Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian terjadi

dalam periode neonatal. Oleh karena itu, upaya pembinaan kesehatan bayi dimulai

dari pemenuhan kebutuhan primer sejak dalam kandungan sampai periode perinatal.

Kurang baiknya penanganan BBL akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat

berakibat fatal bagi bayi. Misalnya perdarahan pada BBL.

Selama ini, anggapan risiko pendarahan hanya terjadi pada ibu yang baru

melahirkan saja. Padahal sang bayi yang baru lahir pun juga perlu diwaspadai terjadi

gejala ini. Olek karena itu bayi neonatus(bayi baru lahir) ini wajib mendapatkan

vitamin K.

Diantara perdarahan yang terjadi pada neonatus adalah seperti perdarahan tali

pusat. Gejala ini timbul salah satunya karena kekurangan vitamin K,khususnya

karena hati bayi yang belum matang untuk membentuk vitamin K,untuk itu setiap

bayi yang baru lahir diberikan vitamin K1 untuk mencegah terjadinya

perdarahan. Pendarahan tali pusat bisa juga terjadi karena perawatan pasca lepasnya

tali pusat yang kurang sempurna,sehingga lambat dalam proses penyembuhan. Ini

sering ditemui, tali pusat bayi yang terus berdarah. Meski demikian, jika terus-menerus

juga bisa menyebabkan anak kurang darah,karena masalah ini yang sering terjadi pada bayi dan

cukup berbahaya yaitu perdarahan tali pusat.


Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin

selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang

selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi

lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau

dijepit.

Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma

pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus

normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya

penyakit pada bayi.

Sebagian besar peneliti mendefinisikan pengikatan tali pusat dini bila

dilakukan dalam 15 detik setelah lahir, sedangkan tertunda jika dilakukan 45 detik

sampai 5 menit setelah lahir dimana pada rentang waktu tersebut terjadi perpindahan

darah yang bermakna dari plasenta ke bayi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdarahan Tali Pusat

1. Pengertian

Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat

bisa timbul sebagai akibat dari pengikatan tali pusat yang kurang baik atau

kegagalan proses pembentukan trombus normal. Yaitu adanya

cairan(darah) yang keluar di sekitar tali pusat bayi. Akibat dari trauma

pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses

pembentukkan trombus normal. Tetapi merupakan hal yang normal

apabila pendarahan yang terjadi disekitar tali pusat dalam jumlah yang

sedikit. Dimana, pendarahan tidak melebihi luasan uang logam dan akan

berhenti melalui penekanan yang halus selama 5 menit. Selain itu

perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada

bayi.
2. Etiologi Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilikus, robekan

pembuluh darah, serta plasenta previa dan abrupsio plasenta.

a. Robekan umbilikus

Normal,terjadi karena :

1) Partus presipitatus

2) Adanya trauma ataulilitan tali pusat

3) Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang

berlebihan pada saat persalianan.

4) Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan

tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.

Abnormal,terjadi karena

1) Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom

tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke

dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat

menimbulkan kematian pada bayi.

2) Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises

tersebut pecah

3) Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi

pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses

perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah.


Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah

rapuh dan mudah pecah.

b. Robekan pembuluh darah

Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya

trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi

pembuluh darah seperti berikut ini :

1) Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya

tipis dan tidak ada perlindungan jely Wharton

2) Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah

terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran

tempat masuknya dalam placenta tidak ada proteksi. Umbilikus

dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda

3) Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang

menghubungkan masing-masing lobus dengan jaringan placenta

karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah.

c. Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta

Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat

membahayakan bayi. Pada kasus plasenta previa cenderung

mengakibatkan anemia,sedangkan pada kasus abrutio plasenta lebih

sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat

mengakibatkan anoreksia. Pengamatan pada plasenta dengan teliti

untuk menentukan adanya perdarahan bayi baru lahir. Pada bayi baru
lahir dengan kelainan placenta previa atau dengan SC apabila

diperlukan dapat lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.

3. Tanda dan Gejala perdarahan tali pusat

a. Ikatan tali pusat lepas atau klem tali pusat tapi masih menempel pada

tali pusat

b. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet

c. Adanya cairan yang keluar pada tali pusat,dan cairan tersebut bisa

berwarna kuning,hijau,atau darah.

d. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat

4. Upaya pencegahan perdarahan tali pusat

a. Pada perdarahan umbilikus akibat ikatan yang longgar, dapat di

kencangkan kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga dapat

disebabkan oleh repitan atau tarifan dari kiem. Jika perdarahan tidak

berhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera di

lakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan tersebut.

b. Perdarahan umbilikus akibat robekan umbilikus harus segera di jahit.

Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada

kelainan lain seperti kelainan anatomik pembuluh darah sehingga

dapat segera di lakukan tindakan oleh dokter atau rumah sakit.

c. Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan

lainnya, bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera

di lakukan jika kelainan tersebut sudah di ketahui sebelum bayi lahir


sehingga dapat di lakukan tindakan sesegera mungkin untuk membuat

peluang bayi lahir hidup lebih besar.

d. Perawatan Tali Pusat

Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :

1) Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.

2) Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun

sebelum membersihkan tali pusat.

3) Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak

dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air.

4) Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena

akan membuatnya menjadi lembab.

5. Asuhan yang dapat dilakukan bidan yaitu :

a. Melakukan penanganan awal, yaitu harus dilakukan tindakan pencegahan

infeksi pada tali pusat.

1) Jaga agar tetap kering

2) Kenakan popok di bawah tali pusat

3) Biarkan tali pusat terbuka,tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin

4) Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan sekali disetiap mengganti

popok bayi. Gunakan kassa atau cotton bud untuk membersihkannya.

5) Angkat tali pusat dan dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal

tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi .
6) Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadinya perdarahan. Karena tali

pusat akan terlepas sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Tapi yang perlu

diingat adalah jangan menarik tali pusat walaupun sudah terlepas

setengah atau sebagian.

7) Hindari penggunaan bedak atau lotion pada area sekitar tali pusat.

b. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien

untuk dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:

1) Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu

2) Klem pada pangkal tali pusat terlepas

3) Timbul garis merah pada kulitdi sekitar tali pusat

4) Bayi demam

5) Adanya pembengkakan atau kemerahan pada sekitar tali pusat

6) Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat

7) Timbul bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat

8) Terjadi perdarahan yang berlebihan pada tali pusat,dan perdarahan

melebihi luasan uang logam

9) Perdarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di dep/ditekan.

c. Penaganan lanjutan di rumah sakit perdarahan tali pusat dengan infeksi yaitu:

Penaganan lanjutan perdarahan tali pusat dengan infeksi yaitu


meliputi terapi farmakologis hingga pembedahan disertai dengan
perawatan suportif terhadap komplikasi seperti gagal nafas. Pemberian
antibiotik parenteral kombinasi penisilin vankomisin antistaphylococcus
dan aminoglikosida direkomendasikan. Dosis ampisilin pada neonatus > 2
kg adalah 7-150 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis. Sedangkan
vankomisin dapat diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB setiap 8-12 jam.
Pemberian gentamisin pada neonatus < 7 hari diberikan dengan dosis 5
mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis.

Omfalitis dengan komplikasi necrotizing fasciitis dan myonekrosis


membutuhkan terapi yang lebih agresif dengan antibiotik untuk organisme
anaerob seperti metronidazole dan clindamycin. Dosis metronidazole pada
neonatus adalah 15 mg/kg/hari dibagi 2 dosis atau clindamycin 20
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

Antibiotik topikal seperti bacitracin atau terapi topikal lain seperti


triple dye dapat digunakan sebagai tambahan terapi parenteral. Terapi
antibiotik diberikan dalam waktu 2 minggu melalui jalur vena sentral
maupun perifer.

Terapi pembedahan ditujukan untuk melakukan debridement pada


jaringan dan otot dengan necrotizing fasciitis dan myonekrosis.
Keterlambatan diagnosis dapat menimbulkan perburukan dan penyebaran
dari jaringan yang nekrosis. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap dengan spesialis anak dan bedah.

Bila omfalitis disertai dengan gejala sistemik, berikan nutrisi


melalui jalur parenteral. Pemberian makanan secara enteral sebaiknya
tidak dilakukan hingga infeksi akut dan ileus teratasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendarahan tali pusat yaitu adanya cairan(darah) yang keluar di sekitar

tali pusat bayi. Akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau

kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Tetapi merupakan hal yang

normal apabila pendarahan yang terjadi disekitar tali pusat dalam jumlah yang

sedikit. Dimana, pendarahan tidak melebihi luasan uang logam dan akan

berhenti melalui penekanan yang halus selama 5 menit. Selain itu perdarahan

pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.

factor-factor penyebab terjadinya pendarahan tali pusat:

1. Robekan umbilikus normal

2. Robekan umbilikus abnormal

3. Robekan pembuluh darah abnormal

4. Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta

Penanganannya:

a. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang

terjadi

b. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi paa

tali pusat.

c. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien

untuk dilakukan rujukan.


B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang kompeten, kita harus bekerjasama dengan

ibu dan keluarga untuk memperhatikan tata cara pelaksanaan tali pusat agar

tidak terjadi penanganan yang serius. Kita juga harus bisa membedakan mana

yg normal dan abnormal pada perdarahan tali pusat, untuk mencegah

perdarahan lebih dini.


DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Vivian Nanny L.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:

Salemba Medika

2. Hadi, Umniati.2013. Perdarahan Tali Pusat pada Neonatus. Jakarta: Salemba

Medika

3. Markum, Sofyan Ismael,dkk.2012.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI

4. Vionalisa. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Padang: Universitas

Baiturrahmah

5. Behrman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Diterjemahkan

oleh A. Samik Wahab. Jakarta: EGC

6. Prawirohardjo, sarwono. 2005. ILMU KANDUNGAN. jakarta: yayasan bina

pustaka sarwono prawirohardjo.

7. Nur muslihatun, wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. yogyakarta:

fitramaya.

8. Kusmiyati, Yuni, Heni. P. W, Sujiyatini. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan

Ibu Hamil). Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai