Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di
Puskesmas Rowosari
Yakayum
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang
Yakayumkiki1997@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.7
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan
RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun
2013 adalah sebanyak 5019 orang (Kemenkes, 2014). Berdasarkan data Dinkes Provinsi
Jawa Timur ditahun 2013, angka kematian ibu melahirkan yaitu 474 kasus ibu meninggal
saat melahirkan. Sedangkan jumlah persalinan di Kabupaten Jember yaitu sebanyak 35.537
persalinan, dengan jumlah kematian ibu sebanyak 72 ibu. Di wilayah Puskesmas
Sumbersari terdapat 1.227 persalinan dengan kematian ibu bersalin usia 20-34 tahun
sebanyak 1 ibu bersalin (Dinkes, 2014).
Selanjutnya, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016
sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun
2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015 menjadi 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016.
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman subjektif
disebabkan oleh iskemik otot uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium,
tuba fallopii dan distensi bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Nyeri
persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan fase aktif, pada fase laten terjadi
pembukaan serviks sampai 3cm bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri disebabkan oleh
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan seiring bertambahanya intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi
pada fase aktif dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam
untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara (Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2012).
Rasa sakit selama proses persalinan dapat dikurangi dengan berkembangnya kemajuan
dunia kedokteran terutama bidang anastesiologi. Upaya menghilangkan rasa sakit dapat
dilakukan secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Metode nonfarmakologi salah
satunya adalah metode zilgrei, yaitu dengan gerakan dan latihan pernapasan yang
dipersiapkan sejak kala I tepatnya pada fase aktif diharapkan kerja otototot panggul yang
saling berkaitan menjadi selaras sehingga mulut rahim tidak kaku, dan adanya potensi otot-
otot rahim untuk mendorong janin menuju jalan lahir, latihan tarikan dan hembusan napas
dapat membantu ibu mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin ke posisi ideal untuk
melahirkan normal. (Suprapti, 2016)
Selain itu Zilgrei merupakan salah satu teknik mengurangi nyeri persalinan. Hal ini
dikarenakan 85% penyebab sakit punggung maupun nyeri persalinan sama, yaitu asimetri
tubuh. Asimetri tubuh adalah gangguan ketidakseimbangan dalam menempatkan beban
dan gerakan salah satu sisi tubuh, misalnya aktivitas tubuh pada sisi kanan saja atau beban
tubuh pada sisi kanan saja (Danuatmaja. 2008).
Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih mendalam mengenai “pengaruh mengonsumsi buah kurma terhadap kenaikan kadar
hemoglobin pada ibu hamil di puskesmas rowosari kota semarang tahun 2018”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi dilakukan Metode Zilgrei Terhadap Intensitas
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
b. Mengidentifikasi Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Puskesmas
Rowosari
c. Menganalisa Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim maupun diluar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Manuaba, 2010). Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta
dan membran dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bobak, I, 2006).
Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney,
2008). Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta
tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam (Winkjosastro, 2012).
b. Teori Penyebab Persalinan
1) Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
meningkat, lebih-lebih sewaktu partus (Winkjosastro, 2012). Prostaglandin
dianggap dapat memicu terjadinya persalinan (Manuaba, 2010).
2) Teori Rangsangan Estrogen Villi koriales mengalami perubahan-perubahan ketika
umur kehamilan mencapai 28 minggu akibat penuaan plasenta, sehingga kadar
esterogen dan progesteron menurun (Winkjosastro, 2012).
3) Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks Oksitosin dikeluarkan oleh
kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan
dimulai (Manuaba, 2010).
4) Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter dan mengakibatkan
degenerasi (Manuaba, 2010).
5) Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama
kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan (Winkjosastro, 2012).
c. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak terlalu kuat sehingga parturien (pasien) masih dapat berjalan seperti biasa
(Oktarina, 2016). Kala 1 terjadi pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi
uterus yang teratur makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri disertai
pengeluaran darah dan lendir yang tidak lebih banyak dari darah haid. Berakhir pada
waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada pemeriksaan dalam, bibir porsio serviks
tidak dapat teraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala
(Manuaba, 2010).
Proses pembukaan serviks sebagai akibat dari his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Fase Laten
Friedman dalam buku obstetri Williams mengatakan bahwa awitan fase laten
persalinan didefinisikan sebagai keadaan ibu merasakan adanya kontraksi teratur.
Selama fase ini, orientasi kontraksi uterus berlangsung bersamaan dengan
pelunakan dan penipisan serviks. Fase laten disertai pembukaan serviks yang
progresif, walaupun lambat, dan berakhir pada pembukaan antara 3 dan 5cm.
karakteristik nyeri pada kala I fase laten yaitu memiliki integritas ego senang dan
cemas, nyeri kontraksi sekitar 10-30 detik selama 5-30 menit (Pane, 2014).
Lamanya pembukaan pada fase laten ini sekitar 8 jam (Achdiat, 2008). Kontraksi
menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi, durasi
dan intensitas. Dari mulai terjadi setiap 10-2- menit, berlangsung 15-20 detik,
dengan intensitas ringan hingga kontraksi dengan intensitas sedang yang terjadi
setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik (Varney, 2007). Bagi ibu primipara,
fase laten tentu akan menjadi fase menyakitkan dan membuat emosi ibu menjadi
tidak stabil. Tidak berbeda jauh dengan ibu multigravida bahwa sebenarnya sudah
merasakan hal yang sama ketika melahirkan anak pertama, kedua dan seterusnya
namun tidak menutup kemungkinan ibu multigravida bisa merasakan hal yang sama
ketika melahirkan karena pengalaman masa lalu dan koping yang tidak baik
(Varney, 2007).
b) Fase Aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga
pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pada fase ini, integritas
ego lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan (Pane, 2014). Kontraksi
selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih panjang dan
intensitas lebih kuat (Varney, 2008). Ketika persalinan menjadi semakin kuat,
serviks akan terus membuka dan kontraksi menjadi lebih kuat dan semakin nyeri,
berlangsung 60 detik atau lebih (Chapman, 2006). Fase-fase tersebut terjadi pada
primigravida. Pada multigravida terjadi hal yang sama, namun fase-fase tersebut
terjadi dalam jangka waktu yang lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada primigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. Kala 1 selesai
apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung
kira-kira 12 jam. Sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Prawirohardjo,
2010).
2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100
detik
b) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi pembukaan lengkap diikuti dengan
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi:
kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
pada punggung
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada occiput dan dibawah dagu, ditarik cunam kebawah untuk
melahirkan bahu belakang
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
(3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban
g) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-
rata 0,5 jam (Manuaba, 2010).
3) Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat
retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda:
a) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
b) Tali pusat bertambah panjang
c) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan pada fundus uteri.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir (Manuaba,
2010).
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah pemeriksaan
ttv, kontraksi uterus dan perdarahan (Manuaba, 2010).
d. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan: kontraksi Braxton his,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana
kepala kearah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu
merasakan: ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang. Sesak dibagian bawah,
terjadinya kesulitan saat berjalan dan sering BAK (follaksuria) (Oktarina, 2016).
2) Terjadinya His Permulaan
Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu antara lain: rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur,
tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda, durasinya pendek. Tanda-tanda
timbulnya persalinan (inpartu) adalah terjadinya his persalinan, keluarnya gender
bercampur darah pervaginam (show), kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,
dilatasi dan effacement. Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang
semula panjang 1-2cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang
tipis seperti kertas.
Pada skala ini, nyeri dideskripsikan dari „tidak nyeri‟ sampai „nyeri yang tidak
tertahankan‟. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri. Perawat yang memberikan skala tersebut dan meminta pasien
memilih nyeri diposisi manakah yang sedang klien rasakan saat ini.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian atau dalil sementara yang kebenaranya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Di Puskesmas Rowosari
H0 : Tidak ada Efektifitas Metode Zilgrei Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif Di Puskesmas Rowosari
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data dalam penelitian ini melalui data sekunder yaitu jumlah ibu hamil di
Puskesmas Rowosari Kota Semarang dan data primer diperoleh melalui lembar observasi.
Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat karakteristik responden, data pemeriksaan
kadar hemoglobin, data kepatuhan konsumsi tablet Fe, dan konsumsi buah kurma.
C. Analisa Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu, kemudian
apabila data berdistribusi normal maka menggunakan uji paired t-test, namun jika data
berdistribusi tidak normal maka uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon
BIBLIOGRAFI
1. Budiana. 2013. Buah Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya
2. Handayani, W, Haribowo, A, S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
3. Hariyani, S. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
4. Maya, A. 2010. 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
5. Rukiyah, A, Y & Yulianti, L. 2010. Asuhan kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: TIM, 2010
6. Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama