Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

PEMBAHASAN

Tinjauan kasus pada bab ini mengambil kasus pada Ny. S 29 tahun

G1P0A0, suku bangsa Jawa , Agama Islam, Pendidikan S1, Pekerjaan Karyawan

Swasta, bertempat tinggal di Jl. Unta V no.11 Rt 04/011 Pd. Ranji, Kec. Ciputat

Timur, Tangerang, yang dilakukan penulis dengan memberikan asuhan secara

komprehensif mulai tanggal 6 November 2021 sampai dengan 26 Januari 2022,

sejak usia kehamilan 35 minggu 1 hari sampai dengan 6 minggu post partum.

Penulis membuat pembahasan yang berhubungan antara teori dengan kasus yang

dialami oleh Ny.S 29 tahun G1P0A0.

4.1 Ante Natal Care

1. Kunjungan ANC Ke-1 pada tanggal 6-11-2021

Ny. S datang ke PMB Sri Helmi YH pada tanggal 6 November

2021 pada pemeriksaan pertama oleh penulis dilakukan pengkajian

didapatkan hasil HPHT tanggal 5 Maret 2021, tafsiran persalinan jatuh

pada tanggal 12 Desember 2021, dihitung dengan rumus Naegel, yaitu

hari +7, bulan +9 (Januari s/d Maret). Hal ini sesuai teori Rukiyah 2017

(Bab II : Hal 77 ) mengenai rumus Naegel Hari pertama haid terakhir +7

–3 +1 = Tanggal persalinan (April s/d Desember) dan +7 +9 = Tanggal

persalinan (Januari s/d Maret). Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik. (BAB II : Hal 77)

320
321

Berdasarkan hasil pengkajian riwayat kehamilan pada Ny. S telah

menjalani 7 kali pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur yaitu 1

kali pada trimester I (1-12 minggu), 2 kali pada trimester II (13-27

minggu) dan 4 kali pada trimester III (28-40 minggu). Hal ini sesuai

teori Prawirohardjo (2016), yang menyatakan bahwa pemeriksaan

kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan satu kali

pada trimester I, satu kali pada trimester II dan empat kali pada trimester

III. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

72)

Kenaikan berat badan Ny. S pada kunjungan ANC ke-1 dalam

keadaan normal, hal ini terlihat dari penambahan berat badan sebanyak

10 kg atau dari berat badan sebelum hamil 64 kg menjadi 74 kg. Hal ini

sesuai dengan teori Prawirohardjo (2016), yang mengatakan bahwa

berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan sekitar 6,5-16,5 kg.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 53)

Ny. S merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan atau

20 minggu. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2016), yang

menyatakan bahwa gerakan janin bermula pada usia kehamilan mencapai

12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-

20 minggu karena di usia kehamilan tersebut dinding uterus mulai

menipis dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 77)


322

Pada tanggal 05 Septemberr 2021 Ny. S sudah melakukan

pemeriksaan Hb dengan hasil kadar Hb masih dalam batas normal yaitu

11,3 gr/dl. Hal ini sesuai dengan teori Prawiroharjo (2016), yang

menyatakan bahwa umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar

hemoglobin dibawah 11g/dl. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 92)

Selama hamil Ny. S melakukan 2 kali suntik Imunisasi TT. Hal

ini sesuai dengan teori Menurut Depkes (2012), yaitu pemberian

imunisasi Tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali,

imunisasi pertama diberikan saat usia kehamilan 32 minggu tanggal 18

Oktober 2021 dan yang kedua diberikan 4 minggu kemudian tanggal 20

November 2021. Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil yaitu, untuk

mencegah penyakit yang dapat menyebabkan  kematian ibu dan janin,

Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat

mencegah penyakit tetanus. pada bayi untuk mendapatkan kekebalan

aktif  terhadap tetanus Long Life Card (LLC).  Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 80-81)

Pada pengukuran LILA pada kunjungan ANC ke-1 Ny. S tidak

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) yaitu 32 cm. Hal ini

sesuai dengan teori Pantikawati (2014), yang menyatakan bahwa

pengukuran LILA sangat penting untuk menentukan apakah ibu hamil

mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), LILA kurang dari 23,5 cm


323

menandakan KEK, sedangkan LILA 23,5 cm atau lebih menandakan

bukan KEK. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 76-77)

Dalam pemeriksaan palpasi di kunjungan ANC ke-1 didapatkan

hasil TFU Ny. S dengan usia kehamilan 35 minggu 1 hari adalah 29 cm,

Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2014), yang menyatakan bahwa

pada usia kehamilan 32 minggu TFU adalah 27 cm dan pada usia

kehamilan 36 minggu TFU adalah 30 cm. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 45)

Pada kunjungan ANC ke-1 dilakukan pemeriksaan leopold

dengan hasil pemeriksaan yaitu Leopold I: Teraba agak bulat, lunak,

tidak melenting (bokong), Leopold II: Kanan: teraba bagian janin keras

memanjang seperti papan (punggung), Kiri: teraba bagian kecil janin

(ekstremitas), Leopold III: Teraba bulat, keras, melenting (kepala),

Leopold IV: Konvergen. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017),

yang menyatakan bahwa pemeriksaan palpasi abdomen Leopold I untuk

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terletak di fundus

uteri, Leopold II untuk menentukan bagian apa yang berada di bagian

samping, Leopold III untuk menetapkan bagian apa yang terdapat di atas

simfisis pubis, dan Leopold IV untuk menetapkan bagian terendah janin

yang masuk ke pintu atas panggul. Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik. (BAB II : Hal 87-90)


324

Pada kunjungan ANC ke-1 didapatkan hasil tafsiran berat janin

dengan tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 35 minggu 1 hari 29 cm

yaitu 2.480 gram. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan Tafsiran berat Janin = Tinggi Fundus Uteri (cm) –

(11,12,13) x 155 gram. Ket: 13 bila kepala belum masuk PAP, 12 bila

kepala masih berada diatas spina ischiadika, 11 bila kepala sudah

melewati PAP. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 90)

Pada pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung

janin yang dihitung dalam waktu 1 menit penuh didapat DJJ 136 x/menit

dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan DJJ frekuensi normal 120-160 kali per menit. DJJ <120 kali

per menit atau >160 kali per menit mengidikasikan adanya gawat janin.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 90-

91)

Pada Ny. S dari 14T standar pelayanan antenatal, hanya dilakukan

11 standar, yang tidak dilakukan adalah, senam hamil, pemberian kapsul

yodium dan pemberian terapi malaria. Hal ini tidak sesuai dengan teori

Pantikawati (2017), yang menyatakan bahwa pelayanan atau asuhan

standar minimal termasuk “14T” yaitu timbang BB, ukur tekanan darah,

Ukur TFU, ukur LILA, pemberian zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan, pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit menular

seksual, Temu wicara, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
325

(DJJ), tes/periksaan HB, tes/pemeriksaan urine, perawatan payudara

(tekan pijat payudara), pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil),

pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok, dan

pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria. Terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik. tidak diberikan kapsul yodium

karena bukan merupakan daerah endemis gondok, tidak diberikan terapi

anti malaria karena bukan merupakan daerah endemis malaria, dan tidak

dilakukan senam hamil karena ibu bekerja dan jarak dari rumah ke klinik

jauh. (BAB II : Hal 94-95)

2. Kunjungan ANC ke-2 pada tanggal 20-11-2021

Kenaikan berat badan Ny. S pada kunjungan ANC ke-2 dalam

keadaan normal, hal ini terlihat dari penambahan berat badan sebanyak

0,75 perminggu yaitu dari berat 74 kg menjadi 75,5 kg. Hal ini sesuai

dengan teori Prawiroharjo (2016), yang mengatakan bahwa kenaikan

berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester

kedua. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II :

Hal 53)

Pada pengukuran LILA pada kunjungan ANC ke-2 Ny. S tidak

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) yaitu 32 cm. Hal ini

sesuai dengan teori Pantikawati (2017), yang menyatakan bahwa

pengukuran LILA sangat penting untuk menentukan apakah ibu hamil

mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), LILA kurang dari 23,5 cm


326

menandakan KEK, sedangkan LILA 23,5 cm atau lebih menandakan

bukan KEK. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB

II : Hal 76-77)

Dalam pemeriksaan palpasi di kunjungan ANC ke-2 didapatkan

hasil TFU Ny. S dengan usia kehamilan 36 minggu 6 hari adalah 30 cm.

Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2014), yang menyatakan bahwa

pada usia kehamilan 36 minggu TFU adalah 30 cm. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 45)

Pada kunjungan ANC ke-2 dilakukan pemeriksaan leopold

dengan hasil pemeriksaan yaitu Leopold I: Teraba agak bulat, lunak,

tidak melenting (bokong), Leopold II: Kanan: teraba bagian janin keras

memanjang seperti papan (punggung), Kiri: teraba bagian kecil janin

(ekstremitas), Leopold III: Teraba bulat, keras, melenting (kepala),

Leopold IV: Konvergen. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017),

yang menyatakan bahwa pemeriksaan palpasi abdomen Leopold I untuk

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terletak di fundus

uteri, Leopold II untuk menentukan bagian apa yang berada di bagian

samping, Leopold III untuk menetapkan bagian apa yang terdapat di atas

simfisis pubis, dan Leopold IV untuk menetapkan bagian terendah janin

yang masuk ke pintu atas panggul. Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik. (BAB II : Hal 87-90)

Pada kunjungan ANC ke-2 didapatkan hasil tafsiran berat janin

dengan tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 36 minggu 6 hari 30cm
327

yaitu 2.635 gram. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan Tafsiran berat Janin = Tinggi Fundus Uteri (cm) –

(11,12,13) x 155 gram. Ket: 13 bila kepala belum masuk PAP, 12 bila

kepala masih berada diatas spina ischiadika, 11 bila kepala sudah

melewati PAP. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 90)

Pada pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung

janin yang dihitung dalam waktu 1 menit penuh didapat DJJ 138 x/menit

dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan DJJ frekuensi normal 120-160 kali per menit. DJJ <120 kali

per menit atau >160 kali per menit mengidikasikan adanya gawat janin

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 90-

91)

3. Kunjungan ANC ke-3 pada tanggal 04-12-2021

Kenaikan berat badan Ny. S pada kunjungan ANC ke-3 dalam

keadaan normal, hal ini terlihat dari penambahan berat badan sebanyak

0,5 perminggu yaitu dari berat 75,5 kg menjadi 76,5 kg. Hal ini sesuai

dengan teori Prawiroharjo (2016), yang mengatakan bahwa kenaikan

berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester

kedua atau 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 53)

Pada pengukuran LILA pada kunjungan ANC ke-3 Ny. S tidak

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) yaitu 32 cm. Hal ini


328

sesuai dengan teori Pantikawati (2017), yang menyatakan bahwa

pengukuran LILA sangat penting untuk menentukan apakah ibu hamil

mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), LILA kurang dari 23,5 cm

menandakan KEK, sedangkan LILA 23,5 cm atau lebih menandakan

bukan KEK. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 76-77)

Dalam pemeriksaan palpasi di kunjungan ANC ke-3 didapatkan

hasil TFU Ny. S dengan usia kehamilan 38 minggu 6 hari adalah 31 cm,

Hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2016), yang menyatakan

bahwa pada usia kehamilan 38 minggu TFU adalah 33 cm. Terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik pada kehamilan 28 minggu TFU

(Tinggi Fundus Uteri) 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30

cm, pada kehamilan 38 minggu 33 cm, pada kehamilan 40 minggu TFU

(Tinggi Fundus Uteri) turun kembali dan terletak 3 jari dibawah PX

(prosesus xifoideus). (BAB II : Hal 45)

Pada kunjungan ANC ke-3 dilakukan pemeriksaan leopold

dengan hasil pemeriksaan yaitu Leopold I: Teraba agak bulat, lunak,

tidak melenting (bokong), Leopold II: Kanan: teraba bagian janin keras

memanjang seperti papan (punggung), Kiri: teraba bagian kecil janin

(ekstremitas), Leopold III: Teraba bulat, keras, melenting (kepala),

Leopold IV: Konvergen. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017),

yang menyatakan bahwa pemeriksaan palpasi abdomen Leopold I untuk

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terletak di fundus
329

uteri, Leopold II untuk menentukan bagian apa yang berada di bagian

samping, Leopold III untuk menetapkan bagian apa yang terdapat di atas

simfisis pubis, dan Leopold IV untuk menetapkan bagian terendah janin

yang masuk ke pintu atas panggul. Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik. (BAB II : Hal 87-90)

Pada kunjungan ANC ke-3 didapatkan hasil tafsiran berat janin

dengan tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 38 minggu 6 hari TFU 31

yaitu 2.790 gram. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan Tafsiran berat Janin = Tinggi Fundus Uteri (cm) –

(11,12,13) x 155 gram. Ket: 13 bila kepala belum masuk PAP, 12 bila

kepala masih berada diatas spina ischiadika, 11 bila kepala sudah

melewati PAP. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II: Hal 90)

Pada pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung

janin yang dihitung dalam waktu 1 menit penuh didapat DJJ 140 x/menit

dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2016), yang

menyatakan bahwa pemeriksaan denyut jantung janin normal yaitu 120-

160 x/menit. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB

II HAL 90-91)

4. Kunjungan ANC ke-4 pada tanggal 09-12-2021

Kenaikan berat badan Ny. S pada kunjungan ANC ke-4 dalam

keadaan normal, hal ini terlihat dari penambahan berat badan sebanyak

1,5 kg per minggu yaitu dari 76,5 kg menjadi 78 kg. Hal ini tidak sesuai
330

dengan teori Prawiroharjo (2016), yang mengatakan bahwa kenaikan

berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester

kedua atau 6,5 kg sampai 16,5 kg selama kehamilan. Terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik. Kenaikan berat badan wanita

hamil disebabkan oleh janin, uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan

volume darah, lemak, protein dan retensi urine. Hal ini sesuai dengan

teori Hedriana 2019 (BAB II: Hal 54)

Pada pengukuran LILA pada kunjungan ANC ke-4 Ny. S tidak

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) yaitu 32 cm. Hal ini

sesuai dengan teori Pantikawati (2017), yang menyatakan bahwa

pengukuran LILA sangat penting untuk menentukan apakah ibu hamil

mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), LILA kurang dari 23,5 cm

menandakan KEK, sedangkan LILA 23,5 cm atau lebih menandakan

bukan KEK. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 76-77)

Dalam pemeriksaan palpasi di kunjungan ANC ke-4 didapatkan

hasil TFU Ny. S dengan usia kehamilan 39 minggu 4 hari adalah 33 cm.

Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2017), yang menyatakan bahwa

pada usia kehamilan 38 minggu TFU adalah 33 cm. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 45)

Pada kunjungan ANC ke-4 dilakukan pemeriksaan leopold

dengan hasil pemeriksaan yaitu Leopold I: Teraba agak bulat, lunak,

tidak melenting (bokong), Leopold II: Kanan: teraba bagian janin keras
331

memanjang seperti papan (punggung), Kiri: teraba bagian kecil janin

(ekstremitas), Leopold III: Teraba bulat, keras, melenting (kepala),

Leopold IV: Divergen. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan bahwa pemeriksaan palpasi abdomen Leopold I untuk

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terletak di fundus

uteri, Leopold II untuk menentukan bagian apa yang berada di bagian

samping, Leopold III untuk menetapkan bagian apa yang terdapat di atas

simfisis pubis, dan Leopold IV untuk menetapkan bagian terendah janin

yang masuk ke pintu atas panggul. Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik. (BAB II : Hal 87-90)

Pada kunjungan ANC ke-4 didapatkan hasil tafsiran berat janin

dengan tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 39 minggu 4 hari 33 cm

yaitu 3.455 gram. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan Taksiran berat janin dapat dihitung dengan rumus Johnson-

Tausak  sebagai berikut:  TBJ: (TFU – 11) x 155, namun jika kepala

janin telah masuk  pintu atas panggul rumusnya menjadi,TBJ: (TFU- 11)

x 155. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II :

Hal 90)

Pada pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung

janin yang dihitung dalam waktu 1 menit penuh didapat DJJ 142 x/menit

dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori Yulita (2017), yang

menyatakan DJJ frekuensi normal 120-160 kali per menit. DJJ <120 kali

per menit atau >160 kali per menit mengidikasikan adanya gawat janin
332

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 90-

91)
333

4.2 Intra Natal Care

Masa persalinan Ny. S tanggal persalinannya tepat sesuai tafsiran

menurut teori Neagle tanggal 12-12-2021 dan persalinannya tanggal 12-12-

2021. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2017), mengenai perhitungan

tafsiran persalinan menurut teori Naegle. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. (BAB II : Hal 77)

Usia kehamilan pada saat inpartu yaitu 40 minggu cukup bulan atau

aterm. Hal ini sesuai dengan teori menurut Prawirohardjo (2016), yaitu

persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu). Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 95)

1. Manajemen Kebidanan Kala I Pada Tanggal 12-12-2020, Pukul

00.30 WIB

Pukul 00.30 WIB Ny. S datang dengan keluhan mulas-mulas

yang sering dan sudah keluar lendir bercampur darah. Hal tersebut

sesuai teori Manuaba (2016), yang mengatakan tanda-tanda persalinan

dimulai dengan kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan

jarak kontraksi yang semakin pendek, dapat terjadi pengeluaran

pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah), dapat

disertai ketuban pecah. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik (BAB II : Hal 102).


334

Pada pemeriksaan leopold didapatkan hasil Leopold I: Teraba

agak bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II: Kanan: teraba

bagian janin keras memanjang seperti papan (punggung), Kiri: teraba

bagian kecil janin (ekstremitas), Leopold III: Teraba bulat, keras,

melenting (kepala), Leopold IV: Divergen. Hal ini sesuai dengan teori

Yulita (2017), yang menyatakan bahwa pemeriksaan palpasi abdomen

Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang

terletak di fundus uteri, Leopold II untuk menentukan bagian apa yang

berada di bagian samping, Leopold III untuk menetapkan bagian apa

yang terdapat di atas simfisis pubis, dan Leopold IV untuk menetapkan

bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 87-90)

Pada pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung

janin yang dihitung dalam waktu 1 menit penuh didapat DJJ 148

x/menit masih dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori

Rukiyah (2017), yang menyatakan DJJ frekuensi normal 120-160 kali

per menit. DJJ <120 kali per menit atau >160 kali per menit

mengidikasikan adanya gawat janin . Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. (BAB II : Hal 90)

Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva

vagina tidak ada massa, portio tipis lunak, dan pembukaan 5 cm (kala I

fase aktif), ketuban (+) positive, presentasi kepala, penurunan hodge III,

posisi ubun-ubun kecil kanan depan. Hal ini sesuai dengan teori
335

JNPK – KR (2017), bahwa pada pemeriksaan dalam adanya,

pembukaan serviks, ketuban presentasi, posisi, penurunan kepala.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

107-108)

Selama dilakukan pemantauan observasi pada pemeriksaan dalam

pada Ny. S terdapat adanya pembukaan serviks 5 cm dan mulai

dimasukkan ke dalam partograf. Hal ini sesuai teori menurut JNPK-

KR (2017), yang mengatakan bahwa alat bantu untuk memantau

kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II :

Hal 108)

Pada kala I fase aktif (5 cm) sampai pembukaan lengkap (10 cm)

berlangsung selama 5 jam 10 menit . Hal ini sesuai dengan teori

JNPK-KR (2017), yang menyatakan bahwa dari pembukaan 5 cm

hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata – rata 1 cm per jam (Nulipara atau Primigravida). Tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik. Kemungkinan dari his ibu

yang semakin baik. (BAB II : Hal 104)


336

2. Manajemen Kebidanan kala II pada tanggal 12-12-2021,

Pukul 05.40 WIB

Pada proses persalinan Ny. S pada pada pembukaan lengkap

ada rasa ingin meneran, terlihat perineum menonjol, vulva

membuka, dan tekanan pada anus. Hal ini sesuai dengan teori

JNPK-KR (2017), yaitu gejala dan tanda kala II, telah terjadi

pembukaan lengkap, ibu merasakan regangan yang semakin

meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol,

vulva dan sfingter ani membuka. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. (BAB II : Hal 120)

Selama menolong persalinan Kala II Ny. S, penolong

menggunakan APD yaitu berupa sarung tangan (sebelum

menggunakan sarung tangan, penolong mencuci tangan terlebih

dahulu), hazmat, kacamata, sepatu boots, celemek/Apron, masker,.

Hal ini sesuai teori dari JNPK–KR (2017), menggunakan

masker, mengenakan baju penutup berupa hazmat atau celemek

plastik yang bersih, melepaskan semua perhiasan yang dipakai di

bawah siku. Mencuci kedua tangan sesuai dengan prosedur,

menggunakan kacamata dan spatu boots bila diperlukan. Tidak

ada kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan.

(BAB II : Hal 145).

Menolong persalinan dengan langkah 60 APN, melahirkan

kepala saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm) lindungi


337

perineum dengan satu tangan yang dilapisi duk steril, letakkan

tangan yang lain yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan

belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat

keluar secara bertahap melewati introitus vagina. Memeriksa lilitan

tali pusat dan menunggu putaran paksi luar. tidak ada lilitan tali

pusat dan putaran paksi luar telah terjadi. Melahirkan bahu secara

biparietal lalu sanggah susur untuk melahirkan seluruh badan. Hal

tersebut sesuai dengan teori JNPK – KR (2017), (BAB II : Hal

149).

Proses pengeluaran janin pada Ny. S berlangsung selama ±

45 menit. Hal tersebut sesuai dengan teori Elisabeth (2016),

bahwa proses ini biasanya berlangsung selama ± 2 jam pada

primigravida dan ± 1 jam pada multigravida. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 121)

Pukul 06.25 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis

kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin laki-

laki. Kemudian setelah bayi lahir diletakkan diatas perut ibu dan

melakukan pemotongan tali pusat dan mengikatnya setelah itu

melakukan IMD dengan meletakkan bayi diatas perut ibu. IMD

dilakukan selama 1 jam. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR

(2017), yaitu segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan

bayi ibu dengan kulit bayi langsung bersentuhan dengan kulit ibu.

Biarkan kontak kulit, kekulit ini berlangsung setidaknya 1 jam.


338

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

151)

3. Manajemen Kebidanan Kala III pada tanggal 12-12-2021,

Pukul 06.40 WIB

Setelah bayi baru lahir terdapat perubahan bentuk dan

tinggi fundus uteri, tali pusat tampak memanjang dan semburan

darah tiba-tiba. Hal ini sesuai teori JNPK-KR (2017), yang

menyatakan bahwa tanda pelepasan plasenta ditandai dengan

perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus, tali pusat memanjang,

semburan darah mendadak dan singkat. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 124)

Melakukan manajemen aktif kala III meliputi oksitosin 10 IU

secara IM segera setelah kelahiran bayi, melakukan peregangan tali

pusat terkendali (PTT) untuk mengeluarkan plasenta dan kemudian

melakukan massase selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan teori

menurut JNPK-KR (2017), yang menyatakan Manajemen aktif

kala tiga terdiri dari tiga langkah utama yaitu pemberian suntikan

oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan

peregangan tali pusat terkendali dan massase fundus uteri 15 detik.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

124-125)

Kala III (kala pelepasan dan pengeluaran plasenta) pada Ny.

S berjalan dengan lancar berlangsung selama 20 menit setelah bayi


339

lahir. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2016), bahwa kala

III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 124)

Setelah plasenta lahir dilakukan pengecekan plasenta

kedalaman plasenta yaitu ± 3 cm, diameter ± 18 cm. Hal ini sesuai

dengan teori Manuaba (2016), bahwa Plasenta normal :

berdiameter 15-20 cm, dan dengan ketebalan 1,5-3 cm. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 126)

Setelah plasenta lahir dilakukan pengecekan plasenta panjang

tali pusat pada plasenta normal yaitu ±48 cm. Hal ini sesuai

dengan teori JNPK-KR (2017), yang menyatakan bahwa selama

kehamilan panjang tali pusat akan bertambah panjang, dan

mencapai panjang finalnya sekitar 50–60 cm. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 126)

4. Manajemen Kebidanan Kala IV pada tanggal 12-12-2021

pukul 06.50 WIB

Kala IV (observasi) pada Ny. S telah dilakukan asuhan

pada kala IV yaitu diantaranya melakukan masase, menilai tinggi

fundus uteri, menilai perdarahan, memeriksa kemungkinan

perdarahan dari robekan, memperhatikan keadaan umum dan TTV

ibu. yang menyatakan bahwa asuhan dan pemantauan pada kala IV

yaitu lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,


340

untuk merangsang uterus berkontraksi, evaluasi tinggi fundus

dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan

fundus uteri, perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan,

periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada

laserasi atau episiotomi), dan evaluasi kondisi ibu secara umum.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik menurut

JNPK – KR (2017). (BAB II : Hal 134).

Pada proses persalinan Ny. S didapati jumlah total

perdarahan yaitu + 70 cc. Hal ini sesuai dengan teori

Prawirohardjo (2016), yang menyatakan bahwa rata-rata batas

normal jumlah perdarahan adalah 250 cc atau biasanya 100-300 cc.

Perdarahan di anggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi

300-400 cc. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 155-156)

Setelah persalinan dilakukan dekontaminasi alat-alat

persalinan dengan larutan klorin 0,5%. Hal ini sesuai dengan teori

JNPK-KR (2017), yang menyatakan bahwa tempatkan semua

peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas dengan diterjen peralatan

setelah didekontaminasi di air bersih, mengalir. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 157)

Penolong mengajarkan pada ibu dan keluarga masase

fundusnya untuk memastikan kontraksi baik, bila keras berarti


341

kontraksi baik. Hal tersebut sesuai dengan teori JNPK-KR

(2017), yaitu untuk mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan

masase uterus dan menilai kontraksi. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 157)

Melakukan observasi kala IV yaitu, memantau TFU, TTV,

kontraksi, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam ke 2. Hal ini sesuai

dengan teori JNPK-KR (2017), yang menyatakan bahwa pantau

tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang

keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit

selama satu jam kedua kala IV. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. (BAB II : Hal 157)


342

4.3 Neonatal

1. Kunjungan neonatal usia 1 jam

Pada By. Ny. S lahir pada tanggal 12-12-2020 pukul 06.25 WIB

dengan jenis kelamin Laki-Laki, berat badan 2900 gram, panjang 46 cm,

lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm pada pemeriksaan refleks

secara keseluruhan didapatkan hasil positif. Hal ini sesuai dengan teori

(Rohan, 2013), yang mengatakan bahwa Bayi Baru Lahir adalah bayi

yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir adalah

2500-4000 gram, PB 48-52 cm, lingkar kepala 33-35, lingkar dada 30-38

cm. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

159)

Bayi Ny. S lahir spontan, langsung menangis kuat, warna kulit

kemerahan, pergerakan aktif, ini menunjukkan bayi Ny. S normal dan

sehat. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut JNPK-KR (2017),

yang menyatakan bayi baru lahir normal diantaranya, warna kulit:

kemerahan, tonus otot: gerakan aktif, pernafasan: bayi menangis kuat.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 159)

By. Ny. S dilakukan kontak kulit kepada ibunya dan IMD segera

setelah lahir selama 1 jam. Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2017),

yang mengatakan bahwa bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan

ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan menunda

semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada BBL hingga

inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: pemberian


343

tetes mata, pemberian Vitamin K1, menimbang dan lain-lain. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 151)

By. Ny. S diberikan Vitamin K dengan dosis 1 mg di 1/3 paha kiri

bayi. Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2017), yang menerangkan

bahwa untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru

lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1

(phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada

anterolateral paha kiri. suntik Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 180)

By. Ny. S diberikan imunisasi hepatitis B setelah 2 jam bayi lahir.

Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2017), yang menerangkan bahwa

menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 181)

Asuhan yang diberikan yaitu memberitahu ibu untuk usahakan

pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan tanpa memberikan makanan apapun

baik itu air putih. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2016),

yang menyatakan bahwa ASI eksklusif diberikan pada usia 0-6 bulan

tanpa memberikan makanan apapun baik itu air putih. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan pratik. (BAB II : Hal 184)

Asuhan lain yang diberikan adalah Bounding Attachment (rawat

gabung) agar terjadi kontak dini dengan ibu. Hal ini sesuai dengan teori

Prawirohardjo (2010), yang menyatakan bahwa laktasi dan kontak dini


344

dengan ibu (bounding attachment) merupakan bagian dari rawat gabung,

setelah ibu dibersihkan, segera lakukan kontak dini agar bayi mulai

mendapat ASI. Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih

refleks hisap bayi, membina hubungan psikologis ibu dan anak/ikatan

batin, membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada putting susu,

memberikan ketenangan pada ibu merupakan perlindungan bagi bayinya

dan mencegah hilangnya panas yang berlebihan pada bayi. Doronglah

ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah ‘siap’ dengan

menunjukkan refleks rooting, jangan paksa bayi untuk menyusui. Tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 184)

Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi seperti tidak dapat

menyusui, kejang, bayi bergerak hanya jika dirangsang, kecepatan nafas

> 60x/menit, tarikan dinding bawah yang dalam, merintih, demam, bayi

kuning, atau biru. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2016),

yang menyatakan bahwa tanda bahaya bayi baru lahir yaitu pernafasan

sulit atau lebih dari 60 x/menit, terlihat retraksi pada waktu bernafas,

kehangatan terlalu panas (> 38 ºC atau terlalu dingin < 36 ºC), warna

kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar,

pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah, infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah),

bau busuk, pernafasan sulit, mengigil atau tangis tidak biasa, sangat

mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, menangis


345

terus menerus. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 174-176)

2. Kunjungan neonatal usia 6 jam pada tanggal 12-12-2021

Pada pemeriksaan kunjungan ke-2, 6 jam didapatkan hasil

frekuensi denyut jantung bayi 134 x/menit, pernafasan 51 x/menit, dan

suhu 36,8oC. Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2017), yang

mengatakan bunyi jantung bayi normal 120-160 x/menit, pernafasan bayi

normal 40-60 x/menit, dan suhu normal bayi 36,5C-37,5C. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 173)

Bayi Ny. S dimandikan 6 jam setelah lahir. Hal ini sesuai

dengan teori Prawiroharjo (2016), yang menyatakan bahwa

memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 6 jam setelah persalinan,

agar suhu bayi dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekitar, sehingga

tidak menyebabkan bayi mengalami hipotermia. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 179)

Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya pada bayi seperti

bayi rewel tidak mau menyusu, bayi kebiruan, bayi mengalami kejang,

tali pusat berbau, suhu tubuh ˃ 37,5 c. ibu sudah mengetahui tanda

bahaya bayi. Hal ini sesuai dengan teori Prawiroharjo (2016), yang

menyatakan bahwa tanda bahaya bayi baru lahir tidak normal yaitu

pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit, terlihat retraksi pada waktu

bernafas, kehangatan terlalu panas (> 38 ºC atau terlalu dingin < 36 ºC),

warna kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
346

pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah, infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah),

bau busuk, pernafasan sulit, mengigil atau tangis tidak biasa, sangat

mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, menangis

terus menerus. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 174-176).

3. Kunjungan neonatal usia 6 Hari Pada Tanggal 18-12-2021

Pada pemeriksaan kunjungan ke-3, 6 hari didapatkan hasil

frekuensi denyut jantung bayi 132 x/menit, pernafasan 45 x/menit, dan

suhu 36,7oC. Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2017), yang

mengatakan bunyi jantung bayi normal 120-160 x/menit, pernafasan bayi

normal 40-60 x/menit, dan suhu normal bayi 36,5C-37,5C. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 173)

Pada pemeriksaan kunjungan ke-3, 6 hari kondisi bayi dalam

keadaan sehat, tidak ada kelainan, hasil pemeriksaan normal, dan tali

pusat sudah puput dan kering pada usia 5 hari. Hal ini sesuai dengan

teori Prawiroharjo (2016), yang mengatakan bahwa tali pusat normal

dan lepas setelah 5-6 hari. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 176).


347

4.4 Post Natal Care Tanggal 12-12-2020

Penulis melakukan kunjungan nifas pada Ny. S sebanyak 4 kali,

kunjungan pertama pada 6 jam postpartum, kunjungan kedua pada 6 hari

postpartum, kunjungan ketiga pada 2 minggu postpartum dan kunjungan

keempat pada 6 minggu postpartum. Hal ini sesuai dengan teori menurut

Feby Sukma, dkk (2017), yaitu program kunjungan nifas adalah 6-8 jam

setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, 6

minggu setelah persalinan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 195-197)

1. Kunjungan 6 jam Postpartum Tanggal 12-12-2021

Pada kunjungan 6 jam post partum dilakukan pemeriksaan, hasil

pemeriksaan TTV: TD : 120/70 mmhg, Nadi: 84 x/menit, Pernafasan: 24

x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, Lochea Rubra

(Merah). Asuhan yang diberikan pada Ny. S yaitu memberitahu ibu tanda

bahaya nifas dan mengingatkan ibu untuk memasase fundus uteri dan

mengingatkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Hal ini

sesuai dengan teori Feby Sukma, dkk (2017), yaitu tujuan asuhan 6-8

jam setelah persalinan yaitu untuk mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk apabila perdarahan berlanjut, dan pemberian ASI awal. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 196)

Pada kunjungan 6 jam post partum hasil pemeriksaan TFU yaitu 2

jari bawah pusat. Hal ini sesuai dengan teori Yefi Marliandiana dkk
348

(2017), yang menyatakan bahwa pada 6 jam setelah persalinan tinggi

fundus uteri 2 jari bawah pusat. Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik. (BAB II : Hal 201)

Pada asuhan nifas Ny. S terdapat pengeluaran lochea 6 jam

setelah persalinan berwarna merah, Hal ini sesuai dengan teori

Nainaban (2019), bahwa pengeluaran lochea juga terjadi pada hari

pertama sampai ketiga setelah persalinan berwarna merah (lochea rubra).

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 202).

Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas, seperti: demam lebih

dari 37,5⁰C, perdarahan pervaginam, lochea berbau, sakit kepala hebat

pandangan kabur, payudara bengkak dan merah. Hal ini sesuai dengan

teori Nurjanah (2017), yang menyatakan bahwa tanda bahaya masa

nifas yaitu perdarahan vagina, sakit kepala, nyeri ulu hati atau masalah

penglihatan, pembengkakan diwajah atau di tangan, demam, muntah,

payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 217-

218)

Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Hal ini sesuai

dengan teori Febi Sukma dkk (2017), menyatakan Istirahat yang

cukup dapat mengembalikan stamina ibu setelah menjalani persalinan

sehingga ibu siap menjalankan kewajiban memberikan ASI dan merawat

bayinya. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II :

Hal 216)
349

Memberitahu ibu untuk menjaga vulva hygiene dengan sering

mengganti pembalut dan cebok yang bersih dari arah depan ke belakang

dengan air yang bersih. Hal ini sesuai dengan teori Kemenkes (2018),

yang menyatakan Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang

Setelah buang air kecil atau besar dengan sabun dan air. Mengganti

pembalut dua kali sehari Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan Sesudah membersihkan daerah kelamin. Menghindari menyentuh

daerah daerah luka episiotomy dan laserasi. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 216)

2. Kunjungan 6 hari postpartum 18-12-2021

Pada kunjungan 6 hari postpartum dilakukan pemeriksaan, hasil

pemeriksaan TTV: Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 78x/menit,

Suhu : 36,6°C, Respirasi : 20 x/menit, Palpasi : TFU : tidak teraba,

kontraksi uterus : baik, Kandung kemih : kosong, lochea : sanguinolenta.

Asuhan yang diberikan pada Ny. S yaitu mengingatkan kembali ibu tanda

bahaya ibu nifas, mengingatkan kembali kepada ibu untuk menyusui

bayinya sesering mungkin, mengingatkan kembali ibu pola istirahat yang

baik, mengingatkan kembali ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori Feby Sukma dkk

(2017), bahwa asuhan yang diberikan pada 7 hari setelah persalinan yaitu

memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu istirahat cukup,


350

makanan cukup, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda-tanda penyulit. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 196)

Pada kunjungan 6 hari post partum hasil pemeriksaan TFU teraba

di pertengahan pusat dan simfisis. Pada kunjungan 6 hari post partum

hasil pemeriksaan TFU tidak teraba. Hal ini sesuai dengan teori Yefi

Marliandiana dkk (2017), (BAB II : Hal 201)

Pada asuhan nifas Ny. S terdapat pengeluaran lochea 6 hari

setelah persalinan berwarna merah kekuningan. setelah persalinan

berwarna merah kekuningan. Hal ini sesuai dengan teori Nainaban

(2019), bahwa pengeluaran lochea pada hari ke 3-7 setelah persalinan

berwarna merah kuning berisi darah lendir (lochea sanguinolenta). Tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 202)

Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya masa nifas,

seperti : demam tinggi, payudara bengkak, ASI tidak keluar, perut

lembek, perdarahan terus menerus, sakit kepala hebat, nyeri ulu hati,

mual-muntah dan nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai dengan teori

Nurjanah (2017), yang menyatakan bahwa tanda bahaya masa nifas

yaitu perdarahan vagina, sakit kepala, nyeri ulu hati atau masalah

penglihatan, pembengkakan diwajah atau di tangan, demam, muntah,

payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 217-

218)
351

Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat yang cukup.

Hal ini sesuai dengan teori Sarwono (2016), yang menyatakan istirahat

pada ibu selama masa nifas beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

(BAB II : Hal 216)

Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjaga vulva hygiene

dengan BAK/BAB lap menggunakan tissue/handuk kering, selalu ganti

pembalut dan celana dalam. Ibu sudah menerti personal hygine. Hal ini

sesuai dengan teori Feby sukma dkk (2017), membersihkan daerah

genital dengan sabun dan air bersih, mengganti pembalut setiap 6 jam

minimal 2 kali sehari, menghindari menyentuh luka perineum, menjaga

kebersihan vulva perineum dan anus,. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. (BAB II : Hal 216)

3. Kunjungan 14 hari Postpartum Pada Tanggal 25-12-2021

Pada kunjungan 14 hari postpartum dilakukan pemeriksaan, hasil

pemeriksaan TTV: Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 77 x/menit,

Suhu : 36,7°C, Respirasi : 20 x/menit. Palpasi : TFU : tidak teraba,

kontraksi uterus : baik, lochea : serosa. Asuhan yang diberikan pada Ny.

S yaitu mengingatkan kembali kepada ibu untuk menyusui bayinya

sesering mungkin, mengingatkan kembali kepada ibu pola istirahat yang

baik, mengingatkan kembali kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan

yang bergizi. Hal ini sesuai teori Feby Sukma dkk (2017), yang

menyatakan bahwa asuhan 2 minggu setelah persalinan yaitu sama


352

dengan asuhan 6 hari setelah persalinan. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik. (BAB II : Hal 197)

Pada kunjungan 2 minggu post partum TFU tidak teraba diatas

simfisis. Hal ini sesuai dengan teori Yefi Marliandiana dkk (2017),

yaitu kunjungan 2 minggu TFU tidak teraba diatas simfisis. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 201)

Pada asuhan nifas Ny. S terdapat pengeluaran lochea 2 minggu

setelah persalinan berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan teori

Nainaban (2019), bahwa pengeluaran lochea pada hari ke 7-14 setelah

persalinan berwarna kuning (lochea serosa). Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 202)

Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya masa nifas,

seperti : demam tinggi, payudara bengkak, ASI tidak keluar, perut

lembek, perdarahan terus menerus, sakit kepala hebat, nyeri ulu hati,

mual-muntah dan nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai dengan teori

Nurjanah (2017), yang menyatakan bahwa tanda bahaya masa nifas

yaitu perdarahan vagina, sakit kepala, nyeri ulu hati atau masalah

penglihatan, pembengkakan diwajah atau di tangan, demam, muntah,

payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

217-218)

Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat yang cukup.

Hal ini sesuai dengan teori Sarwono (2016), yang menyatakan


353

istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 216)

Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjaga vulva hygiene

dengan sering mengganti pembalut dan cebok yang bersih dari arah

depan ke belakang dengan air yang bersih. Hal ini sesuai dengan teori

Febi Sukma dkk (2017), yang menyatakan pastikan bahwa ibu

mengerti untuk membersihkan daerah genital dengan sabun dan air

bersih, mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari,

menghindari menyentuh luka perineum, menjaga kebersihan vulva

perineum dan anus,. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 216)

4. Kunjungan nifas 40 hari postpartum

Pada kunjungan 40 hari postpartum dilakukan pemeriksaan, hasil

pemeriksaan TTV: Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 77 x/menit,

Suhu : 36,6°C, Respirasi : 20 x/menit. Palpasi : TFU : tidak teraba,

kontraksi uterus : baik, lochea : Alba. Asuhan yang diberikan pada Ny.

S yaitu mengingatkan kembali kepada ibu untuk menyusui bayinya

sesering mungkin, mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjaga

vulva hygiene, mengingatkan kembali kepada ibu untuk mengkonsumsi

makanan yang bergizi. Hal ini sesuai dengan teori Feby Sukma dkk

(2017), yang menyatakan bahwa asuhan 6 minggu setelah persalinan


354

yaitu sama dengan asuhan 6 hari setelah persalinan. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 197)

Pada kunjungan 40 hari post partum TFU tidak teraba diatas

simfisis. Hal ini sesuai dengan teori Yefi Marliandiana dkk (2017),

yaitu kunjungan 40 hari TFU tidak teraba diatas simfisis. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 201)

Pada asuhan nifas Ny. S terdapat pengeluaran lochea 40 hari

setelah persalinan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori

Nainaban (2019), bahwa pengeluaran lochea pada hari ke 2 minggu –

6 minggu setelah persalinan berwarna putih (lochea Alba). Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal 202)

Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya masa nifas,

seperti : demam tinggi, payudara bengkak, ASI tidak keluar, perut

lembek, perdarahan terus menerus, sakit kepala hebat, nyeri ulu hati,

mual-muntah dan nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai dengan

teori Nurjanah (2017), yang menyatakan bahwa tanda bahaya masa

nifas yaitu perdarahan vagina, sakit kepala, nyeri ulu hati atau masalah

penglihatan, pembengkakan diwajah atau di tangan, demam, muntah,

payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. (BAB II : Hal

217-218)

Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjaga vulva

hygiene dengan sering mengganti pembalut dan cebok yang bersih


355

dari arah depan ke belakang dengan air yang bersih. Hal ini sesuai

dengan teori Febi Sukma dkk (2017), yang menyatakan pastikan

bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah genital dengan sabun

dan air bersih, mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari,

menghindari menyentuh luka perineum, menjaga kebersihan vulva

perineum dan anus,. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik. (BAB II : Hal 216)


356

Anda mungkin juga menyukai