Anda di halaman 1dari 10

JUDUL

Efektifitas Pemberian Aromaterapi Lavender dan Aromaterapi Jasmine terhadap


Penurunan Nyeri Disminore Remaja Putri di SMA Negeri 15 Semarang.
Stikes Karya Husada Semarang
MARIA IMELDA LORU
imeldamaria991@gmail.com

A. Pendahuluan
Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa

dewasa. Di dalam ilmu kedokteran (seperti biologi dan fisiologi), remaja dikenal

sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia

mencapai kematangan. Hal ini berarti, secara anatomis, alat-alat kelamin

maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh bentuknya yang sempurna.

Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih selama dua tahun. Biasanya

dihitung mulai haid yang pertama pada wanita dan mimpi basah yang pertama

pada pria.1

Pubertas Masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa

dewasa meliputi perubahan penampilan fisik dan karakteristik fisiologis yang

sangat besar, masa ini disebut sebagai masa remaja. Perubahan yang tampak

jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga

mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya

kapasitas reproduksi menuju kematangan seksual.2


Menurut WHO menentukan usia remaja antara 12-24 tahun. Berdasarkan

data dari beberapa negara, angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi.

Diperkirakan sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia menderita akibat

dismenore dalam sebuah siklus menstruasi Pada tahun 2012 prevalensi dismenore

primer di Amerika Serikat pada wanita umur 12 – 17 tahun adalah 59,7%, dengan

derajat kesakitan 49% dismenore ringan, 37% dismenore sedang, dan 12%

dismenore berat yang mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk

sekolah. Lebih lanjut dalam sebuah studi longitudinal yang dilakukan di Swedia

melaporkan dismenore terjadi pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19

tahun dan 67% wanita yang berusia 24 tahun.

Di Indonesia Kejadian Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25%

yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. 3 Pada

tahun 2010 di Manado penelitian yang dilakukan oleh Lestari menemukan bahwa

98,5% siswi Sekolah Menengah Pertama mengalami dismenore, 94,5%

mengalami nyeri ringan, sedangkan yang mengalami nyeri sedang 3,5% dan berat

2%. Hasil penelitian Mahmudiono juga menjelaskan bahwa angka kejadian

dismenore primer pada remaja wanita yang berusia 14-19 tahun di Indonesia

sekitar 54, 89%, sedangkan hasil penelitian Novia pada tahun 2012 menunjukkan

84.4 % remaja usia 16 – 18 tahun di SMA St. Thomas 1 Medan mengalami

dismenore. Dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang 30,0%, dan nyeri

berat 23,3% ( Sophia, dkk, 2013).


Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 berpenduduk 32.548.687 jiwa,

diantaranya 1.518.867 jiwa mengalami dismenorea. Berdasarkan data di

puskesmas Kota Semarang pada tahun 2016 terdapat 56 perempuan yang

melakukan konsultasi tentang menstruasi dan angka paling tinggi adalah

konsultasi tentang dismenorea serta cara mengurangi nyeri haid.

Berdasarkan penelitian purwoastuti adanya dampak remaja yang

Menstruasi normal memiliki siklus tidak kurang dari 24 hari dan tidak melebihi

35 hari, lama haid 3–7 hari dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung

tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2–6 kali per hari. Haid normal biasanya 3–

5 hari (2–7 hari masih normal), jumlah rata-rata 35 cc (10–80 cc masih dianggap

normal), kira-kira 2–3 kali ganti pembalut per hari.4

Dismenore dalam bahasa Indonesia di sebut sebagai menstruasi atau

haid, derajat nyeri biasanya bervariasi, hampir semua wanita mengalami rasa

tidak nyaman saat menstruasi karena kontraksi otot perut yang terus –menerus

saat mengeluarkan darah yang di pengaruhi oleh hormone progtaglandin. Siklus

menstruasi pada setiap wanita yang berbeda-beda, bisa terjadi antara 23-25 hari,

namun rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari dengan nyeri yang timbul.

Nyeri haid dapat membuat seseorang pusing, mual,muntah, nyeri kepala,

konstipasi kegelisahan, dan juga sampai pingsan.

