NIM : 22221047
NIM : 22221047
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan studi kasus ini. Penulisan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners di Institut
Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan studi kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
Kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi CP, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
2. Ibu Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
3. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan
4. Ibu Apriyani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing I, Miranti Florencia
I, S. Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing II
5. Kepada seluruh Dosen-Dosen yang ada di Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang khususnya bapak/ibu Dosen Ilmu
Keperawatan yang membantu meyelesaikan Studi Kasus ini
6. Kepada kedua orang tua saya, Mama Asfadiah dan Ayah Taufik Hidayat
yang selalu mendukung dan mendo’akan, sehingga saya mampu
menyelesaikan Studi Kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, Semoga Studi Kasus ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, 29 Desember 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu dari jenis penyakit yang tidak
menular dan termasuk ke dalam gangguan fungsi neourologi yang
disebabkan oleh cardio vascular deseases (CVD). Sebagian besar penyakit
ini disebabkan karena penyumbatan yang menghambat aliran darah ke
otak (Irman, dkk, 2021).
Stroke biasanya diartikan sebagai aliran darah yang berhenti karena
terputus, yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak
sehingga oksigen dan juga nutrisi yang harusnya berada di otak menjadi
berkurang (WHO, 2016).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Umum
D. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kesadaran pasien stroke sebelum dilakukanya
terapi murottal Al-Qur’an.
2. Mengidentifikasi tingkat kesadaran pasien stroke sesudah
dilakukannya terapi murottal Al-Qur’an.
3. Mengidentifikasi perbedaan tingkat kesadaran sebelum dan sesudah
dilakukannya terapi murottal Al-Qur’an.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Stroke
a. Definisi Stroke
Stroke merupakan salah satu dari jenis penyakit yang tidak
menular dan termasuk ke dalam gangguan fungsi neourologi yang
disebabkan oleh cardio vascular deseases (CVD). Sebagian besar
penyakit ini disebabkan karena penyumbatan yang menghambat aliran
darah ke otak (Irman, dkk, 2021).
Stroke biasanya diartikan sebagai aliran darah yang berhenti karena
terputus, yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak
sehingga oksigen dan juga nutrisi yang harusnya berada di otak
menjadi berkurang (WHO, 2016).
Stroke biasanya muncul dalam bentuk neurologis seperti motorik,
sensorik maupun secara visual dan terbatas dalam pemenuhan ADL
oleh karena itu pasien stoke mengalami penurunan dalam fungsi fisik
(Bachtiar, 2021)
a) Serebrum
Serebrum adalah bagian yang terluas dan jugga terbesar dari
otak yang berbentuk telur, mengisi penuh pada bagian depan
atas rongga tengkorak. Terdapat empat bagian lobus yaitu :
lobus frontal, pariental, temporal dan juga oksipital.
b) Cerebellum
Cerebellum terdapat pada bagian bawah dan belakang
tengkorak yang dipisah oleh serebrum dibelakangi oleh pons
varoli dan diatas medulla oblongata.
c) Batang otak
(1) Diensefalon, merupakan bagian batang otak paling atas
yang fungsinya adalah untuk mengecilkan pembuluh
darah, membantu proses dari persyarafan, mengontrol
reflek dan membantu kerja jantung.
(2) Mesensefalon, terdiri dari empat bagian yang menonjol
kebagian atas.
(3) Medulla oblongata, adalah bagian otak yang paling
bawah menghubungan antara pons varoli dengan medulla
spinalis. Selain itu ada beberapa bagian untuk
menjalankan fungsi dari otak yaitu:
Maningen merupakan selaput yang membungkus
bagian otak dan juga sumsum tulang belakang,
melindungi struktur dari saraf halus yang membawa
pembuluh darah dan juga cairan sekresi (cairan
serebrospinalis), untuk memperkecil dari benturan
dan juga getaran.
Sistem ventrikel, terdiri dari rongga-rongga di
dalam otak yang berhubungan dengan satu sama
lain kedalam rongga itu, dapat menghasilkan cairan
serebrospinal.
Cairan serebrospinal, hasil sekresi pleksus koroid
yang disalurkan oleh pleksus koroid kebagian dalam
kanalis sumsum tulang belakang.
2) Medula Spinalis
Adalah bagian dari susunan saraf pusat yang terletak didalam
kanalis vertebralis bersama dengan ganglion radiks posterior pada
poramen intervertebralis berpasangan kiri dan kanan.terdapat 31
pasang saraf yang terdiri dari, servikal 8 pasang, torakal 12 pasang,
lumbal 5 passang, sacral 5 padang dan kokligial 1 pasang.
3) Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan juga saraf otonom. Saraf
somatik mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas dari
otot sadar atau serat lintang. Saraf otonom adalah saraf-saraf yang
bekerja tanpa disadari dan bekerja secara otomatis.
c. Etiologi Stroke
Etiologi stroke menurut Redwidra (2018) adalah :
1) Trombosis serebral
Thrombosis terjadi pada bagian pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi pada jaringan
otak yang menimbulkan odem dan juga kongesti di sekitarnya.
Biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur ataupun
bangun tidur. Hal ini disebabkan karena penurunan dari
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
menyebabkan terjadinya iskemi serebral. Tanda dan juga gejala
neurologis sering kali memburuk setelah 48 jam setelah
terjadinya thrombosis. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
thrombosis otak antara lain : ateroklerosis, hiperkoagulasi pada
polisitemia, arterisis (radang pada arteri), emboli dan hemoragi.
2) Hemoragi
Perdarahan intracranial ataupun intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan
otak. Hal ini terjadi karena ateroklerosis dan hipertensi. Akibat
dari pecahnya pembuluh darah di otak menyebabkan
perembesan darah ke parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan juga pemisahan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, tertekan, infark
otak, odema dan herniasi otak.
3) Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung paru, curah
jantungg turun akibat aritmia,
4) Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah spasme arteri serebral yang disertai perdarahan
subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai dengan sakit
kepala migren.
d. Klasifikasi Stroke
Stroke atau gangguan peredaran darah diotak di klasifikasikan menjadi
2 menurut Redwidra (2018) :
1) Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik merupakan suatu perdarahan serebral dan
perdarahn subaraknoid yang disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah otak di area otak tertentu.stroke ini biasanya
terjadi pada saat beraktivitas atau saat aktif, namun dapat juga
terjadi pada saat istirahat. Biasanya kesadaran pasien menurun.
Perdarahan pada otak dibagi menjadi dua yaitu :
a) Perdarahan intracranial, pecahnya pembuluh darah
terutama karena hiprtensiyang mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak yang membentuk masa
kemudian menekan jaringan otak. Perdarahan seringkali
dijumpai pada daerah putamen, thalamus, pons dan juga
serebelum.
b) Perdarahan subaraknoid, Perdarahan ini berasal dari
pecahnya aneurisma berry yang berasal dari pembuluh
arah sirkulasi willisi dan cabang-cabang yang berada
diluar parenkim otak. Pecahnya arteri yang keluarnya ke
ruang sub struktur mengakibatkan adanya nyeri dan
vasopasme pembuluh darah yang mengakibatkan
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemi sensorik dan
afasia).
2) Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik dapat berupa iskmia ataupun emboli dan
thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat dan baru bangun tidur pagi hari. Tidak terjadinya
perdahan namun terjadi iskemia yang menyebabkan hipoksia
dan kemudian timbul edema sekunder, dan kesadaran
umumnya baik.
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke menurut Mansjoer (2014) adalah :
1) Defisit Lapang Penglihatan
a) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
pandang), kesulitan dalam menilai jarak.
b) Kesulian penglihatan perifer (kesulitan penglhatan pada
malam hari, tidak menyadari obyek).
c) Diplopia penglihatan ganda
2) Defisit Motorik
a) Hemiparese (kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi
sama.
b) Ataksia (berjalan tidak mantap, tegak dan tidak mampu
berdiri luas)
c) Disartia (kesulitan membentuk kata)
d) Disfagia (kesulitan menelan)
3) Defistit Verbal
a) Afasia Ekspresif (tidak mampu membentuk kata yang
dipahami, hanya bisa dalam kata tunggal)
b) Afasia Reseptif (tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan, mampu bicara tapi tidak masuk akal)
c) Afasia Global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif)
4) Defisit Kognitif, akan kehilangan memori jangka pendek dan
jangka panjang, terjadi penurunan lapang perhatian, kerusakan
berkonsentrasi, alasan abtreae buruk dan perubahan penilaian.
5) Defisit Emosional, akan kehilangan control diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan, marah dan
perasaan isolasi.
g. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Redwindra (2018) :
1) Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
a) Edema serebri : defisit neurologis cenderung akan
memberat, dapat meningkatkan tekanan intracranial,
herniasi dan akibatnya akan menimbulkan kematian.
b) Infark miokard : penyebab kematian mendadak ada stroke
stadium awal.
2) Komplikasi jangka pendek (1-14 hari/ 7-14 hari pertama)
a) Pneumonia : akibat immobilisasi lama
b) Infark miokard
c) Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke,
sering terjadi saat penderita mulai mobilisasi.
d) Stroke rekuren : dapat terjadi pada setiap saat.
3) Komplikasi jangka panjang
a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian
oksigen
b) Penurunan darah serebral
c) Embolisme serebral
h. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut Hartati (2020) :
1) Penatalaksanaan Medis
a) Menurunkan kerusakan iskemik serebral
Tindakan awal adalah untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan cara memberikan oksigen,
glukosa dan juga aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol ataupun memperbaiki disritmia serta tekanan
darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Tinggikan kepala 15-30 derajat unntuk menghindari
fleksi dan rotasi kepala yang terlalu berlebih, pemberian
dexamethason.
c) Pengobatan
Anti Koagulan : Heparin adalah untuk menurunkan
kecenderungan perdarahan pada fase akut
Obat Anti Trombotik : pemberian obat ini adalah
untuk mencegah peristiwa trombolitik dan embolik
Deuritika : adalah untuk menurunkan edema
serebral
d) Pembedahan
Endarterektomi karotik dilakukan untuk memperbaiki
peredaran darah pada otak.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Posisikan pasien 15-30 derajat. Posisi miring pada saat
terjadi muntah dan boleh melakukan mobilisasi jika
hemodinamika stabil.
b) Pertahankan ventilasi yang adekuat dan bebaskan jalan
nafas pasien.
c) Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan stabil
d) Anjurkan untuk bedrest, miring kiri atau kanan tiap 2 jam
sekali
e) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Suction untuk bersihan jalan nafas jika perlu
i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke menurut
Santoso, L, E (2018) sebagai berikut :
1) Angiografi serebral
2) Elektro Kardiografi (EKG)
EKG sangat perlu untuk dilakukan karena insiden penyakit
jantung cukup tinggi pada pasien stroke.
3) Sinar x tengkorak
4) Ultrasonografi Doppler
Hal ini dapat menentukan adanya stenosis ataupun oklusi,
keadaan kolateral atau rekanalisasi dan untuk mencari sumber
dari thrombus sebagai etiologi stroke.
5) CT-Scan dan MRI
Tanpa kontras hal ini dapat membedakan stroke, perdarahan
intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Pemeriksaan ini
harus dilakukan sebelum terapi spesifik diberikan.
6) Pemeriksaan foto thorax
7) Pemeriksaan laboratorium
2. Tingkat Kesadaran
a. Definisi kesadaran
Kesadaran merupakan kondisi dimana seorang individu yang
memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun terhadap
stimulus eksternal. Kesadaran juga mencakup persepsi dan pemikiran
yang samar-samar oleh individu sehingga akhirnya membuat
perhatianya terpusat (Sustiyah, 2017).
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak
sadarkan diri dalam arti lain tidak terjaga atau tidak bangun sehingga
tidak mampu memberikan respon yang normal terhadap stimulus yang
diberikan (Ekawati, dkk, 2019). Penurunan kesadaran merupakan
keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan juga pemikiran
yang berkurang secara keseluruhan yang kemudian menyebabkan
amnesia sebagian atau total (Lukman, dkk, 2020).
3. Intervensi
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan