Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

“KKP GAGAL TUMBUH”

Dosen Pembimbing : Bu Edita Pusparatri, M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Fauziyah

Kelas : 2B

NIM : 132021030095

Semester :3

FAKULTAS KESEHATAN PRODI S1-KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2022


A. DEFINISI

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang
cukup lama (Ngastiyah, 1997).

Kekurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein
maupun energi (Sediatoema, 1999).

Kekurangan kalori protein (KKP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya energi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG) (Depkes, 1999).

Gagal tumbuh atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Failure to Thrive digunakan
untuk menggambarkan seorang anak yang tumbuh lebih lambat dibandingkan anak-anak lain
pada usia yang sama.Gagal tumbuh adalah keadaan pada bayi atau anak yang berhubungan
dengan kegagalan anak untuk tumbuh baik secara mental, fisik, maupun emosional yang tidak
dapat mencapai potensi pertumbuhan sesuai dengan usianya. Meskipun sering ditemukan pada
anak berusia dua tahun, gagal tumbuh dapat terjadi kapan saja pada seorang anak. Hal ini dapat
dilihat dari pengukuran berat badan maupun tinggi badan anak semenjak bayi hingga berusia
lima tahun yang kemudian dibandingkan dengan tinggi badan dan berat badan anak normal
seusianya. Ketika tinggi badan dan berat badan anak berada jauh di bawah tinggi badan dan
berat badan normal sesuai anak seusianya, anak tersebut harus dievaluasi secara medis, fisik,
dan psikologis. Namun terdapat kemungkinan bahwa seorang anak berperawakan pendek
sebagai suatu variasi normal karena faktor keturunan. Variasi normal juga mungkin terjadi
karena keterlambatan dalam pertumbuhan yang biasanya akan mengalami kejar tumbuh dengan
anak seusianya pada masa pubertas (Dr. Aman Bhakti Pulungan Sp.A (K), 2015).
B. ETIOLOGI

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai tekanan,
sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi
klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor). Penyebab tak langsung dari KKP
sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan causa multifactoral.
Penyebab utama dari KKP adalah makanan yang sangat sedikit mengandung protein (terutama
protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran
yang mengandung karbohidrat.

Penyebab KKP yang lain yaitu:

1. Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena
alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang makanan.
2. Adanya infeksi.
3. Diare akan mengganggu penyerapan makanan.
4. Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh
akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan.
5. Kekurangan ASI

C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Marasmus Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh
akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino
yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan
keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh dari tubuh.

Patofisiologi Kwashiorkor Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme


jaringan yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan
metabolisme. Makin kekurangan asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem. Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu,
dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
D. PATHWAYS
E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinis Anak dengan KKP :

a) Kwashiorkor :

1. Edema tubuh, terutama pada bagian punggung kaki

2. Wajah membulat dan sembab

3.Rambut tipis dan kemerahan seperti rambut jagung

4. Atrofi/pengecilan otot

5. Kulit terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menajdi cokelat dan
kehitaman dan terkelupas

6.Sering disertai penyakit infeksi akut seperti diare

b) Marasmus :

1.Tampak kurus, seperti tulang yang tinggal terbungkus kulit

2.Wajah seperti orang tua

3.Kerusakan integritas kulit yaitu keriput

4.Perut cekung

5.Disertai penyakit infeksi seperti diare kronik atau konstip


F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan (KKP) Kurang Kalori Protein:

1. Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin

2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit

3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic Penatalaksanan KKP berat
dirawat inap dengan pengobatan rutin:

I. Atasi atau cegah hipoglikemi Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala <
35 derajat celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering
penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl,
berikan :
a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara
oral atau sonde / pipa nasogastric
b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan
¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
c.Berikan antibiotik
d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam
II. Atasi atau cegah hipotermi Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat
lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu,
selimuti.
c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat celcius.
III. Atasi atau cegah dehidrasi Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali
keadaan syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati-hati, tetesan pelan-pelan
untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu
resomal (rehydration Solution for malnutrition atau pengantinya).
Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus
diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara
oral atau lewat pipa nasogastric
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ; jumlah yang tepat
harus diberikan tergantung berapa baanyak anak menginginkannntya dan banyaknya
kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus sejumlah
yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.
IV. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium
tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)msering
terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil
pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik). Berikan:

a) Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari)

b) Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15mgKCL/kgBB/hari)

c) Siapkan makanan tanpa beri garam

Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan tambahkan langsung pada
makanan. Penambahan 20ml larutan pada 1 liter formula. Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu
:

a) Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro

b) Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian
suplementasi Zn, selain itu :

a) Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1% selama 10 menit.

b) Beri salep (Zn dengan minyak kastor)

c) Jaga daerah perineum agar tetap kering

d) Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.

e) Diare melanjut

Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara berhati-
hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya diare. Bila mungkin
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama
7 hari.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut WHO untuk pemeriksaan atau pengkajian pada pasien dengan kekurangan kalori
protein (KKP) sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Fisik

a) Kaji tanda-tanda vital.


b) Kaji perubahan status mental, pada anak apakah anak nampak cengeng atau apatis.
c) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi
hati, pankreas dan usus.
d) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan
membran mukosa.
e) Pengamatan pada output urine.
f) Kaji perubahan pola eliminasi.
g) Perhatikan apakah ada ditemukan gejala seperti diare, perubahan frekuensi BAB, dan di
tandai adanya keadaan lemas dan konsistensi BAB cair.
h) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari.
i) Perhatikan apakah ada dijumpainya gejala mual dan muntah dan biasanya ditandai
dengan penurunan berat badan.
j) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku
anak melalui rangsang.
Kemudian untuk menegakkan diagnose pada Kekurangan Kalori Protein ini juga bisa didukung
dengan pemeriksaan penunjang :
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
▪ Pemeriksaan darah tepi untuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia ringan sampai
sedang, umumnya
▪ pada KKP dijumpai berupa anemia hipokronik atau normokromik.
▪ Pada uji faal hati: Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat
rendah, trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
▪ Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
▪ Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah puasa : 70-110 mg/dl, Waktu
tidur : 110-150 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160 mg/dl, 2 jam setelah makan : < 125 mg
/ dl
▪ Asam lemak bebas normal atau meninggi.
▪ Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.\
▪ Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah
maupun meninggi.
▪ Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan
indeks hidroksiprolin menurun.
▪ Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus
perlemakan berat.
▪ Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
▪ Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
▪ Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amylase, esterate, kolin esterate,
transminase dan fosfate alkali. Aktifitas enzim pancreas dan xantin oksidase berkurang.
▪ Defisiensi asam folat, protein, besi.
▪ Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino
meningkat.
b) Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.

J. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang : nama
perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan
topik yang akan dibicarakan.

b. Usia dan nomor Rekam Medik.

c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk

a. Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :

b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :

A. Data Subjektif
1) Rasio berat badan

a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.

b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.

2) Tinggi aktivitas

Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak lesu dan tidak
bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

3) Masukan atau intake nutrisi

a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan.

b) Melaporkan / terlihat kurang makan.

4) Diet

Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

5) Pengetahuan tentang nutrisi

Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.

B. Data Objektif

1) Data umum

a) Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas bila
ditarik).

b) Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada
warna kulit anak sehat.
c) Tinja encer

Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.

d) Adanya ruam “bercak bersepih”

Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda /
bahkan ulkus di bawahnya.

e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan

f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan
protein.

g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.

h) Adanya anemia yang berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.

i) Mulut dan gigi

Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.

j) Kaji adanya anoreksia, mual.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa : Resiko feksi b.d Imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh).

NOC :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan diagnosa “Resiko Infeksi”

diharapkan setelah 1x 24 jam perawat dapat:.


a) Titer antibody
b) Kontrol Kehilangan berat badan
c) Skiring infeksi saat ini

NIC :

a) Tentukan status gizi dan kemampuan psien untuk memenuhi kebutuhan gizi
b) Berikan tawaran pilihan makanan sambil berikan bimbingan terhadap pilihan makanan
tersebut
c) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan

2. Diagnosa : ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare dan
ketidakmampuan mencerna makanan.

NOC :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi dengan kreteria ;
toleransi terhadap makanan, diare, penurunan berat badan

NIC :

a) Tentukan riwayat diare


b) Ambil tinja ntuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas
c) Ajari pasien penggunaan obat antidiare secara tepat
d) Anjurkan pasien menghindari makanan pedas dan yang menimbulkan gas dalam perut\

3. Diagnosa : defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan

NOC :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi dengan kreteria;
manajemen kelainan makanan, managemen diet yang disarankan dan gaya hidup sehat

NIC :

a) Tentukan status gizi dan kemampuan psien untuk memenuhi kebutuhan gizi
b) Berikan tawaran pilihan makanan sambil berikan bimbingan terhadap pilihan makanan
tersebut
c) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
4. Diagnosa : resiko keterlambatan perkembangan b.d gangguan kogenital (kelainan pada otot)

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi dengan
kreteria; berat badan : massa tubuh

NIC :

a) Tentukan populasi target untuk pemeriksaan kesehatan


b) Berikan prosedur kenyamanan saat skiring
c) Berikan informasi skiring pemeriksaan dini

L. INTERVENSI (SDKI, SLKI, SIKI)

No. SDKI SLKI SIKI


Ds
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
a) Tanda Mayor tindakan keperawatan Observasi :
Subjektif : - 1x24 jam maka status ▪ Identifikasi
Objektif : nutrisi membaik status nutrisin
▪ Berat badan menurun minimal Kriteria hasil : ▪ Monitor berat
10% dibawah rentang normal ▪ Porsi makanan badan
b) Tanda Minor yang Terapeutik :
Subjektif : dihabiskan ▪ Sajikan
▪ Cepat kenyang setelah makan ▪ Berat badan makanan
▪ Kram/nyeri abdomen ▪ Indeks massa secara menarik
▪ Nafsu makan menurun tubuh (IMT) dan suhu yang
Objektif : ▪ Frekuensi sesuai
▪ Bising usus hiperaktif makanan ▪ Berikan
▪ Otot pengunyah lemah makanan
▪ Otot menelan lemah tinggi kalori
▪ Membran mukosa pucat dan tinggi
▪ Sariawan protein
▪ Serum albumin turun Edukasi :
▪ Rambut rontok berlebihan ▪ Anjurkan
▪ Diare posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi
▪ Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Setelah dilakukan Perawatan Integritas
a) Tanda Mayor tindakan keperawatan Kulit
Subjektif : - 1x24 jam makan Observasi :
Objektif : integritas kulit dan ▪ Identifikasi
▪ Kerusakan kulit dan/atau lapisan jaringan meningkat penyebab
kulit Kriteria Hasil : gangguan
b) Tanda Minor ▪ Kerusakan integritas kulit
Subjektif : - jaringan Terapeutik :
Objektif : ▪ Kerusakan ▪ Gunakan
▪ Nyeri lapisan kulit produk
▪ Pendarahan berbahan
▪ Kemerahan petroleum atau
▪ Hematom minyak pada
kulit kering
Edukasi
▪ Anjurkan
menggunakan
pelembab
▪ Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
▪ Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur

Anda mungkin juga menyukai