Oleh :
Kelompok 2
Cep Totoh 22142012......
Desi Amalia 22142012......
Herry Rosidin 22142012016
Purnama Dewi 22142012......
Riska Rosaria 22142012......
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena taufiq
dan hidayahNya kami dapat mengikuti materi pelajaran Nursing Care of Nervous
System dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan pemahaman kami dalam
mengkaji materi sistem neuro yangberhubungan dengan trauma spinal, kami
menyusun sebuah makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien dengan stroke .
Semoga makalah ini bermanfaat walau belum sempurna, tetapi semoga membawa
manfaat bagi kita semua.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya
kamimengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami,
Demikian dua kata pengantar ini, kurang lebihnya kami mohon maaf bila ada
tulisan atau kalimat yang salah dalam makalah ini.
KELOMPOK 2
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
8. Bagimana dengan asuhan keperawatannya ?
9. Ada kah komplikasinya ?
10. Adakah tindakan untuk pencegahan ?
11. Bagaimana dengan dampak masalah?
12. Bagaimana terapi yang sesuai untuk digunakan untuk pasien stroke?
5. Mengetahui Epidimiologinya!
8. Mengetahui Pemeriksaanya!
4
9. Mengetahui Penatalaksanaanya!
Ruang ligkup penulisan makalah ini antara lain mengenai penyakit stroke berupa
definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, asuhan keperawatan beserta
intervensi dan implementasi dari kasus penyakit stroke serta kaitan antara peran
perawat dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke
5
i. BAB I: Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan berupa
tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
ii. BAB II: Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pengertian,etiologi, tanda dan
gejala,epidemogi, patofisiologi,factor resiko, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan , komplikasi.
iii. BAB III: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian hingga evaluasi
keperawatan.
iv. BAB V: Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
v. Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neorulogis
mendadak sebagai akibat iskemik atau hemoragik sirkulasi saraf otak .(Sudoyo
Aru ,dkk 2009) stroke adalah istilah penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui system suplai arteri otak .Istilah stroke biasanya digunakan
secara spesifik untuk menjelaskan infrak serebrum .Istilah yang lebih lama dan
masihh sering digunakan adalah cerebrovaskullar accident( CVA).Namun ,istilah ini
sulit dipertahankan secara ilmiah karena patologi yang mendasari biasanya sudah ada
sejak lama atau mudah diidentifikasi .
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain daripada gangguan vaskuler (WHO).
6
· Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik)
atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah otak yang terganggu.
· Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak secara tiba-tiba, dan
merupakan keadaan yang timbul karena gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian (Brunner & Suddarth).
Tanda – tanda klinis berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau
global ,dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24jam atau lebih akan
menyebabkan kematian ,tanpa adanya penyebab lain yang selai vaskuler .Sehingga
tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat
menentukan kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita stroke.
2.2 Etiologi
Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke iskemik ( non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan terhenti .80%
stroke tergolong stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan .
2. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah .
3. Hipoperfuion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung .
.b Stroke hemoragik adalah stoke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh dara
otak .Hampir 70%kasus stroke hemoragik terjadi pada hipertensi .
Stroke hemoragik di bagi menjadi 3 jenis :
1. .Hemoragik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
7
2. .hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak)
2.4 Epidimiologi
8
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun,
bahkan saat ini angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Saat
ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia,
karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini
sangat memprihatinkan.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker dan sekitar 28,5 % penderita penyakit stroke meninggal dunia.
Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan
tersebut menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap
peningkatan kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan
tingginya kejadian stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2008).
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini diingatkan
bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik seseorang
meninggal karena stroke . Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang
yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan
mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah
penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat.
Oleh karena itu upaya Global yang bertaraf Internasional perlu dilakukan
untuk melawan ancaman stroke yang mendunia. Kata Ketua Umum Yayasan
Stroke Indonesia Pusat Laks TNI (Pur) Sudomo.
Kode stroke (ICD-9) adalah sebuah publikasi oleh WHO pada tahun 1977,
pada saat ini, National Center for Health Statistics di Amerika Serikat telah
membuat ekstensi dari kelanjutan sistim ini yang dapat lebih berdaya guna
9
untuk dipergunakan dalam masalah data morbiditas dan bagian dari procedure
codes telah ada.
Penyakit stroke diklasifikasikan pada Kode 320-359 yaitu Penyakit pada
sistem saraf. Karena stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
dimana suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau
mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke 80% disebabkan
oleh penggumpalan darah (Ischemic Strokes). Sisanya oleh pecahnya
pembuluh darah (Hemorrhagic Strokes).
10
- merokok
- peminum ,alkoholisme
- obat – obatan terlarang (drug abuse)
- kurang olahraga
- makan yang berkolesterol tinggi
2.6 Patofisiologi
2.7 Pemeriksaan
11
- CT Scan
- MRI
2.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran :
1. Breathing (Pernapasan)
- Usahakan jalan napas lancar.
- Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
- Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk.
- Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar.
2. Blood (Tekanan Darah)
- Usahakan otak mendapat cukup darah.
- Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut.
3. Brain (Fungsi otak)
- Atasi kejang yang timbul.
- Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi.
4. Bladder (Kandung Kemih)
- Pasang katheter bila terjadi retensi urine
5. Bowel (Pencernaan)
- Defekasi supaya lancar.
- Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde.
b. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral
jaringan otak. Di sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan
yang masih harus diselamatkan. Tindakan awal yang harus difokuskan
untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga unsur yang
paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan aliran
darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri
dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia
dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.
12
c. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya
dokter maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini,
mengenalinya dan memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan.
Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut.
Jika tekanan darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi
karena perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun
sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas kira-
kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara
bertahap. Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif menggunakan
nitropusid.
Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya
terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah
otak terhadap beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak
otak. Metoda yang lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan
seperti hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari
fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat
membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik
seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun
penggunaannya masih merupakan kontroversial.
d. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun
heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk
menyebabkan komplikasi haemoragik. Heparinoid dengan berat molekul
rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan heparin dan
dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. Jika
pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA, maka dapat
diberikan obat anti platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan
platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa
13
trombotik atau embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet
merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi
seperti pada halnya heparin.
e. Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani
penderita stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang
menguntungkan untuk dibedah. Tujuan utama pembedahan adalah untuk
memperbaiki aliran darah serebral.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah
otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hypertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernapasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
BAB III
ASUHAN KPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke (doenges dkk,1999) adalah :
Aktifitas /istirahat :
- Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena
kelemahan ,kehilangan sensasi atau paralisis ( hemiplegia) ,merasa mudah
lelah ,susah untuk beristirahat (nyeri /kejang otot).
- Tanda : gangguan tonus otot ,paralitk(hemiplegia),dan terjadi kelemahan
umum ,gangguan penglihatan,gangguan tingkat kesadaran .
Sirkulasi
- Gejala: adanya penyakit jantung ,polisitemia,riwayat hipotensi postural.
14
- Tanda: Hipertnsiarterial sehubungan dengan adanya
embolisme/malformasi vaskuler ,frekuensi nadi bervariasi ,dan distrimia.
Entegritas ego
- Gejala :Perasan tidak berdaya,perasaan putus asa .
- Tanda : emosi yng labil dan kecenderungan untuk marah ,sedih ,dan
gembira,kesulitan untuk mengexpresikan diri.
Eliminasi
- Gejala: perubahan pola
- Tanda: distensi abdomen dan kandung kemih ,bisng usus negative.
Makanan/cairan
- Gejala: nafsu makan hilang ,mual muntah selama fase akut ,kehilang
sensasi sensorik pada lidah ,dan tenggorokan ,disfagia,adanya riwayat
diabetes ,peningkatan lemak dalam darah .
- Tanda: kesulitan menelan ,obesitas .
-
Neurosensorik:
- Gejala : sakit kepala,kelemahan /kesemutan,hilangnya rangsangan
sensorik kontralateral pada ekstermitas ,penglihatan
menurun,gangguan rasa pengecapandan penciuman .
- Tanda: status metal/tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada
tahap awal hemoragic ,gangguan fungsi kognitif.
Kenyamanan
- Gejala: sakit kepala dengn itnsitas yang berbeda- beda .
- Tanda : tingkah laku tidak stabil,gelisah.
Pernafasan
- Tanda: ketidak mampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas .
- Keamanan
- Tanda: masalah dengan penglihat,kesulitn dalam menelan,ganggauan
dalam memutuskan.
Interaksi social
15
- Tanda: masalah bicara,ketidaknyamanan untuk berkomunikasi.
- Penyuluhan
- Gejala: adanya riwayat hypertensi pada keluarga,stoke,penggunaan
kontrasepsi oral,kecanduan alcohol.
16
4. GCS 4, 5, 6 telentang dapat
5. pupil isokor tanpa bantal. meningkatkan
6. refleks Monitor tekanan
cahaya (+) tanda-tanda intracranial
7. TTV vital. dan
normal. Bantu pasien intraabdoment
untuk dan dapat
membtasi melindungi diri
muntah, diri dari
batuk,anjurka valsava.
n klien Batuk dan
menarik nafas mengejan
apabila dapat
bergerak atau meningkatkan
berbalik dari tekanan
tempat tidur. intrkranial dan
Ajarkan klien poteensial
untuk terjadi
mengindari perdarahan
batuk dan ulang.
mengejan rangsangan
berlebihan. aktivitas dapat
Ciptakan meningktkan
lingkungan tekanan
yang tenang intracranial.
dan batasi tujuan yang di
pengunjung. berikan dengan
pemberian tujuan:
terapi sesuai menurunkan
intruksi premeabilitas
17
dokter,seperti kapiler,menuru
:steroid, nkan edema
aminofel, serebri,menuru
antibiotika. nkan metabolic
sel dan kejang.
18
pemberiaan
oksigen dapat
membantu
pernafasan dan
membuat
hiperpentilasi
mencegah
terjadinya
atelaktasisi dan
mengurangi
terjadinya hipoksia.
19
tidur, bantu untuk dan
duduk di sisi tempat mencegah
tidur. terjadinya
- Konsultasi dengan kontraktur.
ahli fisiotrapi. membantu
melatih
kembali jaras
saraf,mening
katkan respon
proprioseptik
dan motorik.
program yang
khusus dapat
di
kembangkan
untuk
menemukan
kebutuhan
klien.
20
4 Resiko gangguan Tujuan : klien mampu - Anjurkan klien untuk meningkatka
integritas kulit memperthankan keutuhan melakukan latihan n aliran darah
berhubungan dengan kulit setelah di lakukan ROM dan mobilisasi ke semua
tirah baring yang lama tindakan keperawatan jika munkin. daerah.
selama ..x24jam - Ubah posisi setiap 2 menghindari
Kriteria hasil : klien mampu jam. tekanan dan
perpartisipasi dalam - Gunakan bantal air meningkatka
penyembuhan luka, atau bantal yang lunak n aliran
mengetahui cara dan di bawah area yang darah.
penyebab luka, tidak ada menonjol. mengindari
tanda kemerahan atau luka - Lakukan masase pada tekanan yang
daerah yang menonjol berlebihan
yang baru mengalami pada daerah
tekanan pada waktu yang
21
berubah posisis. menonjol.
- Observasi terhadap mengindari
eritema dan kepucatan kerusakan
dan palpasi area kapiler.
sekitar terhadap hangan dan
kehangatan dan pelunakan
pelunakan jaringan merupakan
tiap mengubah posisi. tanda
- Jaga kebersihan kulit kerusakan
dan hidari seminimal jaringan.
munkin terauma,panas untuk
terhadap kulit. mempertahan
kan ke utuhan
kulit
3.1 . Komplikasi
a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal napas
22
2. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk
mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah
jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan dan istirahat
ditempat tidur yang terlalu lama.
3. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program
kebugaran.
4. Penurunan berat badan apabila kegemukan
5. Berhenti merokok
6. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok,
karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan
menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi.
23
mengalami depresi disamping rasa rendah diri yang bisa dipahami
sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas dan
keberadaannya.
3). Sosial
Apabila keadaan sakitnya sampai terjadi kelumpuhan dan gangguan
komunikasi, klien akan mengalami kesulitan untuk mengadakan
interaksi dengan keluarga maupun masyarakat. Mungkin juga klien
akan menarik diri dari interaksi sosial karena merasa harga dirinya
rendah dan merasa tidak berguna.
4). Spiritual
Penderita mungkin akan mengalami kesulitan didalam melakukan
kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa karena keterbatasannya.
Mungkin juga penderita akan merasa bahwa Tuhan tidak adil kepada
dirinya akibat dari depresi. Penderita juga mengingkari dan menolak
keberadaan dari Yang Maha Kuasa.
b. Bagi keluarga
Penderita akan menjadikan beban bagi keluarga, karena keluarga yang
sehat berupaya untuk mencarikan biaya pengobatan, membantu
memberikan perawatan, karena penderita sendiri sangat tergantung dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri. Keluarga akan merasa cemas mengenai
keadaannya. Apabila penderita suami atau isteri mungkin menghadapi
resiko depresi dan perubahan emosional.
3.4 Theraphy:
1. Injeksi ketorolac 1 ampl/ 8jam
2. Injeksi Bralin 1ampl/ 8jam
3. Injeksi Benocetam 3 gram/12 jam
4. Injeksi Tramadol 1 ampl/8 jam
24
5. Infus RL
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis
yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak
teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya
terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-
obatan atau terapi psikis.
25
4.2 . SARAN
1. Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah
tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak
karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
2. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan
antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah
terjadi completed stroke.
3. Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena
itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
4. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan
atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya
stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke
berulang.
DAFTAR PUSTAKA
26
27