Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada hakikatnya yang dituntut atau ingin dicapai

tujuannya adalah mencapai kebenaran. Dengan mengetahui yang

benar kita dapat mengetahui yang salah tanpa terlebih dahulu

mengetahui yang benar (Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,

apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018).

2.1.2 Aspek-aspek pengetahuan

Aspek-aspek tentang pengetahuan menurut Sobur (2018)

adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge)

2. Penelitian (research)

3. Sistematis (systematic)

Sedangkan menurut Bloom (dalam Azwar, 2013), aspek dari

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan

10
11

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan

kembali, menyebutkan contoh, dan juga mampu untuk

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan atau dapat membuat bagan, juga

mampu untuk membedakan, dan memisahkan, mengelompokkan,

dan sebagainya.
12

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Dari pemaparan ditas dapat disimpulkan bahwa aspek

pengetahuan bermula dari tahu tentang materi yang sudah dipelajari

yang kemudian dapat dijelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui kalau pengetahuan atau kemampuan itu digunakan untuk

menyusun pengetahuan-pengetahuan baru dari pengetahuan yang

sudah ada, kemudian pengetahuan-pengetahuan ini di evaluasi atau

dinilai terhadap suatu objek (Azwar, 2017).

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) dari berbagai macam cara yang

telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

1. Cara memperoleh kebenaran nonilmiah

a. Cara coba salah

b. Secara kebetulan
13

c. Cara kekuasaan atau otoritas

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

e. Cara akal sehat

f. Kebenaran melalui wahyu

g. Kebenaran secara intuitif

h. Melalui jalan pikiran

i. Induksi

j. Deduksi

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi

penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat

pencatatan – pencatatan terhadap semua fakta sehubungan

dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok

yakni :

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan

c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.


14

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2016) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden

kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan

tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang digunakan untuk

pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay

digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor sujektif dari

penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari

waktu ke waktu.

2. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choice),

betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti

oleh penilai.

Menurut Arikunto (2016), pengukuran tingkat pengetahuan

dapat dikatagorikan menjadi tiga yaitu :

1. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100%

dengan benar dari total jawaban pertanyaan

2. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75%

dengan benar dari total jawaban pertanyaan

3. Pegetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total

jawaban pertanyaan.
15

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

a. Pendidikan

Konsep pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan kearah

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok atau masyarakat.

b. Informasi

Dengan memberikan informasi kebiasaan hidup sehat dan cara

mencegah penyakit diharapkan akan terjadi tingkat pengetahuan,

sikap, dan perilaku kesehatan individu, kelompok sasaran

berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan.

c. Sosial budaya

Manusia mempelajari perilaku dari orang lain dilingkungan

sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dilakukannya bahkan apa

yang dipikirkan berkaitan dengan orang lain dan dipelajari dari

lingkungan sosial budaya.

d. Pengalaman

Pengalaman yang disusun secara sistematis oleh otak maka

hasilnya adalah pengetahuan. Semua pengalaman pribadi dapat

merupakan sumber pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan

pengalaman.
16

e. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah

seseorang dalam mendapatkan pengetahuan.

2.2 Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi pertalian

atau ikatan sosial segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional,

mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi bantuan material.

Sebagai kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan

dukungan yang diterima. Dukungan sosial terdiri atas informasi atau

nasehat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau didapat kehadiran mereka dan

mempunyai manfaat emosional atau efek prilaku bagi pihak penerima

(Sebagio, 2017).

Ninuk dalam Subagio, A (2017), menyebutkan bahwa bentuk

dukungan yang diberikan oleh suami yakni dukungan emosional,

mencakup empati, kepedulian dan empati kepada orang lain, dukungan

penghargaan yakni dorongan maju untuk persetujuan atas gagasan dan

pertimbangan positif orang tersebut dengan orang lainnya, dukungan

instrumental mencakup bantuan lansung dan dukungan suami

berpengaruh terhadap kepatuhan akseptor melakukan Keluarga

Berencana (KB).
17

2. Fungsi Dukungan Suami

Sarason (2019) mengatakan suami memiliki beberapa fungsi

dukungan yaitu :

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan

rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota

keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan emosional

mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang

yang bersangkutan. Suami sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatiaan,

mendengarkan dan di dengarkan.

b. Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan

dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasional

yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh individu. Dukungan

ini mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan dan informasi

serta petunjuk. Maka suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentanng dunia. Memberitahu saran

dan sugesti informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini ialah menekan munculnya suatu

stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi

sugesti yanng terkhusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan


18

ini ialah nasehat, usulan, kritik, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang bersifat nyata dan

dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan

beban bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk

memenuhinya. Suaminya harus mengetahui jika istri dapat bergantung

padanya jika istri memerlukan bantuan. Bantuan memberikan bantuan

yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa

membantu seseorang yang membutuhkan. Bentuk dukungan ini ini

juga dapat berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu serta

mengurangi atau menghindari perasaan cemas atau stress.

d. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan

hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau

persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan

perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain

bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut. Suami

bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

identitas anggota suami diantaranya memberi support

3. Sumber Dukungan Suami

Sumber – sumber dukungan banyak didapatkan seseorang dari

lingkungan dan sekitarnya, oleh karena itu perlu diketahui seberapa

banyak sumber dukungan suami ini efektif bagi individu yang


19

membuktikannya. Sumber dukungan suami merupakan aspek yang

penting untuk meningkatkan kesehatan reproduksi maka perlu diketahui

dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman itu, individu akan

tahu kepada siapa dan seberapa besar ia akan mendapatkan dukungan

suami dengan situasi dan keinginan yang spesifik, sehingga dukungan

terbesar dapat bermakna (Sarafino, 2015).

Menurut Sarason (2019) dukungan suami ialah keberadaan,

kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan,

menghargai dan menyayangi kita. Dukungan suami mencakup dua hal

yaitu :

a. Jumlah sumber dukungan suami yang tersedia merupakan persepsi

individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu

membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas)

b. Tingkat kepuasan akan dukungan suami yang diterima berkaitan

dengan persepsi sesorang bahwa kebutuhannya akan terpenuhi

(pendekatan berdasarkan kualitas).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Menurut Sarafino (2015), Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

suami adalah :

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan

suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan

suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan

berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan

secara cepat dan efektif. Akhirnya pandangan baru yang perlu


20

diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan

kaum suami berdasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan

peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan

berkenan dengan kesehatan pasangannya.

b. Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan 75-100% penghasilannya digunakan

untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah

yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil

tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai

kemampuan untuk membiayai. Atas dasar faktor tersebut diatas maka

diprioritaskan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI) ditingkat keluarga

dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang

bersifat anjuran saja seperti selama ini akan tetapi akan bersifat

holistik. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan

suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga

sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak

memperhatikan kesehatan karena masalah finansial.

c. Budaya

Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang

masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang

artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan

wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan

suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami

terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas

makanan suami yang lebih baik, baik dibanding istri maupun anak
21

karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai

kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri

berkurang, suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu.

d. Status Perkawinan

Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan berkurang

bentuk dukungannya terhadap pasangannya dibanding dengan

pasangan yang status perkawinan yang sah.

e. Status Sosial Ekonomi

Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih

mampu berperan dalam memberi dukungan pada istrinya.

2.3 Kontrasepsi Implant

2.3.1 Pengertian

Kontrasepsi adalah usaha- usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Pemakaian Kontrasepsi adalah satu cara atau cara yang

mempunyai tujuan untuk menghindar pembuahan hingga tak

berlangsung kehamilan (Prawirohardjo, 2018).

Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang atau

disisipkan di bawah kulit, efektif mencegah kehamilan dengan cara

mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya.

Selanjutnya hormon akan mengalir kedalam tubuh lewat pembuluh-

pembuluh darah. Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah

levonorgestrel (LNG), yakni hormon yang berfungsi menghentikan

suplai hormon estrogen yang berfungsi mendorong pembentukan

lapisan dinding lemak dan dengan demikian menyebabkan terjadinya

menstruasi (Asih, 2019).


22

Kontrasepsi implant adalah metode kontrasepsi yang

diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung

progestin dengan masakerja panjang,dosis rendah, reversible untuk

wanita (Sibagariang, 2010).

2.3.2 Jenis-Jenis Implant (Meilani dkk, 2017)

1. Norplant, terdiri dari enam batang silastis lembut berongga dengan

panjang 3,4cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg

levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

Gambar 2.1: jenis KB Norplant (Sumber : Meilani (2018))

2. Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang silastis lembut berongga

dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg

levonorgestrel dan lama kerja tiga tahun.

Gambar 2.2: jenis KB Jadena dan indoplant (Sumber : Meilani (2017))


23

3. Implanon, terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan

panjang kira – kira 4,0 mm, diameter 2 mm, berisi 68 mg3- keto-

desogestrel dan lama kerjanya tiga tahun.

Gambar 2.3: jenis KB Implanon (Sumber : Meilani (2017))

2.3.3 Cara Kerja Kontrasepsi Implant

1. Lender serviks menjadi kental

Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata

terhadap mukus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya

menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.

2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi

siklik endometrium yang indikasi estrediol, dan akhirnya

menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi

sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti

mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implant.

3. Mengurangi transportasi sperma

Perubahan lender serviks menjadi lebih kental dan sedikit,

sehingga menghambat pergerakan sperma.


24

4. Menekan ovulasi

Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjokkan

luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis,

yang penting untuk ovulasi.

2.3.4 Efektifitas

Implant merupakan kontrasepsi yang paling tinggi daya

gunanya.Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 wanita

(Meilani, 2017).

1. Keuntungan Kontrasepsi Implant (Sibagariang, 2017)

a. Daya guna tinggi.

b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

c. Pengambalian kesuburan yang cepat.

d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

e. Bebas dari pengaruh estrogen.

f. Tidak mengganggu kegiatan senggama.

g. Tidak mengganggu ASI.

h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

i. Dapat dicabut setiap saat.

j. Mengurangi jumlah darah haid.

2. Kerugian (Sibagariang, 2017)

a. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.

b. Lebih mahal.

c. Sering timbul perubahan pola haid.

d. Akseptor tidak dapat menghentikan Implant sekehendaknya

sendiri.
25

3. Efek samping (Meilani, 2017)

a. Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan

bercak (spotting), meningkatnya jumlah darah haid

(hipermenorea) dan amenorea.

b. Keluhan nyeri kepala.

c. Peningkatan/penurunan berat badan.

d. Nyeri payudara.

e. Perasaan mual.

f. Pusing/sakit kepala.

2.3.5 Wanita yang Boleh Menggunakan Implant (Meilani, 2017)

1. Usia reproduksi.

2. Telah memiliki anak atau belum.

3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

5. Paska persalinan tidak menyusui.

6. Paska keguguran.

7. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.

8. Riwayat kehamilan ektopik.

9. Tekanan darah<180/110mmHg.

10. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen.

11. Sering lupa menggunakan kontrasepsi.


26

2.3.6 Wanita Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant

(Meilani, 2017)

1. Hamil atau diduga hamil.

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3. Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

5. Mioma uterus dan kanker payudara.

2.3.7 Waktu mulai menggunakan Implant (Meilani, 2017)

1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Bila

insersi setelah hari ke-7 klien jangan hubungan seks atau gunakan

kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.

2. Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil.

3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal di

yakini tidak hamil, jangan hubungan seks atau gunakan kontrasepsi

lain selama 24 jam setelah insersi.

4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,

insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu

kontrasepsi lain.

5. Bila setelah 6 minggu kelahiran atau terjadi haid lagi insersi dapat

dilakukan setiap saat, tapi jangan melakukan hubungan seks

selama 24 jam setelah insersi atau gunakan kontrasepsi lain.

6. Bila insersi menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti

implant, insersi dapat dilakukan setiap saat tapi diyakini tidak hamil

atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.


27

7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implant dapat diberikan

pada saat jadwal kontrasepsi suntik tersebut. Tidak diperlukan

kontrasepsi lain.

8. Bila kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin

menggantikan dengan implant, dapat diinsersikan pada saat haid

hari ke-7 dan klien jangan hubungan seks selama 24 jam atau

gunakan metode kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.

AKDR segera dicabut.

9. Pasca keguguran implant dapat segera di insersikan.

2.3.8 Intruksi untuk Klien (Meilani, 2017)

1. Daerah insersi harus dibiarkan bersih dan kering selama 48 jam

pertama. Hal ini bertujuan mencegah infeksi pada luka insisi.

2. Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,

pembengkakan atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu

dikhawatirkan.

3. Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari benturan,

gesekan atau penekanan pada daerah insersi.

4. Jika dipasang bulutan penekan jangan dibuka selama 48 jam,

sedangkan plester dibiarkan hingga lukanya sembuh (biasanya lima

hari).

5. Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci

dengan tekanan yang wajar.

6. Bila ditemukan tanda-tanda infeksi seperti, demam, bengkak, atau bila

terdapat rasa sakit yang menetap selama beberapa hari segera

kembali ke klinik.
28

2.3.9 Informasi Lain yang perlu Disampaikan (Meilani, 2010)

1. Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan

berlangsung hingga lima tahun untuk norplant, dan tiga tahun untuk

implanon, jadena dan indoplant. Efek kontrasepsi kemudian akan

berakhir sesaat setelah pengangkatan.

2. Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6-12 bulan

pertama. Beberapa wanita mungkin akan mengalami amenorea.

3. Efek samping yang berhubungan dengan implant, dapat berupa

sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara. Efek-

efek samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan

sendirinya.

4. Implant dicabut sesuai dengan masa berlakunya dan bila

dikehendaki dapat dicabut lebih awal.

5. Bila implant dicabut sebelum masa berlakunya habis kemungkinan

terjadinya hamil sangat besar

6. Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi,

tempat insersi dan nama klinik.

7. Implant tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual. Bila

pasanganya mempunyai risiko, perlu menggunakan kondom saat

melakukan hubungan seksual.

2.3.10 Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik (Meilani, 2017)

Klien tidak perlu kembali ke klinik kecuali ada masalah

kesehatan atau klien ingin mencabut implant. Klien dianjurkan ke

klinik bila ditemukan hal-hal berikut:


29

1. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.

2. Perdarahan yang banyak.

3. Rasa nyeri yang menetap pada lengan.

4. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.

5. Ekspulsi batang implant.

6. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.

7. Nyeri dada hebat.

8. Dugaan adanya kehamilan.

2.3.11 Pemasangan dan Pencabutan Kontrasepsi Implant (Meilani,

2017)

1. Pemasangan

Gambar 2.4: Pemasangan Implant (Sumber : Meilani (2017))

1) Persiapan alat dan bahan:

a. Tempat tidur.

b. Penyangga lengan (meja).

c. Duk lubang steril atau DTT 1 buah.

d. Kain bersih dan kering 1 buah.

e. Kapsul Implant dalam kemasan.

f. Kapas dan kasa steril.

g. Antiseptic.
30

h. Band aid atau kasa steril dengan plester.

i. Kasa pembalut.

j. Tempat sampah basah, kering dan tajam.

k. Larutan klorin 0,5 %.

l. Obat anastesi 1%.

m. Kom kecil steril 2 buah.

n. Klem 1 buah.

o. Trokar 1 buah.

p. Skapel (pisau bedah) 1 buah.

q. Spuit 3 cc 1 buah.

r. Sarung tangan steril atau DTT 1 pasang.

2) Persiapan ruangan:

Ruangan bersih, cukup penerangan, nyaman dan menjaga

privacy klien.

3) Persiapan klien:

1. Penapisan awal harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati.

2. KIE pra pemasangan harus dilakukan dengan tepat.

3. Persetujuan tindakan medis (informed consent) harus

dilakukan sebelum pemasangan dan ditandatangani

pasangan suami istri.

4. Tutup tempat tidur klien atau penyangga lengan (meja

samping bila ada) dengan kain bersih.

5. Meminta klien untuk mencuci lengan dan kemudian

berbaring dengan lengan diletakkan lurus atau sedikit

bengkokkan keatas (diregangkan) disangga dengan baik.


31

6. Tentukan tempat pemasangan yang optimal (6-8 cm di atas

lipatan siku sebelah dalam), gunakan pola dan spidol untuk

menandai tempat insisi yang akan dibuat.

7. Buka dengan hati-hati kemasan steril Implant dengan

menarik kedua lapisannya dan jatuhkan kapsul ke kom

steril.

8. Buka dengan hati-hati pembungkus spuit untuk anastesi

tanpa menyentuh spuit dan jatuhkan pada tempat yang

steril.

9. Patahkan ampul obat anastesi.

10. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir keringkan

dengan kain bersih dan kering.

11. Pakai sarung tangan steril pada tangan yang dominan.

12. Isi spuit dengan 3 ml obat anastesi 1%.

13. Pakai sarung tangan pada tangan yang lain.

14. Usap tempat pemasangan dengan kapas atau kasa yang

direndam dalam larutan antiseptic 8-13 cm melingkar dari

dalam ke luar (dianjurkan memegang kapas/kasa

berantiseptik dengan klem agar tangan tidak terkontaminasi

dengan kulit).

15. Pasang duk lubang (steril).

16. Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anastesi,

masukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi

kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak

masuk kedalam pembuluh darah. Suntikan untuk membuat


32

gelembung di bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm diantara

kapsul 1 dan 2 kemudian tarik jarum pelan-pelan sambil

menyuntikkan obat anastesi sekitar 1 ml, selanjutnya antara

kapsul 3 dan 4 serta antara kapsul 5 dan 6 lakukan

pemijatan pada lengan agar penyebaran obat merata

tunggu beberapa saat.

17. Sebelum membuat insisi dengan scalpel pada sisi yang

tumpul untuk memastikan obat telah bekerja.

18. Pegang scalpel dengan sudut 45 derajat, buat insisi dangkal

untuk sekedar menembus kulit (sekitar 0,4 cm).

19. Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan

pendorong didalamnya, masukkan ujung trokar melalui luka

insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada

pola seperti kipas, gerakan trokar ke depan sampai ujung

tajam seluruhnya berada di bawah kulit (2-3 mm dari akhir

ujung tajam).

20. Angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat, masukkan

trokar perlahan-lahan dan lembut kearah tanda 1 (dekat

pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba

dari luar dengan jari.

21. Saat trokar masuk sampai tanda 1 cabut pendorong.

22. Masukkan kapsul pertama kedalam trokar dengan ibu jari

dan telunjuk atau dengan klem dengan satu tangan, yang

lain di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut

jatuh. Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk kedalam


33

trokar dan masukkan kembali pendorong. Bila kapsul diambil

dengan tangan pastikan sarung tangan terbebas dari bedak

dan partikel lain.

23. Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul kearah ujung

trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong

dengan paksa.

24. Pegang pendorong ditempatnya dengan satu tangan. Tarik

trokar kearah luka insisi sampai tanda 2 muncul ditepi luka

insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong.

Jaga pendorong agar tetap ditempatnya dan tidak

mendorong kapsul ke jaringan.

25. Setelah mengecek keberadaan kapsul pertama tanpa

mengeluarkan seluruh trokar, geser trokar 15 derajat,

mengikuti pola seperti kipas yang terdapat pada lengan.

Fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan

kembali trokar sepanjang sisi jari telunjuk tersebut. Hal ini

untuk memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan

mencegah trokar menusuk kapsul yang di pasang

sebelumnya.

26. Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi

resiko infeksi atau ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul

terdekat tidak kurang dari 5 mm dari tepi luka insisi.

27. Setelah memasang kapsul terakhir, cabut trokar dan

pendorong, raba kapsul untuk memastikan semua kapsul

telah terpasang.
34

28. Periksa apakah jarak ujung kapsul keluka insisi sudah cukup

(sekitar5 mm). Bila kapsul keluar atau terlalu dekat dari luka

insisi, kapsul harus dicabut dengan hati-hati dan di pasang

kembali di tempat yang tepat.

29. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan

menggunakan band aid atau plaster dengan kassa steril

untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit

karena dapat menimbulkan jaringa parut. Periksa adanya

perdarahan.

30. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk

hemostatis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).

31. Sebelum melepaskan sarung tangan,masukkan alat-alat

ketempat berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.

Sebelum mencelupkan jarum dan alat suntik, isi dengan

larutan klorin. Pisahkan pendorong dan trokar dan rendam,

rendam semua alat selama 10 menit.

Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan-bahan

yang terkontaminasi dalam tempat sampah basah. Jika

menggunakan sarung tangan sekali pakai, setelah

membuang bahan-bahan tersebut. Lepas sarung tangan

dengan hati-hati dengan cara terbalik dan buang ke tempat

sampah basah tersebut.

Jika sarung tangan akan digunakan kembali, sebelum

melepas sarung tangan, celupkan sarung tangan ke dalam

larutan klorin dan rendam dalam keadaan terbalik.


35

32. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

33. Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan

perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum

memulangkan pasien.

Dan segera tulis di catatan medic tempat pemasangan

kapsul dan hal-hal penting yang terjadi selama pemasangan.

34. Lakukan konseling akhir:

a. Jaga luka insisi tetap bersih dan kering selama minimal

48 jam.

b. Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di

daerah luka insisi selama beberapa hari. Hal ini adalah

normal.

c. Klien dapat segera bekerja secara rutin, hindari benturan,

luka, menambah tekanan pada tempat insisi dan

mengangkat beban yang berat.

d. Jangan membuka pembulut tekan selama 48 jam dan

biarkan band aid ditempatnya sampai luka insisi sembuh,

(umumnya 3-5 hari).

e. Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat di

sentuh dan dibersihkan dengan tekanan normal.

Keadaan tertentu yang diharuskan klien untuk kembali ke

klinik, yaitu:

a. Terdapat tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan dan

panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari).

b. Terjadi abses.
36

c. Haid yang terlambat setelah siklus haid yang teratur,

terutama bila disertai sakit perut bagian bawah.

d. Perdarahan pervaginam yang banyak.

e. Perdarahan atau nanah di tempat pemasangan.

f. Ekspulsi kapsul.

g. Serangan migraine, sakit kepala atau gangguan

penglihatan.

2. Pencabutan

Mengeluarkan implant umumnya lebih sulit dari pada

insersi, persoalan dapat timbul bila implant di pasang terlalu dalam

atau bila timbul jaringan fribrous sekeliling implant (Hartanto, 2010).

1) Persiapan alat dan bahan:

a. tempat tidur.

b. Penyangga lengan (meja).

c. Sarung tangan steril atau DTT 1 buah.

d. Kain bersih dan kering 1 buah.

e. Klem 1 buah.

f. Scapel (pisau bedah) 1 buah.

g. Klem mosquito (lengkung)dan crile (lurus) (untuk teknik

standar).

h. Klem pemegang Implant (modifikasi klem vasektomi tanpa

pisau), untuk teknik U.

i. Kom kecil steril 2 buah.

j. Spuit 5 atau 10 cc 1 buah.

k. Obat anastesi 1 %
37

l. Kapas dan kasa steril.

m. Antiseptik.

n. Baid aid atau kasa steril dengan plester.

o. Kasa pembalut.

p. Tempat sampah basah, kering dan tajam.

q. Larutan klorin 0,5 %.

2) Persiapan ruangan:

Ruangan bersih, cukup penerangan, nyaman dan menjaga

privacy klien.

3) Persiapan klien:

a. KIE sebelum pencabutan.

b. Informend consent.

c. Meminta klien mencuci seluruh lengan dan tangan dengan

sabun dan air mengalir.

d. Tutup tempat tidur klien atau penyangga lengan (meja

samping bila ada) dengan kain bersih.

e. Minta klien berbaring dengan lengan diletakkan lurus atau

sedikit bengkok dan disangga dengan baik.

f. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba (tanpa

sarung tangan) untuk menentukan tempat insisi, jika tidak

dapat di raba, lihat lokasi pada catatan medik klien.

g. Buka dengan hati-hati pembungkus spuit untuk anastesi tanpa

menyentu spuit dan jatuhkan pada tempat yang steril.

h. Patahkan ampul obat anastesi.


38

i. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalirkeringkan dengan

kain bersih dan kering.

j. Pakai sarung tangan steril pada tangan yang dominan.

k. Isi spuit dengan 3 ml obat anastesi 1%.

l. Pakai sarung tangan pada tangan yang lain.

m. Usap tempat pemasangan dengan kapas atau kasa yang

direndam dalam larutan antiseptic 8-13 cm melingkar dari

dalam ke luar (dianjurkan memegang kapas/kasa

berantiseptik dengan klem agar tangan tidak terkontaminasi

dengan kulit).

n. Pasang duk lubang (steril).

o. Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anastesi,

suntikan sedikit obat anastesi pada tempat insisi untuk

membuat gelembung di bawah kulit. Kemudian tanpa

memindahkan jarum secara hati-hati di bawah ujung kapsul

pertama sampai kurang lebih sepertiga panjang kapsul (1cm),

tarik jarum pelan-pelan sambil menyuntikkan obat anastesi

(kira-kira 0,5 ml) untuk mengangkat ujung kapsul tanpa

mencabut jarum, geser ujung jarum dan masukkan ke bawah

kapsul beikutnya. Ulangi proses ini sampai seluruh ujung

keenam kapsul terangkat. Bila perlu dapat ditambahkan lagi

anastesi selama berlangsungnya proses pencabutan.

(Hartanto, 2010).

p. Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan scalpel

pada sisi yang tumpul untuk memastikan obat telah bekerja.


39

2.4 Kerangka Teori

Dari teori yang telah diuraikan maka dapat digambarkan kerangka teori yaitu :

Faktor Pendorong:
1. Pengetahuan
2. Sikap

Faktor Pemungkin:
Yang dipengaruhi :
 Pendidikan ibu
 Status graviditas Penggunaan
 Dukungan Suami Kontrasepsi Implant
(dukungan
emosional,
dukungan
informasional,
dukungan
instrumental,
dukungan
penghargaan).

Faktor Penguat :
1. Orang tua
2. Keluarga

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Lawrence W. Green

Keterangan :

= Ada hubungan / ada pengaruh

= Tingkat domain yang digunakan dalam penelitian

= Dimensi yang diteliti

= Kategori yang digunakan

= Yang diteliti

= Yang tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai