Anda di halaman 1dari 18

JUDUL

Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di
Puskesmas Rowosari
Yakayum
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang
Yakayumkiki1997@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.7
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan
RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun
2013 adalah sebanyak 5019 orang (Kemenkes, 2014). Berdasarkan data Dinkes Provinsi
Jawa Timur ditahun 2013, angka kematian ibu melahirkan yaitu 474 kasus ibu meninggal
saat melahirkan. Sedangkan jumlah persalinan di Kabupaten Jember yaitu sebanyak 35.537
persalinan, dengan jumlah kematian ibu sebanyak 72 ibu. Di wilayah Puskesmas
Sumbersari terdapat 1.227 persalinan dengan kematian ibu bersalin usia 20-34 tahun
sebanyak 1 ibu bersalin (Dinkes, 2014).
Selanjutnya, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016
sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun
2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015 menjadi 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016.
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman subjektif
disebabkan oleh iskemik otot uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium,
tuba fallopii dan distensi bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Nyeri
persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan fase aktif, pada fase laten terjadi
pembukaan serviks sampai 3cm bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri disebabkan oleh
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan seiring bertambahanya intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi
pada fase aktif dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam
untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara (Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2012).
Rasa sakit selama proses persalinan dapat dikurangi dengan berkembangnya kemajuan
dunia kedokteran terutama bidang anastesiologi. Upaya menghilangkan rasa sakit dapat
dilakukan secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Metode nonfarmakologi salah
satunya adalah metode zilgrei, yaitu dengan gerakan dan latihan pernapasan yang
dipersiapkan sejak kala I tepatnya pada fase aktif diharapkan kerja otototot panggul yang
saling berkaitan menjadi selaras sehingga mulut rahim tidak kaku, dan adanya potensi otot-
otot rahim untuk mendorong janin menuju jalan lahir, latihan tarikan dan hembusan napas
dapat membantu ibu mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin ke posisi ideal untuk
melahirkan normal. (Suprapti, 2016)
Selain itu Zilgrei merupakan salah satu teknik mengurangi nyeri persalinan. Hal ini
dikarenakan 85% penyebab sakit punggung maupun nyeri persalinan sama, yaitu asimetri
tubuh. Asimetri tubuh adalah gangguan ketidakseimbangan dalam menempatkan beban
dan gerakan salah satu sisi tubuh, misalnya aktivitas tubuh pada sisi kanan saja atau beban
tubuh pada sisi kanan saja (Danuatmaja. 2008).
Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih mendalam mengenai “pengaruh mengonsumsi buah kurma terhadap kenaikan kadar
hemoglobin pada ibu hamil di puskesmas rowosari kota semarang tahun 2018”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi dilakukan Metode Zilgrei Terhadap Intensitas
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
b. Mengidentifikasi Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Puskesmas
Rowosari
c. Menganalisa Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim maupun diluar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Manuaba, 2010). Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta
dan membran dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bobak, I, 2006).
Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney,
2008). Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta
tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam (Winkjosastro, 2012).
b. Teori Penyebab Persalinan
1) Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
meningkat, lebih-lebih sewaktu partus (Winkjosastro, 2012). Prostaglandin
dianggap dapat memicu terjadinya persalinan (Manuaba, 2010).
2) Teori Rangsangan Estrogen Villi koriales mengalami perubahan-perubahan ketika
umur kehamilan mencapai 28 minggu akibat penuaan plasenta, sehingga kadar
esterogen dan progesteron menurun (Winkjosastro, 2012).
3) Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks Oksitosin dikeluarkan oleh
kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan
dimulai (Manuaba, 2010).
4) Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter dan mengakibatkan
degenerasi (Manuaba, 2010).
5) Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama
kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan (Winkjosastro, 2012).
c. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak terlalu kuat sehingga parturien (pasien) masih dapat berjalan seperti biasa
(Oktarina, 2016). Kala 1 terjadi pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi
uterus yang teratur makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri disertai
pengeluaran darah dan lendir yang tidak lebih banyak dari darah haid. Berakhir pada
waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada pemeriksaan dalam, bibir porsio serviks
tidak dapat teraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala
(Manuaba, 2010).
Proses pembukaan serviks sebagai akibat dari his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Fase Laten
Friedman dalam buku obstetri Williams mengatakan bahwa awitan fase laten
persalinan didefinisikan sebagai keadaan ibu merasakan adanya kontraksi teratur.
Selama fase ini, orientasi kontraksi uterus berlangsung bersamaan dengan
pelunakan dan penipisan serviks. Fase laten disertai pembukaan serviks yang
progresif, walaupun lambat, dan berakhir pada pembukaan antara 3 dan 5cm.
karakteristik nyeri pada kala I fase laten yaitu memiliki integritas ego senang dan
cemas, nyeri kontraksi sekitar 10-30 detik selama 5-30 menit (Pane, 2014).
Lamanya pembukaan pada fase laten ini sekitar 8 jam (Achdiat, 2008). Kontraksi
menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi, durasi
dan intensitas. Dari mulai terjadi setiap 10-2- menit, berlangsung 15-20 detik,
dengan intensitas ringan hingga kontraksi dengan intensitas sedang yang terjadi
setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik (Varney, 2007). Bagi ibu primipara,
fase laten tentu akan menjadi fase menyakitkan dan membuat emosi ibu menjadi
tidak stabil. Tidak berbeda jauh dengan ibu multigravida bahwa sebenarnya sudah
merasakan hal yang sama ketika melahirkan anak pertama, kedua dan seterusnya
namun tidak menutup kemungkinan ibu multigravida bisa merasakan hal yang sama
ketika melahirkan karena pengalaman masa lalu dan koping yang tidak baik
(Varney, 2007).
b) Fase Aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga
pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pada fase ini, integritas
ego lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan (Pane, 2014). Kontraksi
selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih panjang dan
intensitas lebih kuat (Varney, 2008). Ketika persalinan menjadi semakin kuat,
serviks akan terus membuka dan kontraksi menjadi lebih kuat dan semakin nyeri,
berlangsung 60 detik atau lebih (Chapman, 2006). Fase-fase tersebut terjadi pada
primigravida. Pada multigravida terjadi hal yang sama, namun fase-fase tersebut
terjadi dalam jangka waktu yang lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada primigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. Kala 1 selesai
apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung
kira-kira 12 jam. Sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Prawirohardjo,
2010).
2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100
detik
b) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi pembukaan lengkap diikuti dengan
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi:
kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
pada punggung
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada occiput dan dibawah dagu, ditarik cunam kebawah untuk
melahirkan bahu belakang
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
(3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban
g) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-
rata 0,5 jam (Manuaba, 2010).
3) Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat
retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda:
a) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
b) Tali pusat bertambah panjang
c) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan pada fundus uteri.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir (Manuaba,
2010).
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah pemeriksaan
ttv, kontraksi uterus dan perdarahan (Manuaba, 2010).
d. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan: kontraksi Braxton his,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana
kepala kearah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu
merasakan: ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang. Sesak dibagian bawah,
terjadinya kesulitan saat berjalan dan sering BAK (follaksuria) (Oktarina, 2016).
2) Terjadinya His Permulaan
Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu antara lain: rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur,
tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda, durasinya pendek. Tanda-tanda
timbulnya persalinan (inpartu) adalah terjadinya his persalinan, keluarnya gender
bercampur darah pervaginam (show), kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,
dilatasi dan effacement. Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang
semula panjang 1-2cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang
tipis seperti kertas.

Gambar 2.1 Proses Terjadinya His (Oktarina, 2016)


e. Faktor-faktor Persalinan
Menurut Mochtar (2006) faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Passage (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,
dasar pangul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan
lahir tanpa adanya rintangan maka jalan lahir tersebut harus normal (Winkjosastro,
2007 dalam Ilmi, 2015).
2) Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga mengedan dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau
kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
a) His (kontraksi otot uterus)
His adalah kontraksi otot uterus karena otot-otot polos rahin bekerja dengan
baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehinga
menjadi teal dan lebih pendek, kavum uteri lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amnion kearah segmen bawah rahim dan serviks.
b) Kontraksi dinding otot perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengedan
d) Ketegangan dan ligementivus action terutama ligamnetum rotundum (Manuaba,
2010).
3) Passanger
a) Janin Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin, posisi, dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan (Winkjosastro, 2007 dalam
Astika, 2013).
b) Sikap (habitual) Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,
biasanya terhadapa tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi,
dimana kepala, tulang punggung, dan kaki, dalam keadaan fleksi serta lengan
bersilang ke dada (Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
c) Letak janin Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap
sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu
panjang ibu, bisa letak kepala atau letak sungsang (Winkjosastro, 2007 dalam
Astika, 2013).
d) Presentasi Presentasi digunakan untuk menentukkan bagian janin yang ada dibagian
bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya
presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan sebagainya
(Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
e) Posisi Posisi merupakan indicator untukmenetapkan arah bagian terbawah janin
apakah seblah kiri, kanan depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal
pelvis) (Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
f) Plasenta
Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang
atau passanger yang menyertai pada persalinan normal (Winkjosastro, 2007 dalam
Astika, 2013).
4) Psikis (psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anaknya. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan
memperlancar proses persalinan. Dukungan psikologis berupa menngupayakan
terciptanya rasa aman dan nyaman dengan memberikan sentuhan, penanganan nyeri
non farmakologi dan berada di sisi ibu yang melahirkan. Upaya ini akan membuat
persalinan menjadi lebih mudah (Sumarah 2009 dalam Ilmi, 2015).
5) Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janin. Proses ini
tergantung dari kemampuan atau keahlian dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan (Herlina, 2010 dalam Ilmi, 2015).
f. Mekanisme Persalinan
1) Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan
telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Pada kebanyakan wanita
primipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen
masih tegang, sehingga bagian presentasi terdorong kedalam panggul (Pilliteri, 2007).
2) Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi
akibat tiga kekuatan, yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi
fundus pada janin, dan kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap
kedua persalinan. Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk
bidang panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk bermolase. Tingkat penurunan
diukur menggunakan stasiun bagian presentasi. Laju penurunan meningkat pada tahap
kedua persalinan. Pada kehamilan pertama, penurunan berlangsung lambat, tetapi
kecepatannya sama. Pada kehamilan berikutnya, penurunan dapat berlangsung cepat.
Kemajuan penurunan bagian presentasi dapat diketahui melalui palpasi abdomen
(perasat leopold) dan periksa dalam sampai bagian presentasi terlihat pada introit
(Pilliteri, 2007).
3) Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada
janin. Dengan fleksi, sukoksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm)
dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul (Pilliteri, 2007).
4) Putaran paksi dalam
Pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter transversanya.
Dengan demikian, kepala janin melalui pintu atas dan masuk ke dalam panggul sejati
dengan posisi oksipitotranversa. Akan tetapi, bidang pintu bawah panggul yang terluas
ialah diameter anteroposterior. Supaya dapat keluar, kepala janin harus berotasi
(berputar pada sumbunya). Putaran paksi dalam dimulai pada bidang tinggi spina
iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul
bagian bawah. Ketika oksiput berputar ke arah anterior, wajah berputar ke arah
posterior. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin di arahkan oleh tulang panggul dan
otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput berada di garis tengah dibawah lengkung
pubis. Kepala hampir selalu berputar saat mencapai dasar panggul. Baik muskulus
levator ani maupun tulang panggul penting untuk putaran anterior (Pilliteri, 2007).
5) Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala muncul keluar akibat ekstensi: pertama oksiput, kemudian wajah, dan dagu
(Pilliteri, 2007).
6) Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar sehingga mencapai posisi yang sama dengan
saat ia memasuki pintu atas. Gerakan ini dikenal sebagai restitusi. Putaran 45 derajat
membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Dengan
demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat
bahu engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan gerakan kepala. Seperti
telah diketahui, bahu anterior turun terlebih dahulu. Ketika ia mencapai pintu bawah,
bahu berputar ke arah garis tengah dan dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu
posterior diarahkan ke arah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina
(Pilliteri, 2007).
7) Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan
bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh
tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua persalinan
dan waktu saat tubuh bayi keluar seluruhnya, dicatat dalam catatan medis (Pilliteri,
2007).
2. Nyeri Persalinan
a. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, disamping itu nyeri adalah apapun
yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada
kapanpun individu mengatakannya potensial (Bare, 2008). Sedangkan menurut
Berman, dkk (2011) nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat di ungkapkan kepada orang lain. Nyeri menurut
International Association For Study Of Pain (IASP) yang dikutip oleh adalah suatu
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan
kerusakan jaringan. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot (Arifin et al., 2015).
Menurut Cunningham (2013) nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium,
merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing
individu.
b. Fisiologi Nyeri Persalinan Kala I
Selama kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi serviks dan segmen bawah
uterus dan distensi korpus uteri (Bonica & Chadwick, 1989 dalam Mander, 2006).
Intensitas nyeri sekama kala ini diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang
dibangkitkan. Nyeri ini dialihkan ke dermatom yang disuplai oleh segmen medulla
spinalis yang sama dengan segmen yang menerima input nosiseptif dari uterus dan
serviks. Dermatom adalah daerah tubuh yang dipersarafi oleh saraf spinalis khusus,
misalnya dermatom 12 mengacu pada dermatom torasikus ke 12 (T12). Nyeri dirasakan
sebagai nyeri tumpul yang lama pada awal kala I dan terbatas pada dermatom torasikus
11 (T11) dan 12 (T12). Kemudian pada kala I persalinan, nyeri pada dermatom T11 dan
12 menjadi lebih berat, tajam dan menyebar ke dermatom T10 dan L1. Penurunan kepala
janin memasuki pelvis pada akhir kala I menyebabkan distensi struktur pelvis dan
tekanan pada radiks pleksus lumbosakralis, yang menyebabkan nyeri alih pada perjalanan
segmen L2 ke bawah. Akibatnya nyeri dirasakan pada regio L2, bagian bawah punggung
dan juga pada paha dan tungkai. Nyeri juga dapat disebarkan dari pelvis ke area
umbilikus (Patree, 2007 dalam Pane, 2014).
Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan robekan
jaringan, misalnya pada perineum dan tekanan pada otot skelet perineum. Disini, nyeri
diakibatkan oleh rangsangan struktur somatic superficial dan digambarkan sebagai nyeri
yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus.
Beberapa wanita dapat mengalami nyeri pada paha dan tungkai mereka, digambarkan
sebagai nyeri tumpul yang lama, terbakar atau kram. Hal ini dapat diakibatkan oleh
rangsangan struktur pada pelvis yang sensitive nyeri dan yang menyebabkan nyeri ringan
yang dialihkan pada segmen lumbalis dan sakralis bagian bawah (Mander, 2006).
c. Respon Tubuh
Nyeri yang menyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme fisiologis
sejumlah system tubuh yang selalu menyebabkan respons stress fisiologis yang umum
dan menyeluruh (Brownridge, 1995 dalam (Mander, 2006).
d. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
1) Internal
a) Pengalaman Nyeri
Pengalaman melahirkan sebelumnya dapat mempengaruhi respon ibu terhadap
nyeri. Ibu yang mempunyai pengalaman nyeri yang tidak menyenangkan dan
sangat menyakitkan serta sulit dalam persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan
takut pada persalinan sebelumnya akan mempengaruhi sensitifitasnya terhadap
nyeri yang dirasakan (Bobak, I, 2006).
b) Usia
Kondisi psikologi yang masih cenderung naik dan turun saat usia muda bisa
memicu terjadinya kecemasan yang tinggi dan nyeri yang dirasakan lebih berat.
Usia merupakan salah satu faktor menentukan toleransi terhadap nyeri, toleransi
akan meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri
(Mander, 2006). Pada penelitian Wahyuningsih pada tahun 2014, usia yang
dijadikan sasaran penelitian yaitu antara 20-37 tahun. Penelitian Sri wahyuni dan
Endang pada tahun 2015,
c) Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan takut dan cemas
akan nyeri yang dirasakan saat persalinan, sehingga ibu yang akan bersalin dapat
memilih metode atau teknik latihan yang dapat mengurangi kecemasan dan nyeri
yang dirasakan (Mander, 2006).
d) Emosi
Perasaan cemas dan takut dalam menghadapi persalinan secara fisiologi dapat
menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit (Sondakh,
2013).
2) Eksternal
a) Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme pertahanan tubuh
terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi psikologis yang
relatif stabil.
b) Budaya
Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri.
c) Dukungan Sosial dan Keluarga
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan.
Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi akan menurangi rasa kesepian dan
ketakutan.
d) Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi
rangsang nyeri yang dialami. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang
rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang memadai akan
menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana mengatasi nyeri yang dialami dan
masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering
menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan.
e) Komunikasi
Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan hal-hal
seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa penyebabnya, cara
mengatasi dan apakah hal ini wajar akan memberikan dampak yang positif terhadap
manajemen nyeri. Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga
tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan jika mengalami nyeri saat persalinan
(Potter & Perry, 2005).
e. Pengukuran Intensitas Nyeri
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus
diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya (Brunner & Suddarth, 2008).
Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu
saat proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara
menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada skala nyeri (Judha, 2012)
1) Skala Intensitas Nyeri
a) Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Sangat paling hebat


Tidak ada Ringan Sedang Hebat
hebat
nyeri

Pada skala ini, nyeri dideskripsikan dari „tidak nyeri‟ sampai „nyeri yang tidak
tertahankan‟. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri. Perawat yang memberikan skala tersebut dan meminta pasien
memilih nyeri diposisi manakah yang sedang klien rasakan saat ini.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

Variabel Independent Variabel Dependent

Efektifitas Metode Intensitas Nyeri


Persalinan Kala I Fase
Zilgrei Aktif

Bagan 1.1 Kerangka Konsep


B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian
ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:
1. Variabel bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini mengonsumsi
buah kurma.
2. Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kenaikan kadar
hemoglobin pada ibu hamil.

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian atau dalil sementara yang kebenaranya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
H0 : Tidak ada Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif Di Puskesmas Rowosari

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan analisis korelasi yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi buah kurma terhadap kenaikan kadar
hemoglobin pada ibu hamil di puskesmas rowosari kota semarang tahun 2018.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan cross sectional.
Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada satu saat
(point time approach) artinya tiap subyek penelitian di observasi sekali saja dari pengukuran
yang dilakukan terhadap variabel subyek pada saat pemeriksaan, dimana data yang
menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan secara bersamaan.
B. Teknik pengumpulan data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini melalui data sekunder yaitu jumlah ibu hamil di
Puskesmas Rowosari Kota Semarang dan data primer diperoleh melalui lembar observasi.
Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat karakteristik responden, data pemeriksaan
kadar hemoglobin, data kepatuhan konsumsi tablet Fe, dan konsumsi buah kurma.
C. Analisa Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu, kemudian
apabila data berdistribusi normal maka menggunakan uji paired t-test, namun jika data
berdistribusi tidak normal maka uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon

BIBLIOGRAFI
1. Budiana. 2013. Buah Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya
2. Handayani, W, Haribowo, A, S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
3. Hariyani, S. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
4. Maya, A. 2010. 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
5. Rukiyah, A, Y & Yulianti, L. 2010. Asuhan kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: TIM, 2010
6. Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai