Anda di halaman 1dari 29

STIKES KARYA HUSADA

SEMARANG
Entrepreneur Campus

MODUL
KEGAWATDARURATAN KOMUNITAS
DISTOSIA BAHU

Disusun oleh :

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2019

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau


berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau
lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan. Menurut dari cara persalinannya dibagi menjadi dua, yaitu:
Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan
cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang
kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi. Serta persalinan abnormal merupakan persalinan pervaginam
dengan bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) dibawah rambut pubis. Dorongan saat ibu
mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan
tetap berada pada posisi anterior posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan
bahu depan terhadap simfisis.

Distosia bahu merupakan kondisi kegawatdaruratan obstetri pada persalinan


pervaginam dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala.
(Hill MG, Cohen WR. Shoulder,2016) Distosia bahumasih menjadi penyebab penting
cedera neonatal dan maternal dengan tingkat insidensi 0,6-1,4% dari persalinan
pervaginam.

Penelitian di sejumlah rumah sakit pusat di Tiongkok menunjukkan bahwa tingkat


insidensi distosia bahu mencapai 0.260 (116 kasus dari 44.580 persalinan normal)
Kasus distosia bahu memang tidak umum terjadi namun membahayakan bagi ibu dan
janin. Distosia bahu memiliki kaitan erat dengan terjadinya cedera pleksus brakialis.
Cedera pleksus brakialis berkisar 1-20% dari seluruh kasus distosia bahu. Seringkali
cedera hanya bersifat sementara dan akan pulih dalam hitungan jam hingga bulan,
namun ditemukan juga cedera permanen pada 3-10% kasus yang diduga terjadi akibat
avulsi jaringan saraf. (Hill MG, Cohen WR. Shoulder,2016) Komplikasi dari distosia
bahu yang dapat terjadi meliputi berbagai derajat cedera pleksus brakialis dan yang
jarang terjadi, kerusakan sistem saraf pusat traumatis, asfiksia, dan fraktur tulang
panjang hingga kematian neonatal. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain
laserasi, perdarahan dan stress psikologis. (Hill MG, Cohen WR. Shoulder,2016)
Hingga kini, distosia bahu masih menjadi tantangan bagi tenaga medis karena risiko
terjadinya distosia bahu masih belum dapat diprediksi dengan baik. Oleh karena itu
dibutuhkan penanganan yang segera setelah distosia bahu terdiagnosis. Dalam laporan
kasus ini, akan dipaparkan sebuah kasus mengenai distosia bahu.
2
TUJUAN & MANFAAT

3
A. TUJUAN
1. UMUM
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang distosia bahu
2. KHUSUS
a. Mengetahui pengertian dari distosia bahu
b. Mengerti penyebab dari distosia bahu
c. Mengerti tanda dan gejala dari distosia bahu
d. Mengerti patofisiologi dari distosia bahu
e. Mengerti komplikasi dari distosia bahu
f. Mengerti asuhan dari sistosia bahu

B. MANFAAT
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan Kebidanan,
khususnya untuk penanganan persalinan komplikasi dengan distosia bahu

4
URAIAN MATERI

A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran
daridalamuterus(rahim) melalui jalan lahir. Saatpersalinan terjadi proses
membukadan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.Persalinan
yang normalterjadi pada umur kehamilan cukup bulan(37-42 minggu) (Bobak,
2012;Sukarni& Wahyu,2013).
Menurut Rohani et al (2011) persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya
janin,plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir.Proses ini
berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus
dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur.
2. Faktor-faktor yang mempengeruhi persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul,

vagina dan entriotus (lubang luar vagina). Tetapi panggul ibu lebih baik

berperan dalam proses persalinan, janin harus menyesuaikan dirinya terhadap

jalan yang relative kaku. Oleh karena itu ukurannya dan bentuk panggul harus

ditentukan sebelum persalinan dimulai.

b. Passanger (Janin Dan Plasenta)

Passanger atau disebut jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat

interkasi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi letak, sikap dan

posisi janin kerana plasenta juga harus melewati jalan lahir. Maka apabila dia

dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin, namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

c. Power (Kekuatan)

5
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontaksi involunter dan

volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

Kontraksi involunter bias disebut dengan kekuatan primer yang menandai

akan dimulainya persalinan. Apabila servik berdilitasi usaha volenter akan

dimulai untuk mendorong kekuatan sekunder, sehingga kekuatan ini akan

memperbesar kekuatan kontraksi invonlenter.

d. Psikologis

Keadaan Psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. ibu bersalin yang

didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung

mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu

bersalin yang tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya.

faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya

persalinan, his menajdi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.

e. Posisi Ibu

Posisi ibu bersalin akan berpengaruh untuk adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan dan perubahan posisi saat persalinan mengakibatkan rasa letih

berkurang. Serta memberikan rasa nyaman, memperbaiki sirkulasi peredaran

darah, memperbaiki posisi janinnya. Posisi ibu yang tidak sesuai maka akan

menghambat penurunan bagian terendah janin sehingga dapat memperlama

proses persalinnya

3. Tahapan Persalinan

Tahapan-tahapan persalinan dibagi empat, yaitu:

a. Kala 1 (kala pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak awalkontraksi uterus yang teratur dan
meningkat(frekueni, intensitas dan durasi) hingga servikmenipis danmembuka
lengkap (10cm). Kala I terdiri dari atas dua fase, yaitu faseinisial (laten)dan

6
fase aktif. Faselaten berlangsung hingga serviksmembuka kurang dari 4cm dan
fase aktif daripembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau10
cm. face aktif dibagidalam tigafase lagi, yakni: fase akselerasi yaitu
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam; fase dilatasi maksimal
yaitu pembukaan 4 cm menjadi 9cmdalam waktu 2 jam; dan fase deselerasi
yaitu pembukaan lambat kembali, daripembukaan 9cm sampaipembukaan
lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam.Fase-fase tersebut dijumpai pada
primigravida, sedangkan dalam multigravida jugaterjadi fase tersebut, akan
tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebihpendek (Sukarni&Wahyu,
2013).

b. Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
danberakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi.Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi.

c. Kala III

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnyaplasenta dan selaput ketuban. Tahap iniberlangsung tidak lebih dari 30
menit.Karakteristik pelepasan plasenta ditandaidengan uterus bulat dan keras,
tiba-tibadarah keluar dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011).

d. Kala IV

Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasentadan berakhir dua


jampertama post partum.Tahap ini disebut juga dengan tahap pemulihan
(Bobak,2012).Hal yang perlu dievaluasi dalam kala IV yaitu tanda-tanda vital,
kontraksiuterus, perdarahan pervaginam dan kondisi vesika urinaria
(Manurung, 2011).

B. Distosia Bahu
1. Pengertian
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan
mencoba salah satu metode persalinan bahu (Manuaba, 2001). 

7
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver
obstetric oleh karena dengan tarikan bisa kearah belakang pada kepala bayi tidak
berhasil untuk melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2009). 
Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetric karena terbatasnya
waktu persalinan, terjadi trauma janin,dan kompikasi pada ibunya, kejadiannya sulit
diperkirakan setelah kepala lahir, kepala seperti kura-kura dan persalinan bahu
mengalami kesulitan (Manuaba, 2001).
2. Etiologi
Distosia bahu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Obesitas ibu pertambahan berat badan yang berlebihan
b. Bayi berukuran besar
c. Riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003)
3. Faktor Penyebab Distosia
a. Distosia karena kelainan his
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
1) Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan servik atau mendorong anak keluar.disini kekuatan his
lemah dan frekuensi jarang.sering dijumpai pada penderita dengan keadaan
umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya
akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara
atau primipara, serta penderita pada keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks,fase laten atau fase aktif maupun pada kala
pengeluaran.
Inersia uteri hipotonik terbagi dua yaitu:
a) Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat/kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan. Sehingga
sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan
inpartu atau belum.
b)  Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktik kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.
2) Inersia Uteri Hipertonik

8
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar kadang sampai melebihi
normal namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah
uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks, dari mendorong bayi
keluar.
b. Distosia karena kelainan letak
1) Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri
dan bokong dibawah cavum uteri. Macam-macam letak sungsang:
a) Letak bokong murni (frank breech), letakbokong dengan kedua tungkai
terangkat keatas.
b) Letak sungsang sempurna (complete breech), kedua kaki ada disamping
bokong danletak bokong kaki sempurna.
c) Letak sungsang tidak sempurna (incomplete breech), selain bokong
sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.
c. Prolaps tali pusat
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah
ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan. Pada
keadaan prolap tali pusat (tali pusat menumbung) timbul bahaya besar, tali pusat
terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan
asfiksia pada janin. Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban
pecah bagian terdepan janin masih berada diatas PAPdan tidak seluruhnya
menutup seperti yang terjadi pada persalinan
d. Distosia karena jalan lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan karena adanya kelainan pada
jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
1) Distosia karena kelainan panggul/bagian keras dapat berupa
2) Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid misalnya panggul jenis
Naegele, Robert dan lain-lain.
3) Kelainan ukuran panggul. Panggul sempit pelvic contaction panggul disebut
sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bias pada: kesempitan atas panggul dianggap sempit
apabila cephalopelvic kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari
12 cm. Diagnosis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5
cm.

9
e. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan servik uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan
lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
4. Tanda dan Gejala Terjadinya Distosia Bahu
a) Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar
normal.
b) Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
c) Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan
bahu.
5. Komplikasi
a. Pada janin
1) Meninggal, Intrapartum atau neonatal
2) Paralisis plexus brachialis
3) Fraktur klavikula
4) Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
5) Fraktura humerus
b. Pada ibu:
1) terjadi Robekan di perineum derajat III atau IV
2) Perdarahan pasca persalinan
3) Rupture uteri (Hakimi, 2003).
6. Faktor Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:
Maternal
a) Kelainan anatomi panggul
b) Diabetes Gestasional
c) Kehamilan postmatur
d) Riwayat distosia bahu
e) Tubuh ibu pendek
f) Ibu obesitas
Fetal
a) Makrosomia
b) Distosia bahu sebelumnya (chapman,2006)

10
7. Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cidera yang dapat ditimbulkannya dapat
dilakukan dengan cara:
a. Tawarkan untuk melakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi
janin luar biasa besar(>5 kg) janin sangat besar(>4,5 kg) dengan ibu diabetes janin
besar(>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya kala II
yang memanjang dengan janin besar.
b. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
c. Selalu bersiap bila waktu-waktu terjadi
d. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin menekan suprapubis atau fundus dan
traksi berpotensi meningkatkan cidera pada janin.
e. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia bahu diketahui,
bantuan diperlukan untuk membuatan posisi Mcrobert, pertolongan persalinan,
resusitasi bayi dan tindakan anestesi (bila perlu).
8. Diagnosa Distosia Bahu
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
a. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tepat berada dekat vulva
b. Dagu tertarik dan menekan perineum
c. Tarikan pada kepala gagal, melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang
simfisis pubis.
9. Penanganan Distosia Bahu
Diperlukan seorang asisten untuk membantu sehingga bersegeralah minta
bantuan, jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu
posterior sudah masuk kepanggul, bahu posterior yang belum melewati pintu atas
panggul akan semakin sulit dilahirkan tarikan pada kepala, untuk mengendorkan
ketegangan yang menyulit bahu posterior masuk panggul tersebut dapat dilakukan
episiotomy yang luas, posisi Mcrobert, atau posisi dada-lutut, dorongan pada fundus
juga tidak diperkenankan karena akan semakin menyulit bahu untuk dilahirkan dan
beresiko menimbulkan rupture uteri, disamping perlunya asisiten dan pemahaman
yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan dengan distosia
bahu juga ditentukan oleh waktu setelah kepala lahir akan terjadi penurunan PH arteri
umbilikalis dengan lalu 0,04 unit/menit. Dengan demikian pada bayi sebelumnya

11
tidak mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver
melahirkan bahu sebelum terjadi cidera hipoksik pada otak.
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut
diagnosis :
a. Hentikan fraksi pada kepala, segera memanggil bantuan
b. Manuver Mcrobert, posisi Mcrobert, episiotomy bila perlu, tekanan suprapubik,
tarikan kepala.
c. Manuver Rubin (posisi tetap Mcrobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik tarikan
kepala)
d. Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau maneuver wood.
Langkah-langkah tindakan cara pertolongan distosia bahu antara lain:
1. Langkah pertama : Manuver Mcrobert
Maneuver Mcrobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi Mcrobert yaitu
ibu terlentang memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin
kedada dan rotasikan kedua kaki kearah luar (abduksi), lakukan episiotomy yang
cukup lebar, gabungan episiotomy dan posisi Mcrobert akan mempermudah bahu
posterior melewati promontorium dan masuk kedalam panggul, mintalah asisten
untuk menekan suprasimfisis kearah posterior menggunakan pangkal tangannya
untuk menekan bahu anterior agar mau masuk dibaeak simfisis sementara itu
dilakukan tarikan pada kepala janin kearah postero kaudal dengan mantap, langkah
tersebut akan melahirkan bahu anterior, hindari tarikan yang berlebihan karna akan
mencederai pleksus brakhialis setelah bahu anterior dilahirkan.langkah selanjutnya
sama dengan pertolongan persalinan presentasi kepala maneuver ini cukup
sederhana,aman dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan
sampai sedang (Prawirohardjo,2009).
2. Langkah ke Dua : Manuver Rubin
Oleh karna anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit dari pada diameter
oblik atau tranvernya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi
posisi oblik atau tranversanya untuk memudahkan melahirkannya tidak boleh
melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu yang
dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan
suprapubik kearah dorsal, pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior,sehingga
pemutaran lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya,masih dalam posisi
Mcrobert masukkan tangan pada bagian posterior vagina,tekanlah pada daerah ketiak

12
bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik/tranversa lebih menguntungkan bila
pemutaran itu kearah yangmembuat punggung bayi menghadap kearah anterior
(Manuver Rubin anterior) oleh karna kekuatan tarikan yang diperlukan untuk
melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu anteros atau punggung
bayi menghadap kearah posterior,ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi
punggung janin anterior akan membuat bahu lebih anduksi sehingga diameternya
mengecil,d engan bantuan tekanan simpra simfisis kearah posterior, lakukan tarikan
kepala kearah postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior
(Prawirohardjo,2009).
3. Langkah ke Tiga : Manuver Wood (Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak)
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu
posisi punggung bayi masukkan tangan penolong yang bersebrangan dengan
punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan
kiri) kevagina temukan bahu posterior, telusuri tangan atas dan buatlah sendi siku
menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti) peganglah lengan bawah
dan buatlah gerakan mengusap kearah dada bayi langkah ini akan membuat bahu
posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk kebawah
simfisis,dengan bantuan tekanan suprasimfisis kearah posterior, lakukan tarikan
kepala kearah postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.
Maneuver Wood: manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sandi
sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan
pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium pada
posisi telentang atau litotomi sandi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya pasien
menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya pada manuverin,bahu
posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala bahu melalui
panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai aliran sakrup,
berdasarkan hal itu memutar bahu akan mempermudah melahirkannya, maneuver
woods dilakukan dengan menggunakan 2 jari tangan bersebrangan dengan punggung
bayi yang diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior dan
posisinya berada dibawah akralis pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas
panggul dan berubah menjadi bahu posterior dalam posisi seperti itu, bahu anterior
akan mudah dapat dilahirkan.

13
TINJAUAN KASUS

BAB III
ANALISA KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


PADA NY. N DENGAN DISTOSIA BAHU
DI PUSKESMAS HALMAHERA

Dilaksanakan Pada
Hari/Tanggal : Rabu,11 Maret 2020
Jam : 06.40 WIB
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Halmahera Semarang

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
1.1 Biodata Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Tegalsari 4/9 Candi Sari, Semarang
1.2 Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. H

14
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Tegalsari 4/9 Candi Sari, Semarang.
Hubungan dengan Pasien : Suami

2. Keluhan Utama dan Alasan Datang


2.1 Keluhan Utama : Ibu mengatakan sedang hamil 40 minggu dan
merasakan perutnya kenceng-kenceng semakin lama
semakin sering sejak pukul 12.00 WIB dan ada cairan
yang keluar dari jalan lahir.
2.2 Alasan Datang : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

3. Riwayat kesehatan
3.1 Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita
 Penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, jantung, Asma dll.
 Tidak pernah dirawat dirumah sakit,tidak pernah operasi.
3.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita:
 Penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, jantung, Asma dll.
3.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan di keluarga tidak ada yang mendeita:
 Penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, jantung, Asma dll.
 Tidak ada riwayat kecacatan
 Tidak ada riwayat kembar

4. Riwayat Perkawinan
4.1 Menikah Pada Usia : 17 tahun
4.2 Menikah : 1 kali
4.3 Lama Menikah : ± 5 Tahun

15
5. Riwayat Obstetri
5.1 Riwayat Mentruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus/Lama : 27 hari/ 6 hari
Perdarahan : Sedang/ 2-3 ganti pembalut
Dysmenorrhea : Ada

5.2 Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.


Anak
Tempat Jenis Komplikasi/
No usia UK Penolong BB PB
Persalinan Persalinan Penyulit JK Keadaan
gram cm
1. 5Th Rumah 38 Spontan, Dokter Tidak ada 3200 49 L Hidup,
sakit mmg normal sehat

5.3 Riwayat kehamilan sekarang.


Umur kehamilan menurut pasien : 9 Bulan lebih.
HPHT : 5-6-2019
HPL : 11-3-2020
Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 16 minggu, frekuensi 3 kali di bidan dan 3
kali di dokter spesialis kandungan.
Imunisasi TT
TT I pada umur kehamilan 16 minggu
TT II pada umur kehamilan 28 minggu

Kebiasaan
Minum jamu : Tidak
Merokok : Tidak, Tetapi ibu perokok pasif.
Minum obat-obatan tertentu : Tidak
Gerakan janin sudah dirasakan ibu sejak umur kehamilan 4 bulan

6. Riwayat Keluarga Berencana


a. Pernah KB : Pernah

16
b. KB yang digunakan : Suntik 3 bulan
c. Lama menggunakan KB : 5 tahun
d. Alasan berhenti KB : ibu ingin hamil kembali
e. Rencana KB : Suntik 3 bulan.
f. Alasan : Ibu merasa cocok dengan kb suntik 3
Bulan

7. Pola Kebutuhan Sehari-hari


Pola Sebelum Hamil Selama Hamil (Bulan Terakhir)

Pola Nutrisi Makan 3 x sehari, 1 porsi Makan : 1 - 2 x sehari, ½ porsi


(nasi,lauk,sayur) (nasi,lauk, sayur)
Minum 6-7 gelas sehari Minum 6-8 gelas sehari
Tidak ada pantangan makanan Tidak ada pantangan makanan

Pola Eliminasi BAB : 1 x sehari BAB : 1 x sehari


BAK : 3-4 x sehari BAK : ibu lebih sering buang air
Warna kuning pucat kecil 5-6 kali sehari
Bau khas Warna kuning pucat
Bau khas

Pola istirahat Tidur siang : Jarang Tidur siang : Jarang


Tidur malam : 7 jam/hari Tidur malam : 6 jam/hari

Pola aktifitas Ibu bekerja direstoran Ibu bekerja direstoran,


Perkerjaan rumah dibantu oleh
keluarga

Personal hygiene Mandi : 2 x sehari Mandi : 2 x sehari


Gosok gigi : 2 x sehari Gosok gigi : 2 x sehari
Ganti baju : 3 x sehari Ganti baju : 3 x sehari
Keramas : 3 x seminggu Keramas : 2-3 x seminggu

Pola seksual 1-2x/ minggu Setelah memasuki umur


Tidak ada keluhan kehamilan TM III ibu melakukan
hubungan seksual 1-2 kali
seminggu dan tidak ada keluhan.

17
8. Psikososiospritual
 Tanggapan ibu terhadap dirinya sekarang
Ibu merasa senang atas kehamilannya
 Tanggapan ibu terhadap kehamilannya
Ibu merasakan cemas dengan kehamilannya dan proses persalinannya.
 Respon keluarga terhadap keadaan ibu
Respon keluarga cemas akan keadaan ibu dan janinnya.
 Kebutuhan beribadah
Ibu sedang tidak menjalankan sholat 5 waktu.
 Pengambilan keputusan dalam keluarga
Didominasi oleh suami
 Pemecahan masalah
Secara musyawarah

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
1.1 Keadaan Umum : Baik
1.2 Tingkat Kesadaran : Composmentis
1.3 Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 oC
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit

2. Status Present
Kepala : Simetris,rambut hitam panjang lurus,bersih tidak rontok
Mata : Simetris,konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik.
Hidung : Simetris,bersih,tidak ada cairan yang keluar
Mulut : Bibir tidak kering,rongga mulut bersih
Telinga : Simetris,tidak ada cairan yang keluar
Muka : Tidak Pucat , Tidak oedema
Leher : Tida ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Mammae : Simetris,tidak ada benjolan yang abnormal

18
Perut : Tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Bersih,tidak ada benjolan-benjolan seperti bunga kol,jengger
ayam tidak ada tanda-tanda penyakit PMS
Kulit : Sawo matang,tidak kering turgor baik
Anus : Tidak ada hemorroid
Tulang Belakang : Lordosis karena kehamilan
Ekstermitas atas dan bawah : Simetris tidak ada oedema, kuku bersih, tidak
varises
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
Mammae : Areola menghitam, papila mammae menonjol,belum ada
pengeluaran cairan (kolostrum)
Perut : Pembesaran perut sesuai umur lehamilan, ada linea nigra, ada
strie gravidarum
Genetalia : Tidak varises,tidak odema,tidak ada luka,tidak ada cairan yang
keluar
b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xipodeus ,bagian fundus teraba
bagian janin keras, bulat dan melenting (kepala)
Leopold II : Disisi kanan teraba tahanan bagian janin yang lurus dan datar
seperti papan/punggung,bagian kiri perut teraba bagian kecil-
kecil janin/ekstremitas(punggung kanan).
Leopold III : Dibagian bawah teraba bagian janin yang lunak, bulat tidak
melenting (bokong)
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk panggul. Penurunan bagian
terendah janin 3/5. Divergen (sudah masuk PAP),
c. Auskultasi
DJJ : 144x/menit
His : 2 x/10’/20-25”

d. Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri : +/+
e. Pemeriksaan panggul : sempit

19
4. Pemeriksaan Penunjang
Golongan darah : O
HB : 12,3 gr/dl
HbsAg : Negative
HIV & AIDS : Negative
Siphilis : Negative

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa :
Ny. N umur 27 tahun G2 P1 A0 hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin,
letak
memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, dalam persalinan kala II.
Dasar :
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan ini kehamilan kedua, pernah melahirkan 1 kali, belum
pernah keguguran.
2. Ibu mengatakan usianya 27 tahun
3. HPHT 5-6-2019 , HPL 11-3-2020
4. Ibu mengatakan merasakan perutnya kenceng-kenceng semakin lama
semakin sering sejak pukul 12.00 WIB
5. Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan kedua dan belum pernah keguguran.
Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
S : 36,5ᵒC
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
2) Palpasi
Leopold I : TFU: 34 cm, TBJ: 3565 gram (kepala)
Leopold II : Puka

20
Leopold III : pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat , keras dan
melenting diperkirakan kepala janin
Leopold IV : Divergen (sudah masuk pap)
3) Auskultasi
DJJ : 144x/menit
His : 2x/10’/20-25”
4) Tanggal 6 Mei 2011, pukul 06.55 WIB oleh bidan. Hasil: vagina tidak ada
benjolan, dinding vagina licin, porsio tidak teraba, pembukaan lengkap,
ubun-ubun kecil, kepala turun di hodge IV, tidak teraba caput succedaneum,
sarung tangan lendir darah positif, kulit ketuban negatif, bagian terbawah
bokong.
Masalah : Nyeri dibagian pinggang dan menjalar sampai ke ari-ari keluar lendir
bercampur darah
kebutuhan :
1. dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan
2. pengawasan kala I dengan partograf

III. DIAGNOSA POTENSIAL


gawat janin, asfiksia
IV. TINDAKAN SEGERA
1. Kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan advice
2. Lakukan persiapan resusitasi bayi baru lahir.

V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Berikan inform consent pada suami atau keluarga.
3. Siapkan partus set dan peralatan resusitasi bayi baru lahir.
4. Siapkan perlengkapan ibu dan bayi.
5. Atur posisi ibu.
6. Anjurkan ibu mengejan saat ada his.
7. Anjurkan istirahat dan makan/minum di sela-sela his.
8. Lakukan pertolongan persalinan dengan spontan bracht.
9. Lakukan perawatan bayi baru lahir.

21
10. Lakukan penilaian pada keadaan umum, tanda vital, TFU, kontraksi dan jumlah
perdarahan.

VI. IMPLEMENTASI
Hari/tanggal : Rabu, 11 Maret 2020
Pukul : 07.00 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah
lengkap dan ibu segera dipimpin untuk persalinan.
2. Memberikan inform consent pada suami atau keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan dengan resiko kemungkinan bayi mengalami asfiksia atau gangguan
bernafas.
3. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan partus set dalam bak instrumen dan
peralatan resusitasi bayi.
4. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.
5. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi.
6. Menganjurkan ibu untuk mengejan saat ada his.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan makan/minum di sela-sela his.
8. Melakukan pertolongan persalinan spontan manuver Mc Robert
9. Melakukan perawatan bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi,
memotong dan mengikat tali pusat kemudian melakukan IMD.
10. Melakukan penilaian pada keadaan umum ibu, tanda vital, TFU, kontraksi  dan
jumlah perdarahan.

VII. EVALUASI
Hari/tanggal : Rabu. 11 Maret 2020
Pukul : 07.05 WIB
1. Ibu dan keluaraga senang dengan ibu dan bayi hasil pemeriksaan dalam batas
normal.
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Ibu sudah mendatangani informed consent yang diberikan untuk melakukan
tindakan manuver Mc Robert
4. Telah dilakukan persalinan dengan manuver Mc Robert
5. Sudah melakukan pendokumentasian

22
PEMBAHASAN

Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan
bahu anterior macet diatas sacralpromontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul. Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang
berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat”
ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II
yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan
bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah
panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke
dalam panggul. Anak besar Badan anak relatif besar(anencephalus) Abdomen Bayi Besar
(tumor abdomen) Bayi kembar. Manifestasi Klinik Distosia Bahu :
A. Gejala pada ibu :
1. Gelisah
2. Letih
3. Suhu tubuh meningkat
4. Nadi dan pernafasan cepat
5. Edem pada vulva dan serviks
Gejala lain :
1. Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
3. Nyeri hebat dan janin sulit di keluarkan
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
B. Penatalaksanaan Distosia Bahu

23
a. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin
luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4
kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang
dengan janin besar.
b. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
c. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
d. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis
atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.
e. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan
tindakan anestesia (bila perlu).

C. Pada Asuhan Kebidanan Membahas Tentang Penanganan Persalinan pada Ny. N dengan
Distosia Bahu di Puskesmas Halmahera
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan pada Ny. N 
umur 27 tahun G2P1A0 dalam proses persalinan di Puskesmas Halmahera. Tanggal
Rabu,11 Maret 2020 pukul 06.40 wib Ny N datang ke Puskesmas Halmahera dan
mengatakan ingin memeriksakan keadaan dan bayinya, ibu mengatakan perut kencang-
kencang tembus hingga pinggang sejak pukul 12.00 WIB yang disertai adanya
pengeluaran cairan lendir darah dari jalan lahir. ibu megatakan merasa khawatir terhadap
keadaanya dengan yang ibu rasakan saat ini maka, ibu tersebut dilakukan pemeriksaan,
hasil pemeriksaaan riwayat kesehtaan dalam batas normal,riwayat kehamilan kedua,
diketahui HPHT : 5-6-2019, HPL: 11-3-2020, riwayat keluarga berencana, ibu
menggunakan suntik 3 bulan, pola nutrisi eliminasi dalam batas normal.
Tanggal 6 Mei 2011, pukul 06.55 WIB oleh bidan. Hasil: vagina tidak ada
benjolan, dinding vagina licin, porsio tidak teraba, pembukaan lengkap, ubun-ubun kecil,
kepala turun di hodge IV, tidak teraba caput succedaneum, sarung tangan lendir darah
positif, kulit ketuban negatif, bagian terbawah bokong,diketahui ibu memilikipanggul
yang sempit.
Ibu telah dilakukan tindakan Lakukan pertolongan persalinan dengan spontan
bracht dan Melakukan perawatan bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi,
memotong dan mengikat tali pusat kemudian melakukan IMD, Melakukan penilaian pada
keadaan umum ibu, tanda vital, TFU, kontraksi  dan jumlah perdarahan.

24
1. ibu mengatakan Ibu dan keluaraga senang dengan ibu dan bayi hasil pemeriksaan
dalam batas normal.
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Ibu sudah mendatangani informed consent yang diberikan untuk melakukan tindakan
manuver Mc Robert
4. Telah dilakukan persalinan dengan manuver Mc Robert
5. Sudah melakukan pendokumentasian.

PENUTUP

A. SIMPULAN
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran
daridalamuterus(rahim) melalui jalan lahir. Saatpersalinan terjadi proses membukadan
menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.Persalinan yang normalterjadi
pada umur kehamilan cukup bulan(37-42 minggu)
Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetric karena terbatasnya
waktu persalinan, terjadi trauma janin,dan kompikasi pada ibunya, kejadiannya sulit
diperkirakan setelah kepala lahir, kepala seperti kura-kura dan persalinan bahu
mengalami kesulitan (Manuaba, 2001).
B. SARAN
Kami berharap semoga modul yang kami susun ini dapat menjadi bahan pembelajaran
bagi kami khususnya dan bagi para tenaga kesehatan umumnya. Sehingga kasus
persalinan dengan distosia bahu bisa diterapkan untuk menekan angka kesakitan ibu
dan kejadian kecemasan pada ibu bersalin.
Kami menyadari bahwa modul yang kami buat ini banyak kekurangan sehingga kami
harapkan adanya masukan dan saran bagi kami demi perbaikan pembuatan modul
selanjutnya

25
ST
A
N
D
A
R
CHEKLIST DISTOSIA BAHU DENGAN MANUVER Mc.ROBERT
  OP
NO BUTIR YANG DINILAI Nilai
ER 1 2 3
TANGGAL PENILAIAN
1. Menyambut dengan sopan, A memperkenalkan diri,
menyampaikan maksud dan tujuan,menjaga privasi, serta
Informed Consent secara lisan TI
0   : Tidak dilakukan
1 : Memberikan salam-kenal saja tanpa N menyampaikan maksud
& tujuan, Informed Consent
2 Memberikan salam-kenal, menyampaikanG maksud & tujuan,
Informed Consent dengan ramah dan sopanm tanpsalam dengan
memandang klien PR
2. Memastikan kelengkapan alat dan meletakkan secara
ergonomis OS
0 : Tidak dilakukan
1 Memastikan kelengkapan saja E
2 Memastikan kelengkapan dan meletakkan secara
ergonomis kepada klien D
3. Memakai APD (celemek, topi, kacamata, masker, sepatu)
0 : Tidak dilakukan
1 Dilakukan tapi tidak sempurna
2 Dilakukan secara sempurna
4. Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah dan memakai sarung
tangan
0 : Tidak dilakukan
1 Dilakukan tapi tidak sempurna
2 Dilakukan secara sempurna
5. Memposisikan ibu dengan mengangkat dan menarik kedua
paha ibu sampai menempel ke dada ibu
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi kurang tepat
2 : Dilakukan dengan baik
6. Menganjurkan ibu untuk mengejan pada saat ada his, sambil
kedua paha ditarik ke arah dada
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan mengejan tapi tidak mengangkat kaki
2 : Dilakukan dengan baik
7. Melahirkan bahu anterior lalu membawa kepala curam ke
bawah dengan posisi tangan biparietal
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi kurang tepat

26
2 : Dilakukan dengan baik
8. Melahirkan bahu posterior lalu membawa kepala  ke atas
dengan posisi tangan biparietal
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi tidak sesuai sumbu jalan lahir
2 : Dilakukan dengan baik
9. Melahirkan badan bayi seluruhnya secara sangga
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
10. Melahirkan badan bayi seluruhnya secara susur
0 : Tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
11. Meletakkan bayi di atas perut ibu sambil melakukan penilaian
sepintas(warna kulit, bayi menangis kuat, pergerakan aktif)
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
12. Menyelesaikan tindakan dengan sempurna (membereskan alat-
alat dengan merendam ke dalam larutan Klorin 0,5% lalu
mencuci sarung tangan kedalam larutan Klorin 0,5% dan
melepasnya secara terbalik)
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
13. Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah dan melepas APD
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
14. Memberitahukan hasil tindakan kepada ibu dan
suami/keluarga.
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi kurang jelas
2 : Dilakukan dengan baik
15. Dokumentasi dengan SOAP
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi kurang lengkap
2 : Dilakukan dengan lengkap

27
SKILL LABORATORIUM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

No : ................................ Institusi : ................................

Nama : ............................. Tanggal : ................................

Stase : ............................. Observer: ...............................

JUDUL SKILL

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI 10%

B FASE KERJA 80%

C FASE TERMINASI DAN PENAMPILAN SELAMA 10%

TINDAKAN

Total 100%

28
DAFTAR PUSTAKA

TES FORMA

1. Hill MG, Cohen WR. Shoulder dystocia:prediction and management. Womens Health .
2016 (dalam Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu, Akbar H 2017)
2. The American College of jurnal Obstetrician and Gynecologists. Clinical management
guidelines for obstetrician gynecologists.Washington: The American College of
Obstetrician and Gynecologists; 2002.(Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu, Akbar
H 2017)
3. Wang X, He Y, Zhong M, Wang Z, Fan S, Liu Z, et al. Multicenter analysis of risk
factors and clinical characteristics of shoulder dystocia. Zhonghua Fu Chan Ke Za Zhi.
2015 Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu, Akbar H 2017)
4. Mochtar, R. (2008). Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif dan Obstetri Sosial. Jakarta:
EGC
5. Rohani, et al. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
6. Sulistyawati, A., & Nugraheny, E. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
7. Ilmiah Shofa W. 2015. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha Medika
8. Oxorn, Harry dan Forte, William R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : CV Andi.
9. Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Deepublish.
10. Burkhardt T, Schmidt M, Kurmana J, Zimmermann R, Schaffer L. Evaluation of fetal
anthropometric measures to predict the risk for shoulder dystocia. Ultrasound Obstetrics
Gynecology. 2014;43(1):77-82.
11. Prawirohardjo S, et al. Ilmu Kebidanan (Ed. 4). Jakarta: PT Bina Pustaka, 2009; p. 562,
567-9
12. Josep HK, Nugroho MS. Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi (Obsgyn). Jakarta:
Nuha Medika, 2011; p. 247-8.

29

Anda mungkin juga menyukai