Disusun Oleh :
RAHMAT FAUZAN
NPM : 21512016
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat di perbaiki sebagaimana
mestinya.
Akhir kata kami berharap semoga tugas Asuhan keperawatan pasien stroke dalam
keperawatan medikal bedah dasar ini berguna dan dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Tujuan Masalah.............................................................................................3
C. Metode Penyusunan......................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................5
1. Konsep Stroke...............................................................................................9
2. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................27
A. Pengkajian...................................................................................................27
B. Analisa Data................................................................................................36
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas............................................39
D. Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................40
E. Implementasi Dan Evaluasi........................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................72
A. Kesimpulan.....................................................................................................72
B. Saran............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan secara langsung dan
mendokumentasikannya secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual dengan proses pendekatan keperawatan pada pasien Tn.I
dengan diagnosa stroke non hemoragik di ruang pilipus RS Imanuel
Bandung.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penyusunan makalah ini dengan pasien
diagnosa diabetes mellitus dan stroke infark pada Tn. I meliputi :
a. Mengidentifikasi gambaran pengkajian pada Tn. I. dengan penyakit
stroke non hemoragik di ruang pilipus RS Imanuel Bandung .
b. Menyususn diagnosa keperawatan pada Tn. I dengan penyakit stroke
non hemoragik di ruang pilipus RS Imanuel Bandung.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Tn.I dengan penyakit
stroke non hemoragik di ruang pilipus RS Imanuel Bandung .
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn. I dengan penyakit
stroke non hemoragik di ruang pilipus RS Imanuel Bandung .
1
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Konsep Stroke
A. Definisi
Stroke atau gangguan peredaran otak (GPDO) merupakan penyakit
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan biasa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya
tada tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak vocal
(global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vascular.
B. Etiologi
1. Trombosis serebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
okulasi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Tanda dan gejlaa neurologis sering kali memburuk pada 48 jam
setelah thrombosis.
4
serebelum.
b. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,
gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lain). Pecahnya arteri
dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering
pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal.
2. Stroke nonhemoragik
Dapat berupa iskemik atau emboli dan trombosit serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemik
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
E. Faktor Risiko
1. Hipertensi, merupakan faktor resiko utama
2. Penyakit kardiovaskular embolisme serebral berasal dari jantung
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
7
F. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukura area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Diawal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah
paralisis dan hilangnya atau menurunnya reflex tendon dalam. Apabila
reflex tendon dalam ini muncul kembali (biasanya dalam 48 jam),
peningkatan tonus disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus otot
abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat.
1. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanisfestasikan oleh hal berikut:
a. Disartia (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (berbicara defektif atau kehilangan bicara),
yang terutama ekspresif atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil
sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
2. Gangguan persepsi
Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan
8
Pathway
Faktor pencetus/Etiologi
(mis. Hipertensi)
Emboli serebral
Defisit neurologis
Kelemahan pada
anggota gerak
Menekan jaringan otak Peningkatan TIK
Hemiparases bagian
anggota gerak
Gangguan pusat bicara Resiko ketidakefektifan
perfusi serebral
Gangguan
komunikasi verbal
1
1
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan
pada intrakranial. Penin-tv wgkatan jumlah protein menunjukkan
adanya proses imflamasi. Hasil pemeriksaan likour merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likour masih normal (xantokrom) sewaktu hari-
hari pertama.
3. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia, dan
posisinya secara pasti. Hasil didapatkan hiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
4. MRI
MRI (Magneric Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan dasar/luas terjadinya
perdarahan otak. Hasil didapatkan area yang mengalami lesi dan
imfark akibat dari hemoragik.
5. USG
Untuk mengindentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak
13
kebutuhan akan pencegahan pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan
kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi,
pengetahuan dan keinginan manusia.
c. Paradigma Keperawatan
Keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/ bantuan dan teknologi. Tujuan
dari keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan
perawatan sendiri, diantaranya mempertahankan kesehatan, mecapai kondisi
normal ketika terjadi kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi
dan meminimalisasi efek dari penyakit/ kondisi yang kronis atau kondisi
ketidakmampuan.
d. Karakteristik Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang
berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik
diantaranya: pertama, teori keperawatan mengidentifikasi menjabarkan konsep
khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga
teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam.
Kedua, teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang
sesuai dengan kenyataan yang ada.
e. Asuhan Keperawatan
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kebutuhan hidup,memelihara kesehatan dan
kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal dengan self care (perawatan
diri)/ defisit teori.
15
FORMAT PENGKAJIAN
APLIKASI TEORI MODEL SELF CARE OREM
(Universal Self care, Development Self care. Health Deviation)
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal masuk :
Ruang /Kelas :
Nomor Kamar :
a. Identitas Pasien
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku/Bangsa :
6. Pendidikan :
7. Pekerjaan :
8. Status Perkawinan :
9. Alamat :
10. Nomer Telp
b. Riwayat Sakit Dan Kesehatan
1. Keluhan Utama :
2. Penyakit Yang Diderita :
3. Riwayat kesehatan keluarga :
4. Susunan keluarga :
c. Kebutuhan
1. Pemeliharaan Kebutuhan Udara atau Oksigen
- Gangguan pernafasan :
- Alat bantu pernafasan :
- Sirkulasi udara :
- Letak tempat tinggal :
2. Pemeliharaan Kebutuhan Air
- Sumber air yang digunakan :
- Konsumsi air :
- Kondisi air :
- Skala mandi : x/hari
17
e. Pemeriksaan Diagnostik
- USG :
- CT SCAN :
- RO :
f. Terapi
19
Air
1. Apakah air yang anda konsumsi higienis?
2. Apakah air yang anda gunakan jernih atau keruh?
3. Berasal dari mana air yang anda gunakan?
Makanan
1. Apakah makanan yang anda konsumsi sudah mengandung 4 sehat 5
sempurna?
2. Apakah pola makan anda sudah teratur?
3. Apakah anda sering makan makanan yang berbahan pengawet?
Proses eliminasi dan ekskresi
1. Apakah air yang anda minum sama dengan yang anda keluarkan?
2. Bagaimana frekuensi BAB dan BAK anda?
3. Bagaimana warna feses dan air seni anda?
Istirahat
1. Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada waktu
anda beristirahat?
2. Apakah anda pernah mengalami insomnia?
3. Berapa jam anda tidur?
Interaksi sosial
1. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang lain?
2. Apakah interaksi anda dengan sesama baik?
Kesehatan
1. Apakah anada mempunyai alergi terhadap obat?
2. Apakah anda mengonsumsi alkohol?
3. Apa saja penyakit yang pernah anda derita?
Hubungan sosial
20
1. Nama :
2. Usia : Tahun
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Agama :
6. Pekerjaan :
7. Status perkawinan :
8. Nomer Telp :
9. Alamat :
Identitas Penanggung Jawab
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Nomer telp :
7. Hubungan dengan pasien :
Riwayat kesehatan
1. Adakah penyakit keturunan?
2. Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Jika iya, menderita penyakit apa?
3. Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak?
4. Obat apa saja yang pernah digunakan?
5. Apa yang anda rasakan saat ini?
6. Bagaimana status kesehatan anda secara umum?
7. Penanggulangan kesehatan seperti apa yang bisa anda lakukan dirumah?
8. Apakah anda perokok? (Ya/Tidak)
9. Apakah anda peminum minuman beralkohol? (Ya/Tidak)
10. Apakah anda pengguna obat-obatan terlarang? (Ya/Tidak)
11. Apakah anda sering tidak larut malam? (Ya/Tidak)
12. Apakah pemenuhan nutrisi anda teratur? (Ya/Tidak). Alasan?
13. Apakah BAK dan BAB anda teratur? (Ya/Tidak)
14. Apakah kebutuhan cairan anda terpenuhi? (Ya/Tidak)
22
3. Pemeriksaan wajah
4. Pemeriksaan kepala dan leher
5. Pemeriksaan toherks atau dada
6. Pemeriksaan abdomen
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
9. Pemeriksaan ektremitas atau muskuluskeletal
10. Pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan
11. Pemeriksaan fungsi penglihatan
12. Pemeriksaan fungsi neurologis
13. Pemeriksaan kulit atau integument
14. Pemeriksaan penunjang atau diagnostik medik
15. Kebutuhan pasien
1. kebutuhan oksigen
2. kebutuhan cairan
3. kebutuhan nutrisi
4. kebutuhan eliminasi
5. interaksi sosial
6. istirahat dan tidur
7. konsep diri
Penangan
1. tindakan preventif yang di lakukan untuk mengatasi masalah
2. halangan untuk melakukan tindakan preventif
Diagnosa Keperawatan
23
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
24
A. Rencana Keperawatan
mengikuti aktivitas 4. Identifikasi prilaku emosional dan fisik dan fisiologis yang berkaitan dengan
fisik yang sebagai bentuk komunikasi bicara
direkomendasikan Terapeutik 3. untuk mengetahui kondisi psikologis
b. Kemampuan berbicara 1. Gunakan metode Komunikasi pasien mengenai frustrasi, marah,
pasien cukup alternative (mis: menulis, berkedip, depresi atau hal lain yang menganggu
meningkat papan Komunikasi dengan gambar dan bicara
huruf, isyarat tangan, dan computer) 4. Mengethaui hasil prilaku emosional dan
2. Sesuaikan gaya Komunikasi dengan fisik sebagai dalam bentuk komunikasi
kebutuhan (mis: berdiri di depan pasien
pasien, dengarkan dengan seksama, Terapeutik
tunjukkan satu gagasan atau pemikiran 7. Membantu mempermudah
sekaligus, bicaralah dengan perlahan dalam komunikasi
sambil menghindari teriakan, gunakan 8. Agar tersampainya informasi
Komunikasi tertulis, atau meminta yang sesuai.
bantuan keluarga untuk memahami 9. Membuat kenyamanan lingkungan
ucapan pasien. untuk meminimalkan bantuan
3. Modifikasi lingkungan untuk 10. Pengulangan dapat
meminimalkan bantuan menyampaikan pesan yang sesuai
4. Ulangi apa yang disampaikan pasien 11. dukungan psikologis dapat memotivasi
5. Berikan dukungan psikologis pasien
6. Gunakan juru bicara, jika perlu 12. juru bicara membantu pasien dalam
Edukasi menyampaikan isi komunikasi
1. Anjurkan berbicara perlahan Edukasi
1. Meminimalkan energi yang dikeluarkan
2. . Ajarkan pasien dan keluarga proses
pasien
kognitif, anatomis dan fisiologis yang
2. Dapat mempermudah dalam
berhubungan dengan kemampuan
berkomunikasi
berbicara
Kolaborasi
Kolaborasi
Membantu menyembuhkan dalam aspek
1. Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis neurologisnya.
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. N / 00813789
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tanggal Lahir : 01 Agustus 1948
d. Usia : 73 tahun 8 bulan 8 hari
e. Agama : Islam
f. Status perkawianan : Menikah
g. Pekerjaan : IRT
h. Pendidikan : SD
i. Alamat : Cisabuk 02/03 Santosa Kertasari
j. Nomor CM : 00813789
k. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus tipe II & Stroke Infark
l. Tanggal Pengkajian : 11 April 2022
m. Tanggal Masuk RS : 09 April 2022 Jam 21:23:17
Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. A.C
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pendidikan : SMA
d. Hubungan dengan Pasien : Anak Pertama
e. Alamat : Cisabuk 02/03 Santosa Kertasari
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien Riwayat Penyait Sekarang
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh tangan kanan dan kaki kanan lemas tidak bisa
digerakan
2) Kronologi penyakit saat ini
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh jalan kaki serasa
29
Genogram
Keterangan :
: Perempuan yang meninggal
: Laki-laki yang meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien perempuan
-------- : serumah
(Na,K,Ca))
Natrium (Na) 134 134 – 145 Normal
mmol/L
Kalium (K) 3.1 3.6 – 5.6 mmol/L Normal
Kuning
500-600 cc
Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Waktu tidur
o Malam, pukul 4-5 jam Tidur 3-4 jam
o Siang, pukul Tidak tentu
Lamanya Jarang 1 jam
Keluhan 1 – 2 Jam Sulit tidur saat
Tidak Ada siang dan malam
hari
4 Kebiasaan diri
Mandi 2x/hari 1x/hari di waslap
Perawatan 1 Minggu sekali belum
rambut 2-3 kali keramas Belum
Perawatan kuku 1 minggu sekali Belum
Perawatan gigi Gigi Pasien Kotor,
Tingkat 3x/hari klien tidak bau
Ketergantungan Tidak tentu badan, Rambut
Kebiasaan klien lengket dan
merokok Tidak ada kusam
Kebiasaan Berhenti senam DM dibantu
olahraga sejak 3 bulan yang tidak merokok
lalu Tidak bisa
beraktivitas
i. Sistem Neurologi
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, reflek cahaya +/+, pupil isokor
diameter 2/2 mm, Reflek patela: +/+, refleks babinski -/-, pasien
mampu merasakan tajam daN tumpul dikedua kaki, pasien
cenderung mengantuk tetapi mudah dibangunkan.
j. Sistem Perkemihan
VU tidak teraba penuh, tidak terdapat nyeri tekan.
k. Sistem Pencernaan
Bentuk simetris, warna kulit merata, saat diauskultasi bising usus
9x/m, saat di perkusi suara timpani 4 kuadran perut pasien, saat
dipalpasi/ditekan pasien meringis kesakitan kuadran 2.
l. Sistem Muskulokeletal
Pasien mampu menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan
baik. Skala otot pasien :
1 5
1 5
m. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
n. Sistem Reproduksi
Keadaan genetalia bersih dan tidak ada kelainan.
o. Sistem Integumen
p. Ekstremitas
Jari tangan kumplit ada 10, tangan kanan terbatas karena di pasang
infus. Jari kaki kumplit berjumlah 10, Kekuatan tangan kanan 1tangan
kiri 5 dan kaki kanan 1 sedangkan kaki kiri 5. Sensasi tangan dan kaki
pasien masih bisa merasakan, refleks patela tangan kanan dan kiri
serta kaki kanan dan kiri ada respon.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
09-04-2022 dilakukan pemeriksaan photo thorax AP
Kesan : Kardiomegali tanpa bendungan paru. Tidak tampak TB
paru aktif dan pneumonia. Artherosklerosis aorta.
36
b. Labolatorium
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 09-04-2022 dengan hasil
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem/Masalah
1. DS : Faktor pemicu dan faktor Ketidakstabilan
- Pasien mengeluh tangan resiko (Pola/gaya hidup) kadar glukosa darah
kanan lemas sulit ↓ b.d gangguan
digerakan Malas olahraga dan sering glukosa darah puasa
- Pasien mengatakan memakan minuman manis
pusing ↓
- Pasien mengatakan Sel B terganggu
sudah memiliki penyakit ↓
DM 3 tahun yang lalu Sel-sel perifer gagal
- Pasien mengatkan 3 memproduksi hormon
bulan yang lalu berhenti insulin
mengikuti senam DM ↓
karena malas Resistensi insulin
DO : ↓
- Tampak lelah Glukosa tidak dapat masuk
- GDS 383 mg/dL kedalam sel
- Sulit bicara ↓
Hiperglikemia
↓
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
39
↓
Bicara (rero)
↓
Disfasia, diatria
↓
Gangguan komunikasi
verbal
42
komplikasi ortostatik dan frekuensi nadi konsisten pada individu yang sama.
pengukuran glukosa
Terapeutik Tanda-tandanya adalah hasil dari
darah 7. Berikan asupan cairan oral peningkatan aktivitas adrenergik dan
d. pengelolaan obat- 8. Konsultasi dengan medis jika tanda penurunan pengiriman glukosa ke otak.
obatan dan gejala hiperglikemia tetap ada Tikar pasien mengalami takikardia,
e. pola diet yang atau memburuk diaforesis, tremor, pusing, sakit kepala,
dianjurkan Edukasi kelelahan, lapar, dan perubahan visual.
f. pola aktivitas yang 9. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa (CardenasValladolid et al., 2018).
dianjurkan darah lebih dari 250 mg/dL 5. Intake dan output pasien dapat
g. strategi mengontrol 10. Anjurkan monitor kadar glukosa mengontrol cairan dan kadar glukosa
berat badan darah secara mandiri dalam darah pasien.
b. teknik penyuntikan 11. Anjurkan kepatuhan terhadap diet 6. Data penunjang dapat membantu dalam
insulin dan olahraga data objektif dan menentukan diagnosa.
12. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
Terapeutik
penggunaan insulin, obat oral, 7. Caian oral membantu dalam
monitor asupan cairan, penggantian melembabkan bibir dan membran
karbohidrat, dan bantuan professional mukosa.
kesehatan) 8. Supaya kesehatan pasien tetap
Kolaborasi terkontrol.
13. Kolaborasi pemberian insulin, jika Edukasi
perlu 9. Olahraga dapat membantu
Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu memperlancar sirkulasi darah sebagai
upaya pencegahan dini terjadinya
45
mengunyah 3. Identifikasi makanan yang disukai 3. Untuk membantu pasien agar dapat
d. Pasien mampu 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan memenuhi kebutuhan nutrisinya
menelan jenis nutrien 4. Untuk membantu pasien dalam
e. Porsi makan habis 5. Monitor asupan makanan memenuhi kebutuhan kalorinya.
6. Monitor berat badan 5. Untuk mengetahui makanan yang telah
Terapeutik dimakan oleh pasien
7. Lakukan oral hygiene sebelum makan 6. Memonitor BB dapat mengetahui
8. Sajikan makanan secara menarik dan apakah pasien mengalami penurunan
suhu yang sesuai atau kenaikan BB.
9. Berikan makanan tinggi serat untuk Terapeutik
mencegah konstipasi 7. Oral hygiene sebelum makana dapat
10. Berikan makanan tinggi kalori dan membantu pasien agar lebih enak dalam
tinggi protein makan
11. Berikan suplemen makanan 8. Penyajian makanan secara menarik
Edukasi dapat menaikan minat pasien untuk
12. Anjurkan posisi duduk makan
Kolaborasi 9. Makanan tinggsi serat dapat mencegah
13. Kolaborasi pemberian medikasi konstipasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri, 10. Agar kalori dan protein pasien terpenuhi
antiemetik) 11. Suplemen makanan dapat meningkatkan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nafsu makan pasien
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
Edukasi
yang dibutuhkan. 12. Posisi duduk dapat membuat pasien
47
ambulasi parah
Edukasi 3. Agar pasien melakukan secara perlahan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur sehingga melancarkan gerakan
ambulasi selanjutnya.
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
4. Gangguan komunikasiSetelah dilakukan tindakan
Observasi Observasi
verbal keperawatan selama 2 x 24 1. Monitor kecepatan, tekanan, 1. untuk mengetahui perkembangan
jam gangguan kounikasi kuantitas, volume dan diksi bicara kemampuan kecepatan, tekanan,
verbal teratasi, dengan 2. Monitor proses kognitif, anatomis, kuantitas, volume dan diksi bicara
kriteria hasil: dan fisiologis yang berkaitan dengan 2. untuk mengetahui perkembangan
c. Pasien mampu bicara kemampuan proses kognitif, anatomis,
mengikuti aktivitas 3. Monitor frustrasi, marah, depresi atau dan fisiologis yang berkaitan dengan
fisik yang hal lain yang menganggu bicara bicara
direkomendasikan 4. Identifikasi prilaku emosional dan 3. untuk mengetahui kondisi psikologis
d. Kemampuan berbicara fisik sebagai bentuk komunikasi pasien mengenai frustrasi, marah,
pasien cukupTerapeutik depresi atau hal lain yang menganggu
meningkat 5. Gunakan metode Komunikasi bicara
alternative (mis: menulis, berkedip, 4. Mengethaui hasil prilaku emosional dan
49
berbicara neurologisnya.
Kolaborasi
13. Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis
51
teratasi P : lanjutkan
intervensi
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
dengan kebutuhan
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan bantuan
07.00 1-4
Kamis, 14 Operan DX1. Ketidakstabilan kadar glukosa
07.30 1-4
April 2022 dinas darah b.d gangguan glukosa darah
Observ puasa S : pasien dan keluarga mengatakan
asi memahami apa yang disampaikan
09.00 1-4
TTV O:
1
R : TD = 163/117 mmHg, HR = 89 - TD = 163/117 mmHg, HR = 89
kali/menit, RR = 21 kali/menit, S = 36,9 kali/menit, RR = 21 kali/menit, S =
0
C 36,9 0C
Pasien pulang. Discharge - kadar glukosa pasien 265 mg/dL,
planning : Ketidakstabilan - Minum lewat mulut 4-5
kadar glukosa darah : sendok A : masalah teratasi
Anjurkan dirumah pasien mengecek P : lanjutkan discharge planning
gula darah 2-3 hari sekali, jika gejala Pasien memahami anjuran
ringan 1 minggu sekali. perawat.
Anjurkan pasien diit makanan :
1) Makanan yang terbuat dari biji-bijian
mengkonsumsi karbohidrat kompleks :
nasi merah, ubi panggang, oatmeal, ubi
dan sereal dari biji-biji utuh. 2) daging
tanpa lemak (misalk
daging ayam tanpa kulit). 3) sayur- DX2. Defisit Nutrisi b.d
sayuran dikukus, direbus atau di ketidakmampuan menelan makanan
64
dalam pengendalian kadar gula darah. Terapi pada DM memiliki tujuan utama
yaitu untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat DM dengan cara
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara memelihara kualitas hidup yang baik dan menjaga kadar
glukosa darah dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia.Perawat dalam
menerapkan teori self care, memiliki peran sebagai fasilitator, educator, dan
advocate bagi klien Diabetes Mellitus dalam mempertahankan seoptimal
mungkin kemampuan yang dimiliki klien sehingga mencapai status kesehatan
yang optimal. Penerapan self care Orem untuk asuhan keperawatan dimulai
dari penelitian/pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, melaksanakan keperawatan serta evaluasi (Abrahim, 2011)
(Dalam Jurnal Jon Hafan, 2014).
67
68
68
69
69
70
rutin (Shiu & Wong, 2002). Dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan melakukan pengontrolan gula darah secara rutin tidak menjamin
bahwa seorang pasien akan merasa mampu dan siap dalam menerapkan strategi
mencegah hipoglikemia.
70
71
71
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada saat dilakukan pengkajian pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi,
diabetes mellitus sejak 3 tahun yang lalu karena suka makanan yang
manis-manis dan mempunyai riwayat gastritis. Menurut AAY, (2016),
diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai
normal akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Penyakit ini dapat menyerang semua lapisan umur serta tidak
membedakan status sosial dari penderita. Gejala klinis yang khas pada
DM yaitu “Triaspoli” polidipsi (banyak minum), poliphagia (banyak
makan) & poliuri (banyak kencing), disamping disertai dengan keluhan
sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan terasa lemas, berat
badan menurun drastis, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh, terjadi
gangguan mata, dan disfungsi ereksi, yang merupakan gejala-gejala klasik
yang umumnya terjadi pada penderita.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pada bagian kepala pasien setalah dikaji pasien
terpasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, kemampuan
bicara pasien rero. Pasien stroke dapat pula menunjukkan gejala bicara
tidak jelas (pelo) atau tidak dapat berbicara (afasia). Hal ini pada
umumnya disebabkan oleh karena kelumpuhan saraf otak nomor 12 atau
lobus frontal-temporal di otak (Pinzon & Asanti, 2010) Bibir pada pasien
kering, warna lidah keputihan, terdapat karies dan tercium bau keton.
Penderita penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol yang
menimbulkan bau mulut dengan aroma mirip buah pir, hal ini disebabkan
oleh karena ketoasidosis, dimana tubuh menggunakan lemak karena tidak
adanya glukosa akibat terlalu sedikitnya insulin dalam darah atau jika
resistensi insulin terlalu tinggi yang menyebabkan ambilan glukosa dalam
darah terganggu, hal ini menyebabkan
molekul asam yang dikenal sebagai keton membentuk produk limbah, limbah
keton dapat dieksresikan pada nafas yang menyebabkan bau mulut
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
E. Evaluasi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan glukosa darah puasa
Pada hari pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
pasien mengatakan sebelum sakit sering minum-minuman manis. Setelah
dilakukan pengkajian didapatkan hasil TD = 168/90 mmHg, HR = 84
kali/menit, RR = 20 kali/menit, S = 36,3 0C. Kadar glukosa pasien 383 mg/dL
(tinggi), pada saat dikaji bibir pasien terlihat kering, pasien mengatakan haus.
Pasien minum lewat mulut 4-5 sendok. Permasalahan pasien belum teratasi
sehingga untuk hari selanjutnya pasien direncanakan untuk diberikan intervensi
yang pertama yaitu monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi, selanjutnya memberikan asupan
cairan oral, konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk, anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri, anjurkan
kepatuhan terhadap diet dan olahraga, ajarkan pengelolaan diabetes.
Pada hari ke 3 setelah dilakukan intervensi pasien mengatakan merasa pusing.
Tekanan darah pasien masih tinggi yaitu 172/124 mmHg, nadi pasien 8-
x/menit, tidak ada sesak dengan nilai respirasi 22 x/menit, tidak ada demam juga
pada pasien dengan suhu 35,9oC. Kadar glukosa darah pasien masih tinggi yaitu
232 mg/dL. Masalah pasien masih belum teratasi sehingga intervensi masih
dilanjutka. Pada hari ke 4 keluhan pasien sudah berkurang Tekanan darah
163/117 mmHg, nadi 89 x/menit, respirasi 21 x/menit, suhu 36,9. Kadar glukosa
pasien 265 mg/dL. Pasien diperbolehkan pulang sehingga pasien dilakukan
discharge planning yaitu dengan memberikan edukasi dan mengajurkan pasien
untuk rajin mengecek kadar gula darah, melakukan diit makanan dan
menjelaskan jenis-jenis makanan yang sesuai dengan kondisi pasien dan
mengajarkan keluarga pasien untuk melakukan injeksi insulin. Pasien
mengatakan sudah memahami apa yang dijelaskan oleh perawat.
80
81
81
82
sulit duduk sendiri harus di bantu. Setelah dikaji pasien tampak lemah, pasien
berbaring di tempat tidur dan pada saat bangun perlu dibantu, kekuatan tangan
kanan 3 tangan kiri 5 dan kaki kanan 4 sedangkan kaki kiri 5. Masalah pasien
belum teratasi sehingga pasien dilanjutkan untuk pemberian intervensi dan
ditambah dengan rencana intervensi selanjutnya yaitu memonitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi, melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi, menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
terlebih dahulu kepada keluarga dan mengajarkan tekhnik ambulasi sederhana
dan menyuruh keluarga pasien agar melakukan ambulasi dini. Keluhan pasien
pada hari kedua masih sama, pasien masih tampak lemah dan berbaring di
tempat tidur. Masalah pasien belum teratasi sehingga intervensi pada pasien
masih melajutkan yang sebelumnya.
Setelah dilakukan intervensi pada pasien, di hari ketiga keluhan pasien dan
keadaan pasien masih sama dengan hari pertama dan kedua sehingga masalah
pasien belum teratasi dan masih melanjutkan intervensi sebelumnya yaitu
melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi,
menjelaskan tujuan dan prosedur ambuasi dan mengajurkan pasien melakukan
ambulasi dini. Pada hari ke 4 pasien masih mengeluh tangan kanannya masih
sulit digerakan, pasien diperbolehkan pulang sehingga intervensi pada pasien
dihentikan
4. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
Pada hari pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan menyampaikan pesan, pasien
juga sulit mempertahankan komunikasi dan sulit menggunakan ekspresi wajah.
Masalah pasien belum teratasi sehingga intervensi yang masih diberikan dan
ditambah dengan intervensi memonitor frustrasi, marah, depresi atau hal lain
yang menganggu bicara, mengidentifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai
bentuk komunikasi, menggunakan metode Komunikasi alternative dan
menyesuaikan gaya Komunikasi dengan kebutuhan pasien agar memudahkan
pasien dalam berkomunikasi dan memodifikasi lingkungan untuk
82
83
meminimalkan bantuan pasien juga di rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis.
Pada hari kedua setelah dikaji pasien lebih kesulitan dalam berbicara dan
menyampaikan pesan, pasien
,asih sulit mempertahankan komunikasi. Masalah pasien belum teratasi
sehingga intervensi masih dilakukan yang sebelumnya.
Pada hari ketiga pasien masih mengalami kesulitan dakan berbicara dan
menyampaikan pesan, pasien kemudian di rujuk ke ahli wicara untuk dilakukan
terapi bicara. Masalah pasien masih belum teratasi sehingga intervensi masih
dilanjutkan yaitu menggunakan metode komunikasi alternative dan
menyesuaikan daya komunikasi dengan kebutuhan pasien, pada hari ke 4 pasien
masih sulit berbicara, pasien diperbolehkan pulang sehingga pasien diberikan
edukasi dan diajarkan latihan berbicara A I U E O, pasien diberikan intervensi
kolaborasi dengan ahli wicara untuk dilakukan psioterapi wicara.
83
84
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
86
DAFTAR PUSTAKA
AAY, P. (2016). No Title p. Dm, 10–22.
Al-Ihsan, R. (2021). 10 Penyakit Besar RSUD Al-Ihsan. 2018.
Anggreini, S. N., & Lahagu, E. L. (2021). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang
diabetes melitus terhadap sikap pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah
puskesmas rejosari pekanbaru. XV(02), 62–71.
Antari, N., & Esmond, A. (2017). Diabetes Mellitus Tipe 2.
Arifin, N. A. W. (2021). Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii
Dengan Praktik Perawatan Kaki Dalam Mencegah Luka Di Wilayah Kelurahan
Cengkareng Barat. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 9(1), 1–10.
Fahra, R. U., Widayati, N., & Sutawardana, J. H. (2017). Hubungan peran perawat
sebagai edukator dengan perawatan diri pasien diabetes melitus tipe 2 di poli
penyakit dalam rumah sakit bina sehat jember. Jurnal NurseLine, 2(1), 67–72.
HASINA, S., & PUTRI, R. (2020). Penerapan Shalat Dan Doa Terhadap Pemaknaan
Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan, 12(1), 47–56.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i1.607
Hasriani. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi.
Infodatin. (2020). Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf.
Kunaryanti, K., Andriyani, A., & Wulandari, R. (2018). HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN TENTANG DIABETES MELLITUS DENGAN
PERILAKU MENGONTROL GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
Jurnal Kesehatan,
11(1), 49–55. https://doi.org/10.23917/jk.v11i1.7007
Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 240–252.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.240-252
Mokolomban, C., Wiyono, W. I., & Mpila, D. A. (2018). Kepatuhan Minum Obat
iii
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai Hipertensi Dengan Menggunakan
Metode Mmas-8. Pharmacon, 7(4), 69–78.
https://doi.org/10.35799/pha.7.2018.21424
Rianty, M. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Sari, N. P., Dharmawita, D., Sudiadnyani, N. P., & Fitriyani, F. (2020).
Perbandingan Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Motorik Pada Pasien
Yang Memiliki Faktor Resiko Diabetes Melitus, Hipertensi, Diabetes Melitus
& Hipertensi Di Rsud Dr.H Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2018.
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 7(1),
197–208. https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.220
Wahyu, A., Wati, L., & Fajri, M. (2019). Pengaruh Terapi AIUEO terhadap
Kemampuan Bicara Pasien Stroke yang Mengalami Afasia Motorik. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(2), 226–235. https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.787
iv