BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Pengetahuan
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga.
(Suparyanto, 2012).
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
b. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
c. Aplikasi (Application)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
9
d. Analisis (Analysis)
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
f. Evaluasi (evaluation)
3. Kriteria Pengetahuan
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan
2011):
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa
a. Faktor Internal:
1) Pendidikan
2) Minat
3) Pengalaman
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
4) Usia
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dihadapi.
1) Ekonomi
2) Informasi
massa.
3) Kebudayaan/Lingkungan
sikap seseorang.
Basic life support atau bantuan hidup dasar (BHD) sudah sering diperkenalkan
dengan pemberian sirkulasi dan napas buatan secara sederhana, BHD memberikan
asupan oksigen dan sirkulasi darah ke sistem tubuh terutama organ yang sangat
vital dan sensitif terhadap kekurangan oksigen seperti otak dan jantung.
Berhentinya sirkulasi beberapa detik sampai beberapa menit, asupan oksigen ke dalam otak
Penyelamatan ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan sesegera mungkin dan sebaik
mungkin. Lebih baik ditolong, walupun tidak sempurna dari pada dibiarkan tanpa
pertolongan. Pada saat henti napas, kandungan oksigen dalam darah masih
jantung akan oksigen untuk metabolisme tersedia dan henti jantung dapat
Tabel 1
Peluang Keberhasilan (Hidup) Terhadap Keterlambatan BHD
terjadi kapan saja,dimana saja dan pada siapa saja. Contoh kasusnya antara
gagal jantung, dan masih banyak lagi. Kondisi di atas ditandai dengan tidak
terabanya denyut nadi karotis dan tidak adanya gerakan napas dada.
yang pertamakali pada tahun 1966, resusitasi jantung paru (RJP) awalnya “A-B-C” yaitu
system).
resuscitation).
Dalam AHA Guidelines 2010 ini, AHA mengatur ulang langkah – langkah
RJP dari “A-B-C” menjadi “C-A-B” pada dewasa dan anak, sehingga
Sejak tahun 2008, AHA telah merekomendasikan bagi penolong tidak terlatih
(awam) yang sendirian melakukan (Hands Only CPR) atau RJP tanpa
(Muchtar, 2011).
Setiap orang dapat menjadi penolong pada korban yang tiba – tiba
baik terlatih maupun tidak, harus mampu memberikan kompresi dada pada
pertama setiap korban dengan usia berapapun Penolong yang terlatih, harus
Pedoman baru ini juga berisi rekomendasi lain yang didasarkan pada
10 detik, maka dianggap tidak ada nadi dan RJP harus dimulai atau
b. Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi
c. “look, listen and feel” telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup
dasar.- Jumlah kompresi dada setidaknya 100 kali per menit- Penolong terus
2. Tujuan BHD
ventilasi (melalui bantuan napas penolong) dari pasien yang mengalami henti
Paru (RJP).
Rangkaian bantuan hidup dasar pada dasarnya dinamis, namun sebaiknya tidak ada langkah
yang terlewatkan untuk hasil yang optimal. Berikut ini adalah algoritma bantuan hidup
Korban
ditemuka
n
a. Respon
mantap. Prosedur ini disebut sebagai teknik “touch and talk” . Hal ini cukup untuk
membangunkan orang tidur atau merangsang seseorang untuk bereaksi. Jika tidak
1) Sadar penuh: sadar, berorientasi baik terhadap diri, waktu dan tempat.
Tinggalkan pada posisi dimana ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera lain
tidakdalam posisi terlentang, terlentangkan pasien dengan teknik “log roll’, secara
Berlutut sejajar dengan bahu pasien agar secara efektif dapat memberikan
kesulitan mendeteksi nadi. Jika dalam lebih dari 10 detik nadi karotis sulit dideteksi,
Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bernapas atau
b. Circulation (Sirkulasi)
Compressions
(hampir 2 x/detik)
21
c) Kedalaman adekuat
penolong)
penolong)
dapat bernapas.
2) Cek dan bersihkan dengan menyisir rongga mulutdengan jari, bisa dilapisi
3) Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger) untuk membuka mulut.
22
Secara perlahan angkat dahi dan dagu pasien (Head tilt & Chin lift) untuk buka
jalan napas
keras
d) Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari tangan lainnya di bawah
2) Jaw Trust
c) Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersama dengan jari-
jari yang lain menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-otot penahan lidah
a) Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas pada pasien
tanpa ada trauma kepala dan leher. Sekitar 0,12 - 3,7% mengalami cedera
spinal dan risiko cedera spinal meningkat jika pasien mengalami cedera
selama transportasi.
2) Jika dalam beberapa menit terdengar suara seperti gurgling, atau batuk dengan
2) Cara pemasangan
OPA disamping pipi pasien dan memilih OPA yang panjangnya sesuai
(b) Pada anak-anak, sebaiknya memakai cara ini, karena rotasi dapat
pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak pengembangan dada dan
selama ventilasi.
d. Breating (Pernapasan)
3) Mulut ke mulut/hidung
c) Prosedur :
26
(1) Memilih ukuran mask yang sesuai dengan pasien dan memasangnya pada
wajah pasien.
batang hidung pasien dan bagian yang melebar (basis) diantara bibir bawah
dan dagu.
(4) Menstabilkan masker pada tempatnya dengan ibu jari dan jari telunjuk
(5) Menggunakan jari yang lainnya pada tangan yang sama untuk