok, risiko terhadap hipertensi,
hiperurisemia, dan hipertrigliserida lebih tinggi pada laki-laki. Seseorang yang
pernah mengalami serangan stroke yang dikenal dengan Transient Ischemic Attack
(TIA) juga berisiko tinggi mengalami stroke, AHA (2015) menyebutkan bahwa 15%
kejadian stroke ditandai oleh serangan TIA terlebih dahulu.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko yang dapat diubah adalah obesitas (kegemukan), hipertensi,
hiperlipidemia, kebiasaan merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, dan pola
hidup tidak sehat (AHA, 2015). Secara tidak langsung obesitas memicu terjadinya
stroke yang diperantarai oleh sekelompok penyakit yang 14 ditimbulkan akibat
obesitas, selain itu obesitas juga salah satu pemicu utama dalam peningkatan risiko
penyakit kardiovaskuler (AHA, 2015). Hipertensi merupakan penyebab utama
terjadinya stroke, beberapa studi menunjukkan bahwa manajemen penurunan
tekanan darah dapat menurunkan resiko stroke sebesar 41% (AHA, 2015 ; WHO,
2014). Hiperlipidemia atau kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar lemak di
dalam darah dapat memicu terjadinya sumbatan pada aliran darah (AHA, 2015).
Menurut Stroke Association (2012) dan AHA (2015) individu yang merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke
karena dapat memicu terbentuknya plak dalam pembuluh darah. Faktor-faktor diatas
dapat diubah untuk menurunkan resiko stroke dengan menerapkan pola hidup sehat.
a. Usia
Dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk anak-anak.
Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas) dan
resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya
degeneratif organ-organ dalam tubuh (Nurarif et all, 2013). Status umur
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin bertambah umur maka
penalaran dan pengetahuan semakin bertambah. Tingkat kematangan seseorang
15
b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia
dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden
stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-rata
25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih
muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan 15 yang berperan dapat melindungi
wanita sampai mereka melewati masaMasa melahirkan anak (Burhanuddin,
Wahidudin, Jumriani, 2012). Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan
memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke. Hal
ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan untuk terserang stroke
pada usia dewasa awal adalah sama. Pria memiliki risiko terkena stroke iskemik
atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun,
wanita memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena
stroke pada usia dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013).
c. Genetik (herediter)
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik pada risiko
stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang
berperan dalam terjadinya stroke.
d. Ras dan etnis
16
Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada berkulit
putih setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan diabetes mellitus. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi :
1) Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul
perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir seluruh organ
tubuh, terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer.
Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada seberapa 16 besar
tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari
kondisi sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain. Insiden stroke dapat
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan
darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke
iskemik, perdarahan intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid.
2) Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar
1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi
kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah
yang menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari
semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh
darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke
otot jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi
serangan jantung. Sementara bila yang 17 tersumbat adalah pembuluh darah
pada bagian otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin et all, 2012).
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi
kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL
(lemak jahat) yang akan mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang
kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah (Junaidi, 2011).
3) Diabetes Mellitus (DM)
17
E. Manisfestasi Klinis
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2017) tentang pengetahuan keluarga
berperan terhadap keterlambatan kedatangan pasien stroke iskemik akut di Instalasi
Gawat Darurat didapatkan hasil bahwa penanganan keluarga yang membawa pasien
stroke lebih dari 3 jam mayoritas berpendidikan SD sebanyak 27 (46,5%) responden.
G. Komplikasi
7. Kejang dapat terjadi akibat iritasi serebral dan keadaan kejang memerlukan
banyak oksigen.
8. Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan serta mencegah resiko aspirasi dan gangguan menelan.
9. Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
10. Obat antikoagulan meningkatkan aliran darah ke otak dan mencegah kloting
yang merupakan kontraindikasi pada stroke haemoragik.
11. Monitor tanda- tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi
sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks. Perubahan kesadaran
menunjukan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit serta mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
12. Terapi trombolitik intra arteri dapat bermanfaat pada pasien yang ditangani
kurang dari 3 jam pertama setelah serangan stroke.
J. Pencegahan Stroke
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya stroke
antara lain:
1. Berhenti merokok
Merokok sangat besar perannya dalam meningkatkan tekanan darah, karena nikotin
yang terdapat didalam rokok yang memacu hormon adrenalin serta menyempitkan
pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
2. Manipulasi diet (rendah lemak hewani, rendah garam, menghindari konsumsi
alkohol berlebihan)
Beberapa penelitian menunjukan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi
hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri
dan menurunkan resiko terjadinya stroke.
3. Penggunaan obat- obat penurun kolesterol
4. Rutin mengontrol tekanan darah
Sebisa mungkin lakukan pemerisaan darah minimal sebulan sekali. Apabila
ditemukan tekanan darah cenderung meningkat dapat mengantisipasi resiko stroke
dengan cepat.
24
Teori Adopsi perilaku dari Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),
mengemukakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang akan melewati 5
tahapan yaitu:
a. Awarenes (kesadaran)
b. Interest (perhatian atau ketertarikan dengan ide baru)
c. Valution (perilaku terhadap ide)
d. Trial (usaha untuk mencoba)
e. Adoption (bila menerima ide baru).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip dari Lewin perilaku ketaatan
pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pengetahuan,merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang
sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang.
b. Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.
c. Ciri-ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status
sosial ekonomi.
d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam membantu pasien
melaksanakan perawatan dan pengobatan.
4. Perilaku Sehat dan Perilaku Sakit
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang/organisme terhadap
stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan
diklasifikasikan sebagai berikut
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan/ health maintenance
Merupakan perilaku/usaha seseorang untuk memelihara/ menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika sakit, yang terdiri dari tiga
aspek, antara lain:
1) Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
26
onset gejala stroke berjumlah 49 orang. Keluarga yang membawa pasien stroke lebih
dari golden hour ke rumah sakit mencari pertolongan berjumlah 23 orang.
Sebelum pasien diantar kerumah sakit, keluarga atau orang terdekat pasien perlu
melakukan tindakan pertolongan sementara untuk menyelamatkan nyawa pasien yaitu:
1. Tenangkan diri, periksa napasnya, jika tidak ada pergerakan segera memanggil
ambulance atau tenaga medis untuk memberikan pertolongan kepada pasien
sesegera mungkin di tempat kejadian.
2. Sebelum pertolongan medis datang, keluarga dapat melakukan pertolongan awal
dengan membaringkan pasien di tempat yang aman dan melakukan prosedur
sebagai berikut:
a. Baringkan dengan hati-hati di tempat tidur yang rata dan mengatur posisi
kepala (ditinggikan 300 ) sambil tubuh pasien diselimuti hingga sebatas
pundak
b. Jika pasien dalam kondisi sadar, tenangkan diri pasien sambil menunggu
pertolongan medis datang.
c. Jika stroke didahului jatuh sehingga menyebabkan perdarahan, hentikan
perdarahan dengan menekan pada bagian yang mengalami perdarahan
selama 5 menit.
d. Jika pasien memakai gigi palsu, maka lepaskan terlebih dahulu gigi palsu
tersebut untuk memudahkan jalan napas baginya.
3. Ketika seseorang diduga mengalami serangan stroke maka harus dilakukan
pengecekan sederhana yang disingkat FAST (Face, Arms, Speech, Time). Segera
diperhatikan wajah pasien apakah ada yang tertarik sebelah (tidak simetris),
meminta pasien mengangkat tangan, berbicara, serta memperhatikan kapan
dimulainya serangan itu. Apabila ditemukan wajah yang tidak simetris, tangan
yang tidak dapat diangkat dan bicara tidak jelas, maka selanjutnya harus segera
menghubungi petugas kesehatan/mengirim pasien ke sarana kesehatan.
4. Jika pasien tidak sadar, maka Ketika pasien baru mengalami stroke sebelum di
antar ke rumah sakit, yang pertama kali dilakukan oleh keluarga yaitu melakukan
pertolongan darurat dengan cara membaringkan pasien di suatu tempat yang rata
dan keras, misalnya lantai atau kasur yang keras sambil mengamati tanda- tanda
28
visual pada diri pasien untuk melakukan tindakan ABC (Airway, breathing and
circulation).
a. Airway: Tindakan untuk memperlancar jalan napas pasien, dengan cara:
1) Membuka jalan napas pasien, dengan cara:
a) Meletakkan satu tangan penolong pada dahi korban, dan ujung
telunjuk dan jari tengah tangan yang lain diletakkan dibawah dagu
pasien.
b) Gunakan tangan untuk mendorong kepala ke belakang dan ujung jari
untuk mengangkat dagu pasien dan menyokong rahang bawah.
2) Hilangkan sumbatan, jika ada sumbatan /obstruksi seperti gigi palsu,
makanan, cairan atau lidah yang jatuh kebelakang.
b. Breathing: Menambahkan pasokan oksigen lewat hidung/ mulut, dengan
cara:
1) Perhatikan gerakan dada, dengarkan aliran udara.
2) Membuka mulut pasien lebar- lebar, menempatkan mulut penolong
mengelilingi mulut korban
3) Menekan lubang hidung pasien sehingga hidungnya tertutup
4) Menghembuskan napas ke dalam mulut pasien hingga terlihat
pengembangan dada.
c. Chest compression
Sebelum melakukan chest compression (kompresi dada) perhatikan
napas pasien. Jika pasien tudak bernapas atau bernapas tidak normal maka
segera lakukan kompresi dada, dengan cara:
1) Berlutut disamping pasien
2) Tentukan titik kompresi, yakni di tulang dada setinggi kedua puting
pada laki- laki atau 1/3 bagian bawah tulang dada.
3) Lakukan kompresi dengan kedua tangan yang saling mengunci
4) Posisikan tubuh vertikal diatas pasien dengan lengan lurus dan
manfaatkan berat tubuh penolong sebagai tenaga agar tidak cepat
lelah
29
M. KERANGKA TEORI
Pengetahuan
Faktor
Keluarga
Predisposisi:
Pengetahuan
Sikap Faktor resiko stroke : Gejala awal stroke :
Usia, jenis kelamin Pusing, nyeri kepala
Ras dan keturunan mendadak, mual serta
Penyakit jantung hilangnya keseimbangan
Hypertensi Muka terasa tebal
Faktor Pendukung Lemas mendadak pada
(Enabling): Diabetes Melitus
Obesitas tangan dan kaki
Ketersediaan Kebingungan
Polisitemia
sumber informasi Penglihatan kabur
Perokok, Alkohol
Fasilitas / sarana Sulit menelan makanan
Peningkatan
kesehatan Sering kejang, pingsan
kolesterol
bahkan koma
Perilaku Keluarga :
Keterangan :
N. KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Perilaku Keluarga