Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas tentang manajemen asuhan kebidanan secara

komprehensif (kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir) pada Ny. A

umur 36 tahun G3P2A0 yang dilakukan pada tanggal 22 Maret 2021 sampai

tanggal 06 Mei 2021 di Poned Kutawaluya, Kec. Kutawaluya, Kab. Karawang.

Dalam hal ini penulis membandingkan antara teori dan praktek di lapangan.

A. Kehamilan

Berdasarkan teori (Ketut Suarayasa,2020) Kehamilan adalah pertumbuhan

dan perkembangan janin Intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persalinan. Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya

pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh

lahirnya sang bayi. Definisi lain menyebutkan bahwa masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pelayanan

kesehatan masa hamil dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali selama masa

kehamilan yang dilakukan, yakni: 1 (satu) kali pada trimester pertama: 1 (satu)

kali pada trimester kedua: dan 2 (dua) kali pada trimester ketiga. Pelayanan

kesehatan pada masa hamil ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi dan kewenangan, serta sesuai dengan standar pelayanan ibu hamil.

Sedangkan pada kasus Ny. A telah melakukan kunjungan antenatal 7 kali ke

posyandu dan 2 kali ke puskesmas, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 3 kali

pada trimester kedua dan 5 kali pada trimester ketiga. Dengan melakukan

pemeriksaan antenatal maka ibu dapat menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
maupun janin berupa deteksi dini, faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini

kompilikasi kehamilan. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

Berdasarkan teori (Rosmiarti, 2017) Pelayanan yang dilakukan antenatal

diupayakan memenuhi standar kualitas yaitu standar 14 T meliputi :

Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, Pengukuran tekanan darah,

Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), Tablet FE, Penentuan status

imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status

imunisasi, Pemeriksaan Haemoglobin, VDRL (Veneral Disease Research

Laboratory), Pemeriksaan Protein Urine, Pemeriksaan Urine reduksi, Perawatan

payudara, Senam Hamil, Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis

malaria, Temu Wicara/konseling. Dalam kasus ini Ny. A teori dan praktik

terdapat kesenjangan karena penulis telah melakukan pemeriksaan ANC, dari

pemeriksaan yang harus dilakukan 14 T terdapat 2 yang tidak dilakukan yaitu

senam hamil dan pemeriksaan terhadap pemberian terapi malaria untuk daerah

edermis kepada Ny. A tidak dilakukan karena tidak ada indikasi untuk melakukan

tes tersebut serta fasilitas tidak tersedia, pemberian terapi yodium daerah edermis

gondok tidak dilakukan karena karawang bukan daerah edermis gondok,

sehingga tes pemberian yodium untuk daerah edermis gondok tidak dilakukan.

Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara teori dan praktek. bukan

wilayah endemis gondok maupun malaria dan obat tidak tersedia. Sehingga dapat

disimpulkan ada kesenjangan antara teori dan praktek.

B. Persalinan

Berdasarkan teori (Sarwono, 2010) Kala I disebut juga dengan kala

pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.


Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga

parturient masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat

his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

a. Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai

ukuran diameter 3 cm.

b. Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :

1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam permbukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9cm.

3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi

demikian, tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan multigrvida. Pada

primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks

akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri intrenum sudah sedikit

terbuka. Pada prigmigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium

uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Pada

prigmigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam. Sedangkan pada multigravida

kira-kira 7 jam. Dalam kasus Ny. A berdasarkan teori dan praktik terdapat

kesenjangan karena hasil observasi Ny. A dari pembukaan 5 cm (fase aktif) ke

pembukaan 10 cm (fase aktif deselerasi) hanya berlangsung 1 ½ jam.


Berdasarkan teori (Hizra Ainin, 2019) Rasa sakit akibat nyeri persalinan ini

terjadi pada fase kala I persalinan. Pada fase ini terjadi kontraksi otot rahim akan

semakin sering dan semakin kuat. Kotraksi terjadi sekitar 45 detik sampai 90

detik. Intensitas kontraksi semakin meningkat ketika persalinan mengalami

kemajuan sehingga hal ini mengakibatkan intensitas nyeri yang semakin besar.

Tujuan penerapan teknik relaksasi nafas dalam yaitu untuk meningkatkan

vertilasi alveoli, memelihara pertukaraan gas, mencegah altelektasi paru,

merilekskan tegangan otot, mengurangi stress fisik emosional yaitu menurunkan

intensitas nyeri (mengontrol atau mengurangi nyeri) dan menurunkan

kecemasan. Dalam kasus Ny. A penulis sudah memberikan asuhan teknik

relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dalam hal ini tidak terdjadi kesenjangan

antara teori dan praktik.

C. Nifas

Berdasarkan teori (Ambarwati, 2010) Masa nifas (puerperium) adalah masa

setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum

hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

Sedangkan menurut teori (Abidin, 2011) Masa nifas atau peurperium adalah masa

setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti

sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu. Dalam kasus

Ny. A berdasarkan teori dan praktik terdapat kesenjangan karena kunjungan

pertama (6 jam setelah persalinan), kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan),

kunjungan ketiga (14 hari setelah persalinan) dan (40 hari setelah persalinan)

karena mengikuti kunjungan yang dilakukan di tempat praktik.

Berdasarkan teori (Susilo Rini, 2016) Pijat oksitosin adalah pemijatan

daerah tulang belakang leher, punggung atau sepanjang tulang belakang


(vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam. Pijat oksitosin adalah

tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu menyusui yang berupa back

massage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin.

Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamanan pada

ibu, sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui. Manfaat

pijat oksitosin membantu ibu secara psikologis, menenangkan, tidak stress,

membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu agar mempunya pikiran dan

perasaan baik tentang bayinya, meningkatkan ASI, melepas lelah, ekonomis,

praktis. Dalam kasus Ny. A mengeluh keluar ASI sedikit dan penulis sudah

melakukan pemijatan kepada Ny. A dan mengajarkan kepada suami dan keluarga

agar bisa dikerjakan dirumah, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.

Berdasarkan teori (Kemekses RI, 2015) bahwa pemberian kapsul vitamin A

dosis tinggi (200.000 IU) kepada ibu nifas sebanyak dua buah, yaitu 1 kapsul

diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul diminum 24 jam sesudah

pemberian kapsul pertama. Dalam kasus Ny. A penulis sudah memberikan Vit A

2 kapsul untuk diminum 1 kali dalam sehari, diminum segera setelah lahir dan 24

jam setelah pemberian kapsul, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.

D. Bayi Baru Lahir (BBL)

Berdsarkan teori (Ni Wayan Armini, S.S.T.,M.Keb. dkk, 2017) Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama

dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram. Adaptasi bbl terhadap

kehidupan di luar uterus. Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan

psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini
bayi memelurkan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat

sesuatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir

juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjadi

masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama

ini adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat

ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi

mereka, dan untuk memberikan motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang

tua. Dalam kasus Bayi Ny. A sudah diberikan perawatan gabung bersama ibunya

agar tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Berdasarkan teori (Roesli, 2013) Salah satu faktor yang mempengaruhi

pengeluaran ASI adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau inisiasi menyusu

dini. Idealnya proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi

yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya 20-30

menit setelah melahirkan. Ada 2 alasan mengapa menyusui perlu dilakukan

sesegera mungkin dalam waktu setengah jam setelah persalinan. Yang pertama

penghisapan oleh bayi paling kuat dilakukan dalam waktu setengah jam setelah

lahir. Isapan bayi pada putting ibu akan merangsang hormon prolaktin yang

merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin yang merangsang pengeluaran

ASI. Hormon oksitosin dapat membantu rahim berkontraksi sehingga membantu

pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan ibu. Hormon oksitosin juga

dapat merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih

mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri dan perasaan sangat bahagia.

Sedangkan pada kasus bayi Ny. A dilakukan proses IMD selama 1 jam dan bayi

berhasil menemukan/mencapai putting ibu. Dan durasi penatalaksanaan Inisiasi


Menyusu Dini sesuai dengan 1 jam. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

Berdasarkan teori (Roesli, 2013) Hasil penelitian ini sesuai dengan teori

Roesli (2013) yang mengatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu

dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui. Isapan bayi

yang penting dalam meningkatkan kadar hormone prolaktin, yaitu hormone yang

merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan tersebut akan

meningkatkan produksi susu 2 kali lipat. Bayi yang dibiarkan menyusu sendiri,

setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan

diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya,

ia tampak dapat menyusu dengan baik. Pada kasus Ny. A bayi setelah

dibersihkan dan dipakaikan baju dan dibedong bayi diberikan kepada ibunya

untuk melakukan IMD kembali agar tidak ada kesenjangan social pada teori dan

praktek.

Anda mungkin juga menyukai