Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“STROKE NON HEMORAGIK”


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

DISUSUN OLEH :

Aisyatuzzuhro (20.0)
Intan Maya Pane (20.018)
Riri Martiani (20.0)
Tingkat 3 Semester 5

PRODI DIII FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA
Jl. Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810
Telepon / Fax : 021-5462852, Website : www.akperisvill.ac.id
Email : info@akperisvill.ac.id, akperislamicvillage@yahoo.co.id

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang
berjudul “Stroke Non Hemoragik” ini telah selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Keperawatan Medikal Bedah II.

Kami masih menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, ini dapat
disebabkan pada saat pengumpulan data yang kurang atau hal-hal lain. Oleh karena itu kami
meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga mohon berikan kritik dan saran untuk
kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis ini.

Tangerang, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Konsep Dasar Penyakit......................................................................................................3
1. Definisi............................................................................................................................3
2. Etiologi............................................................................................................................3
3. Patofisiologi....................................................................................................................4
4. Manifestasi Klinis...........................................................................................................4
5. Komplikasi......................................................................................................................5
6. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................5
7. Penatalaksanaan..............................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan keadaan darurat medis, karena tanpa suplai oksigen dan nutrisi, sel-sel
pada bagian otak yang terdampak bisa mati hanya dalam hitungan menit. Akibatnya, bagian
tubuh yang dikendalikan oleh area otak tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik. Stroke
adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke
iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area
tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-
sel otak. Stroke ini terbagi menjadi 2 bagian ada stroke hemorrogik dan ada no hemorrogik

Stroke hemoragik merupakan kondisi yang kritis. Artinya, perawatan medis perlu diberikan
kepada penderita stroke hemoragik sesegera mungkin. Penanganan dini dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kerusakan otak permanen, cacat, dan bahkan kematianStroke non
hemoragik atau stroke iskemik adalah hilangnya fungsi otak secara mendadak akibat
gangguan suplay darah ke bagian otak (Smeltzer, 2013). Stroke non hemoragik dapat berupa
iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari

Sekitar 82% stroke merupakan stroke iskemik. Dapat berupa iskemia atau emboli dan
thrombosis serebral, terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stroke non hemoragik?
2. Apa saja etiologi dari stroke hemoragik?
3. Bagaimana patofisiologi stroke non hemoragik?
4. Apa saja manifestasi klinis dari stroke non hemoragik ?
5. Apa saja komplikasi dari stroke non hemoragik?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk stroke non hemoragik?
7. Bagaimana penatalaksanaan terhadap klien stroke non hemoragik?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada stroke non hemoragik?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memhami tentang stroke non hemoragik.
2. Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan stroke non
hemoragik.
1
3. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan stroke non
hemoragik.
4. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien
stroke non hemoragik.
5. Dapat membuat perencanaan pada klien stroke non hemoragik.
6. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan pada klien stroke non hemoragik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadi kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas secara vaskular.
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah hilangnya fungsi otak secara
mendadak akibat gangguan suplay darah ke bagian otak (Smeltzer, 2013). Stroke
non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.

2. Etiologi
Beberapa keadaan ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Trombosis Cerebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua
yang sedang tidur atau bangun tidur.
2
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala
neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala kurang dari 10-30 detik.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atheros klerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak terkekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin herniasi otak.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hypoksia Setempat
a. Spasme Arteri Serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

3. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi koateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat )
pada gangguan local (thrombus,emboli,perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah
Thrombus mengakibatkan ;
1.Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan

3
2.Edema dan kongesti disekitar area
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark
itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan
CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal jika tidak terjadi perdarahan pasif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis,atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya cardiac Arrest.

4. Manifestasi Klinis
1) Kehilangan /menurunnya kemampuan motoric
2) Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi
3) Gangguan persepsi
4) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
5) Disfungsi : 12 syaraf kranial,kemampuan sensorik,reflex otot,kandung kemih.

5. Komplikasi
1) Hipoksia serebral
2) Penurunan aliran darah serebral
3) Embolisme serebral
4) Pneumonia aspirasi
5) ISK,Inkontenensia
6) Kontraktur
7) Tromboplebitis
8) Abrasi kornea
9) Dekubitus
10) Enchepalitis
11) CHF
12) Disritmia

7. Pemeriksaan Diagnostik
1) CT Scan
4
Memperlibatkan secara spesifik letak edema,posisi hematoma,adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia,serta posisinya secara pasti.Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal,kadang-kadang masuk ke ventrikel,atau
menyebar ke permukaan otak
2) MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak .Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark dari hermoragik
3) Angiografi serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovenal atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahn seperti
aneurimsa atau malformasi vaskuler
4) USG Dppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
5) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6) Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari massa yang luas,klasifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis
serebral;klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subrakhnoid
7) Fungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragik pada subrakhnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor ysng merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
massif, sedangkan perdarahan yang kecilbiasanya warna likuor masih nomal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8) Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa gas darah (AGD)
f. Biokimia darah
g. Elektrolit

8. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering,oksigenasi,kalua perlu lakukan
trakeostomi,membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien,termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
5
3) Merawat kandung kemih,sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat,harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suka bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
2) Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Data riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Serangan stroke berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke, riwayat steooke
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
4) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan
dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien
rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
5) Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung
lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya:

6
masakan yang mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan
hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB
yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana
eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya,
karena pada klien stroke mengalami inkotinensia urine sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mungkn mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postura
6) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat
operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan
dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan
bola mata kelateral (nervus VI)
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus 1).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan
e. Dada
o Inspeksi : Bentuk simetris
o Palpasi: Tidak adanya massa dan benjolan.
o Perkusi :Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
o Auskultasi :Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung i dan Il
murmur atau gallop.
f. Abdomen
7
o Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
o Auskultasi: Bisisng usus agak lemah.
o Perkusi Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. ekstremitas

Pada pasien dengan stroke hemoragik blasnya ditemukan hemiplegi paralisa


atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan
pengukuran kekuatan otot, normal: 5 Pengukuran kekuatan otot menurut
(Arif mutaqgin,2008) 1)

1) Nilai 0: Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.


2) Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
4) Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
5) Nilai 4 Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
6) Nilai 5 bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral,
oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan...x24 jam perpusi jarinagn
tercapai secara optimal kriteria hasil:
a. klien tidak gelisah
b. tidak ada keluhan nyeri kepala uku ini melano mual dan kejang
d. GCS 4, 5, 6
e. pupil isokor
f. refleks cahaya (+)
g. TTV normal.

Intervensi :
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan
akibatnaya. Rasional: keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.
b. Baringkan klie (bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.
Rasional: monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.

8
C. Monitor tanda-tanda vital. Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien.
d. Bantu pasien untuk membtasi muntah, batuk,anjurkan klien menarik nafas
apabila bergerak atau berbalik dari tempat tidur. Rasional aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan intracranial dan intraabdoment dan dapat melindungi diri
diri dari valsava. Ajarkan klien untuk mengindari batuk dan mengejan berlebihan.
e. Rasional: Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrkranial dan
poteensial terjadi perdarahan ulang.
f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung. Rasional: rangsangan
aktivitas dapat meningktkan tekanan intracranial.
g. Kolaborasi pemberian terapi sesuai intruksi dokter,seperti steroid, aminofel,
antibiotika. Rasional tujuan yang di berikan dengan tujuan: menurunkan
premeabilitas kapiler,menurunkan edema serebri,menurunkan metabolic sel dan
kejang
2. ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
secret kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan
perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 24 jam klien mamapu
meningkatkan dan memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan
mencegah aspirasi. Ketidakefektifan
Kriteria hasil :
a bunyi nafas terdengar bersih
b ronkhi tidak terdengar
c trakeal tube bebas sumbatan
d menunjukan batuk efektif
e tidak ada penumpukan secret di jalan nafas
f frekuensi pernafasan 16-20x/menit.
Intervensi :
a Kaji keadaan jalan nafas,
Rasional: obstruksi munkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret.
b Lakukan pengisapan lendir jika d perlukan.
Rasional pengisapan lendir dapay memebebaskan jalan nafas dan tidak
terus menerus di lakukan dan durasinya dapat di kurangi untuk mencegah
hipoksia.
c Ajarkan klien batuk efektif.

9
Rasional: batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas.
d Lakukan postural drainage perkusi/penepukan.
Rasional: mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret.
Kolaborasi :
F pemberian oksigen 100%.
Rasional denagn pemberiaan oksigen dapat membantu pernafasan dan
membuat hiperpentilasi mencegah terjadinya atelaktasisi dan mengurangi
terjadinya hipoksia
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia,
kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam mobilitas fisik
teratasi, Kriteria hasil klien dapat mempertahan atau meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
a Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan
melalui skala 0-4. fel, Rasional untuk mengidentifikasikan kelemahan dan
dapat memberikan informasi mengenai pemulihan
b Ubah posisi setip 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan bisa lebih
sering.
Rasional: menurunkan terjadinya trauma atau iskemia jaringan
c. akukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
Rasional meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah terjadinya kontraktur.
d. Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seperti meninggikan bagian
kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.
Rasional membantu melatih kembali jaras saraf,meningkatkan respon
proprioseptik dan motorik.
e. Konsultasi dengan ahli fisiotrapi. EGC
Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan untuk menemukan
kebutuhan klien.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Tujuan: klien mampu memperthankan keutuhan kulit setelah di lakukan tindakan
OKTERAN keperawatan selama .x24jam

10
Kriteria hasil: klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui
cara dan penyebab luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka
Intervensi :
a Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika munkin.
Rasional: meningkatkan aliran darah ke semua daerah.
b Ubah posisi setiap 2 jam.
Rasional: menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
c Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang menonjol.
Rasional: mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang
menonjol.
d Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisis.
e Rasional: mengindari kerusakan kapiler.
f Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.
Rasional: hangan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan jaringan.
g Jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin terauma,panas
terhadap kulit. Rasional: untuk mempertahankan keutuhan kulit
5. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,
menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di
tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.
Tujuan setelah di lakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam terjadi prilaku
peningkatan perawatan diri.
Kriteria hasil: klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat
diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi :
a Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan
ADL
Rasional membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan
b Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.
Rasional: klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan
untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.

11
c Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan
kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan
tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.
Rasional: klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan
yang konsisten dalam menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri
klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klie untuk terus mencoba.
d Rencanakan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan
makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke
dinding.
Rasional: klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu
melihat kelaurmasuk orang ke ruangan

6. Evaluasi Keperawatan
evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara
umum, evaluasi ditujukan untuk:: a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum. c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
stroke iskemik Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder dibandikan stroke non hemorogik tu tidak bersifat permanen ataua akan cacat.
Stroke iskemik dapat dicek mealuli mri, udg fpler, sct scan, eeg dan lain – lain. Stroke
iskemik asuhan keperawatan Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan
perdarahan intraserebral, hambatan mobilitas fisik, ketidskefektifan jalan napas, resiko
gangguan integritas kulit, resiko perawatan diri

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai