PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi penyebab kesakitan dan
kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10%
penderita stoke megalami kelemahan yang memerlukan perawatan.
Stroke dibagi menjadi dua jemis, yaitu stroke iskemik (ischemic stroke) dan
stroke hemoragic (hemorragic stroke), stroke iskemik sebagian besar merupakan
komplikasi dari penyakit vaskuler, yang ditandai dengan gejala penurunan tekan
darah yang mendadak, takikardi, pucat, dan pernafasan yang tidak teratur. Sementara
stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan imtrakranial denagn
gejala peningkatan tekanan darah, bradikardi, wajah keunguan, sianosis, dan
pernafasan mengorok.
1
9. Apa sajakah komplikasi yang dapat diakibatkan penyakit Stroke Hemoragik?
10. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan ?
11. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
12. Bagaimanakah pencegahan pada penyakit Stroke Hemoragik ?
13. Apa sajakah asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap penderita
Stroke Hemoragik ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari Stroke Hemoragik.
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem persarafan.
3. Mengetahui klasifikasi Stroke Hemoragik.
4. Mengetahui faktor risiko Stroke Hemoragik.
5. Mengetahui etiologi penyebab dari Stroke Hemoragik.
6. Mengetahui patofisiologi dari Stroke Hemoragik.
7. Mengetahui WOC (Web of Caution) dari Stroke Hemoragik.
8. manifestasi klinis dari Stroke Hemoragik.
9. Mengetahui komplikasi yang dapat diakibatkan dari Stroke Hemoragik.
10. Mengetahui penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada penderita
Stroke Hemoragik.
11. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien Stroke
Hemoragik.
12. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan dari Strok Hemoragik.
13. Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita Stroke
Hemoragik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stroke adalah suatau keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredarah
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut
Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak
dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovasculer disease (CVD).
3
2.2.1 Area Sensorik
4
serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah
sebagai berikut.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
Merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang untuk
melindungi struktur saraf yang halus untuk membawa pembuluh darah dan cairan
sekresi.
Meningen terbagi 3:
1. Durameter (lapisan luar) : Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat.
2. Arakhnoidea (lapisan tengah) : Selaput tipis yang berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf sentral.
3. Piameter (lapisan dalam) : Selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan otak.
Sistem ventrikel
Terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang berhubungan satu sama lain. Ke
dalam rongga itu, pleksus koroid mengalirkan cairan liquor serebrospinal. Pleksus
koroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi. Pada bagian piameter
membelok ke dalam ventrikel dan menyalurkan cairan serebrospinalis hasil sekresi
pleksus koroid, cairan ini bersifat alkali bening mirip plasma.
5
Sirkulasi cairan serebrospinalis
Cairan ini disalurkan oleh pleksus koroid ke dalam ventrikel yang ada dalam otak
kemudian masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang ke ruang subaraknoid
melalui ventrikularis.setelah melewati seluruh ruangan otak dan sumsum tulang
belakang kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus sagitalis
superior.
1. Otak
Otak merupakan pusat kendali tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh salaput otak
(meningen) dan tulang tengkorak yang kuat dan terletak dalam kavum kranii.
Terdapat jaringan kelabu (gray matter) dan putih (white matter).
Serebrum mengandung substansi atau jaringan abu-abu dan putih. Lapis luar
(korteks) warna abu-abu banyak mengandung badan saraf. Lapis dalam warna putih
banyak mengandung serabut saraf, terletak dalam rongga kepala.
6
Serebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus
Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas,
kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi
terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dapat juga dibagi
menurut fungsi dan banyaknya area.
7
b. Serebelum (otak kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas, terdiri dari 2 belahan yang dihubungkan oleh jembatan varol
untuk menyampaikan rangsangan. Organ ini banyak menerima serabut aferen
sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang
mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer.
Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus serebri
inferior (korpus retiformi). Permukaan luar serebelum berlipat – lipat menyerupai
serebrum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum ini
mengandung zat kelabu . Korteks serebelum dibentuk oleh substabsia grisea , terdiri
dari tiga lapisan yaitu granula luar, lapisan purkinje dan lapisan granula dalam.
Serabut saraf yang masuk dan keluar dari serebrum harus melewati serebelum.
Serebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
c. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
bahaya.
8
Batang Otak terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Diensefalon
Bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon.
2. Mesensefalon
Mesensefalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Mesensefalon
terdiri dari empat bagian yang menonjol ke atas. Dua disebelah atas disebut korpus
kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus
inferior.
3. Pons varoli
4. Medula oblongata
Merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkanpons
varoli dengan medulla spinalis. Bagian bawah medulla oblongata merupakan
persambungan medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang melebar
disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medulla oblongata.
9
2. Medula spinalis
Bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vetebrali. Medula
spinalis membentang dari foramen magnum sampai setinggi vertebrae lumbalis ke-1
dan ke-2, ujung bawahnya runcing menyerupai kerucut yang disebut konus
medularis, dan akhirnay melekat pada vetebrae koksigialis pertama.
Dalam medula spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari:
a. V. Servikal : 8 pasang
b. V. Torakal : 12 pasang
c. V. Lumbal : 5 pasang
d. V. Sakral : 5 pasang
e. V. Koksigial :1 pasang
Fungsi medula spinalis :
1. Pusat gerakan otot-otot tubuh terbesar di kornu motorik atau kornu ventralis
2. Mengurus kegiatan refleks-refleks spinalis serta refleks lutut
3. Menghantarkan rangsangan koordinasi dari otot dan sendi ke otak
4. Sebagai penghubung antar sengmen medula spialis
5. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh
10
Bersifat motorik, mensyarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola mata). Di
dalam saraf ini terkandung serabut-serabut saraf otonom.
Fungsinya : mengusahakan persyarafan otot yang mengangkat kelopak mata atas.
4. Nervus trochlearis (IV)
Bersifat motorik, mensyarafi otot-otot orbital.
5. Nervus trigeminus (V)
Bersifat majemuk, dibagi menjadi 3 saraf:
a. N. Opthalmicus: sifatnya sensorik, mensyarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
b. N. Maxillaris: bersifat sensorik, mensyarafi gigi atas, bibir atas, palatum,
batang hidung, dan sinus maxsilaris.
c. N. Mandibularis: sifatnya majemuk. Serabut motorisnya, mensyarafi otot-otot
pangunyah. Serabut sensorisnya, mensyarafi gigi bawah dan kulit daerah
dagu.
6. Nervus abducens (VI)
Bersifat motorik, mensyarafi otot-otot orbital.
7. Nervus facialis (VII)
Bersifat majemuk (sensorik dan motorik). Fungsinya : sebagai mimik wajah dan
menghantarkan rasa pengecap
8. Nervus vestibulocochlearis (VIII)
Bersifat sensoris. Nama lainnya, N. Octavus, mengurus pendengaran dan
keseimbangan .
9. Nervus glossopharyngeus (IX)
Bersifat majemuk, mensyarafi faring, tonsil dan lidah.
10. Nervus vagus (X)
Bersifat majemuk, mensyarafi faring, laring, paru-paru, esofagus, paru-paru,
gaster, kelenjar-kelenjar pencernaaan dalam abdomen dan lain-lain.
11
Bersifat motorik, mensyarafi muskulus sternokloide mastoid dan muskulus
trapezius. Berfungsi : sebagai saraf tambahan, terbagi atas 2 bagian, bagian ynag
bersal dari otak dan bagian yang berasal dari sumsum tulang belakang.
12. Nervus hypoglossus (XII)
Bersifat motorik, mensyarafi otot-otot lidah.
12
5 Bronkus Dilatasi Kontriksi
6 Kelenjar ludah Serkeri menurun Sekresi meningkat
7 Kelenjar lakrimalis Sekresi menurun Sekresi meningkat
8 Pupil mata Dilatasi Kontriksi
9 Sistem pencernaan Peristaltik Peristaltik
berkurang bertambah
10 Kelenjar S.P Sekresi berkurang Sekresi bertambah
11 Kelenjar keringat Ekresi bertambah Ekresi berkurang
2.3 Klasifikasi
1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada
usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
a. Trombosis pada pembuluh darah otak.
b. Emboli pada pembuluh darah otak
2. Stroke hemoragik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun
dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau kerena psikologis.
a. Perdarahan intraserebral (parenchymatous hemorrhage)
Gejalanya:
a) Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.
b) Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas, dan emosi atau
marah.
c) Mual atau muntah pada permulaan serangan.
d) Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan.
e) Kesadaran menurun dengan cepat dan terjadi koma (65% terjadi
kurang dari ½ jam -2 jam, <2% terjadi setelah 2 jam-19 hari).
b. Perdarahan subarakhnoid ( subarachnoid hemorrhage)
Gejalanya:
a) Nyeri kepala hebat dan mendadak.
b) Kesadaran sering terganggu.
13
c) Ada gejala atau tanda meningeal.
d) Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarakhnoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.
Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu non-hemoragik/ iskemik/ infark dan stroke
hemoregik.
1. Non-hemoragik
a. Serangan Iskemia Sepintas (Transient Ischemic Attack-TIA).
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan
sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskular,
dengan lama serangan sekitar 2-15 menit sampai paling lama 24 jam.
b. Defisit Neurologis Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurology
Deficit-RIND).
Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama dari
24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga
minggu).
c. In Evolutional atau Progressing Stroke.
Gejala gangguan yang progresif dalam waktu enam jam atau lebih.
d. Stroke komplet (Completed Stroke / Permanent Stroke)
Gejala gangguan neurologis dengan lesi-lesi yang stabil selama periode
waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesivitas lanjut.
2. Stroke hemoragik
Perdarahan intrakranial dibedakan berdasarkan tempat perdarahannya, yakni
di rongga subaraknoid atau di dalam parenkim otak (intraserebral). Ada juga
perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua tempat di atas seperti:
perdarahan subaraknoid yang bocor ke dalam otak atau sebaliknya.
Selanjutnya gangguan-gangguan arteri yang menimbulkan perdarahan otak
spontan dibedakan lagi berdasarkan ukuran dan lokasi regional otak.
14
2.4 Faktor Resiko
1. Hipertensi.
Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Apabila pembuluh darah otak pecah, maka timbullah perdarahan otak dan
apabila pembuluh darah otak menyempit, maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
15
2. Diabetes mellitus (DM).
DM mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar.
Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter
pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu
kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel-
sel otak.
3. Penyakit jantung.
Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor
risiko ini akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak
karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel atau jaringan yang telah
mati kedalam aliran darah.
4. Gangguan aliran darah otak sepintas.
Pada umumnya bentuk-bentuk gejalanya adalah hemiparesis, disartria,
kelumpuhan otot-otot mulut atau pipi, kebutaan mendadak, hemiparestesi, dan
afasia.
5. Hiperkolesterolemi.
Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama Low Density
Lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya
arterioskeloris (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL dan
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) merupakan faktor risiko
untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
6. Infeksi.
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
tuberkolosis, malaria, lues (sifilis), leptospirosis, dan infeksi cancing.
7. Obesitas.
Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.
8. Merokok.
Merokok merupakan faktor utama untuk terjadinya infark jantung.
16
9. Kelainan pembuluh darah otak.
Pembuluh darah otak yang tidak normal di mana suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan.
10. Lain-lain.
Lansia, penyakit paru-paru menahun, asam urat yang berlebihan, kombinasi
berbagai faktor risiko lainnya.
2.5 Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu sebagai berikut.
1. Trombosis serebral.
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah onset yang
tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif,
atau kejang, dan beberapa mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, trobosis
serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia,atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului onset
paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral.
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya
sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis atau hemiplegia tiba-
tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran pada pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonala adalah karakteristik dari embolisme
serebral.
3. Iskemia serebral.
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
17
4. Hemoragi serebral.
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro
yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti
fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah dan arteri meninges lain,
dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cidera untuk
mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Oleh
karena itu, periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.
c. Hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebaba paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area
sirkulus willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.
d. Hemoragi intraserebral adalah perdarahan di substansi dalam otak, paling
umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral
disebabakan oleh perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya onset tiba-tiba, dengan
sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makain jelas defisit
neurologik yang terjdi dalam bentuk penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.
2.6 Patofisiologi
Menurut Long (1996), otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak
mempunyai cadangan oksigen. Bila terjadi anoksia, seperti yang terjadi pada CVA,
metabolisme di otak segera mengalami perubahan, kematian sel, dan kerusakan
permanen dapat terjadi dalam 3-10 menit. Kondisi yang menyebabkan perubahan
perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia menyebabkan
iskemik otak. Iskemik otak dalam waktu yang lama menyebabkan sel mati permanen
dan terjadi infark otak beserta edema otak karena pada daerah yang dialiri darah
18
terjadi penurunan perfusi dan oksigen serta peningkatan karbon dioksida dan asam
laktat.
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang
dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Sedangka iskemik yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yag
terkena. Daerah otak yang terkena menggambarkan pembuluh darah otak ynag
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral
tengah dan arteri korotis interna. Defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika
klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombosis atau emboli,
maka mulai terjadi kekurnagn suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen
19
dalam satu menit dapat menunjukkan gejala seperti kehilangn kesadaran. Sedangkan
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Darah merupakan bagian ynag merusak dan bila terjadi hemodialisis, darah
dapat mengiritasi pembuluh drah, meningen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang
dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral.
20
Spasme serebri atau vasospasme bisa terjadi pada hari ke-4 sampai ke -10 setelah
terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme
merupakan komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,
iskemik otak, dan infark.
(terlampir)
21
3. Defisit verbal.
a. Afasia ekspresif.
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin dapat
berbicara dalam respons kata tunggal.
b. Afasia reseptif.
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tapi tidak
masuk akal.
c. Afasia global.
Kombinasi afasia reseptif dan ekspresif.
4. Defisit kognitif.
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi,
alasan abstrak buruk, dan perubahan penilaian.
5. Defisit emosional.
2.9 Komplikasi
Menurut Satyanegara (1998) komplikasi dari stroke terbagi menjadi tiga :
1. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
a. Edeme serebri : defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan
akhirnya menunjukkan kematian.
b. Infark Miokard : penyebab kemtian mendadak pada stroke stadium
awal
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia : akibat imobilisasi lama
b. Infark Miokard
22
c. Emboli Paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca Strok, sering kali saat
penderita mulai mobilisasi
d. Strok rekuren : dapat terjadi setiap saat
3. Komplikasi jangka panjang
Strok rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain : penyakit vaskular
perifer.
23
5. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supratentoral 8,
dengan pergeseran linea mediarea atau serebral infark.
6. Steroid kurang dianggap menguntungkan dalam terapi udara serebral karena
di samping menyebabkan hiperglikemia juga naiknya risiko infeksi.
24
5. Pemeriksaan darah.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan
darah, jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yag abnormal, dan
mekanisme pembekuan darah.
6. Angiografi serebral.
Pada serebral angiografi membantu secara spesifik penyebab stroke seperti
perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak ruptur.
7. Magnetik resonansi imagine (MRI)
Menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragi, Malformasi Arterior
Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibandingkan CT scan.
8. Ultrasonografi Dopler.
Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan penyakit MAV (Harsono, 1996).
Menurut Wibowo (1991), pemeriksaan sinar x kepala dapat menunjukkan
perubahan pada glandula pineal pada sisi yang berlawanan dari massa yang
meluas, klasifikasi karotis internala yang dapat dilihat pada trombosis
serebral, klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan
subaraknoid.
2.12 Pencegahan
A. Pencegahan Primer
1. Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan
penyakit vaskular lainnya.
2. Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas strok :
Menghindari : rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi
garam berlebihan, obat-obat golongan amfetamin, kokain, dan
sejenisnya.
Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan.
Mengendalikan : hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung
(misalnya fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit jantung
rematik), penyakit vaskular aterossklerotik lainnya.
25
Menganjurkan : konsumsi gizi seimbang dan olah raga teratur.
B. Pencegahan Sekunder
1. Modifikasi gaya hidup berisiko strok dan faktor risiko misalnya :
Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai.
Diabetes Melitus : diet, obat hipoglikemik oral/insulin
Penyakit jantung aritmia nonvalvular (antikoagulan oral).
Displidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
Berhenti merokok
Hindari alkohol, kegemukan, dan kurang gerak
Hiperurisemia : diet, antihiperurisemia.
Polisitemia
2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.
3. Obat-obatan yang digunakan :
Asetosal (asam asetil salisilat)
Antikoagulan oral (warfarin/dikumarol)
Pasien yang tidak tahan asetosal
4. Tindakan Invasif
Flebotomi untuk polisitemia
Enarterektomi karotis hanya dilakukan pada pasien yang simtomatik
dengan stenosis 70-99 % unilateral dan baru.
Tindakan bedah lainnya (reseksi artery vein malformation [AVM],
kliping aneurisma Berry).
26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Tn. B (62 tahun) masuk Rumah Sakit dengan keluhan tidak sadarkan diri
sejak 4 jam yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Klien sudah menderita hipertensi
sejak 10 tahun yang lalu. Diagnosa medis saat ini pasien mengalami Stroke
Hemoragik. Saat ini dilaksanakan pemasangan kateter dan NGT. Diet saat ini MC 6 x
300 cc. pasien seorang perokok berat dan senang minum kopi.
444 ⊥ 555
Kekuatan otot
444 ⊥ 555
Istri klien juga mengatakan klien sering BAK, namun susah untuk BAB.
Menurut penjelasan keluarga klien, klien sering mengonsumsi masakan berupa
goreng-gorengan dan sangat menyukai daging.
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 18 September 2013
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
A. Data Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 62 tahun
27
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pauh, Limau Manis
BB : 71 Kg
Denyut Nadi : 88x / menit
RR : 28 x / menit
Suhu : 37oC
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatkan bahwa sebelum masuk ke Rumah sakit, pasien tidak sadarkan
diri sejak 4 jam yang lalu. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien sulit
menggerakkan tubuhnya sebelah kanan dan mengalami kesulitan saat berbicara.
28
b. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien merasa sulit untuk beraktivitas karena ia sulit menggerakkan tubuh bagian
kananya.
c. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur,
dan lauk, dan daging BB : 75 kg.
- Selama sakit : nafsu makan klien berkurang, pasien hanya
menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan di RS dengan komposisi
bubur, sayur, dan susu. BB sekarang : 71 kg
d. Pola Eliminasi
Klien mengalami kesusahan dalam BAB, frekuensi BAB tidak menentu.
Sedangkan klien sering BAK dan saat ini dibantu dengan kateter.
29
Pasien merasakan badannya lemah sejak sakit serta kesulitan dalam
menggerakkan tubuh bagian kanannya. Pasien merasa cemas akan penyakitnya.
i. Pola Peran Hubungan
Pasien sebagai kepala rumah tangga dengan seorang istri dan tiga orang anak.
Keluarga pasien merupakan keluarga yang harmonis. Selama dirawat di rumah sakit
pasien selalu ditemani oleh istri dan anak-anaknya. Pasien merupakan tulang
punggung keluarga.
j. Pola Seksual-Reproduktif
Sejak sakit, klien tidak ada melakukan aktivitas seksual karena kondisi penyakitnya.
Sebelum sakit pola seksualnya terpenuhi.
30
Pada pernafasan didapatkan suara nafas terdengar ronchi, pernafasan
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest, dan terdapat
kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Terdapat inkonteninsia urin.
g) Pemeriksaan ekstremitas
Kelumpuhan pada tubuh bagian kanan.
h) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan motorik
Terjadi kelumpuhan/kelemahan pada sisi kanan tubuh. Hemiparesis
Kanan
(2) Pemeriksaan refleks
Reflek fisiologis sisi kanan tubuh menghilang.
(3) Kesadaran saat ini (GCS) : E3V3M4
31
Kata-kata yang tidak sesuai/tidak tepat 3
Suara tidak jelas (menggumam) 2
Tidak ada respon 1
E. Hasil Laboratorium
Hb : 13 gr/dl (N = 12-14 gr%)
Leukosit : 11.000/mm3 (N = 5.000-10.000/mm3)
Ht : 43% (N = 40-48%)
Trombosit : 418.000/mm3 (N= 150.000-400.000/mm3)
Total Kolesterol : 286 mg/dl (N <150mg/dl)
HDL : 56 mg/dl (N >62mg/dl)
Trigliserida : 86 mg/dl (N = <150mg/dl)
32
3.2 Aplikasi NANDA, NOC, NIC
33
5. Pola pergerakan mata kepala dan monitor respon pasien terhadap posisi
6. Pola nafas kepalanya.
7. Tanda-tanda vital DBN 10. Hindari fleksi leher atau fleksi panggul atau lutut
8. pola tidur-istirahat yang berlebihan.
11. Berikan calcium channel blockers sesuai order.
Status Neurologikal : Kesadaran 12. Berikan vasopressin sesuai order.
Indikator: 13. Berikan anti nyeri jika tersedia.
1. Membuka mata terhadap stimuli 14. Berikan anttikoagulan sesuai order.
eksternal 15. Monitor efek samping terapi antikoagulan.
2. Orientasi kognitif 16. Monitor tanda-tanda perdarahan.
3. Komunikasi tepat sesuai situasi 17. Monitor status neurologi.
4. Mengikuti perintah 18. Hitung dan monitor tekanan perfusi serebral.
5. Respon motor terhadap stimuli 19. Monitor TIK dan respon neurologis untuk aktiviitas
berbahaya perawatan
20. Monitor tekanan kardiovaskuler
Status Neurologikal : Kontrol Motorik 21. Monitor status respirasi: frekuensi, irama dan
Pusat kedalaman, pCO2, pO2, pH dan bikarbonat.
Indikator: 22. Monitor tanda-tanda kelebihan cairan seperti edema,
1. Keseimbangan ronkhi, dan lain-lain.
2. Keefektifan gaya berjalan 23. Monitor hasil laboratorium untuk perubahan
3. Mempertahankan postur oksigenasi atau keseimbangan asam basa.
4. Tidak ada kejang-kejang 24. Monitor intake dan output.
5. Pergerakan involunter
Monitor neurology
Aktivitas:
1. Monitor pupil: gerakan, kesimetrisan, reaksi pupil
34
2. Monitor kesadaran, orientasi, GCS dan status
memori.
3. Pengukuran vital sign
4. Kaji peningkatan kemampuan motorik, persepsi
sensorik (respon babinski)
5. kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi jaringan
cerebral
6. Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK
7. Laporkan pada dokter ttg perubahan kondisi klien
2 Gangguan Nutrisi Status nutrisi Manajemen Nutrisi
Kurang dari Indikator Aktivitas :
Kebutuhan Asupan zat gizi Menanyakan jika pasien mempunyai alergi terhadap
Tubuh Asupan makanan dan cairan makanan
Energi Memastikan makanan yang lebih disukai oleh pasien
DS : Pasien Indeks masa tubuh Menentukan, berkolaborasi dengan ahli makanan,
mengeluh mual jumlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan
Berat badan
dan muntah, nafsu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
makan menurun Pengontrolan berat badan Anjurkan intake makanan yang tepat untuk bentuk
DO : BB sebelum Indikator: tubuh dan gaya hidup
sakit 75 kg, saat Anjurkan peningkatan intake makanan kaya zat besi,
Mengontrol berat badan
sakit 71 kg,
Mempertahankan intake kalorioptimal jika diperlukan
kelemahan otot
harian Anjurkan peningkatan intake protein, zat besi, dan
sehingga pasien
Menyeimbangkan latihan dengan intake vitamin C, jika diperlukan
sulit mengunyah
kalori Tawarkan makanan ringan, (minuman yang sering,
dan menelan
Memilih nutrisi makanan dan snack buah segar/jus buah), jika diperlukan
sehingga
Menggunakan suplemen nutrisi jika Berikan makanan lunak, ringan dan sup kental, jika
35
menggunakan diperlukan diperlukan
NGT Makan sebagai respon makan Sediakan gula tambahan, jika diperlukan
Hasil GCS = Mempertahankan pola makan yang Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang
E3V3M4 [Respon dianjurkan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
mata (E) = Memelihara penyerapan makanan Berikan tumbuhan dan rempah-rempah sebagai
membuka mata alternatif garam
karena perintah, Memberi pasien makanan dan minuman
Respon Verbal (V) tinggi protein, tinggi kalori, dan bernutrisi
= Kata-kata tidak yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
sesuai/tidak tepat, Sediakan pilihan makanan
Respon Motorik Menambahkan makanan ke gaya hidup pasien, jika
(M) = Menarik diri diperlukan
terhadap nyeri)]
Mengajarkan kepada pasien cara memanfaatkan
catatan harian makanan, jika dibutuhkan
Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan
menghitung intake kalori harian, jika diperlukan
Memantau intake untuk makanan bernutrisi dan
kalori
Mengukur berat badan pasien dalam interval yang
tepat
Menganjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu
yang tepat atau belajar perawatan gigi tambahan
Menyediakan informasi yang tepat mengenai
kebutuhan butrisi dan bagaimana cara
mendapatkannya
Menganjurkan persiapan mengamankan makanan
36
dan teknik pemeliharaan makanan
Menentukan kemampuan pasien untuk mendapatkan
kebutuhan nutrisi
Membantu pasien dalam menerima bantuan dari
program nutrisi komunitas yang tepat
Monitor Nutrisi
Tindakan :
Mengukur berat pasien dalam interval khusus
Monitor kecendrungan kehilangan dan tambahan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah dari gerak badan sehari-hari
Monitor emosional respon dari pasien ketika dalam
situasi yang melibatkan makanan dan makan
Monitor interaksi anak-anak/orangtua selama
pemberian makan, jika diperlukan
Monitor lingkungan ketika makan terjadi
Menjadwalkan pengobatan dan prosedur pada waktu
daripada waktu makan
Monitor untuk kulit kering, berlapis dan mengalami
pigmentasi
Monitor turgor kulit, jika diperlukan
Monitor untuk rambut tipis dan kering yang mudah
dicabut
Monitor peningkatan gusi untuk pembengkakan,
seperti bunga karang, menyusust, dan berdarah
37
Monitor untuk mual dan muntah
Monitor ukuran lipatan kulit : lipatan kulit
trisep,lingkaran tengah otot lengan, dan lingkaran
tengah lengan
Monitor albumin, jumlah protein, hemoglobin dan
level hematokrit
Monitor tingkat limfosit dan elektrolit
Monitor pilihan makanan dan makanan yang disukai
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor tingkat energi, kemalasan, keletihan dan
kelemahan
Monitor untuk kepucatan, kemerahan dan kekeringan
pada jaringan konjunctiva
Monitor intake kalori dan nutrisi
Monitor bentuk sendok, rapuh, dan bentuk gunung
pada kuku
Monitor kemerahan, pembengkakan, dan bibir
pecah-pecah.
Mencatat adanya luka, edema, dan hiperemikdan
hipertropik papila pada lidah dan rongga oral
Mencatat jika lidah menjadi merah tua, magenta,
atau kasar
Catat jika terjadi pertukaran signifikan dalan status
nutrisi dan penjelasan pengobatan, jika diperlukan
Menjelaskan konsul makanan, jika diperlukan
38
Menentukan jika pasien membutuhkan makanan
khusus
Menyediakan lingkungan yang optimal saat waktu
makan
Menyediakan makanan dan cairan nutrisi, jika
diperlukan
39
8. Berjalan dengan miring ke atas 10. Gunakan gaitbelt untuk membentu berpindah dan
9. Berjalan dengan miring ke bawah ambulansi, jika diperlukan
10. Berjalan jarak pendek 11. Menolang pasien untuk berpindah, jika dibutuhkan
11. Berjalan jarak sedang 12. Menyediakan alat bantu (mis. Cane, walker atau
12. Berjalan dengan jarak jauh kursi roda) untuk ambulansi, jika pasien tidak siap
13. Membantu pasien dengan inisial ambulansi dan jika
dibutuhkan
14. Mengintruksikan pasien tentang keamanan
berpindah dan teknik ambulansi
15. Membantu pasien untuk berdiri dan ambulansi
jarak jauh
16. Membantu pasien untuk meningkatkan
kemandirian dalam ambulansi jarak jauh
17. Meningkatkan kemandirian ambulansi dengan
batas aman
40
dan rencana dari latihan sendi
5. Mengontrol lokasi dan ketidaknyamanan dan
nyeri selama beraktifitas atau berpindah
6. Memulai pengontrolan ukuran nyeri sebelum
memulai latihan sendi
7. Mengenakan pakaian pasien dengan pakaian
nonresriktif
8. Melindungi pasien dari trauma selama latihan
9. Membantu pasien untuk posisi tubuh yang
optimal baik itu berpindah pasif atau aktif
10. Meningkatkan rentang peningkatan latihan, secara
bekala sesuai jadwal
11. Aktifitas pasif (PROM) atau membantu latihan
(AROM), sebagai indikasi
12. Membantu pasien untuk mengembangkan jadwal
latihan aktif ROM
13. Menyemangati pasien untuk gambaran diri
sebelum memulai perpindahan
14. Membantu peningkatan sendi secara berkala
dengan batasan nyeri, kesabaran dan mobilitas
sendi
15. Meberi semangat ambulansi, jika diperlukan
16. Menentukan arah tujuan yang progres dari hasil
yang dicapai
41
komunikasi Indikator :
verbal 1. Penggunaan bahasa tulisan Aktivitas :
2. Penggunaan bahasa isyarat 1. Libatkan keluarga untuk memahami pesan klien
DS : Keluarga 3. Penggunaan gambar 2. Sediakan petunjuk sederhana
pasien mengatakan 4. Gunakan bahasa non-verbal 3. Perhatikan bicara klien dg cermat
bahwa pasien 5. Keakuratan interpretasi penerimaan pesan 4. Gunakan kata sederhana dan pendek
mengalami 5. Berdiri di depan klien saat bicara, gunakan isyarat
kesulitan dalam Komunikasi: Kemampuan penerimaan. tangan
berbicara Indikator: 6. Gunakan gambar, jika diperlukan
DO : pasien 1. Kemampuan interprestasi dengan 7. Gunakan gerakan tanagn jika diperlukan
berbicara pelo, bahasa tulisan 8. Beri reinforcement positif
hasil pemeriksaan 2. Kemampuan interprestasi dengan 9. Dorong keluarga utk selalu mengajak komunikasi
Hasil GCS = penggunaan gambar denga klien
E3V3M4 [Respon 3. Kemampuan interprestasi dengan
mata (E) = bahasa isyarat Mendengar aktif
membuka mata 4. Kemampuan interprestasi dengan Aktivitas :
karena perintah, bahasa non-verbal 1. Ajak pasien berbicara sesuai kemampuan
Respon Verbal (V) 2. Rangsang timbal balik dari pasien
= Kata-kata tidak 3. Dengarkan pasien dengan penuh perhatian
sesuai/tidak tepat, 4. Berikan reinforcemen terhadap keberhasilan
Respon Motorik pencapaian tujuan
(M) = Menarik diri
terhadap nyeri)]
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah suatau keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredarah
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Strok terbagi atas
dua jenis, yakni strok hemoragik dan strok non hemoragik (infark otak). Banyak
faktor resiko yang membuat strok dapat terjadi. Sebagai alert menanggapi strok, dapat
dilakukan dengan analisis FAST (Face, Arm, Speech, and Time) pada seseorang yang
diduga mengalami strok. Untuk menanggulangi strok, hendaknya dilakukan
pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan pencegahan primer dan
pencegahan sekunder.
4.2 Saran
43