Menurut penelitian Asma’ulldin, Dismenore juga memberikan dampak

yang buruk bagi remaja putri, yaitu menimbulkan gangguan dalam kegiatan

belajar mengajar, tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, dan
kecenderungan tidur di kelas saat kegiatan belajar mengajar. Ini berpengaruh

pada prestasi dibidang akademik maupun non akademik. Banyak remaja yang

mengeluh bahkan tidak mau masuk sekolah pada saat menstruasi. Semakin berat

derajat nyeri yang dialami maka aktivitas belajarnya pun semakin terganggu.

Dampak yang paling banyak dirasakan karena dismenore adalah keterbatasan

aktivitas fisik, isolasi sosial, konsentrasi yang buruk, dan ketidakhadiran dalam

proses belajar mengajar.5

Dismenore dapat diatasi dengan farmako dan non farmokologi. Terapi

farmakologi dengan pemberian obat analgetik. Salah satu pengobatan non-

farmakologi untuk mengurangi disminorea yaitu aromaterapi lavender. 6

Aromaterapi lavender memilii kelebihan yaitu sederhana, mudah digunakan,

dapat disimpan dan dapat digunakan kembali jika mengalami disminorea. Selain

itu pengobatan aromaterapi lainnya yaitu menggunakan aromaterapi jasmine.

Aromaterapi jasmine berfungsi membantu melancarkan pengeluaran darah

kotor.7 Aromaterapi jasmine dapat menurunkan rasa nyeri ataupun rasa sakit,

jasmine ini memiliki aroma yang sedative, yang dapat menghilangkan rasa sakit,

mengendurkan sistem saraf, menenangkan dan melegakan.8

Angka kejadian nyeri menstrusi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih

dari 50% perempuan disetiap negara mengalami nyeri menstruasi (dismenore),

(Angka kejadian dismenore di Indonesia 2010) sebesar 64,52% yang terdiri dari

54,89% dismenore primer (nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada

alat-alat genital, sering terjadi pada wanita yang belum pernah hamil) dan 9,36%
dismenore sekunder (nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis).

Angka kejadian dismenore di Jawa Tengah mencapai 56% (Departemen

Kesehatan RI, 2016). Hasil sensus Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 menunjukkan jumlah remaja putri usia 10-19 tahun sebanyak

2.761.577 jiwa, sedangkan yang mengalami dismenore di propinsi Jawa Tengah

mencapai 1.518.867 jiwa atau 55% (Badan Pusat Statistik, 2010).

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 berpenduduk 32.548.687 jiwa,

diantaranya 1.518.867 jiwa mengalami dismenorea. Berdasarkan data di

puskesmas Kota Semarang pada tahun 2016 terdapat 56 perempuan yang

melakukan konsultasi tentang menstruasi dan angka paling tinggi adalah

konsultasi tentang dismenorea serta cara mengurangi nyeri haid

Berdasarkan data awal yang diambil di SMA Negeri 15 Semarang pada

tanggal 22 Februari 2019, jumlah siswi yang dismenore di kelas XI-IPA

sebanyak 148 orang, kelas XI-IPA 1 sebanyak 22 orang (14,8%), kelas XI-IPA 2

sebanyak 20 orang (13,5%), kelas XI-IPA 3 sebanyak 21 orang (14,1%), kelas

XI-IPA 4 sebanyak 20 orang (13,5%), kelas XI-IPA 5 sebanyak 21 orang

(14,1%), kelas XI-IPA 6 sebanyak 22 orang (14,8%), kelas XI-IPA 7 sebanyak

22 orang (14,8%). Dan jumlah siswi yang dismenore di kelas XI-IPS sebanyak

58 orang, kelas XI-IPS 1 sebanyak 23 orang (39,6%), kelas XI-IPS 2 sebanyak

15 orang (25,8%), kelas XI-IPS 3 sebanyak 20 orang (34,4%).

Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Perbandingan Efektifitas Aromaterapi Lavender Dengan


Aromaterapi Jasmine Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri

di SMA Negeri 15 Semarang “

B. Tinjauan Teori
Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan yang ditandai dengan

kematangan organ seksual dan tercapainnya kemampuan untuk

bereproduksi,dimana salah satu ciri dari tanda pubertas seorang wanita yaitu

dengan terjadinnya menstruasi pertama (menarche) dan menstruasi berikutnya,

seorang wanita akan mengalami nyeri perut (dismenore), apabila nyeri perut

dismenore tidak diatasi dengan baik maka dapat menganggu aktifitas sampai

dengan penurunan kinerja (Fitramaya, 2009).

Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat,

timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis, Ovarium

mulai berfungsi dibawah pengaruh hormon gonadotropin dan hipofosis, dan

hormone ini dikeluarkan atas pengaruh releasing factor dan hipotalamus. Dalam

ovarium folikel mulai tumbuh, walaupun folikel-folikel tidak sampai matang,

karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah

mampu mengelurgkan estrogen. Pada saat yang kira-kira bersamaan, korteks

kelenjar suprarenal mulai membentuk androgen, dan hormone ini memegang

peranan dalam pertumbuhan badan (Fitramaya, 2009).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai


dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan.
Darah menstruasi terutama merupakan darah arteri dengan hanya 25% darah
berasal dari vena. Darah ini mengandung sisa jaringan, prostaglandin, dan
fibrinolisin dalam jumlah yang relatif besar dari jaringan endometrium. Lama
menstruasi biasanya terjadi 3-7 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran
darah dapat sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara
normal dapat berkisar 30- 40 ml/ hari. Jumlah darah yang keluar dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ketebalan endometrium, pengobatan,
penyakit yang mempengaruhi mekanisme pembekuan (Manuaba, 2001) .
Dismenore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat

menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Rasa sakit yang menyerupai

kejang ini terasa di perut bagian bawah, biasannya di mulai 24 jam sebelum haid

dating,dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid.sesudah itu

semua rasa tidak enak tadi hilang.

Metode pengendalian rasa nyeri disminoresecara farmakologis yaitu dengan


memberikan obat-obatan. Sedangkan metode pengurangan rasa nyeri disminore
secara nonfarmakologis yaitu dengan aromaterapi.
Aromaterapi adalah metode pengobatan alami dengan menggunakan minyak
aromaterapi yaitu minyak lavender dan minyak jasmine yang diekstrak dari
tumbuhan dan bunga-bungaan. Minyak aromaterapik dikenal dengan sensasi
aroma wangi nya yang harum dan menenangkan (Matius, 2010).

C. Metodelogi Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang merupakan
penelitian observasional bersifat analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan
one group pre test post test design yang merupakan penelitian eksperimen dimana
tidak menggunakan kelompok pembanding (control), namun sebelumnya kelompok
tersebut sudah dilakukan observasi pre test sehingga peneliti dapat membandingkan
perubahan setelah dilakukan eksperimen..
Buku :

Anurogo,D. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri. Haid. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Asmadi. 2008, Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. 

Harnoto T. 2009. Bebas Masalah Kewanitaan. Yogyakarta : Kanisius.

Hendrik, H. 2006. Problema Haid (Tinjauan Syariat Islam dan Medis). Solo: Tiga
Serangkai.

Manuaba. 2001. Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obsterti Ginekologi dan KB.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Proverawati,A. dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.


Nuha Medika. Yogyakarta.

Sarwono. 2003. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Sindhu, Pujiastuti. 2014. Panduan Lengkap Yoga untuk Hidup Sehat dan Seimbang.
Bandung: PT Mizan Pustaka.

Yuliarti, N. 2009. A-Z Women Health & Beauty. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Jurnal :

Aril, S. T. 2016. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas


Disminorea Pada Mahasiswi D III Kebidanann Semester II di Universitas
Aisiyah Yogyakarta.

Dewi, P. 2015. Pengaruh Aromaterapi jasmine Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Remaja Putri Yang Mengalami Disminore di SMAN 2 Pontianak.

Silvanus. 2017. Hubungan Regulasi Emosi dengan Intensitas Nyeri Disminore Primer
pada Remaja Putri di SMAN 7 Malang. Nursing News Volume 2, Nomor 3.
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

Internet :

BKKBN. 2011. Evaluasi F1&F2 Bln 12 tahun 2011 Jawa Tengah.


http://jateng.bkkbn.go.id/data/920, diakses 09 Juli 2019.

Anda mungkin juga menyukai