Anda di halaman 1dari 23

Studi Kasus

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP


TINGKAT KESADARAN PADA PASIEN STROKE DI RUANG
ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

ENJEL FANECHA DIFA

NIM : 22221047

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
Studi Kasus

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP


TINGKAT KESADARAN PADA PASIEN STROKE DI RUANG
ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

ENJEL FANECHA DIFA

NIM : 22221047

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan studi kasus ini. Penulisan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners di Institut
Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan studi kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
Kepada :

1. Bapak Heri Shatriadi CP, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
2. Ibu Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
3. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan
4. Ibu Apriyani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing I, Miranti Florencia
I, S. Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing II
5. Kepada seluruh Dosen-Dosen yang ada di Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang khususnya bapak/ibu Dosen Ilmu
Keperawatan yang membantu meyelesaikan Studi Kasus ini
6. Kepada kedua orang tua saya, Mama Asfadiah dan Ayah Taufik Hidayat
yang selalu mendukung dan mendo’akan, sehingga saya mampu
menyelesaikan Studi Kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, Semoga Studi Kasus ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, 29 Desember 2021
Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu dari jenis penyakit yang tidak
menular dan termasuk ke dalam gangguan fungsi neourologi yang
disebabkan oleh cardio vascular deseases (CVD). Sebagian besar penyakit
ini disebabkan karena penyumbatan yang menghambat aliran darah ke
otak (Irman, dkk, 2021).
Stroke biasanya diartikan sebagai aliran darah yang berhenti karena
terputus, yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak
sehingga oksigen dan juga nutrisi yang harusnya berada di otak menjadi
berkurang (WHO, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam


penelitian adalah apakah ada pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap
tingkat kesadaran pada pasien stroke di ruang ICU Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari

C. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal Al-


Qur’an terhadap tingkat kesadaran pada pasien stroke di ruang ICU
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari

D. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kesadaran pasien stroke sebelum dilakukanya
terapi murottal Al-Qur’an.
2. Mengidentifikasi tingkat kesadaran pasien stroke sesudah
dilakukannya terapi murottal Al-Qur’an.
3. Mengidentifikasi perbedaan tingkat kesadaran sebelum dan sesudah
dilakukannya terapi murottal Al-Qur’an.

E. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh terapi
murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kesadaran pasien stroke dan
sebagai bentuk pengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh.
2. Bagi Institusi Penelitian
Hasil Penelitian dapat memberikan informasi tentang pengaruh terapi
murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kesadaran pasien stroke.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh
terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kesadaran pada pasien
stroke. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
penelitiannya selanjutnya.
4. Bagi Keluarga Pasien
Hasil Penelitian dapat memberikan informasi tentang keistimewaan
Al-Qur’an dan manfaat melakukan terapi murottal Al-Qur’an untuk
mengatasi masa kritis pada pasien stroke
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Stroke
a. Definisi Stroke
Stroke merupakan salah satu dari jenis penyakit yang tidak
menular dan termasuk ke dalam gangguan fungsi neourologi yang
disebabkan oleh cardio vascular deseases (CVD). Sebagian besar
penyakit ini disebabkan karena penyumbatan yang menghambat aliran
darah ke otak (Irman, dkk, 2021).
Stroke biasanya diartikan sebagai aliran darah yang berhenti karena
terputus, yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak
sehingga oksigen dan juga nutrisi yang harusnya berada di otak
menjadi berkurang (WHO, 2016).
Stroke biasanya muncul dalam bentuk neurologis seperti motorik,
sensorik maupun secara visual dan terbatas dalam pemenuhan ADL
oleh karena itu pasien stoke mengalami penurunan dalam fungsi fisik
(Bachtiar, 2021)

b. Anatomi Fisiologi Otak


Anatomi fisiologi otak menurut Redwidra (2018) :
1) Otak
Otak merupakan salah satu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat semua alat control tubuh yang terdiri dari :
serebrum, cerebellum dan batang otak.
Gambar 1 : Anatomi otak

