STROKE
Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
A. DEFINISI .................................................................................................................................. 3
B. ETIOLOGI ............................................................................................................................... 3
D. PATOFISIOLOGI ................................................................................................................... 5
E. PATHWAY ............................................................................................................................... 6
F. KOMPLIKASI .......................................................................................................................... 7
G. PENATALAKSANAAN.......................................................................................................... 8
2
A. DEFINISI
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karna terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. (Purwanto. 2016)
Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul mendadak, progresif dan cepat akibat
gangguan peredaran darah pada otak non traumatik, gangguan tersebut secara mendadak
menimbulkan gejala antara lain kelumpuhan sesisi wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar,
bicara tidak jelas (pelo). perubahan kesadaran, penglihatan dan lain-lain (Riskesdas, 2018)
B. ETIOLOGI
1) Stroke Iskemik
Stroke Iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif dan Kusuma 2016). Stroke
iskemik bisa disebabkan oleh beberapa faktor/problem yang bisa dikelompokkan menjadi
3, yaitu masalah pembuluh darah, jantung, dan substrat darah itu sendiri.
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik sekitar 20% dari seluruh kasus stroke. Pada stroke ini lesi
vaskuler intracerebral mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan di subranoid
/langsung ke dalam jaringan otak, perdarahan dapat secara cepat menimbukan gejala
neurogen karena tekanan pada struktur saraf di dalam tengkorak. Brasanya stroke
hemoragik secara cepat menyebabkan fungsi otak dan kehilangan kesadaran. (Yusmara,
2017)
3
C. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum manifestasi klinik pada penyakit stroke yaitu mengalami kelemahan pada
satu sisi tubuh, ketidakmampuan untuk berbicara, kehilangan penglihatan, vertigo dan sakit
kepala mungkin dapat terjadi (Wells 2015).
a. Sering pusing disertai mual dan pening yang berlangsung terus menerus meskipun telah
minum obat penahan rasa sakit.
b. Muka terasa tebal, telapak tangan dan kaki tersa kebas /mati rasa.
c. Koordinasi anggota gerak (tangan dan kak) tidak seperti biasanya, misal sulit digerakkan.
4
D. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran
darah setiap bagian otak terlambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan
oksigen ke jaringan otak. Kekurangan jaringan oksigen selama 1 menit dapat mengarah pada
gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron - neuron. Area nekrotik
kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat dari bekuan darah,
udara, plaque, atheroma, flakmen lemak.
Jika stroke maka hemoragik dan faktor pencetus adalah hipertensi, abnormalitas vaskuler,
aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragik. Pada CVA
thrombosis atau metabolik otak akan mengalami iskemia dan infark sulit ditentuikan. Ada
peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama hingga dapat terjadi edema
serebral dan meningkat tekanan kranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya
tergantung pada daerah otak dapat terjadi dimana yang terkena dan luasnya saat terkena.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri yang
membentuk sirkulasi willisi yaitu arteri kerotis interna dan sistem vestebro basilar dan semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah kejaringan otak tertuputus selama 15
sampai 20 menit akan terjadi infark/kematian jaringan. Perlu dilihat bahwa oklusi di suatu arteri
tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. (wijaya,
2015)
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di
dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya antara lain:
a. Keadaan penyakit dalam pembuluh darah itu sendiri. seperti arterosklerosis, dan
thrombosis dan robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan, berkurangnya perfusi
akibat gangguan aliran darah. misalnya syok atau hipervis kositas darah.
b. Gangguan aliran darah terdapat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstra kranium.
5
E. PATHWAY
Stroke Non Hemoragik Hipertensi Stroke Hemoragik
Ruptur pada emboli dan Suplai darah dan O2 Resiko perfusi serebral
thrombus vasokontriksi vaskulas tidak efektif.
6
F. KOMPLIKASI
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya komplikasi medis,
adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi secara dini pada stroke, sering diperlihatkan
adanya gangguan kognitif, fungsional, dan defisit sensorik. Komplikasi jantung, pneumonia,
tromboemboli vena, demam, nyeri pasca stroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah
komplikasi sangat umum pada pasien stroke (Mutiarasari, 2019).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b. angiografi serebral
c. EEG44
d. Fungsi lumbal
e. MRI
f. X ray tengkorak
7
H. PENATALAKSANAAN
a) Penatalaksanaan Umum.
- Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila disertai muntah
boleh dimulai mobilisasi bertahap apabila hemodinamike stabil.
- Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilovi tola perlu berikan oksigen 1-2 liter / menit
bila ada hasil gas darah.
- Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah terfungsi menelan bila terdapat gangguan
menelan / pasien yang kesadaran menurun dianjurkan pasang NGT.
b) Penatalaksanaan medis.
a. Konservatif :
b. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi
hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan
pasien.
8
c) Penatalaksanaan khusus / komplikasi.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko perpusi serebral tidak efektif dengan Faktor resiko hipertensi
c. Gangguan mobilitas Asik berhubungan dengan penurunan kekuatan Otot ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas Kekuatan otot menurun, rentang geral (ROM)
menurun
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan trah baring ditundar dengan mengeluh lelah,
frekuenst jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat dipsnea saat / setelah aktivitas.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
1. Resiko perfusi serebral Setelah diberikan asuhan Manajemen Peningkatan
tidak efektif (D.0016) Manajemen peningkatan intrakranial.
Keperawatan selama 1x 24 Observasi :
intrakranial. jam diharapkan 1. Identivikasi penyebab
pasien tidak mengalami peningkatan TIK
9
masala h perfusi 2. Monitor tanda gejala 1
serebral,dengan kriteria hasil: peningkatan Tik
1. Sakit kepala menurun
2. Gelisah menurun Terapeutik :
3. Tingkat kesadaran 1. Berikan posisi semi
meningkat flower
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis.
Jika perlu
2 Gangguan Komunikasi Setelah diberikan asuhan Promosi komunikasi
Verbal (D.0119) Keperawatan selama 1x 24 defisit bicara.
jam diharapkan gangguan Observasi :
komunikasi pasien membaik, 1. monitor kecepatan
dengan Kriteria hasil : tekanan, kuantitas, volume
1. Kemampuan berbicara dan diksi broara
meningkat Terapeutik:
2. Kemampuan mendengar 1. Gangguan metode
meningkat komunikasi alternative
3. Kesesuaian ekspresí 2. Sesuaikan gaya
meningkat komunikasi dengan
kebutuhan.
Edukasi :
1. Rujuk ke ahli patologi
bicara terapis.
3 Gangguan Mobilitas Setelah diberikan asuhan Dukungan mobilitas.
Fisik keperawatan selama 1x24 Observasi :
(D.0054) Jam diharapkan fisik pasien 1. Identitas toleransi fisik
membaik, dengan Kriteria melakukan pergerakan
hasil : 2. Monitor kondisi umum
1. Pergerakan ekstremitas Selama melakukan
10
meningkat mobilitas
2. Kekuatan otot meningkat Terapeutik :
3. Rentang gerak (ROM) 1. Fasilitasi aktivitas
meningkat mobilisasi dengan alat bantu
2. Fasilitas melakukan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujaan dan
prosedur
2. Ajarkan melakukan
mobilitas dini
3. Ajarkan mobilisasi
4 Risiko Jatuh Setelah diberikan asuhan Pencegahan Jatuh
(D.0143) keperawatan 1x 24 Jam Observasi :
diharapkan pasien tidak 1. Identifikasi faktor risiko
mengalami jatuh, dengan, jatuh
kriteria hasil : Terapeutik:
1. Tidak jatuh dari tempat 1. Pastikan roda tempat
tidur tidur dalam kondisi terkunci
2. Tidak jatuh saat duduk 2. Pasang handrail lempat
3. Tidak jatuh saat di tidur
Pindahkan Edukasi :
1. Anjurkan memanggil
Perawat Jika membutuh
Kan bantuan untuk
berpindah
5. Intoleransi Aktivitas Setelah diberikan asuhan Manajemen Energi
(D.0056) Keperawatan 1 x 24 jam Observasi :
diharapkan pasien dapat 1. monitor kelelahan fisik
melakukan aktivitas dengan dan mental.
kriteria hasil : 2. monitor pola dan jam
11
1. Tidak terganggunya tidur
Frekuensi nadi ketika Terapeutik:
beraktivitas 1. lakukan latihan rentangy
2. tidak terganggunya gerak pasif dan aktik
frekuensi pernafasan ketiko 2. Fasilitasi duduk disisi
beraktivitas tempat tidur Jika trelak
3. Tidak terganggunya dapat berpindah atau
Kekuatan tubuh. bagian atas berjalan.
dan bawah Edukasi :
1. anjurkan untuk
melakukan aktivitan 11/12
Secara bertahap.
2. Anjurkan tirah baring
12
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokeja SDKI, DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia (devinity dan
indicator diagnostik. Jakarta Dewan pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI. DPP PPNI (2019). Standar luaran keperawatan Indonesio (definisi dan kriteria
Hasil keperawatan. Edisi 1. Jakarta Dewan Pengurus Pusat PPNI
Purwanto, H. (2016). Keperawatan medikal bedah II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
(2018), R. (2019). Laporan provinsi Jawa tengah Riskerdas (2010). Jakarta Badan Utbang
kesehatan.
13