ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN PALIATIF DENGAN
PENYAKIT STROKE
KELOMPOK 1 :
1. Pretty Repy (1814201263)
2. Tesalonika Karundeng (1814201291)
3. Emma O. Sae (19142010303)
4. Fitria Gosal (1814201266)
5. Valentina Sumolang (1814201069)
6. Fabrizio C. C. Sampel (1814201082)
7. Likius M. Manori (1814201083)
MATA KULIAH :
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PALIATIF DENGAN PENYAKIT
SROKE”
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah memberi masukan untuk kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semoga apa yang ada di makalah ini dapat di terapkan dan di gunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR
ISI..........................................................................................................
BAB I TEORI STROKE NON HEMORAGIK :
A. DEFINISI...................................................................................................
..
B. EPIDEMOLOGI..........................................................................................
C. ETIOLOGI..................................................................................................
.
D. PATOFISILOGI..........................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................
F. KLASIFIKASI.............................................................................................
G. KOMPLIKASI.............................................................................................
H. PENANGANAN STROKE ........................................................................
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................
J. PENATALAKSANAAN.............................................................................
K. PATHWAY................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN .............................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN...................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
TEORI STROKE
A. DEFINISI
Penyakit stroke adalah sindrom klinis yang menurut WHO terdiri dari tanda-
tanda klinis yang berkembang dengan cepat dari gangguan fungsi serebral yang
bersifat fokal (bersifat global dalam kasus koma) dari fungsi serebral yang
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa penyebab lain
selain penyebab vaskular. Stroke dibagi menjadi dua jenis:
1. Stroke Iskemik
2. Stroke Hemorrhagik
Stroke Iskemik merupakan stroke yang disebabkan adanya sumbatan pada
pembuluh darah di otak atau di luar otak yang menyebabkan infark di bagian
otak. Stroke iskemik dapat disebabkan oleh plak aterosklerosis atau emboli, dan
dapat diperparah dengan hipertensi, diabetes, dan berbagai faktor risiko lainnya.
Stroke hemorrhagik merupakan stroke yang disebabkan oleh penekanan otak
akibat perdarahan. Pada stroke hemorrhagik, stroke disebabkan oleh pecahnya
aneurisma, atau adanya malformasi arterio-venosa.
Diagnosis stroke dapat dilakukan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium, pencitraan, dan menggunakan skor.
B. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi stroke di dunia terdapat pada laporan WHO, sedangkan di
Indonesia, jumlah pasien dengan stroke ditemukan dalam Riset Kesehatan Dasar
oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Global :
Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta orang
tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan
permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang di bawah 40 tahun. 70% kasus
stroke ditemukan di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, 87%
kematian akibat stroke juga ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan
pada negara dengan penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang
sebanyak 42% dalam beberapa dekade terakhir.
Indonesia :
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI, 7%
atau sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat merupakan provinsi
dengan angka kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 238.001
orang, atau 7,4% dari jumlah penduduknya. Selain itu, penderita ditemukan
paling banyak pada kelompok umur 55-64 tahun. Laki-laki juga lebih banyak
mengidap stroke di Indonesia dibandingkan perempuan. Menurut Sample
Registration System (SRS) Indonesia 2014, Stroke merupakan penyakit yang
paling banyak diderita, yaitu sebesar 21,1%.
Mortalitas :
Berdasarkan WHO, stroke merupakan penyakit dengan angka kematian tertinggi
kedua di dunia, dan ketiga dalam menyebabkan kecacatan. Berdasarkan laporan
pola penyebab kematian di Indonesia dari analisis data kematian 2010, penyebab
kematian tertinggi adalah stroke, sebesar 17,7%.
C. ETIOLOGI
Stroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda
dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya
thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis
otak :
- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri menyempit dan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak pembuluh
darah karena terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya
thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus) dan
dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebri.
- Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa.
- Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
- Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
a. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan
di bawah ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik,
infark miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali mengeluarkan
embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endokardium.
Sumber di jantung fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
- Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
- Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
b. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di
dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab otak yang
paling umum terjadi:
- Aneurisma berry, biasanya defek congenital
- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalam dan degenerasi pembuluh darah.
c. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah:
- Hipertensi yang parah
- Henti jantung paru
- Curah jantung turun akibat aritmia.
d. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah:
- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
• Perilaku / Behaviour
o Gunakan Tembakau. Merokok melukai pembuluh darah dan mempercepat
pengerasan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok mengurangi jumlah
oksigen yang dapat membawa darah Anda. Canincrease asap rokok risiko
stroke bagi orang yang tidak merokok.
o Alkohol Gunakan. Minum terlalu banyak alkohol meningkatkan tekanan darah
Anda, yang meningkatkan risiko stroke. Hal ini juga meningkatkan kadar
trigliserida, suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeras arteri Anda.
o Ketidakaktifan fisik. Tidak mendapatkan cukup latihan bisa membuat Anda
mendapatkan berat badan, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan kadar kolesterol. Ketidakaktifan juga merupakan faktor risiko untuk
diabetes.
• Keturunan/Heredity
o Riwayat keluarga. Memiliki riwayat keluarga stroke meningkatkan
kemungkinan stroke. Cari tahu lebih lanjut tentang jenis risiko pada genomik
CDC dan penyakit situs Web pencegahan.
o Usia dan jenis kelamin. Semakin tua Anda, semakin besar kemungkinan Anda
untuk mengalami stroke. Untuk usia 65 dan lebih tua, laki-laki berada pada
risiko yang lebih besar daripada wanita untuk mengalami stroke.
o Ras dan etnis. Kulit hitam, Hispanik, dan Indian / Alaska Amerika Pribumi
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami stroke daripada non-
Hispanik kulit putih atau Asia. Lihat peta interaktif CDC untuk mempelajari
lebih lanjut tentang ras dan risiko stroke.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi stoke berbeda. Berdasarkan jenis stroke, iskemik dan
hemorhagik
Stroke Iskemik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow (CBF)
yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Nilai kritis CBF
adalah 23 ml/100 gram per menit, dengan nilai normal 50 ml/100 gram per
menit. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat menyebabkan infark.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF pada pasien dengan infark
adalah 4,8-8,4ml/100 gram per menit. [2-3]Patofisiologi stroke iskemik dibagi
menjadi dua bagian: vaskular dan metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan
oleh oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat
disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia
menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular
yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik
yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada pada otak
akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung
pada onset stroke yang tiba-tiba.Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat
selular, berupa kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar
natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan
berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik. Selain pompa natrium-
kalium, pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan ini
menyebabkan influks kalsium yang melepaskan berbagai neurotransmiter dan
pelepasan glutamat yang memperparah iskemia serta mengaktivasi enzim
degradatif. Kerusakan sawar darah otak juga terjadi, disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah oleh proses di atas, yang menyebabkan masuknya
air ke dalam rongga ekstraselular yang berujung pada edema. Hal ini terus
berlanjut hingga tiga sampai 5 hari dan sembuh beberapa minggu kemudian.
Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflamasi.Akumulasi asam
laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan berperan dalam perluasan
kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga
terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia.
Stroke Hemorrhagik
Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan
subaraknoid. Perdarahan Intraserebral Pada perdarahan intraserebral,
perdarahan masuk ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans
yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak
lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis perdarahan dan penggunaan
antikoagulan seperti heparin, hipertensi kronis, serta aneurisma.Masuknya
darah ke dalam parenkim otak menyebabkan terjadinya penekanan pada
berbagai bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah
mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk
ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang akan bercampur dengan
cairan serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti
nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil. Perdarahan
SubaraknoidLokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia
basalis, pons, serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis
sering meluas hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke
dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam
rongga subaraknoid. Adanya perluasan intraventrikuler sering berakibat fatal.
E. KLASIFIKASI STROKE
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiaannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istorahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi menjadi
dua, yaitu
a. Perdarahan intraserebri (PSI)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningktan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering
dijumpai didaerah putamen, talamus, pons dan serebellum
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal adari pembuluh darah sirkulasi Willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar perenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak , meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri sehingga nyeri kepala hebat. Sering juga dijumpai
kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesdaran. Perdarahan subaraknoid
dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri. Vasospasme
ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya hari ke 5 sampai dengan ke-9, dan dapat menghilang setelah
minggu ke-2 sampai dengan ke-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinal dengan pembuluh arteri di ruang
subaraknoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
maupun fokal.
1. TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
2. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan
24 jam atau beberapa hari
3. Stroke komlet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilah komplet dapat diawali oleh serangan TIA
berulang. ( Arif muttqin, 2008)
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
a. Stroke hemisfer kanan
o Hemiparese sebelah kiri tubuh
o Penilaian buruk
o Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan
terjatuh kesisi yang berlawanan
b. Stroke hemisfer kiri
o Mengalami hemiparese kanan
o Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
o Kelainan bidang pandang sebelah kanan
o Disfagia global
o Afasia
o Mudah frustasi
G. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokkan berdasarkan
1. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala
4. Hidrosepalus (Fransisca B. Batticaca,2008).
Menurut Brunner 7 Suddart,2002 serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada
otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa dapat bergerak
adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ada beberapa komplikasi dari penyakit stroke,
yaitu:
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral.
H. PENANGANAN STROKE
Penanganan stroke bergantung dari jenis stroke yang dialami, apakah itu merupakan
stroke iskemik atau stroke hemoragik.
Stroke iskemik
Pada stroke iskemik, dokter harus segera membuat aliran darah ke otak kembali
lancar. Dokter akan memberikan obat yang dapat memecah sumbatan di aliran
darah, yang dikenal dengan intravenous tissue plasminogen activator (tPA). Obat ini
biasanya disuntikan melalui pembuluh vena di lengan, dan bekerja dengan
mengencerkan bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak pada
keadaan stroke.
Selain itu, pada beberapa kasus dokter juga bisa mengatasi penyumbatan dengan
langsung memasukkan obat ke area penyumbatan dengan bantuan selang (kateter).
Kateter ini dimasukan melalui pembuluh darah di lipatan paha dan terus sampai ke
area pembuluh darah yang tersumbat. Prosedur ini dikenal dengan istilah intra-
arterial thrombolysis.
Pada kasus stroke dengan bekuan darah yang besar, dokter juga bisa memasukan
alat yang dapat membuka jalan di pembuluh darah yang tersumbat (stent). Namun,
biasanya prosedur ini tetap dikombinasikan dengan tPA.
Stroke hemoragik
Pada kondisi stroke hemoragik, penting untuk mengontrol perdarahan yang terjadi
dan menurunkan tekanan di dalam otak. Beberapa kasus stroke hemoragik yang
mengalami perdarahan luas, perlu dilakukan operasi. Namun, sebelum melakukan
operasi, dokter juga perlu mempertimbangkan efek terapi dan efek samping dari
operasi itu sendiri, tergantung dari keparahan stroke yang dialaminya.
Pemberian beberapa obat juga dapat dilakukan seperti obat pengencer darah, obat
penurun tekanan di dalam otak, obat penurun tekanan darah, hingga obat pencegah
kejang. Pada beberapa kasus, transfusi darah perlu dilakukan untuk mencegah efek
pengenceran darah.
Pada kasus stroke hemoragik yang berhubungan dengan kelainan pembuluh darah
di otak, seperti arterivenous malformation (AVM), maka perlu dilakukan operasi
perbaikan pembuluh darah, yang lagi-lagi tergantung dari tingkat keparahannya.
Stroke merupakan keadaan darurat yang membutuhkan pertolongan medis secara
cepat dan tepat. Ya, penanganan stroke memang berlomba dengan waktu. Oleh
karena itu, bila Anda mengetahui ada seseorang yang mengalami gejala stroke,
segera panggil ambulans agar mendapatkan penanganan medis di rumah sakit.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
J. PENATALAKSANAAN
K. PATHWAY
Pathway Stroke Non Hemoragik
Penyakit yang mendasari stroke
Tirah baring
Contoh kasus:
Seorang pria berusia 56th di bawah ke rumah sakit oleh keluarga dalam
keadaan lemah dengan tingkat kesadaran CM. Menurut penjelasan
anaknya, klien tiba tiba jatuh dan sulit untuk bergerak.
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
4. Oksigenasi:
Sebelum sakit Normal, setelah sakit klien menggunakan alat bantu
pernapasan.
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur,posisi tidur)
Klien tidur ± 10 jam sehari, posisi Semi Fowlers 450°
6. Pola persepsual
Penglihatan: Klien mengalami gangguan penglihatan setelah sakit
R : 22 ×/Menit
N : 70 ×/Menit
S : 37 C°
BB/TB : 70 kg / 163 cm
2. Kepala
Inspeksi
Rambut klien Nampak mulai memutih, bagian atas kening klien Nampak mengkilat
dan membengkak
Palpasi
Bagian atas kening klien teraba lembek
3. Leher
Inspeksi
Leher klien terlihar biasa saja
Palpasi
Leher klien tidak mengalami perubahan/normal
4. Thorak
Inspeksi
Bentuk dada simetris
Palpasi
Vebrasi sama
5. Abdomen
Inspeksi
Tidak ada bekas operasi
Palpasi
Tidak ada pembesaran hepar
6. Ekstrimitas
Inspeksi
Terpasang infus di tangan sebelah kiri, dan NGT di hidung klien.
7. Program terapi
IVFD NS 14 TPN
OKSIGEN 10 L/M masker
RANITIDIN 2.1 AMP
CEFTRAXONE 2.1
AMLODIPINE 1,5 mg
ASPILET 1.100 mg
INFUS RL 20 tetes/menit
8. Hasil pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
KLASIFIKASI DATA
No TUJUAN KRITERIA
. DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
2. Gangguan Mengidentifikasi S :
mobilitas adanya nyeri
klien
fisik atau keluhan
mengatakan
berhubunga fisik lainnya
kaki terasa
n dengan Memonitor
ringan dan
penurunan kondisi umum
sudah bisa
kekuatan selama
digerakkan.
otot ambulasi
Memfasilitasi
aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu
Klien
Memfasilitasi
mengatakan
melakukan
Nyeri tak
mobolitas fisik,
terasa (skala
jika perlu
0)
Melibatkan
keluarga untuk
membantu klien
dalam
meningkatkan
Ambulasi O:
Menjelaskan
tujuan dan TD:120/80
prosedur N:85×/mnt
ambulasi S: 36 c°
Menganjurkan RR:22x/mnt
melakukan A:
ambulasi dini
Mengajarkan maslah
ambulasi sudah terata
sederhana yang si
harus P:
dilakukan(mis.
Berjalan dari intervensi di
tempat tidur ke hentikan
kursi roda,
berjalan sesuai
toleransi)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Aliah, A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran Umum Tentang GPDO dalam
Harsono:Kapita Selekta Neurologi. UGM Press, Yogyakarta.
Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition.
New York : Thieme. 2005.
Batticaca, Framsisca B. 2008. Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : salemba medika
Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Volume
2. Jakarta: EGC.
Corwin, J, E. (2001.) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Dochtermann, J. M. C dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC). United
States of America: Mosby Elsevier.
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Herdman, Heather T.2009. diagnose Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC
Hidayat.A.A (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline
Stroke 2007. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, Sue dkk.2008.NOC.Edisi 4.USA : Mosby
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan/ Jakarta: Salemba medika
Price,Sylvia dkk.2007. patofisiologi “Konep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 2.Edisi
6.Jakarta :EGC
Redaksi AgroMedia. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of
Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Periode 1984-1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter
Spesialis Bidang Ilmu Penyakit Saraf. 1986.
Sue Moorhead, P., RN dkk. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
States of America: Mosby Elsevier.
Widjaja, Andreas C., Imam BW, Indranila Ks. 2010. Uji Diagnostik Pemeriksaan
Kadar D-Dimer Plasma pada Diagnosis Stroke Iskemik. File Type PDF/ Adobe
Acrobat. Dari http://eprints.undip.ac.id/24038/1/Andreas_C._Widjaja-01.pdf
Diakses pada tanggal 13 November 2012 Jam 16.00 WIB