PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mekanisme coping
2. Untuk mengetahui definisi mekanisme coping menurut para ahli
3. Untuk mengetahui macam-macam coping
4. Untuk mengetahui jenis-jenis coping
5. Untuk menngetahui jenis-jenis coping yang konstruktif atau yang sehat
6. Untuk mengetahui darimana sumbeer coping
7. Untuk mengetahui bagaimana penggolongan mekanisme coping
8. Untuk mengetahui apa saja strategi coping
9. Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi coping
10. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam coping
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang
mengancam dirinya (pertahanan diri/maladatif) atau untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi(mekanisme koping/adaptif).Adanya masalah-masalah
yang mengancam pribadi dan kehidupan akan muncul reaksi adaptif atau
maladatif,dimana masalah tersebut akan memunculkan kecemasan ringan,maka
mekanisme koping yang digunakan masih dalam taraf normalatau adaptif/positif.
Ketika kecemasan menjadi kecemasan sedang atau lebih/hebat maka
kecemasan tersebut seringkali dihadapi dengan 2 tipe mekanisme koping yaitu
reaksi atas orientasi tugas (menyelesaikan masalah)dan mekanisme
pertahanan ego (tanpa kesadaran dan pemikiran yang tidak
rasional/maladatif/negative)
C. Macam-macam koping
1. Fisiologis
Manifestasi stress pada aspek fisik bergantung pada:
a.Persepsi/ penerimaan individu pada stress
b.Keefektifan pada strategi koping
2. Psikologis
Dalam aspek ini di bagi menjadi dua yaitu cara penyesuaian yang berorientasi pada
tugas dan berorientasi pada pembelaan ego
Cara ini mungkin terbuka atupun mungkin terselubung dan dapat berupa:
1). Serangan atau menghadapi tuntutan secara frontal
2). Penarikan diri atau tidak tahu akan hal itu
3). Kompromi
Umpamanya bila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka mungkin ia akan bekerja
lebih keras(serangan) atau menghadapinya secara terang terangan ataupun menarik
diri dan tidak mau berusaha lagi(penarikan diri) atau mengurangi keinginannya lalu
memilih jalan tengah (kompromi)
b. Cara penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego atau pembelaan diri.
Sering disebut mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk melindung diri
yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.
D.Jenis-jenis koping
1. Tindakan langsung (Direct Action) koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku
yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan dan luka. Ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan.
Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang di alami.
Ada empat macam koping jenis tindakan langsung:
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang
dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau
menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.
c. Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya
sehingga individu memilh cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang
mengancam tersebut
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara
individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang
melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi
yang mengancam tersebut.
2. Peredaan atau Peringanan (pallitation) koping jenis ini mengacu pada mengurangi
atau menghilangkan atau mentoleransi tekanan-tekanan kebutuhan atau fisik, motorik
atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang
bermasalah. Atau bisa di artikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini,
posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu
dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat
membohongi diri sendiri terhadap realita yang ada, baik realita yang ada diluar (fakta
atau kebenaran) maupun realita yang ada di dalam ( dorongan atau impuls atau nafsu).
Mekanisme pertahanan bersifat menyaring realita yang ada sehingga individu
bersangkutan tidak bisa memahami hakekat dari keseluruhan realita yang ada. Ini
membuat sebagian besar ahli menyatakan koping jenis mekanisme pertahanan diri
merupakan yang tidak sehat kecuali sublimasi.
Mekanisme pertahanan tidak dapat disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri
yang terus menerus. Dengan cara begitu individu bisa mengetahui jenis meekanisme
pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantikannya dengan koping
yang lebih konstruktif.
Harber & Runyon (1984) yang di kutip dalam siswanto menyebutkan jenis-jenis
koping yang di anggap konstruktif, yaitu:
1. Penalaran (Reasioning)
Yaitu pengguanaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam
alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilh salah satu alternative yang di
anggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai
informasi yang relevanberkaitan dengan persoalan yang di hadapi, kemudian membuat
alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilh alternatif yang paling
menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang di
peroleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara-antara komponen emosional dal logis
dalam pemikiran, penalaran, maupun tingkah laku. Kemampuan untuk melakukan
koping jenis ini masyarakat individu yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya sehingga individu mampu memilah dan membuat keputusan yang
tidak semata di dasari oleh pengaruh emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada pesoalan yang
sedang di hadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi,
sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak terasa
sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan individu
yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya, sehingga
persoalan di artikan secara baru, yaitu sebagai persoalan yang biasa, wajar dan dialami
oleh orang lain juga.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada
sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang
lebih konstruktif. Koping supresi juga mengandaikan individu memililki kemampuan
untuk mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul , pikiran sadarnya tetap
bisa melakukan control secara baik
6. Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat
tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjealasan tersebut.
Kemampuan melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif
hidup yang matang, luas dan memeiliki rasa aman yang cukup.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatau dari pandangan orang lain. Kemampuan
empati ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan mengahayati
perspektif pengalaman orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi
semakin kaya dalam kehidupan batinnya.
APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang
sehat merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan paling baik
dibandingkan dengan jenis koping lainnya. Maka jenis koping yang sehat lainnya
adalah:
1. Antisipasi
Antisipasi merupakan berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu
perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik – konflik emosional atau pemicu
stress baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat dari konflik
atau stress tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling
sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang
lain dan bersahabat dengan mereka. Dia mampu mencari sumber-sumber dari orang
lain dan mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. Altruisme
Merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang
lain.
Menurut Wiscar dan Sandra Sumber koping terdiri menjadi 2 faktor. Faktor dari
dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor dari dalam meliputi : umur dimana semakin tinggi umur koping individu
semakin baik, kesehatan dan energi , system kepercayaan termasuk kepercayan
ekstensial (iman, kepercayaan, agama) komitmen atau tujuan hidup, pengalaman masa
lalu, tingkat pengetahuan atau pendidikan semakin tinggi individu mudah untuk mencari
informasi, jenis kelamin perempuan lebih sensitive dari laki-laki, perasaan seseorang
seperti harga diri, control dan kemahiran, keterampilan, pemecahan masalah. Teknik
pertahanan, motivasi
2. Faktor dari luar meliputi: dukungan sosial, sumber material atau pekerjaan, pengaruh
dari orang lain, media massa. Dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi
terhadap seseorang atu lebih dengan tiga ktegori yaitu dukungan emosi dimana
seseorang merasa dicintai, dukungan harga diri dimana mendapat pengakuan dari
orang lain akan kemampuan yang dimiliki, perasaan memiliki dalam sebuah kelompok.
H. Strategi koping
Para ahli menggolongkan dua strategi koping yang biasanya di gunakan oleh
individu:
1. Problem-solving focused coping
Dimana individu secara aktif mencari penyelesaian masalah untuk menghilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
2. Emotion-focused coping
Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangaka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan di timbulkan suatu kondisi dari suatu
tekanan.
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber
daya individu, yaitu:
1. Kesehatan fisik
Merupakan hal yang penting karena dalam hal mengatasi stress individu dituntut
menggunakan energy yang lebih besar.
4. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai norma
sosial di masyarakat
5. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional serta pengaruh
dari orang lain( teman, keluarga, guru, petugas kesehatan, dll)
6. Materi atau Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan sesorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik
8. Jenis kelamin
Bahwa jenis kelamin adalah faktor penting dalam perkembangan koping seseorang.
9. Pendidikan
Bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.(ahyarwahyudi,2010)
J. Metode koping
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah
psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell, 1977 yang di kutip Rasmun, dua metode
tersebu antara lain:
1. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara
efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang
lama.
Contohnya adalah:
1. Berbicara dengan orang lain”curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman,
keluarga, atau profesi tentang masalah yang di hadapi.
2. Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang di hadapi.
3. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan
supranatural.
4. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah.
5. Membuat berbagai alternatif tindakan atau untuk mengurangi situasi
6. Mengambil pelajaran dan peristiwa atau pengalaman masa lalu.
2. Metode jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress atau ketegangan
psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif untuk di
gunakan dalam jangka panjang.
Contohnya adalah:
1. Menggunakan alcohol atau obat
2. Melamun atau fantasi
3. Mencoba melihat asoek humor dari situasi yang tidak menyenangkan
4. Tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
5. Banyak tidur
6. Banyak merokok
7. Menangis
8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah. (Rasmun,2004)
DAFTAR PUSTAKA