a) Serebrum
Serebrum adalah bagian yang terluas dan jugga terbesar dari
otak yang berbentuk telur, mengisi penuh pada bagian depan
atas rongga tengkorak. Terdapat empat bagian lobus yaitu :
lobus frontal, pariental, temporal dan juga oksipital.
b) Cerebellum
Cerebellum terdapat pada bagian bawah dan belakang
tengkorak yang dipisah oleh serebrum dibelakangi oleh pons
varoli dan diatas medulla oblongata.
c) Batang otak
(1) Diensefalon, merupakan bagian batang otak paling atas
yang fungsinya adalah untuk mengecilkan pembuluh
darah, membantu proses dari persyarafan, mengontrol
reflek dan membantu kerja jantung.
(2) Mesensefalon, terdiri dari empat bagian yang menonjol
kebagian atas.
(3) Medulla oblongata, adalah bagian otak yang paling
bawah menghubungan antara pons varoli dengan medulla
spinalis. Selain itu ada beberapa bagian untuk
menjalankan fungsi dari otak yaitu:
 Maningen merupakan selaput yang membungkus
bagian otak dan juga sumsum tulang belakang,
melindungi struktur dari saraf halus yang membawa
pembuluh darah dan juga cairan sekresi (cairan
serebrospinalis), untuk memperkecil dari benturan
dan juga getaran.
 Sistem ventrikel, terdiri dari rongga-rongga di
dalam otak yang berhubungan dengan satu sama
lain kedalam rongga itu, dapat menghasilkan cairan
serebrospinal.
 Cairan serebrospinal, hasil sekresi pleksus koroid
yang disalurkan oleh pleksus koroid kebagian dalam
kanalis sumsum tulang belakang.
2) Medula Spinalis
Adalah bagian dari susunan saraf pusat yang terletak didalam
kanalis vertebralis bersama dengan ganglion radiks posterior pada
poramen intervertebralis berpasangan kiri dan kanan.terdapat 31
pasang saraf yang terdiri dari, servikal 8 pasang, torakal 12 pasang,
lumbal 5 passang, sacral 5 padang dan kokligial 1 pasang.
3) Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan juga saraf otonom. Saraf
somatik mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas dari
otot sadar atau serat lintang. Saraf otonom adalah saraf-saraf yang
bekerja tanpa disadari dan bekerja secara otomatis.

c. Etiologi Stroke
Etiologi stroke menurut Redwidra (2018) adalah :
1) Trombosis serebral
Thrombosis terjadi pada bagian pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi pada jaringan
otak yang menimbulkan odem dan juga kongesti di sekitarnya.
Biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur ataupun
bangun tidur. Hal ini disebabkan karena penurunan dari
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
menyebabkan terjadinya iskemi serebral. Tanda dan juga gejala
neurologis sering kali memburuk setelah 48 jam setelah
terjadinya thrombosis. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
thrombosis otak antara lain : ateroklerosis, hiperkoagulasi pada
polisitemia, arterisis (radang pada arteri), emboli dan hemoragi.

2) Hemoragi
Perdarahan intracranial ataupun intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan
otak. Hal ini terjadi karena ateroklerosis dan hipertensi. Akibat
dari pecahnya pembuluh darah di otak menyebabkan
perembesan darah ke parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan juga pemisahan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, tertekan, infark
otak, odema dan herniasi otak.

3) Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung paru, curah
jantungg turun akibat aritmia,

4) Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah spasme arteri serebral yang disertai perdarahan
subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai dengan sakit
kepala migren.

d. Klasifikasi Stroke
Stroke atau gangguan peredaran darah diotak di klasifikasikan menjadi
2 menurut Redwidra (2018) :
1) Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik merupakan suatu perdarahan serebral dan
perdarahn subaraknoid yang disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah otak di area otak tertentu.stroke ini biasanya
terjadi pada saat beraktivitas atau saat aktif, namun dapat juga
terjadi pada saat istirahat. Biasanya kesadaran pasien menurun.
Perdarahan pada otak dibagi menjadi dua yaitu :
a) Perdarahan intracranial, pecahnya pembuluh darah
terutama karena hiprtensiyang mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak yang membentuk masa
kemudian menekan jaringan otak. Perdarahan seringkali
dijumpai pada daerah putamen, thalamus, pons dan juga
serebelum.
b) Perdarahan subaraknoid, Perdarahan ini berasal dari
pecahnya aneurisma berry yang berasal dari pembuluh
arah sirkulasi willisi dan cabang-cabang yang berada
diluar parenkim otak. Pecahnya arteri yang keluarnya ke
ruang sub struktur mengakibatkan adanya nyeri dan
vasopasme pembuluh darah yang mengakibatkan
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemi sensorik dan
afasia).
2) Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik dapat berupa iskmia ataupun emboli dan
thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat dan baru bangun tidur pagi hari. Tidak terjadinya
perdahan namun terjadi iskemia yang menyebabkan hipoksia
dan kemudian timbul edema sekunder, dan kesadaran
umumnya baik.

e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke menurut Mansjoer (2014) adalah :
1) Defisit Lapang Penglihatan
a) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
pandang), kesulitan dalam menilai jarak.
b) Kesulian penglihatan perifer (kesulitan penglhatan pada
malam hari, tidak menyadari obyek).
c) Diplopia penglihatan ganda
2) Defisit Motorik
a) Hemiparese (kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi
sama.
b) Ataksia (berjalan tidak mantap, tegak dan tidak mampu
berdiri luas)
c) Disartia (kesulitan membentuk kata)
d) Disfagia (kesulitan menelan)
3) Defistit Verbal
a) Afasia Ekspresif (tidak mampu membentuk kata yang
dipahami, hanya bisa dalam kata tunggal)
b) Afasia Reseptif (tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan, mampu bicara tapi tidak masuk akal)
c) Afasia Global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif)
4) Defisit Kognitif, akan kehilangan memori jangka pendek dan
jangka panjang, terjadi penurunan lapang perhatian, kerusakan
berkonsentrasi, alasan abtreae buruk dan perubahan penilaian.
5) Defisit Emosional, akan kehilangan control diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan, marah dan
perasaan isolasi.

f. Patofisiologi dan Pathway


Otak merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat sensitive
oksigen dan glukosa karena jaringan otak tidak dapat menyimpan
kelebihan dari oksigen dan glukosa. Berat otak hanya sekitar 2% dari
berat badan, namun otak menggunakan sekitar 25% suplay oksigen
dan 70% glukosa. Jika aliran darah kebagian otak mengalami
hambatan maka akan terjadi iskemia dan akan terjadi gangguan
metabolism pada otak yang menyebabkan terjadinya gangguan
serebral. Jika aliran darah ke otak terganggu lebih dari 30 detik maka
akan menngalami tidak sadar dan jika lebih dari 4 menit terjadi
kerusakan pada jaringan otak permanen.
Otak diperdarahi melalui dua arteri karotis. Dua arteri karotis yaitu
karotis interna dan karotis eksterna. Fungsi karotis interna yaitu untuk
memperdarahi langsung kedalam otak kemudian bercabang menjadi
arteri serebri anterior dan media. Karotis eksterna memperdarahi
wajah, lidah dan faring (Hartati, 2020).

g. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Redwindra (2018) :
1) Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
a) Edema serebri : defisit neurologis cenderung akan
memberat, dapat meningkatkan tekanan intracranial,
herniasi dan akibatnya akan menimbulkan kematian.
b) Infark miokard : penyebab kematian mendadak ada stroke
stadium awal.
2) Komplikasi jangka pendek (1-14 hari/ 7-14 hari pertama)
a) Pneumonia : akibat immobilisasi lama
b) Infark miokard
c) Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke,
sering terjadi saat penderita mulai mobilisasi.
d) Stroke rekuren : dapat terjadi pada setiap saat.
3) Komplikasi jangka panjang
a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian
oksigen
b) Penurunan darah serebral
c) Embolisme serebral

h. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut Hartati (2020) :
1) Penatalaksanaan Medis
a) Menurunkan kerusakan iskemik serebral
Tindakan awal adalah untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan cara memberikan oksigen,
glukosa dan juga aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol ataupun memperbaiki disritmia serta tekanan
darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Tinggikan kepala 15-30 derajat unntuk menghindari
fleksi dan rotasi kepala yang terlalu berlebih, pemberian
dexamethason.
c) Pengobatan
 Anti Koagulan : Heparin adalah untuk menurunkan
kecenderungan perdarahan pada fase akut
 Obat Anti Trombotik : pemberian obat ini adalah
untuk mencegah peristiwa trombolitik dan embolik
 Deuritika : adalah untuk menurunkan edema
serebral
d) Pembedahan
Endarterektomi karotik dilakukan untuk memperbaiki
peredaran darah pada otak.

2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Posisikan pasien 15-30 derajat. Posisi miring pada saat
terjadi muntah dan boleh melakukan mobilisasi jika
hemodinamika stabil.
b) Pertahankan ventilasi yang adekuat dan bebaskan jalan
nafas pasien.
c) Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan stabil
d) Anjurkan untuk bedrest, miring kiri atau kanan tiap 2 jam
sekali
e) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Suction untuk bersihan jalan nafas jika perlu

i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke menurut
Santoso, L, E (2018) sebagai berikut :
1) Angiografi serebral
2) Elektro Kardiografi (EKG)
EKG sangat perlu untuk dilakukan karena insiden penyakit
jantung cukup tinggi pada pasien stroke.
3) Sinar x tengkorak
4) Ultrasonografi Doppler
Hal ini dapat menentukan adanya stenosis ataupun oklusi,
keadaan kolateral atau rekanalisasi dan untuk mencari sumber
dari thrombus sebagai etiologi stroke.
5) CT-Scan dan MRI
Tanpa kontras hal ini dapat membedakan stroke, perdarahan
intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Pemeriksaan ini
harus dilakukan sebelum terapi spesifik diberikan.
6) Pemeriksaan foto thorax
7) Pemeriksaan laboratorium

2. Tingkat Kesadaran
a. Definisi kesadaran
Kesadaran merupakan kondisi dimana seorang individu yang
memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun terhadap
stimulus eksternal. Kesadaran juga mencakup persepsi dan pemikiran
yang samar-samar oleh individu sehingga akhirnya membuat
perhatianya terpusat (Sustiyah, 2017).
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak
sadarkan diri dalam arti lain tidak terjaga atau tidak bangun sehingga
tidak mampu memberikan respon yang normal terhadap stimulus yang
diberikan (Ekawati, dkk, 2019). Penurunan kesadaran merupakan
keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan juga pemikiran
yang berkurang secara keseluruhan yang kemudian menyebabkan
amnesia sebagian atau total (Lukman, dkk, 2020).

b. Cara penilaian kesadaran


Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan dengan Glascow Coma
Scale untuk mengamati kelopak mata, kemampuan bicara dan juga
tanggapan motorik (gerakan). Pemeriksaan tinngkat kesadaran yaitu
dengan Glascow Coma Skale / GCS menurut Redwindra (2018) :
1) Membuka mata/ eye
 Membuka spontan : 4
 Membuka dengan perintah : 3
 Membuka mata dengan rangsang nyeri : 2
 Tidak mampu membuka mata : 1
2) Kemampuan bicara/ verbal
 Orientasi dan perintah baik : 5
 Pembicaraan yang kacau : 4
 Pembicaraan yang tidak pantas dan kasar : 3
 Dapat bersuara, merintih : 2
 Tidak bersuara : 1
3) Tangggapan motorik
 Menanggapi perintah : 6
 Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang : 5
 Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri : 4
 Tanggapan fleksi abnormal : 3
 Tanggapan ekstensi abnormal : 2
 Tidak ada gerakan : 1
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik
menurut Tarwoto (2013) yaitu:
a) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status,
suku, agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal
MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan identitas
penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku,
hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
b) Keluhan Utama
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitu klien
mengalami kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya
klien mengalami bicara pelo, biasanya klien kesulitan dalam
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang


Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang
melakukan aktivitas ataupun tidak sedang melakukan aktivitas.
Gejala yang muncul seperti mual, nyeri kepala, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adapun riwayat kesehatan dahulu yaitunya memiliki riwayat
hipertensi, riwayat DM, memiliki penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, riwayat kotrasepsi oral yang lama,
riwayat penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat
DM, dan adanya riwayat anggota keluarga yang menderita
stroke.
f) Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya
untuk pengobatan secara komprehensif, sehingga memerlukan
biaya untuk pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan yang
sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
klien dan keluarga.
g) Pemeriksaan Fisik : Tingkat Kesadaran
 Composmentis, kondisi sadar sepenuhnnya, baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungan sekitarnya dan dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik (GCS :
14-15).
 Apatis, kondisi dimana seseorang yang tampak segan dan
acuh tak acuh terhadap lingkungannya (GCS : 12-13).
 Derilium, kondisi dimana seseorang yang mengalami
kekacauan gerak, siklus tidur, tampak gaduh gelisah,
kacau, disorientasi serta meronta-ronta (GCS : 10-11).
 Somnolen, kondisi dimana seseorang yang mengalami
ngantuk dalam namun masihhh dapat sadar bila diberi
rangsangan namun saat rangsang berhenti akan kembali
tertidur (GCS : 7-9).
 Sopor, kondisi dimana seseorang yang mengalami
ngantuk yang dalam, namun masih dapat dibangunkan
dengan rangsangan yang kuat, seperti rangsang nyeri
namun tidak terbangun sempurna dan juga tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan baik (GCS : 5-6).
 Semi Coma, kondisi dimana terjadinya penurunan
kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap
pertanyaan yang diberikan, tidak dapat dibangunkan sama
sekali, respon terhadap rangsang nyeri yang diberikan
hanya sedikit, namun replek kornea dan pupil masih baik
(GCS : 4).
 Coma, kondisi penurunan kesadaran yang sangat dalam,
tidak ada gerakan dan tidak ada respon terhadap
rangsangan nyeri (GCS : 3).
2. Diagnosa Keperawatan

a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d hipertensi


b) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas
c) Gangguan komunikasi verba b/d penurunan sirkulasi
serebral
d) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
e) Resiko gangguan integritas kulit/ jaringan b/d penurunan
mobilitas fisik
f) hdr

3. Intervensi
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI) (SIKI)
1 Resiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
serebral tidak tindakan keperawatan Intrakranial
efektif b/d 3x24 jam diharapkan 1. Identikasi penyebab
hipertensi perpusi jaringan peningkatan TIK
serebral pasien 2. Monitor tanda/gejala
menjadi efektif dengan peningkatan TIK
kriteria hasil: 3. Monitor status pernapasan
1. Tingkat kesadaran 4. Monitor intake dan output
kognitif meningkat cairan
2. Gelisah menurun 5. Monitor cairan serebro-spinal
3.Tekanan intracranial 6. Minimalkan stimulus dengan
menurun menyediakan lingkungan
4.Kesadaran membaik yang tenang
7. Berikan posisi semi fowler
8. Cegah terjadinya kejang
9. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
10. Pertahankan suhu tubuh
normal
11. Kolaborasi pemberian sedasi
dan konvulsa, jika perlu
2 Bersihan jalan Keperawatan 3x24 Pemantauan Respirasi
nafas tidak jam diharapkan 1. Monitor frekuensi
efektif b/d bersihan jalan nafas 2. Monitor pola nafas
obstruksi tetap paten dengan 3. Monitor kemampuan bentuk
jalan nafas Kriteria Hasil : efektif
1. Bentuk efektif 4. Monitoradanya produksi
meningkat sputum
2. Produksi sputum 5. Monitor adanya sumbatan
menurun jalan nafas
3. Frekuensi napas dan 6. Monitor saturasi oksigen
pola napas membaik 7. Monitor nilai AGD
8. Monitor hasil X-Ray toraks
9. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
3 Gangguan Setelah dilakukan Promosi komunikasi defisit
komunikasi tindakan asuhan bicara
verba b/d keperawatan 3x24 jam 1. Monitor frustasi, marah,
penurunan diharapkan depresi, atau hal lain yang
sirkulasi komunikasi verbal mengganggu bicara
serebral meningkat dengan 2. Identifikasi perilaku
kriteria hasil: emosional dan fisik sebagai
1. Kemampuan bentuk komunikasi
berbicara 3. Gunakan metode komunikasi
meningkat alternatif (mis: menulis, mata
2. Kemampuan berkedip, isyarat tangan)
mendengar 4. Berikan dukungan psikologis
meningkat 5. Ulangi apa yang disampaikan
3. Kesesuaian ekspresi pasien
wajah/ tubuh 6. Gunakan juru bicara
meningkat 7. Anjukan berbicara perlahan
4. Pemahaman
komunikasi
membaik
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
b/d tindakan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmamp keperawatan 3x24 jam 2. Identifikasi alergi dan
uan menelan diharapkan toleransi makanan
makanan manajemen nutrisi 3. Identifikasi makanan yang
meningkat dengan disukai
kriteria hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori
1. Porsi makan yang dan jenis nutrisi
dihabiskan 5. Monitor asupan makanan
meningkat 6. Monitor berat badan
2. Kekuatan otot 7. Lakukan oral hygiene
mengunyah 8. Berikan makanan tinggi serat
meningkat untuk mencegah konstipasi
3. Kekuatann otot 9. Berikan makanan tinggi
menelan meningkat kalori dan tinggi protein
4. Berat badan 10. Berikan supelmen makanan
membaik 11. Hentikan pemberian
5. Frekuensi makan makanan melalui selang
membaik nasogastrik jika asupan oral
6. Nafsu makan dapat ditoleransi
membaik 12. Anjurkan posisi duduk
7. Membran mukosa 13. Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik
5 Resiko
gangguan
integritas
kulit/ jaringan
b/d penurunan
mobilitas fisik

C. Konsep Intervensi dan Telaah Jurnal yang Mendukung


1. Murottal Al-Qur’an
a. Definisi
Murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh
seorang qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan ayat Al-Qur’an
mengandung unsur suara manusia. Suara dapat menurunkan hormone
stress dan mengaktifkan hormone endorphin alami (Ekawati, dkk,
2018).
Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas penduduk yang
memeluk agama Islam yang meyakini bahwa bacaan Al-Qur’an dapat
memberikan efek ketenangan sehingga dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit. Kata murottal berasal dari bahasa Arab “tartil”
yang artinya perlahan-lahan atau tidak tergesa-gesa sehingga murottal
Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara perlahan-lahan yang
sesuai dengan kaidah tajwid. (Ifati, dkk, 2019).

b. Manfaat Murottal Al-Qur’an


Peneliti menggunakan murottal Al-Qur’an untuk tingkat kesadaran
karena murotal Al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat antara lain :
a) Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan
mendapatkan ketenangan jiwa.
b) lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara
manusia, suara manusia merupakan instrumen penyembuhan
yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara
dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon
endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau
lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan,
kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme
yang lebih baik (Heru, 2008).

Bacaan murottal Al-Qur’an memiliki nilai lebih dibandingkan


dengan hanya mendengarkan musik karena bacaan Al-Qur’an
memiliki nilai spiritual dan religious yang tinggi, dengan nadanya yang
indah dan teratur. Spiritual dan Religius berhubungan dengan pola
yang spesifik terhadap respons kardiovaskular seperti menurunkan
tekanan darah karena membuat tubuh menjadi rileks dan membuat
jiwa menjadi tenang, menurunkan keemasan, mengurangi nyeri dan
meningkatkan angka harapan hidup (Ifati, dkk, 2019). Suara dapat
menurunkan hormone stress dan mengaktifkan hormone endorphin
alami (Ekawati, dkk, 2018).

c. Efek Murottal Al-Qur’an terhadap respon tubuh


Murottal Al-Qur’an mampu memacu sistem saraf parasimpatis
yang mempunyai efek berlawanan dengan sistem saraf simpatis.
Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf autonom. Hal
inilah yang menjadi prinsip dasar dari timbulnya respon relaksasi,
yakni terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan system
saraf parasimpatis. Kondisi yang rileks akan mencegah vasospasme
pembuluh darah akibat perangsangan simpatis pada kondisi stres
sehingga dapat meningkatkan perfusi darah (Upoyo, Ropi, dan Sitorus
2012).
Al-Qur’an memiliki frekuensi dan juga panjang gelombang
spesifik yang dapat menstimulasi sel otak untuk mengembalikan
keseimbangan, sirkulasidan juga koordinasi (Nasiri, dkk, 2017).

Anda mungkin juga menyukai