Anda di halaman 1dari 32

PELAYANAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL

DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Disusun oleh :
Lidia Febrianti 2110102002
Diah Ely Permata Sari 2110102003
Rita Noviana 2110102004
Yakayum 2110102005
Entyn Anaway Dwy K 2110102006
Fitri Ayu Marpal 2110102007
Nastiti Aryudaningrum 2110102009
Tirsha liani Irawan 2110102008
Tima Hajar Arofah 2110102010

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Tujuan...........................................................................................................................5
1.3 Sasaran .........................................................................................................................5
BAB II ................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6
A. Konsep Dasar Kehamilan .......................................................................................6
1. Pengertian kehamilan .................................................................................6
2. Proses Kehamilan........................................................................................6
3. Tanda dan Gejala kehamilan.......................................................................7
4. Perubahan Fisiologi Wanita Selama Kehamilan.........................................8
5. Tanda Bahaya Kehamilan............................................................................10
B. Pelayanan Antenatal Care........................................................................................11
1. Pengertian Pelayanan Antenatal Care..........................................................11
2. Tujuan Pemeriksaan Antenatal Care...........................................................11
3. Fungsi Antenatal Care.................................................................................11
4. Upaya Pencegahan Covid-19 yang dapat dilakukan oleh ibu hamil...........12
5. Pelayanan ANC dimasa Pandemi Covid-19................................................13
6. Asuhan Antenatal ibu hamil yang telah sembuh Covid-19.........................16
C. Konsep Dasar Kunjungan Antenatak Care..............................................................18
1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care........................................................18
2. Tujuan Kunjungan Antenatal Care..............................................................18
3. Lokasi Pelayanan ANC atau pemeriksaan kehamilan.................................20
4. Jadwal Kunjungan ANC..............................................................................20
5. Frekuensi Kunjungan ANC.........................................................................21
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC...................................21
7. Kunjungan ANC pada masa pandemi Covid-19.........................................24
8. Dampak tidak teratur melakukan kunjungan ANC.....................................25
BAB III...............................................................................................................................27
Analisa dan Rekomendasi.................................................................................................27
BAB IV................................................................................................................................29
PENUTUP..........................................................................................................................29

2
Kesimpulan.........................................................................................................................29
Saran...................................................................................................................................29
Daftar Pustaka...................................................................................................................31

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau COVID-19. COVID- 19
merupakan sebuah virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok diberi nama coronavirus
disease 2019 (COVID-19) –  'CO' berasal dari corona, 'VI' berasal dari virus, dan 'D' berasal
dari disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut dengan '2019 novel coronavirus'
atau '2019-nCoV’. Namun, kini lebih dikenal dnegan sebutan COVID-19. COVID-19
sendiri sudah berdampak dengan meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,
meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek
sosial ekonomi yang luas di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini
sebagai bencana nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sebagai Bencana Nasional (Kemenkes, 2019)
Di Indonesia, kematian ibu dan kematian neonatal masih menjadi tantangan besar dan
harus mendapatkan perhatian dalam situasi bencana COVID-19. Penanganan COVID-19 per
tanggal 14 September 2020, jumlah pasien terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 221.523
orang, pasien sembuh sebanyak 158.405 (71,5% dari pasien yang terkonfirmasi), dan pasien
meninggal sebanyak 8.841 orang (3,9% dari pasien yang terkonfirmasi). Dari total pasien
terkontamisasi positif COVID-19, sebanyak 5.316 orang (2,4%) adalah anak berusia 0- 5
tahun dan terdapat 1,3% di antaranya meninggal dunia. Untuk kelompok ibu hamil, terdapat
4,9% ibu hamil terkonfirmasi positif COVID-19 dari 1.483 kasus terkonfirmasi yang
memiliki data kondisi penyerta. Data ini menunjukkan bahwa ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir juga merupakan sasaran yang rentan terhadap infeksi COVID-19 dan kondisi
ini dikhawatirkan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir
(POGI, 2020).
Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan ke semua layanan rutin
termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke
puskesmas atau fasiltas pelayanan kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya anjuran

4
menunda pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan
dari segi tenaga dan sarana prasarana termasuk Alat Pelindung Diri. Hal ini menyebabkan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi Saat ini di Indonesia harus memulai adaptasi kebiasaan
baru agar tetap dapat hidup sehat dalam situasi pandemi COVID-19. Adaptasi kebiasaan
baru harus dilakukan agar masyarakat dapat melakukan kegiatan sehari-hari sehingga dapat
terhindar dari COVID-19. Adaptasi kebiasaan baru diharapkan hak masyarakat terhadap
kesehatan dasar dapat tetap terpenuhi (Kemenkes, 2020).

1.2 Tujuan
Untuk memberikan pelayanan antenatal care pada ibu hamil di era adaptasi kebiasaan baru

1.3 Sasaran
1. Ibu hamil
2. Petugas kesehatan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses dimulai dari tahap konsepsi lahirnya janin. Lama
kehamilan normal 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester : trimester I dimulai dari (0-12 minggu),
trimester II, dimulai dari (13-38 minggu), trimester III dari (29-42 minggu) (Fatimah,
dkk.2017).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kehamilan
merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar rahim dan berakhir
dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir.
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, apabila sudah mengalami
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ
reproduksinya sehat, maka besar kemungkinannya akan terjadi kehamilan.
Kehamilan yang direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan akan
tetapi diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi selama kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis
(Fatimah, dkk. 2017).

2. Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan yang terdiri dari :
1. Ovum Meiosis pada wanita terdapat telur atau ovum. Proses ini terjadi di dalam
ovarium, khususnya pada folikel ovarium. Ovum dapat subur selama 24 jam
setelah ovulasi (Armini et al., 2016)

6
2. Sperma Ejakulasi dalam hubungan seksual akan normal mengakibatkan
pengeluaran satu sendok teh semen, mengandung 200-500 juta sperma, ke dalam
vagina. Saat sperma berjalan tuba uterina, enzim-enzim yang dihasilkan akan
membantu kapasitas sperma. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar sperma dapat
menembus lapisan pelindung ovum sebelum fertilisasi (Armini et al., 2016)
3. Fertilisasi berlangsung di ampula (seperti bagian luar) tuba uterina. Apabila
sebuah sperma berhasil menembus membran yang mengelilingi ovum, baik
sperma maupun ovum akan berada di dalam membran dan membran tidak lagi
dapat ditembus oleh sprema lain. Maka akan terjadi, konsepsi berlangsung dan
terbentuklah zigot (Armini et al., 2016)
4. Implantasi Zona peluzida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan dirinya pada
endometrium rahim, pada daerah fundus anterior atau posterior. Setelah konsepsi
7-10 hari, trofoblas mensekresi enzim yang membantunya membenamkan diri ke
dalam endometrium sampai seluruh bagian blastosis tertutup (Armini et al., 2016).
3. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Amenore tanda dugaan kehamilan (terlambat datang bulan), mual dan muntah,
pengaruh estrogen dan progesteron akan terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebih, ngidam, sinkope atau pingsan, terjadi gangguan sirkulasi ke daerah
kepala, payudara tegang, sering miksi, obstipasi, epulis, pigmentasi kulit, varises
atau penampakan pembuluh darah.
b. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan
2) Pada pemeriksaan dalam meliputi :
a) Tanda Hegar : melunaknya segmen bawah uterus
b) Tanda Chadwiks : warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu
c) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu arah sehingga menonjol
jelas ke arah pembesaran tersebut
d) Kontraksi Broxton Hicks : bila uterus dirangsang mudah berkontraksi
e) Tanda Ballotement : terjadi pantulan saat uterus ditekuk dengan jari

7
3) Perut membesar
4) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
c. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin dalam rahim : teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin
2) Denyut jantung janin : didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotokografi, alat doppler, USG.(Fatimah & Nuryaningsih, 2017)

4. Perubahan Fisiologis Wanita Selama Kehamilan


a. Uterus
Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplas dan hipertrofi
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada), perkembangan
desidua disebabkan oleh peningkatan ukuran uterus. Selain itu, pembesaran uterus
pada trimester pertama juga akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
tinggi (Armini et al., 2016).
b. Payudara
Peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai dapat menyebabkan
kesemutan nyeri tekan payudara secara bertahap mengalami pembesaran. Pada awal
kehamilan keluar cairan jernih (kolostrum), puting susu menjadi lebih menonjol, 10
lebih erektil, areola menjadi lebih gelap/berpigmen terbentuk warna merah muda.
Peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak
minggu keenam kehamilan (Armini et al., 2016).
c. Vagina dan vulva
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina distensi selama persalinan dengan
memproduksi mukosa vagina tebal, jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan
pemanjangan vagina. Peningkatan vaskularisasi menjadi warna ungu kebiruan yang
disebut tanda Chadwik, suatu tanda kemungkinan kehamilan dapat muncul pada
minggu keenam tapi mudah terlihat pada minggu kedelapan kehamilan (Armini et al.,
2016).
d. Integumen
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menimbulkan
perubahan pada integumen. Terdapat bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di

8
daerah tonjolan maksila dan dahi yang disebut cloasma gravidarum. Linea nigra yaitu
garis gelap mengikuti midline (garis tengah) abdomen. Striae gravidarum merupakan
tanda regangan yang menunjukkan pemisahan jaringan ikat di bawah kulit (Armini et
al., 2016).
e. Pernapasan
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon tubuh terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Selama
masa hamil, perubahan pada pusat 11 pernapasan menyebabkan penurunan ambang
karbondioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat,
sehingga beberapa wanita hamil mengeluh mengalami sesak saat istirahat (Armini et
al., 2016).
f. Pencernaan
Pada awal kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami mual dan muntah,
kemudian kehamilan berlanjut terjadi penurunan asam lambung yang melambatkan
pengosongan lambung dan menyebabkan kembung. Selain itu, menurunnya
peristaltik menyebabkan mual dan konstipasi. Konstipasi juga disebabkan karena
tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal kehamilan dan kembali pada akhir
kehamilan. Meningkatnya aliran darah ke panggul dan tekanan vena menyebabkan
hemoroid pada akhir kehamilan (Armini et al., 2016).
g. Perkemihan
Pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih meningkat dan pembesaran
uterus menekan kandung kemih, sehingga meningkatkan frekuensi berkemih. Hal ini
juga terjadi pada akhir kehamilan karena janin turun lebih rendah ke pelvis sehingga
lebih menekan lagi kandung kemih (Armini et al., 2016).
h. Volume darah
Volume darah makin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu dan kadar Hb turun (Armini et al., 2016).
i. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapi penambahan sel darah merah tidak seimbang dengan

9
peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis
(Armini et al., 2016).
j. Metabolisme
Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan
nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI (Armini
et al., 2016).
5. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah suatu gejala yang muncul akibat adanya infeksi atau
gangguan yang terjadi selama hamil (Armini et al., 2016). Tanda-tanda bahaya
kehamilan yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
a. Bengkak di kaki, tangan, wajah dan sakit kepala yang terkadang disertai kejang.
Keadaan ini sering disebut keracunan kehamilan/eklampsia.
b. Perdarahan per vaginam Perdarahan merupakan penyebab kematian pada ibu hamil
paling sering. Perdarahan pada kehamilan muda sebelum kandungan 3 bulan bisa
menyebabkan keguguran. Apabila mendapatkan pertolongan secepatnya, janin
mungkin dapat diselamatkan. Apabila tidak, ibu tetap harus mendapatkan bantuan
medis agar kesehatannya terjaga.
c. Demam tinggi Hal ini biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria. Apabila
dibiarkan, demam tinggi pada ibu hamil membahayakan keselamatan ibu dan dapat
menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur.
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya Pecahnya ketuban sebelum waktunya
merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan yang dapat membahayakan
keselamatan janin dalam kandungan.
e. Ibu muntah terus dan tidak mau makan Sebagian besar ibu hamil merasa mual dan
kadang-kadang muntah pada umur kehamilan 1-3 bulan. Kondisi ini normal dan akan
hilang pada usia kehamilan >3bulan. Namun, jika ibu tetap tidak mau makan, muntah
terus-menerus, lemah dan tidak bisa bangun, maka keadaan ini berbahaya bagi
kesehatan ibu dan keselamatan janin.
f. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak Keadaan ini
merupakan tanda bahaya pada janin. Hal ini disebabkan adanya gangguan kesehatan
pada janin, bisa juga karena penyakit atau gizi yang kurang.

10
B. Pelayanan Antenatal Care (ANC)
1. Pengertian Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Antenatal care adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil yang bertujuan
untuk memantau agar kehamilan berjalan secara fisiologis dan melakukan deteksi secara
dini komplikasi untuk mencegah terjadinya kematian pada ibu hamil (Lestari, 2020).
Antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar yang ditetapkan.Dalam
hal ini, istilah kunjungan tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang
datang ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap ibu hamil yang melakukan kontak dengan
tenaga kesehatan, baik di posyandu, pondok bersalin desa, dankunjungan rumah
dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Lestari, 2020).
2. Tujuan Pemeriksaan Antenatal care
Tujuan pelayanan antenatal care menurut Kementerian Kesehatan (2018) adalah:
a. Memantau kemajuan proses kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin di dalamnya.
b. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi selama kehamilan
sejak usia dini, termasuk riwayat penyakit dan pembedahan.
c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu dan bayi.
d. Mempersiapkan proses persalinan agar bayi dapat dilahirkan dengan selamat dan
meminimalkan trauma yang mungkin terjadi selama persalinan.
e. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak agar
mengalami pertumbuh dan perkembang yang normal.
g. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik dan dapat memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya.
3. Fungsi ANC
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui fasilitas dan kegiatan kehamilan
b. Melakukan skrining, identifikasi wanita dengan kehamilan berisiko tinggi dan rujuk
jika perlu

11
c. Memantau kesehatan selama kehamil dengan mendeteksi dan menangani masalah
yang terjadi (Padila, 2017).
4. Upaya Pencegahan Covid-19 yang Dapat Dilakukan Oleh Ibu hamil
Kementerian Kesehatan RI (2020) menyatakan bahwa upaya pencegahan Covid-19 yang
dapat dilakukan oleh ibu hamil antara lain:
a. Bersihkan tangan secara teratur dengan mencuci tangan dengan sabun selama 40 - 60
detik atau menggunakan hand sanitizer selama 20 – 30 detik. Hindari menyentuh
mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih. Gunakan pembersih tangan
yang mengandung setidaknya 70% alkohol, jika sabun dan air tidak tersedia. Cuci
tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan
sebelum makan.
b. Sebisa mungkin hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit.
c. Saat sakit, tetap pakai masker, tetap di rumah atau segera ke fasilitas kesehatan dan
jangan banyak beraktivitas di luar.
d. Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu. Buang tisu di tempat
yang telah ditentukan. Jika tidak ada tisu, lakukan sesuai etika batuk dan bersin.
e. Bersihkan dan disinfeksi permukaan dan benda yang sering disentuh.
f. Menggunakan masker merupakan salah satu cara pencegahan penularan penyakit
pernapas, termasuk infeksi COVID-19. Namun, penggunaan masker saja tidak cukup
untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, sehingga harus disertai dengan upaya
pencegahan lainnya. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan kebersihan
tangan dan tindakan pencegahan lainnya, seperti menjaga jarak.
g. Penggunaan masker yang salah akan mengurangi efektivitasnya dan membuat
masyarakat awam mengabaikan pentingnya upaya pencegahan lain yang tidak kalah
pentingnya seperti kebersihan tangan dan perilaku hidup sehat.
h. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat melahirkan. Sedangkan
masker kain dapat digunakan untuk ibu yang sehat dan keluarganya.
i. Cara menggunakan masker yang efektif :
1) Kenakan masker untuk menutupi mulut dan hidung, lalu eratkan dengan baik
untuk meminimalkan celah antara masker dan wajah.
2) Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

12
3) Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh bagian
depan masker, tetapi lepaskan dari bagian belakang dan dalam).
4) Setelah melepasnya, jika tidak sengaja menyentuh masker bekas, segera cuci
tangan.
5) Gunakan masker baru yang bersih dan kering, ganti masker jika masker yang
digunakan mulai basah. f. Jangan menggunakan kembali masker yang telah
digunakan.
6) Segera buang masker sekali pakai dan Kelola limbah medis sesuai SOP.
5. Pelayanan Antental di masa pandemi Covid-19
a. Pelayanan ANC untuk kehamilan normal minimal 6x dengan rincian 2x pada
Trimester 1, 1x pada Trimester 2, dan 3x pada Trimester 3. Minimal 2x diperiksa
oleh dokter pada kunjungan pertama pada Trimester 1 dan pada kunjungan ke-5 pada
Trimester 3.
1) ANC ke-1 pada Trimester 1 : skrining faktor risiko oleh Dokter dengan
menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang ke bidan untuk pertama kalinya,
bidan tetap melakukan pemeriksaan kehamilan seperti biasa, kemudian dirujuk
ke dokter untuk diskrining. Sebelum ibu melakukan kunjungan antenatal tatap
muka, dilakukan janji temu dengan skrining anamnesis melalui media
komunikasi/online untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.
a) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika
sulit mengakses RS Rujukan dilakukan Rapid Test. Pemeriksaan skrining
faktor risiko kehamilan dilakukan di Rumah Sakit Rujukan.
b) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dokter akan melakukan skrining di
FKTP.
2) ANC ke-2 pada Trimester 1, ANC ke-3 pada Trimester 2, ANC ke-4 pada
Trimester 3, dan ANC ke-6 pada Trimester 3 : Tindak lanjut dilakukan sesuai
dengan hasil skrining. Tatap muka didahului dengan janji temu dengan
pemeriksaan anamnesis melalui media komunikasi/online untuk mencari faktor
risiko dan gejala COVID-19.
a) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika
sulit mengakses RS Rujukan dilakukan Rapid Test.

13
b) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan pemeriksaan kehamilan di
FKTP.
3) ANC ke-5 di Trimester 3 Skrining faktor risiko persalinan oleh dokter dengan
menerapkan protokol kesehatan. Skrining dilakukan untuk mengetahui faktor
risiko persalinan, menentukan tempat persalinan, dan menentukan apakah
rujukan terencana perlu dilakukan atau tidak. Tatap muka didahului dengan janji
temu dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi/online untuk mencari
faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS
untuk dilakukanswab atau jika sulit mengakses RS Rujukan dilakukan Rapid
Test.
b. Rujukan yang direncanakan adalah untuk:
1) Ibu dengan faktor risiko persalinan. Ibu akan dirujuk ke rumah sakit untuk
penanganan risiko atau komplikasi persalinan. Skrining COVID-19 dilakukan di
rumah sakit.
2) Ibu dengan faktor risiko COVID-19. Skrining faktor risiko persalinan dilakukan
di Rumah Sakit Rujukan. Pelayanan antenatal selanjutnya dapat dilakukan di
FKTP jika tidak ada faktor risiko yang memerlukanrujukan terencana.
c. Janji temu adalah pendaftaran ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan
kunjungan antenatal, nifas, dan neonatus melalui media komunikasi
(telepon/SMS/WA) atau online. Saat membuat janji, petugas wajib menanyakan
tanda, gejala, dan faktor risiko COVID-19 serta menekankan penggunaan masker
bagi pasien saat datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
d. Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular, psikologis
kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG oleh Dokter pada Trimester 1 dilakukan
sesuai Pedoman ANC Terpadu dan Buku KIA.
1) Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan kehamilan ke ke-2, ke3,
ke-4, dan ke-6 dapat dilakukan di FKTP oleh Bidan atau Dokter. Begitu juga
untuk ibu hamil dengan faktor risiko yang bisa ditangani oleh Dokter di FKTP.
2) Apabila ditemukan adanya faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh Dokter
di FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai hasil skrining untuk penatatalaksanaan

14
yang komprehensif (mungkin juga memerlukan pengobatan spesialis selain oleh
Dokter Sp.OG)
e. Bagi ibu hamil dengan kontak erat, suspek, kemungkinan, atau terkonfirmasi
COVID-19, pemeriksaan USG ditunda hingga ada rekomendasi penghentian isolasi.
Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus berisiko tinggi.
f. Ibu hamil diminta untuk mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam kehidupan
sehari-hari.
1) Kenali tanda bahaya dalam kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu
hamil harus segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2) Ibu hamil wajib memeriksakan kondisi diri dan gerakan janin. Jika ada
risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mual dan muntah hebat,
perdarahan banyak, gerakan janin menurun, ketuban pecah, nyeri kepala hebat,
tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang atau ibu hamil dengan
penyakit diabetes mellitus gestasional, preeklampsia berat, pertumbuhan janin
terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lain atau riwayat obstetri
buruk, ibu harus memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3) Pastikan bahwa gerakan janin mulai dirasakan pada usia kehamilan 20 minggu.
Setelah usia kehamilan 28 minggu, hitung gerakan janin secara mandiri (minimal
10 gerakan dalam 2 jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10
gerakan, pemantauan dapat diulang pada 2 jam berikutnya hingga maksimal 6x
(dalam 12 jam). Jika belum mencapai 10 gerakan selama 12 jam, ibu harus
segera datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk memeriksa kesehatan
janin.
4) Ibu hamil diharapkan menjaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap melakukan aktivitas fisik
berupa olahraga bagi ibu hamil/ yoga/pilates/peregangan secara mandiri di
rumah.
5) Ibu hamil tetap mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.

15
g. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil dengan status suspek,
probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19 dilakukan dengan pertimbangan
dokter yang merawat
h. Bagi ibu hamilsuspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19,saat pemeriksaan
kehamilan, KIE diberikan mengenai pilihan IMD, rawat gabung, dan menyusui agar
pada saat melahirkan memiliki pemahaman dan keputusan terkait perawatan bayinya.
i. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil tidak boleh bepergian ke luar negeri
atau ke daerah dengan zona merah (berisiko tinggi) dengan mengikuti rekomendasi
perjalanan yang dikeluarkan pemerintah. Sebaiknya dokter menanyakan riwayat
perjalanan khususnya dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran COVID-
19 yang luas.
6. Asuhan Antenatal Ibu Hamil yang Telah Sembuh dari Covid-19
a. Ibu hamil yang telah sembuh dari COVID-19 asuhan antenatal tetap dilanjutkan.
b. Pelayanan yang terlewat akibat isolasi mandiri atau perawatan di RS, dapat segera
dilengkapi setelah periode isolasi berakhir.
c. Ibu hamil dengan riwayat sakit berat, perlu dilakukan pemeriksaan USG 14 hari
setelah sembuh untuk melihat pertumbuhan janin, kecuali terdapat indikasi lain yang
membutuhkan USG lebih cepat dari 14 hari. Kriteria sembuh menurut WHO untuk
pasien dengan gejala yaitu 10 hari setelah onset gejala dan minimal 3 hari tanpa
gejala.

16
Jenis Asuhan Antenatal Tiap Trimester

17
Algoritma Asuhan Antenatal Ibu Hamil dengan Risiko Rendah

Keterangan:
Minimal tatap muka 6x, yaitu 1x di trimester 1, 2x di trimester 2, dan 3x di trimester 3

C. Konsep Dasar Kunjungan Antenatal Care


1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care, petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi (Saifuddin, 2010). Pelayanan Antenatal Care merupakan pemeriksaan pada
ibu hamil selama masa kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau

18
mendeteksi dini terjadinya risiko kehamilan dan mempersiapkan kelahiran yang sehat
(Agustine et al., 2019).
Pemeriksaan Antenatal Care merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara
eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Cakupan pelayanan
antenatal care (ANC) terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah
cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Seorang ibu hamil dikatakan memiliki pemeriksaan antenatal care lengkap
ketika ibu hamil mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1
kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2
kali pemeriksaan pada trimester ketiga (Kementerian Kesehatan, 2018).
2. Tujuan Kunjungan Antenatal Care
a. Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan kesehatan pada ibu serta
tumbuh kembang janin yang ada di dalamnya.
b. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin saja terjadi saat kehamilan
sejak dini, termasuk adanya riwayat penyakit dan tindak pembedahan.
c. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi.
d. Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat melahirkan bayi dengan selamat
serta meminimalkan trauma yang dimungkinkan terjadi pada masa persalinan.
e. Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu.
f. Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak agar
mengalami tumbuh kembang dengan normal 7) Mempersiapkan ibu untuk melewati
masa nifas dengan baik serta dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya
(Kementerian Kesehatan, 2018).

19
3. Lokasi Pelayanan Antenatal Care atau Pemeriksaan Kehamilan
Menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017) pelaksana pelayanan
Antenatal Care terdiri dari :
a. Puskesmas
b. Puskesmas pembantu
c. Pondok bersalin desa
d. Posyandu
e. Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas). Rumah sakit pemerintah
atau swasta
f. Rumah sakit bersalin
g. Tempat praktek swasta (bidan, dokter)
4. Jadwal Kunjungan Antenatal Care
Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu minimal
satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester
ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018). Ibu hamil
melakukan kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
a. Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data dasar
yang mempengaruhi pertumbuhan dan 17 perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko
kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE
pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium.
b. Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal care minimal
satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis

20
keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan USG, penilaian risiko
kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin.
c. Kunjungan ketiga dan ke-empat/ K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap dua
minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan:
anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak
janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko
kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang.
5. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Pemeriksaan kehamilan yang ideal untuk pertama kalinya adalah sedini mungkin
ketika haidnya terlambat satu bulan. Hasil penelitian telah menunjukkan berulang kali
bahwa wanita yang datang lebih dini dan teratur untuk pemeriksaan pra lahir mempunyai
komplikasi yang lebih sedikit dan 18 bayi yang lebih sehat daripada wanita yang
mendapat perawatan pra lahir tidak teratur atau terlambat periksa kehamilan. Kelainan-
kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut diketahui dan
segera dapat diatasi, sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan. Frekuensi
kunjungan antenatal care pada kehamilan normal minimal 6 kali dengan rincian 2 kali di
trimester 1, 1 kali di trimester 2, dan 3 kali di trimester 3. Minimal 2 kali diperiksa oleh
dokter saat kunjungan 1 di trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di trimester 3
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care
Pentingnya kunjungan Antenatal Care ini belum menjadi prioritas utama bagi
sebagian ibu hamil terhadap kehamilannya di Indonesia. Terdapat faktor-faktor yang
dapat memengaruhi kunjungan Antenatal Care ibu pada saat hamil yaitu faktor
predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin yang dapat memengaruhi perilaku
seseorang termasuk ibu hamil dalam melakukan kunjungan Antenatal Care
(Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017):
a. Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku
seseorang. Faktor predisposisi yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
melakukan kunjungan Antenatal Care mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Usia

21
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35
tahun) dapat berfikir lebih rasional dibandingkan 19 dengan ibu dengan usia yang
lebih muda atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki
motivasi lebih dalam memeriksakan kehamilannya
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan
yang dimilikinya. Ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih
mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap
kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil.
3) Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih
untuk mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri,
sehingga sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan Antenatal Care
dibandingkan ibu rumah tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk
dapat mengatur dan menjadwalkan kunjungan Antenatal Care secara optimal.
4) Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang
wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu
dengan kehamilan pertama merasa Antenatal Care merupakan sesuatu yang baru
sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
5) Jarak kehamilan
Semakin tinggi resiko terjadi komplikasi akan meningkatkan motivasi ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan. Jarak kehamilan yang dekat dapat dapat
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu hamil sehingga hal ini
semakin meningkatkan frekuensi kunjungan antenatalnya.
6) Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk
melakukan kunjungan Antenatal Care. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi
mengenai kesehatan kahamilan menganggap kunjungan Antenatal Care bukan

22
sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk
kehamilannya.
7) Sikap ibu hamil
Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi
kepatuhannya dalam melakukan kunjungan Antenatal Care. Sikap yang positif
atau respon yang baik mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan
janinnya sehingga dapat meningkatkan angka kunjungan. Sedangkan, sikap yang
negatif membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.
b. Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor
pemungkin yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan
Antenatal Care mencakup hal-hal berikut
1) Jarak tempat tinggal
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta
sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi ibu hamil
untuk melakukan kunjungan Antenatal Care. Jauhnya jarak akan membuat ibu
berfikir dua kali untuk melakukan kunjungan karena akan memakan banyak
tenaga dan waktu setiap melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan
transportasi dan harus berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan
mayoritas memiliki angka kunjungan kurang dari 4 kali selama masa kehamilan.

23
2) Penghasilan keluarga
Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya sehingga hal lain menjadi
terabaikan, termasuk kesehatan kehamilannya. Sehingga, semakin rendah
penghasilan keluarga maka semakin rendah angka kunjungan ibu ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
3) Media informasi
Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan
antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan motivasi ibu dalam melakukan
kunjungan.
c. Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku
kesehatan. Faktor penguat yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan
kunjungan Antenatal Care mencakup :
1) Dukungan suami Melalui dukungan suami yang baik sebagai pendamping
terdekat ibu, semakin tinggi dorongan yang di dapatkan ibu hamil untuk menjaga
kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan kunjungan Antenatal
Care.
2) Dukungan keluarga Dengan dukungan yang baik dari keluarga, ibu akan lebih
memperhatikan kesehatan diri dan janinnya, yaitu dengan secara rutin
berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan Antenatal Care.
Dukungan dari keluarga dapat berupa bantuan, perhatian, penghargaan, atau
dalam bentuk kepedulian terhadap ibu hamil.
3) Faktor petugas kesehatan Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan memengaruhi frekuensi kunjungan Antenatal Care ibu hamil. Semakin
baik sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu hamil
mengunjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya. Belum
meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga dapat
menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
7. Kunjungan Antenatal Care Pada Masa Pandemi COVID-19
Ibu hamil memang lebih berisiko terinfeksi virus corona karena daya tahan tubuhnya
cenderung lebih lemah. Itulah sebabnya, bila tidak ada keperluan mendesak, ibu hamil

24
dianjurkan untuk tidak bepergian ke luar rumah selama pandemi Covid-19. Ibu hamil
mendapatkan jenis pelayanan Antenatal Care sama dengan situasi normal (sesuai SOP),
kecuali pemeriksaan USG untuk sementara waktu ditunda pada ibu dengan PDP atau
terkonfirmasi Covid-19 sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya berakhir,
pemantauan selanjutnya ibu dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
Di masa pandemi Covid-19 ini, kondisi ideal ibu hamil harus terus diupayakan
supaya ideal, dan ini menjadi tantangan tersendiri. Pada skrining awal di K1 terdapat 2
fokus yang akan ditanyakan kepada ibu yakni : Kondisi pada saat kehamilan
sebelumnya, ada beberapa pertanyaan misalnya; apakah pernah lahir mati, 3 kali
keguguran yang berurutan, kelahiran 4000 gram saat aterm, apakah saat mondok ada
riwayat hipertensi dll, serta kondisi kehamilan saat ini, terdapat beberapa pertanyaan,
misalnya menanyakan kemungkinan bayi kembar usia yang muda atau terlalu tua,
resusnya negatif, ibu dengan diastolic BP >90 mmHg, apakah datang dengan perdarahan,
atau ada komorbid (diabetes, hipertensi, cancer, TB, malaria, dll) karena jika ada
komorbid tentu hal ini akan menjadi pemberat jika ibu tersebut terdeteksi Covid-19
sehingga membutuhkan rujukan bahkan pada trimester 1.
Jika saat antenatal care keadaan ibu hamil tersebut masuk dalam kategori yang low
risk maka kunjungan pemeriksaan kehamilan wajib berikutnya adalah pada satu bulan
sebelumnya taksiran persalinan, atau sesuai nasehat dokter dengan didahului perjanjian
untuk bertemu. Jika memungkinkan, ibu hamil disarankan untuk juga melakukan
konsultasi dengan menggunakan aplikasi Telemedicine (Sehati tele-CTG, Halodoc,
Alodoc, Teman Bumil) dan edukasi berkelanjutan melalui SMS. Ibu hamil diminta
mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari termasuk
mengenali tanda bahaya. Jika ada tanda bahaya ibu harus segera memeriksakan diri ke
RS.

8. Dampak Tidak Teratur Melakukan Kunjungan Antenatal Care


Dampak atau akibat ibu tidak melakukan antenatal care secara teratur adalah tidak
dapat diketahui kelainan-kelainan pada ibu dan janin, tidak dapat diketahui faktor-faktor
resiko yang mungkin terjadi pada ibu, dan tidak dapat mendeteksi secara dini penyakit
yang ada pada ibu selama masa pandemi (Prawirohardjo, 2010). Selain itu dampak dari

25
ibu hamil tidak melakukan Antenatal Care akan mengakibatkan : anemia pada saat
kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan yang tidak terdeteksi, kelainan bentuk
panggul, kelainan pada tulang belakang, atau kehamilan ganda yang dapat menyebabkan
sulitnya persalinan secara normal.

26
BAB III
ANALISA DAN REKOMENDASI
A. Analisa SOP
Standar operasional prosedur (SOP) yang dianalisis menggunakan SOP Pelayanan
ANC Terpadu pada Masa Pandemi Covid-19 milik UPTD Puskesmas Kalimanah. Pada
SOP terdapat bagian identitas yaitu logo dan nama instansi, nomor SOP, tanggal
pembuatan, tanggal revisi, pengesahan oleh pejabat yang berkompeten pada tingkat satuan
kerja, judul SOP, isi dari bagian identitas tersebut sudah sesuai menurut pedoman
penyusunan SOP KOMPAK.
Pada SOP yang diusulkan juga terdapat bagian standar pelayanan bidang pelayanan
medis yang meliputi, jenis kegiatan, tujuan, kebijakan, refrensi, prosedur/langkah-langkah,
digram alur (flow chart), unit terkait, dokumen terkait dan rekam historis.
Prosedur/langkah-langkah yang terdapat dalam SOP sudah sesuai dengan standar ANC
yang digunakan saat masa pandemi berdasarkan pedoman pelayanan antenatal, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir di era adaptasi kebiasaan baru. Refrensi penggunaan prosedur juga
sudah dimasukkan dengan jelas di dalam SOP.
B. Rekomendasi SOP
Standar opeasional prosedur (SOP) merupakan pegangan suatu organisasi dalam
menjalankan program-programnya. Program antenatal carel sepantasnya memiliki
kebijakan dan SOP. Kebijakam pelayanan antenatal yang menggunakan kebijakan dari
Kementrian Kesehatan. Pada kondisi pandemic ada beberepa perubahan dalam pelaksanaan
antenatal care, yang mana harus menyesuaikan dengan surat edaran Protokol Petunjuk
Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama Pandemi Covid-19.
Pada SOP untuk pelaksanaan ANC dilakukan pelayanan dan pemeriksaan oleh bidan.
Tapi saat pandemic SOP ada perubahan karena mengikuti protocol kesehatan, bidan harus
memakai APD sebelum memberikan pelayanan dan ibu hamil yang di periksa harus dalam
kondisi tidak demam, tidak ada gejala flu dan tidak ada kontak erat dengan pasien covid
dan tidak melakukan perjalanan keluar daerah yang merupakan tambahan untuk SOP ANC
selama pandemi Covid-19 dan lainnya dilakukan pemeriksaan seperti biasa (Hasugian et
al., 2021).

27
Sebelum dilaksanakan Pelayanan ANC, petugas menggunakan APD level 2 dan
melakukan screening faktor risiko Covid-19. Sesuai dengan rekomendasi Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) bahwa standar APD untuk pelayanan KIA yaitu
pelindung kepala, pelindung wajah, masker bedah, gain, sarung tangan, sepatu yang
tertutup dan wajib dilakukan screening yang dapat dilakukan secara sebelum ke fasilitas
kesehatan. Adapu pelayanan langsung tatap muka dengan tetap mengikuti protocol
kesehatan dilakukan di halaman terbuka, dengan alat pelindung diri, menggunakan
penyekat dan menjaga jarak. Hal ini di rekomendasikan oleh Kementrian Kesehatan tahun
2020 bahwa pelayanan di klinik atau fasilitas public harus ada pengaturan dan tata letak
kursi tunggu minimal 1 meter atau memberi tanda pada kursi yang tidak boleh digunakan
(Sunarto & Yasin, 2021).

28
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ibu hamil dapat melakukan pencegahan terhadap Covid-19 dengan melakukan


beberapa hal antara lain cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan
handsanitizer, menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit, dan
menggunakan masker dengan benar.
2. Ibu hamil tetap melakukan pemeriksaan ANC,sebelumnya telah dilakukan janji temu
dan anamnesa melalui media online untuk mengetahui faktor resiko dan gejala Covid-
19.
3. ANC ke-1 pada trimester 1 yaitu dilakukan ANC seperti biasa kemudian melakukan
skrining faktor resiko. Jika ada gejala maka akan di rujuk ke RS dan dilakukan swab
tes.
4. ANC ke-2 pada trimester 1,ANC ke-3 pada trimester 2, ANC ke-4 pada trimester 3,
ANC ke-5 pada trimester ke-3
5. ANC ke-6 pada trimester ke-3 dilakukan untuk skrining faktor risiko persalinan oleh
dokter dengan menerapkan protokol kesehatan.
6. Ibu hamil yang telah sembuh dari Covid-19 dapat melanjutkan asuhan antenatal dan
melengkapi perawatan yang terlewat dan ibu dengan sakit berat dilakukan
pemeriksaan USG setelah 14 hari sembuh dari Covid-19 untuk melihat pertumbuhan
janin.
B. Saran

a. Ibu hamil
Diharapkan ibu hamil dapat melakukan kunjungan ANC sesuai dengan pedoman
pelayanan ANC dimasa pandemic covid yaitu minimal 6x dengan rincian 2x pada
Trimester 1, 1x pada Trimester 2, dan 3x pada Trimester 3. Minimal 2x diperiksa
oleh dokter pada kunjungan pertama pada Trimester 1 dan pada kunjungan ke-5 pada
Trimester 3. Kepatuhan kunjungan ANC di masa pandemic covid ini diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.

29
b. Tenaga Kesehatan
Diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan ANC sesuai SOP di masa pandemic
covid. Adanya peningkatan kualitas pelayanan ANC ini diharapkan dapat
meningkatkan cakupan layanan ANC, sehingga terjadi peningkatan derajat kesehatan
ibu dan bayi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah dan Nuryaningsih. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhamadiah Jakarta.
Federasi Obstetri dan Ginekologi International. (2016). Three Years Report 2009- 2012. London:
FOGI.
Armini, N.K.A. et al. (2016) Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2. Surabaya : Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga.
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Agustina, Winda. 2019. Perbandingan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil yang Mengonsumsi
Tablet Besi dengan dan tanpa Vitamin C di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama
Tahun 2019. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. Vol 2, Edisi 2
Kemenkes RI. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kemenkes RI. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
hk.01.07/menkes/328/2020 tentang panduan pencegahan dan pengendalian, 2019
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) § (2020).
Kemenkes RI. (2020c). Pedoman dan Pencegahan Coronavirus (COVID- 19). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. https://doi.org/10.33654/math.v4i0.299.

Kemenkes, RI. 2019. “Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).”

Kemenkes, RI. 2020. “Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir
Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru.” Pp. 10–112 in Pedoman Pelayanan Antenatal,
Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru, Revisi 2.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

31
Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D. & Cania, 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Universitas
Lampung, VII(10), pp. 72-76.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Lestari, L. P. (2009). HUBUNGAN ANTARA KOMPLIKASI OBSTETRI DENGAN
KEMATIAN MATERNAL DI KABUPATEN CILACAP (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Lestari, Rini Hayu. (2020). Ante Natal Care (ANC) Terpadu. Yogyakarta : Bildung Nusantara
Padila. (2015). Asuhan Keperawata Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

POGI. 2020. “Rekomendasi POGI Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19) pada
Maternal (Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas).” Pp. 24–72 in Rekomendasi POGI
Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19) pada Maternal (Ibu Hamil, Bersalin
dan Nifas), Revisi 2. Jakarta: POKJA Infeksi Saluran Reproduksi Pengurus Pusat
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Hasugian, L. E., Zuska, F., J.Sitorus, M. E., Dachi, R. A., Brahmana, N. B., & Sinaga, L. V.
(2021). Analisis Pelaksanaan Pelayanan Anc Pada Masa Pandemi Covid-19 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Parlilitan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2021. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 7(2),
1236–1250.

Sunarto, S., & Yasin, F. (2021). Evaluasi Pelayanan Antenatal Care Puskesmas Tanon 1 Di Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi Covid 19. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas
Respati, 6(2), 121. https://doi.org/10.35842/formil.v6i2.352

32

Anda mungkin juga menyukai