“Covid-19”
Disusun Oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi yang menurut ibuk masih ada kekurangan
bahkan kesalahan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau
kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
2.1 Defenisi Covid-19....................................................................... 4
2.2 Etiologi Covid-19........................................................................ 5
2.3 Tanda dan Gejala Covid-19......................................................... 6
2.4 Patofisiologi dan Pemeriksanaan Penunjang Covid-19............... 6
2.5 Penatalaksanaan Medis Covic-19................................................ 9
2.6 Asuhan Keperawatan Covid-19................................................... 17
2.7 Pengkajian Khusus Pada Pasien Covid-19.................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Covid-19 merupakan jenis baru dari virus corona yang hingga saat ini
belum ditemukan vaksin untuk penyembuhan Covid-19 (Caroline, Januari 2020,
www.who.int). Menurut World Healt Organization Covid-19 adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh jenis corona virus, corona virus adalah suatu
kelompok yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa
jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi salurannafas pada manusia
mulai batuk, pilek hingga yang lebih serius adalah Midle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Covid-19 baru ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember
tahun 2019. Pada tanggal 11 Maret 2020 World Healt Organization (WHO)
menetapkan wabah Covid-19 yang sebelumnya hanyaterjadi di Wuhan dan
Tiongkok ditingkatkan menjadi status pandemi karena penyebaran virus tersebut
sudah sampai ke negara-negara lain serta menjangkit banyak orang. Jumlah
negara yang menginformasi kasus positif saat status pandemi ditetapkan
berjumlah 114 negara dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terjangkit Covid-19 dengan kasus
pertama terjadi pada tanggal 2 Maret 2020 hingga data terakhir 22 April 2020
sebanyak 7.418 terkonfirmasi positif Covid-19 (Gloria, 22 April 2020,).
Peningkatan jumlah kasus yang cepat perharinya di Indonesia mengharuskan
pemerintah mengambil langkah untuk pencegahan penyebaran virus dengan social
distancing atau jaga jarak sosial dimana pemerintah menetapkan kebijakan
meliburkan proses pembelajaran di sekolah ataupun perkuliahan dengan
mengganti pembelajaran berbasis daring, tempat hiburan yang dibatasi serta
beberapa perkantoran yang menerapkan Work From Home (WFH) di awal kasus
Covid-19 terjadi sebagai langkah pencegahan penularan (Callistasia, 7 April
2020).
Pada tanggal 10 April 2020 pemerintah kembali menetapkan kebijakan
yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah yang memiliki kasus
1
Covid-19 terbanyak atau berada pada wilayah zona merah serperi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi dan wilayah lainya untuk menekan jumlah persebaran
Covid-19 (Wijaya, 7 April 2020).
Dalam pentapan pembatasan sosial berskala besar ada enam kegiatan inti
dalam aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yaitu peliburan sekolah
dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di
tempat umum atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya,
pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainya khusus terkait
aspek pertahanan dan keamanan (hukor.kemkes.go.id). Penetapan pembatasan
sosial berskala besar otomatis mengakibatkan banyak sektor terganggu seperti
sektor transportasi, pariwisata, pendidikan, hiburan, otomotif, kecantikan, ritel,
jasa hingga properti. Pertumbuhan perekonomian mengalami penurunan akibat
adanya pandemi Covid-19. Menteri keuangan Sri Mulyani memperkirakan
proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 2,3% karena virus corona,
namun kondisi terburuk yang terjadi ekonomi Indonesia akan minus hingga 0,4%
(Makki, 1 April 2020).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Covid-19
2. Untuk mengetahui etiologi Covid-19
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Covid-19
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pemeriksaan penunjang Covid-19
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Covid-19
2
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Covid-19
7. Untuk mengetahui pengkajian khusus pada pasien Covid-19
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020), Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar
virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan, sedang sampai
berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak
(civetcats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Di akhir tahun 2019
telah muncul jenis virus corona baru yakni coronavirus disease 2019 (COVID-
19).
Menurut WHO (2020a), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit
pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan
khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki komorbit seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker memungkin
tertular COVID-19. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang
disebabkan oleh turunan coronavirus baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus,
dan ‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel
coronavirus’ atau ‘2019- nCoV.
Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus
yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa
jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-19
adalah penyakit coronavirus zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan
sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Menurut Gennaro et al., 2020,
penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus RNA, dengan penampakan
seperti mahkota di bawah mikroskop elektron karena adanya paku glikoprotein
pada amplopnya.
4
2.2 Etiologi Covid-19
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S
(spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6
jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E
(alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik,
dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas
dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan
nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2. Belum dipastikan berapa lama
virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini
menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang
berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian
(Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama
72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada
tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-
COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali
khlorheksidin).
5
2.3 Gejala Dan Tanda Covid-19
Infeksi COVID-19 cukup bervariasi dalam menimbulkan gejala pada
pasien yang terinfeksi. Rerata gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah
periode inkubasi yang berlangsung selama kurang lebih 5,2 hari. Periode sejak
awal muncul gejala sampai pada kematian memiliki rentang waktu dari 6-41 hari
dengan median sekitar 14 hari. Rentang waktu tersebut tergantung dengan sistem
imun pasien dan umur pasien. Waktu tersebut lebih pendek pada pasien diatas
umur 70 tahun dibandingkan dengan dibawah umur 70 tahun.
Gejala paling umum adalah demam, batuk, dan merasa cepat lelah. Gejala
lain seperti peningkatan jumlah sputum, sakit kepala, hemoptysis, diare, dyspnea
tidak selalu termanifestasi pada semua pasien. Gambaran klinis pada computed
tomography scan (CT Scan) toraks tampak seperti pneumonia, tetapi terdapat
gambaran abnormal seperti cedera jantung akut, ARDS, dan insiden terlihatnya
ground-glass opacities pada regio subpleural pada kedua lapang paru yang
menyebabkan meningkatnya respons imun lokal dan sistemik yang akan
meningkatkan proses inflamasi.
6
menetapkan penetrasi berikutnya yang berubah. MERS- coronavirus
mengaplikasikan dipeptidyl peptidase 4 (DPP4), sementara HCoV-NL63 dan
SARScoronavirus membutuhkan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2)
sebagai kunci reseptor. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel
host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host
diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama
dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada
studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim
ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa
oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus
halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk
selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi
dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari
kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr,
2015).
7
kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory
syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
Ada tujuh tipe virus corona yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu
dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43,
HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV),
dan severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang
ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa
di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43
ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti
kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut laringotrakeitis
(croup). Ada 3 tahap virus corona ini bisa menginfeksi manusia.
2. Saluran napas atas dan konduksi respon saluran pernapasan (beberapa hari
berikutnya) Virus tersebut kemudian berpropagasi, dan bermigrasi
menelusuri saluran pernapasan bawah di sepanjang konduksi jalur
pernapasan, dan muncul respon imun innate. 80% pasien akan dipantau di
rumah masing-masing dan penyakit ini ringan sedang dan biasanya
terbatas ke jalur pernapasan.
8
2. Pemeriksaan Penunjang (Pdpi, 2020)
c) Bronkoskopi
9
antibodipositif pada anak dengan kecurigaan MIS-C, walaupun hasil PCR SARS-
CoV2 negatif, diagnosis MIS-C tetap dapat ditegakkan. Hal ini didasarkan
atasmanifestasi klinis MIS-C dapat timbul setelah 2-4 minggu pasca awitan.Pada
saat ini WHO (16 Desember 2020) memasukkan rapid antigensebagai tes
diagnostik dalam penegakkan kasus COVID-19. Penggunaan tes inidapat
membantu apabila sarana pemeriksaan RT-PCR terbatas, harganya lebihmurah
dan hasil lebih cepat. Namun, perlu ketepatan dalam waktu dan cara pengambilan
sampel.Tata laksana kasus suspek/probable/konfirmasi suspek COVID-19.
- Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
- Selalu menggunakan masker jika ke luar kamar dan
saatberinteraksi dengan anggota keluarga
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin
10
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
- Upayakan kamar tidur sendiri/terpisah
- Upayakan WC/toilet terpisah, apabila tidak memungkinkan
menggunakan WC/toilet paling akhir (setelah anggota keluarga
lainnya)
- Menerapkan etiket batuk (diajarkan oleh tenaga medis)
- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
- Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
- Pakaian yang telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalamkantong
plastik /wadah tertutup yang terpisah dengan pakaiankotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci (siapa tau gakpunya mesin
cuci)
- Membersihkan lingkungan kamar dan WC/toilet yang digunakan
- Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi, jam 12 siang dan jam
19 malam
- Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh >38°C, sesak napas, atau
munculnya keluhan kesehatan lainnya
Lingkungan/kamar:
Keluarga:
11
- sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit
- Anggota keluarga senantiasa pakai masker
- Jaga jarak minimal 1-meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan
- bersih
- Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi
- udara tertukar
- Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkin
- tersentuh pasien misalnya gagang pintu dll.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan PCR ulang mengikuti panduan di atas.
c. Non-farmakologis
Nutrisi adekuat
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi
kontak erat tanpa gejala).
d. Farmakologis
Perawatan suportif
Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun
maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;12-18 tahun
maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hariatau obat suplemen lain
dapat dipertimbangkan untukdiberikan meskipun evidence belum
menunjukkan hasil yangmeyakinkan.
Pada pasien dengan gejala ringan namun memiliki komorbid,
perludipertimbangkan tata laksana sebagaimana pasien dengan gejala
12
sedang
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan swab PCR mengikuti ulang mengikuti panduandi atas
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dengan hitung jenis dan foto
toraks, jika memungkinkan diperiksa pula CRP.Pemeriksaan lain
seperti fungsi hati, fungsi ginjal, danpemeriksaan lainnya sesuai
indikasi/sesuai komorbid.
Orangtua penunggu pasien diperiksakan swab naso-orofaring
c. Non-farmakologis
Oksigenasi. Pada keadaan ini terdapat takipnu yang secara cepat
menjadi hipoksia, maka perlu disiapkan oksigen
Infus cairan maintenance
Nutrisi adekuat.
d. Farmakologis
Perawatan suportif
Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2
Antibiotik empirik lebih disukai dosis tunggal atau sekalisehari karena
alasan infection control, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam
pada kasus pneumonia komunitas atauterduga ko-infeksi dengan
bakteri dan/atau Azitromisin 10mg/kg jika dicurigai disertai dengan
pneumonia atipika(DPJP dapat memberikan jenis antibiotik lain sesuai
dengankeputusan klinis, dengan menyesuaikan dengan pola
kumanrumah sakit)
Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza diberikanOseltamivir
< 1 tahun: 3 mg/kg/dosis setiap 12 jam
> 1 tahun:
13
BB < 15 kg: 30 mg setiap 12 jam
Kortikosteroid
Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahunmaksimal
600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;12-18 tahun maksimal
1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hariatau obat suplemen lain dapat
dipertimbangkan untukdiberikan meskipun evidence belum
menunjukkan hasil yangmeyakinkan.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan swab PCR mengikuti panduan di atas
Orangtua penunggu pasien diperiksakan swab naso-orofaring
Pemantauan laboratorium darah rutin berikut dengan hitungjenis dan
foto toraks, ditambahkan dengan analisis gas darahuntuk menilai
kondisi hipoksia yang akurat dan CRP.Pemeriksaan fungsi ginjal,
fungsi hati, elektrolit, factor koagulasi seperti d-dimer, fibrinogen,
PT/APTT, penandainflamasi seperti ferritin, LDH, dan marker jantung
sepertitroponin/NT-pro BNP dan EKG sesuai indikasi.
c. Non-farmakologis
Terapi Oksigen
Infus cairan
Nutrisi adekuat, jika diputuskan menggunakan OGT/NGTmaka harus
dilakukan di ruangan isolasi tunggal ataubertekanan negatif dengan
menerapkan standard PPI denganAPD level 3.
14
d. Farmakologis
Perawatan suportif
Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2 (Tabel 2)
Antibiotik empirik lebih disukai dosis tunggal atau sekali sehari karena
alasan infection control, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam
pada kasus pneumonia komunitas atauterduga ko-infeksi dengan
bakteri dan/atau Azitromisin 10mg/kg jika dicurigai disertai dengan
pneumonia atipikal(DPJP dapat memberikan jenis antibiotik lain
sesuai dengankeputusan klinis, dengan menyesuaikan dengan pola
kumanrumah sakit)
Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza diberikanOseltamivir (dosis
seperti di penanganan kasus sedang)
Kortikosteroid
Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun
maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari; 12-18 tahun
maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hari
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan swab PCR mengikuti panduan di atas
Pemantauan laboratorium darah rutin berikut dengan hitung jenis dan
foto toraks, ditambahkan dengan analisis gas darahuntuk menilai
kondisi hipoksia yang akurat dan CRP.Pemeriksaan fungsi ginjal,
fungsi hati, elektrolit, faktorkoagulasi seperti d-dimer, fibrinogen,
PT/APTT, penandainflamasi seperti ferritin, LDH, IL-6 dan marker
jantungseperti troponin/NT-pro BNP, ekokardiografi dan EKG sesuai
indikasi.
15
c. Non-farmakologis
Terapi oksigen
Infus cairan
Nutrisi adekuat, jika diputuskan menggunakan OGT/NGT maka harus
dilakukan di ruangan tekanan negatif dengan menerapkan standard
PPI dengan APD level 3.
d. Farmakologis
Perawatan suportif
Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2
Antibiotik empirik lebih disukai dosis tunggal atau sekalisehari
karena alasan infection control, yaitu ceftriaxon IV 50-100
mg/kgBB/24jam pada kasus pneumonia komunitas atauterduga ko-
infeksi dengan bakteri dan/atau Azitromisin 10mg/kg jika dicurigai
disertai dengan pneumonia atipikal(DPJP dapat memberikan jenis
antibiotik lain sesuai dengankeputusan klinis, dengan
menyesuaikan dengan pola kumanrumah sakit)
Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza boleh diberikan
Oseltamivir Kortikosteroid
Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun
maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;12-18
tahun maksimal 1,8gram/hari) dan Zink 20mg/hariatau obat
suplemen lain dapat dipertimbangkan untukdiberikan meskipun
evidence belum menunjukkan hasil yangmeyakinkan.
Pemberian IVIG, kortikosteroid, antikoagulan, antiinflamasilain
seperti anti IL-6 diberikan dengan pertimbangan hati-hatimelalui
diskusi dengan tim COVID-19 rumah sakit.
16
2.6 Asuhan Keperawatan Covid-19
1. Pengkajian
Pada klien dicurigi Covid-19 memiliki 3 gejala utama demam, batuk, dan
sesak perlu dilakukan pengkajian :
Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci
perjalanan klien saat ditemukan klien demam dan penyakit pernafasan
akut
2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d klien mengeluh
demam tinggi, sehingga tekanan nadi memburuk, bibir kering dan suhu
mencapai 39-400C
b) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d klien mengeluh
sakit di tenggorokan, sehingga batuk tidak efektif, spuntum berlebih, dan
mengi
c) Ansietas b.d ancaman kematian d.d klien merasa khawatir, sehingga
tampak gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur
d) Gangguan pola tidur b.d tidak familiar dengan peralatan tidur d.d klien
mengeluh sulit tidur, sehingga tampak lingkaran hitam dibawah mata,
tampak tidak tenang, dan menangis
3. Rencana Keperawatan
17
- Tekanan nadi cukup lebih lembab
membaik - Observasi tekana - Mengetahui nadi
- Bibir lembab nadi klien klien
18
menurun
- Tidur teratur
19
Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh atau demam.
20
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari
karena tidak kenyamanan tersebut.
e) Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
f) Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada
otak.
g) Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam.
h) Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien lebih
banyak diam.
i) Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu
diam dan mudah marah.
j) Pola nilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
21
b) Palpasi
c) Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
d) Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni
(bunyi mengembik yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang
terauskultasi melalui dinding dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini
terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) daripada melalui jaringan normal.
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Sinar X
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
c) Pemeriksaan darah.
22
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Secara
laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000- 40.000/m dengan pergeseran
LED meninggi.
d) LED meningkat.
e) Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
h) Elektrolit
23
i) Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik
(CMV), karakteristik sel raksasa (rubella).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien pneumonia
adalah sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
c. Intoleransi aktivitas (D.0056)
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
24
1. Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Tujuan: Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Observasi
Di buktikan dengan : Setelah dilakukan intervensi
Monitor pola nafas
Gejala dan Tanda keperawatan selama
Mayor Subjektif: .......................bersihan Monitor bunyi nafas
Mengeluh sesak nafas jalan nafas meningkat dengan
Monitor sputum
kriteria hasil :
Objektif: 1. Produksi sputum
menurun Terapeutik
- Batuk tidak efektifatau Pertahankan kepatenan jalan
2. Mengi menurun
mampu batuk nafas dengan headtill chin lift
3. Whezing menurun
- Sputum berlebih/obstruksi Posisikan semifowler atau
jalan nafas 4. Dipsnea menurun fowler
Edukasi
Objektif:
Anjurkan asupan 2000 ml/hari
- Sianosis
Kolaborasi
- Bunyi nafas menurun
Kolaborasi pemberian bronkodilator
- Saturasi Oksigen berubah
25
- Pola nafas berubah
26
- kesadaran menurun Informasikan hasil pemantauan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervens
i
3 Intoleransi aktivitas (D.0056) Tujuan: Manajemen
Energi
Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan intervensi Observasi:
keperawatan selama maka Identifikasi gangguan fungsi
Gejala dan Tanda gangguan pertukaran gas tubuh yang mengakibatkan
Mayor Subjektif: meningkat dengan kriteria kelelahan
Mengeluh lelah hasil :
Monitor pola dan jam tidur
1. Kemudahan dalam
Objektif : melakukan aktivitas sehari- Monitor kelelahan fisik
Frekunsi jantung meningkat hari Meningkat dan emosional
Gejala dan Tanda Minor
2. Kekuatan tubuh bagian atas
Subjektif:
dan bawahMeningka Edukasi
- Dipsnea saat aktivitas
3. Keluhan lelah menurun
Anjurkan tirah baring
- Merasa lemas
4. Dispnea saat aktivitas
menurun Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Objektif :
- Tekanan darah berubah
(>20%) darikondisi Terapeutik:
istirahat
- Sediakan lingkungan
- Gambaran EKG
nyaman dan rendah stimulus
- Sianosis
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
27
yang menenangkan
Kolaborasi
Terapi Relaksasi
(I.09326) Observasi
Identifikasi perubahan tingkat
energi
4. Evaluasi
Dokumentasi evaluasi adalah merupakan catatan tentang indikasi
kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai
keefektifan parawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil
tindakan keperawatan (Hidayat, 2012).
Terdapat dua tipe evaluasi keperawatan menurut yaitu; evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian
perawatan, sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti diakhir
penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau diakhir kerangka
waktu tertentu, seperti diakhir sesi penyuluhan (Setiadi, 2012).
28
Tujuan keperawatan dapat dipenuhi jika dibuktikan dengan:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29
Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus
yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa
jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-19
adalah penyakit coronavirus zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan
sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Menurut Gennaro et al., 2020,
penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus RNA, dengan penampakan
seperti mahkota di bawah mikroskop elektron karena adanya paku glikoprotein
pada amplopnya.
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S
(spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6
jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E
(alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).
Infeksi COVID-19 cukup bervariasi dalam menimbulkan gejala pada
pasien yang terinfeksi. Rerata gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah
periode inkubasi yang berlangsung selama kurang lebih 5,2 hari. Periode sejak
awal muncul gejala sampai pada kematian memiliki rentang waktu dari 6-41 hari
dengan median sekitar 14 hari. Rentang waktu tersebut tergantung dengan sistem
imun pasien dan umur pasien. Waktu tersebut lebih pendek pada pasien diatas
umur 70 tahun dibandingkan dengan dibawah umur 70 tahun.
Gejala paling umum adalah demam, batuk, dan merasa cepat lelah. Gejala
lain seperti peningkatan jumlah sputum, sakit kepala, hemoptysis, diare, dyspnea
tidak selalu termanifestasi pada semua pasien. Gambaran klinis pada computed
30
tomography scan (CT Scan) toraks tampak seperti pneumonia, tetapi terdapat
gambaran abnormal seperti cedera jantung akut, ARDS, dan insiden terlihatnya
ground-glass opacities pada regio subpleural pada kedua lapang paru yang
menyebabkan meningkatnya respons imun lokal dan sistemik yang akan
meningkatkan proses inflamasi.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap dapat membantu pembaca
untuk memperoleh informasi mengenai Pasar Modal. Namun saya sadar bahwa
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan bantuan pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan
makalah selanjutnya dengan memberikan saran.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Moira, C. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Netrofil Limfosit Rasio
Pada Pasien Terkonfirmasi Covid-19 Bergejala Ringan Sedang Di
Rumah Sakit Siloam Kelapa Dua.
https://www.papdi.or.id/pdfs/938/Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-
19%20edisi%202.pdf
Laili, S. I. (2020, September 16). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus
Covid 19. Retrieved from Scribd: https://id.scribd.com
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1210/1/KIAN%20KELOMPOK%208.pdf
33