Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan yang telah di

pelajari. Pengetahuan adalah segala yang telah diketahui dan mampu

diingat oleh setiap orang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati

atau diajarkan semenjak lahir sampai menginjak dewasa khususnya

setelah diberi pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun non

formal dan diharapkan dapat mengevaluasi suatu materi atau obyek

tertentu untuk melaksanakannya sebagai bagian dalam kehidupan sehari-

hari (Notoatmodjo S, 2016).

Pengetahuan adalah pemahaman teoritis dan praktis (know-how)

yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat

penting bagi intelegensia orang tersebut. Pengetahuan dapat disimpan

dalam buku, teknologi, praktik, dan tradisi.pengetahuan yang disimpan

tersebut dapat mengalami transformasi jika digunakan sebagaimana

mestinya.Pengetahuan berperan penting terhadap kehidupan dan

perkembangan individu, masyarakat atau organisasi (Basuki, 2017).

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas

penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan

objek yang diketahui, segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek

tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017).

8
9

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari rasa ingintahu tentang suatu objek yang

didapatkan melalui proses pengindraan.

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat, yaitu :

1) Tahu (Know)

Sebagai pengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan kemampuan, yang masuk dalam kategori ini

seperti menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya.

3) Aplikasi (Application)

Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,


10

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

untuk memecahkan suatu masalah.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu

sama lain. Termasuk dalam kemampuan ini adalah kemampuan

membuat bagan (menggambar), membedakan, mengelompokkan,

memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesist)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang

telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo S, 2016).

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo S (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah :
11

1) Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang dan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, dimana

ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat

pengetahuan akan tinggi juga.

2) Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak

dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

3) Pendidikan

Makin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima halhal

baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.

4) Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan makin banyak.

Sedangkan menurut menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam

(2017), adalah :

1) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kemantangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja, jadi semakin matangnya umurnya 12 semakin mudah


12

mengerti dan memahami segala sesuatu yang dipelajari dan

didapatnya.

2) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah (baik formal

maupun nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang,

semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan seseorang,

karena diharapkan dengan pendidikan yang tinggi pengetahuannya

akan tinggi pula. Namun, perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat

memberikan pengalaman maupun pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk

suatu pengetahuan karena adanya saling menukar informasi antara

teman-teman di lingkungan kerja.

4) Sumber informasi

Sumber informasi adalah suatu pesan yang digunakan dalam

penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak dengan


13

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar.

Sumber informasi adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku

khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau

proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari sumber informasi

adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

d. Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan

Suatu pesan yang diterima oleh setiap individu akan melalui lima

tahapan berurutan sebelum individu tersebut mengadopsi perilaku baru

(Notoatmodjo S, 2016), yaitu :

1) Awareness (Kesadaran)

Awareness adalah keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada

suatu pesan yang disampaikan.

2) Interest (Merasa tertarik)

Interest adalah seorang mulai tertarik aka nisi pesan yang

disampaikan.

3) Evaluation (Menimbang-nimbang)

Evaluation adalah tahap dimana penerima pesan mulai

mengadakan penilaian keuntungan dan kerugian dari isi pesan yang

disampaikan.
14

4) Trial (Mencoba)

Trial adalah tahap dimana penerima pesan mencoba

mempraktekkan isi pesan yang didengarkan.

5) Adaption (Adaptasi)

Adaption adalah tahap dimana penerima pesan mempraktekkan

dan melaksanakan isi pesan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila

penerima perilaku baru/adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan maka tidak berlangsung lama.

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

Menurut Arikunto (2016), penentuan tingkat pengetahuan responden

dibagi dalam 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Kriterianya seperti

berikut :

1) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari

seluruh pertanyaan.

2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari

seluruh pertanyaan.

3) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar <40%-55% dari

seluruh pertanyaan.
15

2. Remaja

a. Pengertian

Remaja berasal dari kata latin adolecere (kata Belanda, adolesencia

yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa

menurut (Hersandi, 2018). Istilah adolescence memiliki arti yang luas

mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Masa remaja

merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,

dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia

matang secara hukum.

Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi

remaja menurut organisasi kesehatan dunia atau World Halth Organization

adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan

Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda untuk usia antara 15 sampai

24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services

Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah

11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 17

tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun)

(Kusmiran, 2018).

b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Perkembangan dalam segi rohani atau kejiwaan juga melewati

tahapan-tahapan yang dimungkinkan dengan adanya kontak terhadap

lingkungan sekitarnya (Sarwono, 2017). Masa remaja dibedakan menjadi :

1) Masa Remaja Awal (11-14 tahun)


16

Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan perubahan

yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan itu. Masa ini juga ditandai dengan peningkatan

yang cepat dari pertumbuhan dan perkembangan fisik. Jadi tidaklah

mengherankan apabila sebagian besar dari energi intelektual dan

emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian

kembali ke jati dirinya.

2) Masa Remaja Tengah (15-17 tahun)

Ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas,

timbulnya ketrampilan-ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan

pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk

memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua. Pada

tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada kecenderungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman yang

mempunyai sifat yang sama dengan dirinya.

3) Masa Remaja Akhir (18-21 tahun)

Ditandai dengan persiapan peran sebagai orang dewasa,

termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem

nilai pribadi (Kusmiran, 2018). Tahap ini adalah masa konsolidasi

menuju periode dewasa dan ditandai denganpencapaian lima hal, minat

yang makin mantap terhadap fungsi intelek, egonya mencari

kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-

pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)


17

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang

lain dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri dan pribadinya

(private self) dan masyarakat umum (the public).

c. Perkembangan Fisik Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,

bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga 19 fisik. Bahkan

perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala

primer dalam pertumbuhan remaja (Sarwono, 2017). Diantara perubahan

fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja

adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan tinggi),

mulai berfingsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita

dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual yang tumbuh.

Secara lengkap urutan perubahan-perubahan fisik tersebut sebagai

berikut :

1) Pada anak perempuan

a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-

anggota badan menjadi panjang)

b) Pertumbuhan payudara

c) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan

d) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap

tahunnya

e) Bulu kemaluan menjadi keriting

f) Haid

g) Tumbuh bulu-bulu ketiak


18

2) Pada anak laki-laki

a) Pertumbuhan tulang-tulang

b) Testis (buah pelir) membesar

c) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap

d) Awal perubahan suara

e) Ejakulasi (keluarnya air mani)

f) Bulu kemaluan menjadi keriting

g) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap

tahunnya

h) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)

i) Tumbuh bulu ketiak

j) Akhir perubahan suara

k) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap

l) Tumbuh bulu di dada

Perubahan-perubahan fisik itu, menyebabkan kecanggungan bagi

remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

yang terjadi pada dirinya itu. Pertumbuhan badan yang mencolok

misalnya, atau pembesaran payudara yang cepat, membuat remaja merasa

tersisih dari temantemannya. Demikian pula dalam menghadapi haid dan

ejakulasi yang pertama, remaja perlu mengadakan penyesuaian tingkah

laku yang tidak selalu bisa dilakukannya dengan mulus, terutama jika tidak

ada dukungan dari orang tua (Sarwono, 2017).


19

d. Perkembangan Psikologik Remaja

Secara psikologik kedewasaan tentu bukan hanya tercapainya umur

tertentu seperti misalnya dalam ilmu hukum. Secara psikologik

kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologik tertentu

pada seseorang.

Ciri-ciri psikologik (Sarwono, 2017), itu adalah :

1) Pemekaran diri sendiri (Extension of the self), yang ditandai dengan

kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai

bagian dari dirinya sendiri juga. Perasaan egoism (mementingkan diri

sendiri) berkurang, sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki. Salah

satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai

orang lain dan alam sekitarnya. Ciri lain adalah berkembangnya ego

ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan

bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.

2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai

dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan

kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan

dirinya sendiri sebagai sasaran.

3. Seks Pranikah

a. Definisi

Seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat seksual dengan lawan jenis sebelum menikah. Macam kegiatan

seks pranikah antara lain: berfantasi, masturbasi, onani, meraba, kissing,

necking, petting, intercourse (Fitriana, 2018).


20

Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa

mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang

mengaturnya yang dilakukan oleh remaja sebelum pernikahan sah

menurut agama dan Negara. Perilaku seksual dapat didefinisikan sebagai

bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan

jenis maupun sejenis (Utari, 2017).

Seks pranikah merupakan hubungan seksual yang dilakukan

remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Sedangkan perilaku seksual

pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses

pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan

kepercayaan masing masing (Sarwono, 2017).

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

segala tingkah laku yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan yang

di dorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis tanpa mengindahkan

nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang mengaturnya.

b. Tahapan perilaku seksual

Perilaku seksual mencakup empat tahapan berikut:

1) Bersentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai

berpelukan

2) Berciuman (kissing), mulai dari ciuman pendek hingga

mempermainkan lidah (deep kissing)

3) Bercumbuan (petting), menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh

pasangan dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual

4) Berhubungan kelamin (Tukiran dkk, 2017).


21

Perkembangan teknologi dan semakin mudahnya remaja

memperoleh informasi dari berbagai media membuat pergaulan mereka

juga semakin berbeda. Jika dulu mempunyai pacar itu dianggap tabu,

sekarang kondisinya justru terbalik, remaja yang tidak mempunyai pacar

dianggap ketinggalan zaman dan kurang pergaulan. Berdasarkan data

SDKI 2017, sebanyak 74 persen remaja pernah mempunyai pacar

terbanyak pada usia 15-19 tahun mencapai sekitar dua pertiganya. Remaja

perempuan mempunyai pacar lebih awal daripada laki-laki (Tukiran dkk,

2017).

Berdasarkan faktor penyebabnya yang dapat mendorong remaja

melakukan hubungan seks adalah faktor internal dan eksternal. Faktor

internal tersebut ialah kematangan organ seks yang terlalu cepat, emosi

yang belum stabil, rasa ingin tahu dan pengetahun tentang seks yang

kurang atau salah. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah rangsangan

pornografi melalui film, buku- buku cabul dan lain-lain, kehidupan

konsumerisme, keadaan keluarga yang kurang harmonis dan konsep

tentang seks pada orang tua/masyarakat yang tidak mendukung (Tukiran

dkk, 2017).

c. Faktor Penyebab Seks Pranikah di kalangan Remaja

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Hamka dkk (2016)

faktor penyebab seks bebas di kalangan remaja adalah:

1) Kualitas remaja

Terjadinya berbagai aktivitas yang mengarah pada pemuasan

seksual menunjukkan tidak berhasilnya subyek penelitian dalam


22

mengendalikan atau mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain

yang sebenarnya masih bisa dikerjakan. Ketidakmampuan ini yang

menunjukkan bahwa subyek penelitian laki-laki memiliki self-efficacy

yang rendah dalam mengendalikan dorongan seksualnya.

Pengendalian diri adalah komponen yang menentukan akan dilakukan

atau tidak dilakukan perilaku seksual berisiko tersebut.

2) Kualitas Keluarga

Orang tua kurang memperhatikan perilaku anak-anaknya,

sehingga kegagalan fungsi orang tua menjadi salah satu faktor

penyebab perilaku seks pranikah. Peran orang tua informan dalam

memberikan informasi mengenai seks bebas pada sebagian besar yang

orang tuanya turut berperan dalam memberikan informasi seputar seks

bebas dan informasi seputar seks bebas yang pernah diberikan oleh

orang tua yaitu hanya sebagian informan yang memperoleh informasi

tentang perilaku seks dari orang tua mereka namum sebagian besar

informan tidak pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dari

orang tuanya.

3) Minimnya Kualitas Informasi

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa

serta teknologi canggih (VCD, telepon genggam, internet, dan lain-

lain). Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin

mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media
23

massa, karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui

masalah seksualitas secara lengkap dari orang tuanya.

4) Kualitas Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah kualitas lingkungan yang

kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang mengalami

kesenjangan komunikasi antar tetangga. Penyebab informan tidak

pernah mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuanya yaitu

sebagaian besar dalam keluarga informan membicarakan masalah seks

dianggap hal yang tidak wajar namum sebagian dalam keluarga

informan merupakan hal yang wajar membicarakan masalah seks.

d. Dampak Seks Pranikah

1) Kehamilan Tidak Diinginkan

a) Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan

Unwanted Pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang

tidak diinginkan merupakan suatu kondisi di mana pasangan tidak

menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan.

Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku

seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak

disengaja (Tri Ayu Kharisma, 2020).

b) Pencegahan Kehamilan Tidak Diinginkan

Menurut Widyastuti 2010 dalam Tri Ayu Kharisma

(2020), kehamilan tidak diinginkan dapat dicegah dengan

beberapa langkah, yaitu

(1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah


24

(2) Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan

positif seperti berolahraga, seni dan keagaamaan.

(3) Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan

dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan

menonton video porno.

c) Faktor-Faktor Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan

Beberapa faktor menurut Widyastuti 2010 dalam Tri Ayu

Kharisma (2020), yang menyebabkan kehamilan tidak diinginkan

antara lain:

(1) Penundaan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin

dininya usia menstruasi pertama (menarche).

(2) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilau

seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.

(3) Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.

(4) Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan

anak).

(5) Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan

konsekuensi lainnya yang dianggap dapat menghambat karir

atau kegiatan belajar)

d) Karakteristik Wanita dengan Kehamilan Tidak Diinginkan dalam

Perilaku Pemeriksaan Kehamilan.

Berdasarkan teori yang dikemukakan Anderson 1995

dalam Tri Ayu Kharisma 2020, perilaku ditentukan oleh tiga

faktor utama yaitu faktor predisposisi (Predisposing factors) yang


25

berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,

dan sebagainya. Faktor kedua yaitu faktor pemungkin (Enabling

Resources) yang berupa lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya

fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-

obatan, alat kontrasepsi, dan sebagainya. Faktor ketiga yaitu faktor

kebutuhan (Need). Kehamilan tidak direncanakan dapat

disebabkan dari perilaku yang tidak sehat atau kondisi sebelum

dan saat hamil seperti korban pemerkosaan, kurangnya

pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, banyak anak, usia relative

muda, pasangan tidak bertanggungjawab, hubungan pasangan

belum mapan maupun ada kendalan ekonomi (Saptarini &

Suparmi, 2016). Beberapa faktor yang berhubungan dengan

Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah sebagai berikut

(Anggraini dkk, 2018) :

(1) Umur

Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan

panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya

diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.

Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang

mungkin terjadi antara lain bayi lahir belum cukup umur dan

perdarahan bisa terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir. Ibu

hamil berumur > 35 tahun, di mana pada usia tersebut terjadi

perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir

tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan


26

penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi

antara lain tekanan darah tinggi dan pre-eklampsi, ketuban

pecah dini, persalinan tidak lancer/macet, dan perdarahan

setelah bayi lahir (Widyastuti 2017).

Umur ibu yang paling aman untuk hamil adalah 20-35

tahun karena pada wanita mulai umur 20 tahun, rahim dan

bagian tubuh lainnya sudah benar-benar siap untuk menerima

kehamilan, juga pada umur tersebut biasanya wanita sudah

merasa siap untuk menjadi ibu. Jadi, umur ibu waktu hamil

antara 20-35 tahun memiliki resiko kehamilan dan persalinan

yang paling minim. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun)

memiliki motivasi lebih dalam memeriksakan kehamilannya

(Rachmawati dkk, 2017). Menurut penelitian (Anggraini dkk,

2018) menunjukkan bahwa mayoritas kehamilan tidak

diinginkan terjadi pada usia 40-49 tahun (36,9%).

(2) Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik

persalinan yang hidup maupun yang tidak, tetapi tidak

termasuk aborsi. Kehamilan dan persalinan pertama

meningkatkan risiko kesehatan yang timbul karena ibu belum

pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir

baru akan dilalui janin. Semakin tinggi paritas maka semakin

tinggi risiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan. Ibu yang

pernah melahirkan anak 4 kali atau lebih maka kemungkinan


27

akan banyak ditemui keadaan seperti kesehatan terganggu,

anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut dan

dinding rahim, tampak ibu dengan perut menggantung

(Rochjati, 2017).

(3) Jarak Kelahiran

Jarak antara dua kehamilan yang terlalu dekat dapat

menimbulkan komplikasi serius pada kehamilan maupun

proses kelahiran. (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar

kehamilan sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua

tahun, maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan ibu maupun

janin. Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil

kurang dari 2 tahun, kesehatan fisik dan rahim ibu masih

membutuhkan istirahat sehingga dapat menyebabkan

terjadinya penyulit seperti keguguran, anemia, gangguan

kekuatan kontraksi, kelainan letak dan posisi janin. Ada

kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih

butuh asuhan dan perhatian orang tuanya (Widatiningsih &

Dewi, 2017).

(4) Status pernikahan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2017), kawin atau

menikah adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki)

atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik

tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup


28

tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama,

negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup

bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai

suami-istri.

2) Aborsi

a) Pengertian aborsi

Aborsi (abortion: Inggris, abortus: latin) berarti keguguran

kandungan. Dalam kamus bahasa Indonesia, aborsi adalah

pengguguran kandungan. Dalam bahasa Arab, aborsi disebut isqat

al-haml atau ijhad, yaitu pengguguran kandungan janin dan rahim.

Lafal ijhad memiliki sinonim isqat (menjatuhkan), ilqa

(membuang), tarah (melempar), dan imlas (menyingkirkan)

Majma al-lughah al-‘Arabiyah membedakan makna ijhad dengan

keluarnya janin sebelum bulan keempat, sementara isqat adalah

menggugurkan janin antara bulan keempat dan ketujuh Namun

para ulama sering kali mempertukarkan dan bergantian

menggunakan istilah isqat dengan sinonim-sinonimnya (Mufliha

Wijayati, 2015).

Secara definitif aborsi adalah berhentinya (mati) dan

dikeluarkannya kehamilan sebelum 20 minggu (dihitung dari hari

terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gr, panjang kurang dari

25 cm. Definisi medis mengartikan bahwa aborsi adalah

berakhirnya suatu kehamilan sebelum viability, sebelum janin

mampu hidup sendiri di luar kandungan, yang diperkirakan usia


29

kehamilannya di bawah usia 20 minggu (WHO). Definisi ini jelas

mengandung makna bahwa perbuatan aborsi dilakukan terhadap

janin yang tidak dapat hidup di luar kandungan. Dalam

terminologi fiqih, aborsi pun dipahami dalam berbagai pengertian.

Ibrahim an-Nakhai menjelaskan aborsi sebagai pengguguran janin

dari rahim ibu hamil baik sudah berbentuk sempurna atau belum.

Dalam perspektif jinayah Abdul Qadir Audah sebagaimana

dikutip Maria Ulfa anshar menyatakan bahwa aborsi adalah

pengguguran kandungan dan perampasan hak hidup janin atau

perbuatan yang memisahkan janin dari rahim ibunya. Secara

substantif Nasarudin Umar coba mengkongklusikan bahwa aborsi

adalah upaya pengakhiran masa berlangsungnya kehamilan

melalui pengguguran kandungan (janin), sebelum janin itu tumbuh

dan berkembang menjadi bayi (Mufliha Wijayati, 2015).

Dengan bahasa yang berbeda Rahmi yuningsih

mendefinisikan aborsi sebagai tindakan terminasi kehamilan yang

tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah. Dapat

dipahami bahwa aborsi adalah upaya mengakhiri kehamilan

dengan mengeluarkan janin sebelum waktunya, baik secara

alamiah/spontan atau dengan menggunakan alat-alat sederhana

maupun teknologi (Mufliha Wijayati, 2015).

b) Macam-Macam Aborsi

Aborsi dapat dibedakan dalam 4 macam menurut Mufliha

Wijayati, 2015, yaitu:


30

(1) Aborsi spontan (spontaneous abortus) adalah aborsi yang

terjadi secara alamiah baik tanpa sebab tertentu maupun

karena adanya sebab tertentu. Aborsi spontan bisa disebabkan

oleh karena terjadinya kecelakaan atau sebab kelainan

kromosom, kelainan rahim, kelainan hormon, dan beberapa

kasus akibat infeksi atau penyakit seperti sphylis, ginjal, dan

TBC. Dalam terminologi fiqih, aborsi jenis ini disebut dengan

isqat al-afw (aborsi yang dimaafkan), sehingga tidak ada

konsekuensi hukum.

(2) Abortus yang disengaja (abortus provocatus/inducet pro-

abortion) karena sebab-sebab tertentu. Aborsi jenis kedua ini

ada 2 macam, yaitu:

(3) Aborsi arthificialis therapicus, yaitu aborsi yang dilakukan

oleh dokter atas dasar indikasi medis, sebelum anak lahir

secara alami untuk menyelamatkan jiwa ibu yang terancam

bila kelangsungan kehamilannya dipertahankan. Aborsi jenis

ini di kalangan ulama disebut dengan isqat ad-daruri atau isqat

al-‘ilaji.

(4) Aborsi provocatus criminalis, yaitu pengguguran yang

dilakukan tanpa indikasi medis. Aborsi ini dilakukan sengaja

namun tanpa ada indikasi medis yang menyebabkan terjadinya

aborsi seperti karena faktor ekonomi, kecantikan,

kekhawatiran sanksi moral dan faktor lain yang sangat

personal. Para ulama menyebutnya dengan isqat al-Ikhtiyari


31

yang berarti pengguguran yang disengaja. Aborsi jenis ini

biasanya dilakukan secara illegal, dengan atau tanpa bantuan

pihak lain.

3) Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan

oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama

melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada

mitraseksualnya (Prawirohardjo, 2017).

a) Gonorhea

Mikrobiologi. N. Gonorrhea adalah diplokokus gram

negatif yang menginfeksi epitel kolummer atau pseudostratified.

Oleh karena itu, traktus urogenitalis merupakan tempat infeksi

yang biasa. Manifestasi lain infeksi adalah gonorea faringeal atau

menyebar. Masa inkubasi 3 sampai 5 hari (Anwar, 2016).

Keluhan dan gejala. Seperti infeksi klamidia, seringkali

pasien tidak mempunyai keluhan tetapi mungkin mereka datang

dengan cairan vagina, disuria, atau perdarahan uterus abnormal

(Anwar, 2011). Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada

perempuan berbeda dari pria. Hal ini disebabkan karena perbedaan

anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan perempuan. Gonore

pada perempuan kebanyakan asimptomatik sehingga sulit untuk

menentukkan masa inkubasinya (Prawirohardjo, 2017).


32

b) Sifilis

Sifilis adalah infeksi kronik disebabkan oleh Treponema

pallidum, dianggap sebagai peniru (“the great imitator”) dalam

bidang kedokteran (terutama sebelum ada AIDS) karena

banyaknya manifestasi klinis. Merupakan penyakit menular

sedang dengan angka infeksivitas 10% untuk setiap kali hubungan

seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Individu dapat

menularkan penyakit pada stadium primer dan sekunder sampai

tahun pertama stadium laten (Anwar, 2016). Sifilis umumnya

ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat secara vertikal

pada masa kehamilan (Prawirohardjo, 2017).

c) Herpes Simpleks Genitalis

Virus herpes simpleks tipe-2 (VHS-2) merupakan

penyebab HG tersering (82%), sedang virus herpes simpleks tipe-

1 (VHS-1) yang lebih sering dikaitkan dengan lesi di mulut dan

bibir, ternyata dapat pula ditemukan pada 18% kasus herpes

genitalis. Transmisi virus dapat terjadi melalui kontak seksual

dengan pasangan yang telah terinfeksi, tetapi dapat juga secara

vertikal dari ibu kepada janin yang dikandungannya. Sekitar 70%

infeksi pada neonatus terjadi pada saat persalinan ketika bayi

berkontak langsung melalui jalan lahir dengan vagina ibu yang

terinfeksi (Prawirohardjo, 2017).


33

d) HIV dan AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah

sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker

tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Prawirohardjo, 2017).

Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama melalui perantara

darah, semen dan sekret vagina. Sebagian besar (asimptomatik)

pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada

stadium lanjut.

Setelah diawali dengan infeksi akut, maka dapat terjadi

infeksi kronik asimptomatik selama beberapa tahun disertai

replikasi virus secara lambat. Kemudian setelah terjadi penurunan

sistem imun yang berat, maka terjadi berbagai infeksi oportunistik

dan dapat dikatakan pasien telah masuk pada keadaan AIDS.

Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru

timbul 10 tahun sesudah infeksi pertama, bahkan bisa lebih lama

lagi (Prawirohardjo, 2017).

Telah banyak bukti menunjukkan bahwa keberadaan IMS

meningkatkan kemudahan seseorang terkena HIV, sehingga IMS

dianggap sebagai kofaktor HIV. Pada umumnya wanita remaja

memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang AIDS dibandingkan

dengan remaja pria. Remaja yang berumur lebih tua juga pada

umumnya memiliki kesadran yang lebih tinggi dibandingkan

dengan remaja yang lebih muda (SDKI, 2012).


34

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan

1. Umur
2. Faktor Pendapatan orang
tua Pengetahuan
3. Sumber Informasi Seks Pranikah

4. pendidikan
5. Pekerjaan
6. Pendapatan

Gambar 2.1. Kerangka Konsep


Keterangan:

Diteliti :

Tidak Diteliti :

C. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2018), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru berdasarkan teori. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada Hubungan Faktor Pendapatan Orang Tua, Umur, dan Sumber Informasi

Dengan Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah Di SMKN 1

Sakra tahun 2022.

Ho : Tidak Ada Hubungan Faktor Pendapatan Orang Tua, Umur, dan Sumber

Informasi Dengan Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah Di

SMKN 1 Sakra tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai